Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR- FAKTOR SOSIAL DAN

PERKEMBANGAN BAHASA ARAB

Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Royani, S.Ag., M.Hum
Dr. Raswan, M.Pd

Dr. Achmad Fudhaili, M.Pd

Oleh :

Andinia Wulandary
(NIM: 21220120000013 )

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022-2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia, yang dituturkan oleh lebih
dari 200,000,000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang-lebih 20 negara
di Dunia. Dan karena Bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab suci Al-Qur’an dan tuntunan
agama bagi umat Islam sedunia, maka tentu saja ianya merupakan bahasa yang paling besar
signifikansinya bagi ratusan juta Muslim di Dunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun
bukan. Di Afrika, misalnya, Bahasa Arab ini dituturkan dan menjadi bahasa pertama di negara-
negara semacam Mauritania, Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, dan Sudan. Di semenanjung
Arabia, bahasa ini merupakan bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Saudi Arabia,
Qatar, Emirat Arab; dan jauh ke utara digunakan juga di Jordan, Irak, Syria, Libanon, dan
Palestina. Menurut Hilary Wise (1987), dan sarjana lainnya, Bahasa Arab juga merupakan
bahasa bagi orangorang di India Utara, sebagian orang Turki, Iran, Portugal, dan Spanyol. 1

Bahasa Arab berasal dari rumpun Bahasa-bahasa Semit (Semitic Language/ Samiah) dan
mempunyai anggota penutur yang terbanyak. Bahasa-bahasa Semit yang lain termasuk Hebrew
(Bahasa Yahudi), yakni bahasa yang dituturkan kini di Israel; Amrahic yang dituturkan di
Etiopia; Akkadian yang dituturkan oleh masyarakat Assyria dan Babilonia, tetapi sekarang sudah
punah; dan “Aramiki” (Aramaic) yang dituturkan oleh penduduk tanah suci di masa Nabi Isa AS
(Alaihi Salam), yang kini masih dipakai oleh penduduk beberapa kampung di Syria. Bahasa
Arab kini digunakan oleh kebanyakan penduduk di wilayah-wilayah yang tersebut terakhir, di
mana bahasa-bahasa Semit lainnya dituturkan sebelumnya .

Mengenai perkembangan Bahasa Arab di Indonesia, fakta dan data menunjukkan bahwa
Bahasa Arab sudah mulai dikenal sejak masuknya agama Islam ke wilayah Tanah Air Nusantara.
Bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, Bahasa Arab bukanlah “bahasa asing”, karena
muatannya menyatu dengan kebutuhan umat Islam. Sayangnya, sikap dan pandangan sebagian
besar kaum Muslim Indonesia masih beranggapan bahwa Bahasa Arab hanyalah bahasa agama,
sehingga perkembangan bahasa ini terbatas di lingkungan kaum Muslimin yang ingin
memperdalam ilmu pengetahuan agama.

1
Khoirurrijal. (2015). “Bahasa Arab Dan Hubungan Diplomasi Internasional” Dalam IAIN METRO: Socio-
Ecotechno-Preneurship, Pada 27 April. Tersedia Secara Online Juga Di: Http://Metrouniv.
3

Hanya lingkungan kecil yang menyadari betapa Bahasa Arab - selain sebagai bahasa
agama merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan sains yang berhasil melahirkan karya-karya
besar ulama di berbagai bidang ilmu pengetahuan, filsafat, sejarah, dan sastra. Karena itu,
tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa Bahasa Arab merupakan peletak dasar bagi
pertumbuhan ilmu pengetahuan modern, yang berkembang cepat dewasa ini. 2

BAB II

PEMBAHASAN

2
Izzan, Ahmad. (2004). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora Utama Press.
4

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Arab

Dalam buku “al-Wasith fil Adabil Araby wa Tarikhuhu” yang diterjemahkan oleh
Departemen Bahasa dan Sastra Arab, umat Arab terbagi menjadi dua golongan: 3 Pertama, Arab
kuno: ialah mereka yang tinggal di Semenanjung Arab dan berbahasa Arab secara naluri. Mereka
ini ada tiga generasi :

1. Arab al-Ba’idah: berita tentang mereka ini yang sampai kepada kita hanya terdapat pada kisah
dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi. Kabilah yang terkenal diantaranya kabilah Thasm, Jadis,
‘Ad, Tsamud, ‘Imlik, Abdu Dhahm.
2. Arab al-Aribah: mereka ini keturunan Bani Qahthan yaitu pendatang dari sepanjang sungai
Ifrat dan menetap di Yaman, sehingga terjadi pencampuran bahasa dan keturunan dengan
penduduk asli Yaman. Dari situ tersebar ke seluruh penjuru semenanjung Arab. Diantara
induk kabilah yang terkenal adalah Kahlan dan Himyar.
3. Arab al-Musta’ribah: mereka dari keturunan Ismail yang tercampur dengan keturunan
Qahthan dari bidang keturunan dan bahasa mereka yang kemudian terkenal dengan keturunan
Adnaniyyin. Induk kabilah mereka yang terkenal adalah Rabi’ah, Mudhar, Iyad dan Anmar.

Kedua, Arab Baru: mereka adalah keturunan Arab kuno yang bercampur dengan
keturunan bangsa lain yang tersebar sesudah datangnya Islam keseluruh penjuru dari lautan
Atlantik sampai ke belakang Laut Persi, sungai Dajlah dan Udik kedua sungai Eufrat dan Dajlah
sampai ke Jawa dan Sumatera.

Para ahli bahasa Arab membagi sejarah perkembangan bahasa Arab atas enam priode:4

1. Periode Jahiliyyah, yang merupakan periode pembentukan dasar-dasar bahasa Arab. Pada
periode ini ada kegiatan-kegiatan yang dapat membantu perkembanga bahasa Arab, yakni di
Suq (pasar) Ukaz, Zu al Majaz, dan Majannah yang merupakan festival dan lomba bahasa
Arab antara Quraisy dan suku-suku lain yang datang ke Mekah untuk berbagai keperluan,
yang dapat membentuk suatu kesustraan yang baku.
2. Periode permulaan Islam, yaitu mulai datangnya Islam sampai berdirinya Bani Umayyah.
Setelah Islam berkembang luas, terjadilah perpindahan orang-orang Arab ke daerah-daerah

3
Departemen Bahasa Dan Sastra Arab. Penyederhanaan Dalam Pembahasan Kesusastraan Arab Dan
Sejarahnya, (Malang, FKSS IKIP Malang: 1976) Hlm. 2-3.
4
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam. Ekskolopedi Islam 1, Cet. 3 (Jakarja: Ichtiar Baru: 1994) Hlm. 153.
5

baru. Mereka tinggal dan menetap di tengah-tengah penduduk asli, sehingga mulailah terjadi
asimilasi dan pembauran yang memperkuat kedudukan bahasa Arab.
3. Periode Bani Umayyah, yang ditandai dengan intensifikasi percampuran oranr-orang Arab
Islam dengan penduduk asli. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah orang Arab merupakan
kelompok aristokrat yang mempunyai ambisi besar untuk mengembangkan kebudayaan
mereka dengan cara menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa negara. Mereka melakukan
Arabisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Karena itu, penduduk asli mencoba mempelajari
bahasa Arab sebagai bahasa pergaulan dan bahasa agama. Dengan jalan lain, sejak sepertiga
akhir abad pertama Hijriah bahasa Arab telah mecapai posisi yang tinggi, terhormat, dan kuat
dalam wilayah Islam.
4. Periode Abbasiyyah. Selama periode II pengembangan bahasa Arab tetap mendapat perhatian.
Bani Abbas berkeyakinan bahwa pengaruh dan kejayaan pemerintahan mereka tergantung
pada perkembangan dan kemajuan agama Islam dan bahasa Arab. Bahasa Arab Badui masih
tetap dipandang sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan murni yang harus dikuasai oleh
putra-putra Bani Abbas. Karena itu, pada abad ke-2 H orang-orang Badui didatangkan ke
Baghdad untuk menjadi guru-guru bahasa Arab. Namun dominasi bahasa Arab amiyah dalam
bahasa percakapan tidak dapat dihindari, baik dikalangan kelas bawah maupun di kalangan
penguasa dan para ahli bahasa. Pada abad ke-4 H, bahasa Arab fusha sudah menjadi bahasa
tulisan bagi keperluan administrasi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Bahasa Arab mulai
dipelajari mulai buku-buku dan bahasa fusha juga mulai berkembang luas.
5. Sesudah Abad ke-5 H bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa politik dan administrasi
pemerintahan, melainkan hanya menjadi bahasa agama semata. Hal ini terjadi setelah dunia
Arab terpecah dan diperintah oleh penguasa politik non Arab. Bani Seljuk mengumumkan
bahasa Persia sebagai bahasa resmi negara Islam di bagian Timur, sementara Turki Usmani
(Kerajaan Ottoman) yang menguasai dunia Arab lainnya mengumumkan bahasa Turki
sebagai bahasa administrasi pemerintahan. Sejak itulah sampai abad ke-7 H bahasa Arab
semakin terdesak dan digunakan sebagai bahasa agama. Pada abad ke-8 dan ke-9 H, ketika
Mesir mangalami kejayaan, kehidupan bahasa Arab yang selama ini lesu, akhirnya bangkit
dan mengalami kemajuan dan memelahirkan perkembangan di Mesir dan Suriah.
6. Periode bahasa Arab di zaman baru. Mulai bangkit kembali yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha intelektual Mesir yang mendapat pengaruh dari golongan intelektual Eropa yang
6

datang bersama dengan serbuan Napoleon. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengembangan
bahasa Arab pada masa ini adalah:
a. Bahasa Arab dijadikan bahasa pengantar di sekolah yang baru dibuka di Mesir dan di
negerinegeri lainnya.
b. Kuliah-kuliah yang diberikan oleh para guru besar asing disampaikan dengan bahasa
Arab (setelah melalui penerjemahan).
c. Munculnya gerakan menghidupkan warisan kebudayaan lama dan menghidupkan
penggunaan kata-kata asli bahasa Arab yang berasal dari bahasa fusha. Gerakan ini telah
berhasil mendorong penerbit dan percetakan di Negara-negara Arab untuk mencetak
kembali buku-buku sastra Arab dari segala zaman dalam jumlah banyak dan berhasil
menerbitkan kembali-kembali buku-buku dan kamus-kamus bahasa Arab seperti yang
kita rasakan sekarang ini.
B. Perkembangan Bahasa Arab di Indonesia

Di masa lampau, bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati kaum muslimin.
Ulama dan bahkan para khalifah tidak melihatnya dengan sebelah mata. Fashahah (kebenaran
dalam berbahasa) dan ketajaman lidah dalam berbahasa menjadi salah satu indikasi keberhasilan
orang tua dalam mendidik anaknya saat masa kecil. Populernya bahasa Arab seiring dengan
perkembangan Islam.5

Bahasa Arab dan Islam tidak bisa dipisahkan karena adanya Al-Qur’an yang merupakan
kitab suci Agama Islam, agama terbesar dan paling banyak pengikutnya di dunia ini
menggunakan bahasa Arab seperti ditegaskan dalam surat Yusuf ayat 2, yang artinya :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya”. (Q.S. Yusuf: 2).6

Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu
(bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang
paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh
karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rasul yang paling mulia

5
Evi Nurus Suroiyah, Dewi Anisatuz Zakiyah Perkembangan Bahasa Arab Di Indonesia Institut Agama Islam
Sunan Kalijogo Malang P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 1 Juni 2021
6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1980), Hlm. 348
7

(yaitu: Rasulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara
malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada
dataran yang paling mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada
bulan yang paling mulia yaitu Ramadhan, sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala
sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf).

Dengan demikian, Al-Qur’an telah membawa dampak dalam perkembangan penelitian


bahasa Arab yang untuk pertama kalinya dikenal dengan madrasah Ibnu Abbas (68 H). Madrasah
ini penelitiannya terfokus pada Tafsir Al-Qur’an dan mewariskan satu buku penting bagi kita,
yaitu: Gharib Al-Qur’an. Kemudian atas berkat penelitian al-Khalil Ibnu Ahmad al-Farahidi
(100- 175 H) lahirlah kamus bahasa Arab pertama, yaitu “Mu’jam al-‘Ain”. Atas kegigihan
mahasiswa alKhalil, bersama Sibawaihi (180 H) menulis buku Nahwu dan al-Kitab sebagai Ilmu
Tata Bahasa Arab pertama. Kemudian kaum Muslimin terus mengadakan penelitian berbagai
disiplin ilmu pengetahuan, termasuk kebahasaan dan Kesussastraan. Abu Hilal al-Askari (396
H), Abdul Qahir al-Jurjani (471 H) kedua tokoh ini bersama tokoh-tokoh lainnya membukukan
Ilmu Balaghah.

Tidak mengherankan kalau bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang banyak
dipergunakan oleh bangsa-bangsa lain sebagai bahasa Internasional. Bahasa Arab adalah salah
satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000. umat manusia. Bahasa
ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Melihat begitu pesatnya perkembangan
bahasa Arab maka tidak heran jika akhirnya berhasil terbentuk ahli-ahli bahasa Arab dan
menghasilkan alumni yang mampu menggunakan bahasa Arab aktif untuk berkomunikasi.
Sehingga jelas bahwa bahasa Arab bukan hanya alat melainkan juga perlu dipelajari dari segi
kebahasaannya juga.

Para ahli bahasa arab di Indonesia akhirnya terdorong untuk segera mengajarkan bahasa
Arab melalui metode terbaru dan paling sesuai agar bahasa Arab dipelajari juga sebagai tujuan
belajar layaknya bahasa Asing lain seperti bahasa Inggris yang diwujudkan dan dilaksanakan di
beberapa madrasah seperti Tambakberas Jombang, Mambaus Sholikhin Gresik, Darussalam
Gontor Ponorogo dan madrasah lain di Indonesia. Pengajaran bahasa Arab di Indonesia
dimaksudkan untuk mencapai dua tujuan, yaitu sebagai alat untuk mempelajari dan
memperdalam pengetahuan Islam dan sebagai tujuan belajar untuk membentuk tenaga-tenaga
8

ahli bahasa Arab atau lulusan yang mampu menggunakan bahasa Arab secara aktif dalam
berkomunikasi di berbagai keperluan yang secara otomatis mengetahui tentang kaidah-kaidah
bahasa Arab serta keterampilan-keterampilan berbahasa Arab yang meliputi keterampilan istima’
(mendengar), kalam (berbicara), Qiro’ah (membaca) dan Kitabah (menulis).7

Pembelajaran dan pendidikan bahasa Arab mulai berkembang seiring perkembangan


zaman dan ilmu pengetahuan. Banyak Perguruan Tinggi mulai membuka prodi-prodi dan
jurusan-jurusan bahasa Arab baik bidang linguistik, sastra, terjemah, bahkan kebudayaan Arab,
khususnya perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam. Selain perguruan tinggi. Banyak
madrasahmadrasah juga mulai memasukkan bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang diajarkan
kepada para siswa bahkan di sekolah-sekolah SMA atau SMK, bahkan SMP juga memasukkan
bahasa Arab sebagai muatan lokal.

Bahasa Arab juga mulai ditanamkan dan di ajarkan sejak usia dini. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya anak-anak usia dini yang sudah mulai banyak belajar mengaji di TPQ / RTQ
terdekat, selain itu bahasa Arab juga di ajarkan di sekolah taman kanak-kanak bahkan tingkat
PAUD / Pra TK. Para ahli bahasa Arab juga selalu mengembangkan berbagai metode, media,
strategi pengajaran bahasa Arab, sehingga bahasa Arab lebih mudah diserap, diterima, dan
dipahami oleh masyarakat. Mereka melakukan berbagai penelitian. Pembentukan lembaga-
lembaga khusus bahasa Arab yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas bahasa Arab di
Indonesia dan menyebarluaskannya di kalangan masyarakat.

Mereka juga membentuk badan khusus sebagai wadah meningkatkan kualitas pengajar
bahasa Arab yang dinamakan IMLA (Ittihad Mudarris Al-Lughoh Al-Arabiyyah/Himpunan
Pengajar Bahasa Arab) yang terdiri dari para pengajar dan penggiat bahasa Arab. Mereka
melaksanakan berbagai seminar, lokakarya, dan penataran-penataran sebagai wujud kepedulian
perkembangan bahasa Arab di Indonesia. Tak hanya para pengajar bahasa Arab saja, namun ada
juga wadah bagi para mahasiswa bahasa Arab Indonesia agar saling bertukar pengalaman,
menambah wawasan, serta menciptakan para mahasiswa yang kreatif, inovatif dan mahir
berbahasa Arab yang dikenal dengan nama ITHLA’ (Ittihad Tholabah Al-Lughotul Arobiyah
Indonesia)8

7
Melinda Cahyaningrum, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Tulung Agung: Makalah Juni 2016),
Hlm.1
9

Dengan adanya wadah-wadah bagi para pengajar serta pembelajar bahasa Arab maka
diharapkan pembelajaran bahasa Arab dapat semakin berkembang dan juga dapat menumbuhkan
motivasi belajar bahasa arab bagi yang lainnya. Karena mengingat betapa pentingnya bahasa
arab. Bahasa Arab dipandang sebagai salah satu bahasa Asing yang yang banyak digunakan oleh
masyarakat Internasional. Proses pengajaran dan strategi belajar bahasa Arab setara dengan
bahasa-bahasa Asing lainnya sebagaimana bahasa Inggris. Oleh karena itu, banyak penelitian di
Indonesia yang meneliti tentang penerapan strategi belajar bahasa Asing, pengembangan
metode-metode belajar, bahkan media-media belajar bahasa Asing ke dalam pembelajaran
bahasa Arab. Hal ini sebagai upaya pengembangan bahasa Arab di Indonesia.9

C. Sejarah panjang bahasa Arab melahirakn klasifikasi menjadi dua bagian utama, yaitu:10

1. Bahasa Arab Baidah.

Bahasa Arab Baidah atau incrips adalah bahasa Arab prasasti, yang biasa juga disebut
dengan istilah Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang bahasa ini hanya diperoleh melalui
tulisan pada prasasti atau lempengan batu. Bahasa Arab Baidah yang berdiam disebelah utara
Hijaz atau negeri yang berdekatan Aramiah, dialek bahasa yang dipergunakan dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu: pertama, dialek Lihyaniyah yang dinisbahkan dari nama kabilah atau
suku Lihyan yang tinggal dibagian utara daerah Hijaz beberapa abad sebelum masehi.

Para ahli berbeda pendapat tentang asal mula suku itu dan tanggal prasasti-prasastinya
pun tidak diketahui secara pasti. Hanya diperkirakan prasasti tertua setelah abad ke II atau satu
sebelum masehi, dan yang termuda sekitar abad ke VI masehi. Kedua, lahjah Samudiyah yang
disandarkan kepada suku Samad sebenarnya yang dikisahkan didalam al-Qur’an secara ringkas
dalam perjanjian lama, baik Yunani maupun Roma, dan mahsyur di dalam sejarah jahiliyyah.
Suku ini diperkirakan mendiami wilayah antara Hijaz dan Nejed dekat Damaskus. Prasasti dalam
bahasa Samud kira-kira abad ke III dan empat masehi. Ketiga, lahjah safawiyah, prasastinya
didapati di daerah Shafa’, walaupun ada juga yang terdapat didaerah lain di Harah yang terletak
antara bukit dan gunung Daruz. Penulisannya diperkirakan antara abad ke III dan VI masehi.
Orientalis Jerman, Enno Litman memperlihatkan bahwa rumus hurufhurufnya mendekati huruf

8
Evi Nurus Suroiyah, Dewi Anisatuz Zakiyah Perkembangan Bahasa Arab Di Indonesia Institut Agama
Islam Sunan Kalijogo Malang P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3, Nomor 1 Juni 2021
9
Setya Rini, 2018, Perkembangan Bahasa Arab Di Indonesia, Tgl Akses 12 Desember 2022.
10
Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu Al-Lugah… Hlm. 96-97.
10

Samad, huruf-huruf tersebut kadang-kadang dibaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Ketiga
dialek di atas berbeda dengan bahas fushah, namun dekat dengan bahasa bahasa Sam. Bahasa
Arab Baidah juga ada kemiripan dengan bahasa Aramiyah, semua yang masuk dalam kategori
baidah ini telah lenyap oleh dominasi Arab Baqiyah.

2. Bahasa Arab Baqiyah

Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang masih dipakai oleh bangsa Arab dalam
kesusasteraan, tulisan dan karangan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejed, kemudian
tersebar keseluruhan daerah daerah yang pernah memakai bahasa Semit dan Chamit, dari situlah
timbul dialek-dialek yang dipergunakan pada masa kini dinegeri-negeri Hijaz, Nejed, Yaman dan
daerah-daerah disekitarnya seperti Emirat Arab, Palestina, Yordania, Syiriah, Libanon, Irak,
Kuwaid, Mesir, Sudan, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Malta. Bahasa Arab yang dipergunakan
oleh orang-orang Arab sekarang atau yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi mulanya
hanya tumbuh dan berkembang di wilayah Nejed dan Hijaz, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah, seperti yang telah disebutkan, itu karena adanya Islam yang memberikan
pengaruh yang sangat luas terutama setelah diadakan perluasan wilayah kekuasaan.

Bahasa Arab Baqiyah dipakai dalam pergaulan sehari-hari, berdagang, bermasyarakat


dan dalam pemerintahan. Bahasa Arab ini bisa bertahan dan tidak lenyap seperti saudara-
saudaranya baca: yang serumpun- adalah tidak lepas dari pengaruh dan peran Islam saat itu.
Dimana ajaran utama Islam, al-Qur’an menggunakan bahasa Arab Baqiyah. Dengan sendirinya
kaum muslimin waktu itu berusaha mengetahui bahasa Arab, bagi yang bukan penutur bahasa
Arab Baqiyah yang selanjutnya bahasa Arab menjadi warna dalam pergaulan mereka sehari-hari.
Sehingga bahasa-bahasa sebelumnya yang juga diapakai tidak lagi dipergunakan, disamping
faktor agama juga faktor politik, otomatis bahasa lainnya akan mati dengan sendirinya karena
tidak ada lagi pemakainya. Dalam teori bahasa diakatakan bahwa suatu bahasa bisa hidup jika
dihidupkan oleh penuturnya dan sebaliknya ia akan mati saat ditinggalkan oleh penuturnya (tidak
dipergunakan lagi sebagai bahasa Komunikasi).

Para pengguna bahasa Arab di seputar jazirah Arab mempunyai dialek yang bermacam-
macam diantaranya dialek Quraiys, Huzail, Saqil, hawasin, Kinanah, Taman dan Yaman. 11

11
Manna’ Al-Qattan, Mabahis Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Cet. II; T.Tp, Masyurat Al-Asr Al-Hadis, T.Th), Hlm.
158.
11

Dialek-dialek ini terus dipergunakan hingga datang Islam bahkan masing-masing suku
menggunakan dialek mereka disaat membaca al-Qur’an hingga akhirnya Khalifah Usman bin
Affan menyatukan bacaan umat dalam satu lahjah yakni lahjah Quraiys, penyatuan bacaan umat
pada waktu itu dengan lahjah Quraiys karena kota Makkah, dimana dialek Quraiys yang dipakai
mempunyai letak geografis yang cukup strategis dibanding daerah lainnya, begitu juga Makkah
menjadi kota religius dimana Nabi Muhammad SAW. dilahirkan dan tempat untuk umat Islam
melaksanakan ibadah haji, dan tentu saja pertemuan antara dialek pun terjadi, namun dialek
(lahjah) Quraiys tetap jadi pedoman.

Al-Qur’an sebagai bahasa standar diterima dan dicintai oleh masyarakat awam karena
selain mempunyai makna yang dalam, juga susunannya sangat indah dan bagus, hal ini menjadi
aset terjalinnya antara bahasa Arab dengan Islam yang selanjutnya dijadikan sebagai bahasa
agama dan budaya Islam. Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa
tulisan, dan bahasa sastra yang sampai kepada zaman sekarang melalui syair Jahiliyah, alQur’an
dan al-Sunnah al-Nabawiyah, yang selanjutnya disebut dengan bahasa Arab fushah. Bahasa
fushah tersebut bukanlah semata-mata hanya dialek Quraisy, tetapi merupakan perpaduan dari
berbagai dialek bahasa Arab.

Dalam buku Fusul fi Fiqh al-Lughah, Ramdan Tawwab menyebutkan bahwa, nama
dialek bahasa Arab sebanyak 19. Kabilah-kabilah Arab yang memiliki bahasa yang fasih ada tiga
macam, yaitu Tamim, Ta’i, dan Huzail. Mereka inilah yang terkenal kefasihannya dalam
berbahasa, dan bahasa mereka menjadi bahasa standar, yaitu bahasa yang digunakan dalam
berinteraksi sehari-hari, bahasa yang digunakan dalam menulis syair, dan bahasa pengantar
dalam interaksi perdagangan.

Bahasa arab fushah terkadang juga dinisbahkan kepada dialek dominan dari seluruh
dialek yang ada, karena adanya empat faktor yaitu; ekonomi, politik, sosial dan agama.
Keberhasilan umat Islam menduduki wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan
nonmuslim, terutama pada abad pertama hijrah periode Umar, telah membawa dampak yang
cukup signifikan bagi peradaban Islam. Penaklukan tersebut telah melahirkan gerakan perubahan
yang cukup luas mengenai pola perdagangan internasional, perniagaan warga perkotaan,
pertanian, kemiliteran, dan pengaturan sistem pemerintahan.
12

Di sisi lain, dengan semakin bertambahnya komunitas Islam yang berasal dari bangsa
Persia dan bangsa-bangsa yang berada di bawah kekuasaan Romawi sebelumnya maka juga
menimbulkan persoalan baru bagi dunia Arab Islam yaitu terjadinya distorsi dalam penggunan
bahasa fusha oleh mereka sebagai bangsa “pendatang” terhadap mereka yang terbiasa dengan
menggunakan bahasa Arab secara fasih. Pada masa pemerintahan Umar (13-23 H) daerah
kekuasaan Islam semakin meluas maka bercampurlah antara pendatang (orang Arab) dengan
penduduk asli, namun pendatang masih terisolir. Namun pengisolasian ini menumbuhkan
persatuan diantara sesama pendatang yang berkelanjutan dengan persaingan dalam pergolakan
ilmu bahasa, dan bahasa Arab sebagai bahasa pemenang sudah barang tentu mempunyai
kedudukan yang mulia dan terhormat.

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, pendatang mulai berasimilasi dengan


penduduk asli di seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemerintahan sampai kepada budak.
Dengan hasil asimilasi ini menghasilkan bahasa baru yang merupakan perpaduan dari bahasa
Arab dengan bahasa setempat. Walaupun bahasa baru ini muncul, namun bahasa Arab masih
tetap dalam kelas arsitokrat (kelas mewah). Pada masa Umayyah ini, ketinggian martabat sosial
seseorang ditentukan oleh kemampuan mereka dalam penguasaan bahasa Arab, kesalahan kecil
dalam berbahasa dianggap sebagai kesalahan besar/fatal bagi orang-orang tua mereka, maka
wajar jika setiap orang menginginkan setiap putra-putrinya menguasai bahasa Arab dengan
mengirim belajar bahasa pada bangsa Badui. Namun, pada masa pemerintahan bani Abbasiyah,
para pembesar tidak mengirim lagi putra-putri mereka untuk belajar lansung ke-orang-orang
Badui, tapi hanya belajar bahasa Arab di istana, karena sebuah pemikiran agar anak-anak mereka
bisa menikmati kemewahan kerajaan dan bisa berbahasa Arab dengan baik dan benar.

Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, mereka melakukan pemurnian bahasa Arab
yang selanjutnya dilanjutkan pada masa Abbasiyah baik orang-orang Arab maupun non-Arab.
Rujukan utama bahasa Arab khusus gramatikalnya pada masa Abbasiyah adalah orang-orang
Badui, karena mereka memandang bahwa hanya orang Baduilah yang memiliki keaslian bahasa
itu. Di sisi lain, bahasa kelas menengah ke bawah yang dikenal sebagai bahasa Ammiyah (yang
merupakan percampuran antara bahasa Arab dengan bahasa setempat) mulai tumbuh dan lansung
marak, dan pada abad ke III pengaruh Ammiyah sangat kuat, sampai ditemukan dalam tulisan-
tulisan ilmiyah banyak yang mempergunakan bukan bahasa Arab asli.
13

Pada abad ke IV hijriah, orang-orang tidak lagi belajar lansung kepada orang-orang
Badui, tetapi hanya lewat karangan-karangan Badui yang sudah banyak di pasaran buku-buku.
Bahasa Arab –baca: fusha- di abad ini masih menjadi bahasa administrasi, politik dan lain-lain,
namun pada abad ke V, bahasa Arab hanya sebagai bahasa agama saja, sementara karangan para
cendekia kadang menggunakan bahasa Persia. Minat untuk mempelajari bahasa al-Qur’an ini
terus terkikis hingga abad ke VI. Kemerosotan ini bersamaan dengan munculnya kaum Saljuk
dan berhasilnya bangsa Mongolia menduduki negara-negara Islam. Setelah bahasa Arab fusha
semakin menipis peminatnya, maka muncullah bahasa Ammiyah sebagai penggantinya, namun
ini pun tak bisa bertahan dengan arus percampuran bangsa-bangsa asing yang tidak disadari
sedikit demi sedikit masuk ke dalam bahasa Ammiyah, dan dipakai dalam masyarakat hingga
kini.12

D. Kemenangan Dialek Quraisy

George Zaidan membagi sastra Jahiliy menjadi 2 bagian; pertama sebelum abad ke-5 M,
dan kedua masa dari abad ke-5 M, sampai dengan kedatangan Islam (permulaan abad ke-7 M),
bahasa yang tumbuh sejak abad ke-5 M itulah yang berkembang mencapai puncaknya di masa
kedatangan Islam, yaitu dialek Quraisy ( Dialek Hijaz) mengalahkan dialek Tamim (dialek
Nejd). Dengan kemenangan dialek Quraisy tersebut praktis bahasa Quraisylah yang
dipergunakan oleh semua suku Arab Alam semua lapangan baik dalam bidang sastra, apakah
dalam bentuk prosa dan asinya maupun dalam pidato. Kemenangan dialek Quraisy (dialek Hijaz)
terhadap dialek Tamim (dialek Nejed).

Adapun faktor-faktor yang membantu kemengan dialek Quraisy, antara lain;13

1. Faktor Agama

Quraisy sebuah nama suku yang terkemuka di antara suku-suku lain di Mekah, suku
penyelenggara pemerintahan di Mekah sebelum datangnya Islam, tempat bertumpu semua
kabilah dari seluruh tanah Arab. Kedudukannya sebagai penyelenggara pemerintahan di Mekah
dan sekaligus pelayan Ka'bah, sudah sering menjadi sumber perselisihan dan kadang-kadang
bersifat fisik. Kabilah-kabilah yang merasa kuat saling berebut kekuasaan untuk menjadi pelayan

12
Zaenal Abidin & Andi Satrianingsih. Perkembangan Dan Masa Depan Bahasa Arab, Jurnal Diwan Vol. 3
Nomor 2/2017
13
Latifah Salim. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Bahasa Arab, Jurnal Diwan No. 3 Vol 1/ 2017
14

Ka'bah. Hal ini wajar saja sebab selain Ka'bah sangat dihormati oleh sekalian suku-suku disekitar
Mekah, dí sana terdapat juga sumur zam-zam, sumber air yang tiada kering-keringnya, di
samping Mekah sebagai tempat transit para kabilah yang berniaga dan mengambil route dari
Yaman di selatan, ke Syam di Utara.

Keberhasilan suku Quraisy di Mekah banyak dibantu oleh kemampuan seorang pemuka
Quraisy bernama Qushai Ibn Kilab dengan menggantikan Khuza'ah dalam pertarungan masalah
Ka'bah. Dengan kemenangan inni reputasi dan gengsi Quraisy kembali Nampak. Menurut
pandangan kebanyakan suku-suku di masa Jahiliyah menganggap bahwa rumah Allah
merupakan tempat suci bagi mereka. Oleh sebab itu, mereka menunaikan manasik haji di sana.
Mereka mengunjungi patung-patung sekaligus menyuguhkan kurban-kurban untuk mendekatkan
diri kepada pencipta. Dalam segala urusan Quraisylah yang memegang kekuasaan agama di
antara suku-suku Arab lainnya.

2. Faktor Ekonomi

Di samping faktor agama, suku Quraisy pula menguasai dan mengendalikan


perdagangan ekonomi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan suku Quraisy memegang
peranan dalam perniagaan di kota Mekah waktu itu, terutama orang-orang Yaman yang telah
berpindah ke Mekah (setelah dijajah oleh bangsa Habsyi dan bangsa Persia pada kerajaan Saba'
dan Himyar), sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam perniagaan. Dalam
kurung waktu itu, kota Mekah dari hari kehari bertambah masyhur sesudah Ka'bah didirikan, dan
jama'ah-jama'ah haji pun berdatangan dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun. Keadaan itu
menyebabkan Quraisy amat dihormati oleh bangsa Arab lainnya, apalagi penghargaan dan
pelayanan Quraisy terhadap jama'ah haji itu amat baik.

3. Letak geografis

kota Mekah itu sendiri sangat strategis karena berada di tengah-tengah antara utara dan
selatan. Di samping itu keadaan buminya yang kering dan tandus, menyebabkan penduduknya
suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama, dan sumber yang terpenting bagi
penghidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy menjadi giat, serta mendapat
kemasyhuran dan kemajuan yang besar di dalam dan di luar Jazirah Arab. Mereka itu berpindah-
15

pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan membawa barang dagangannya di berbagai
tempat di Jazirah Arab, dari Syria sebelah utara sampai ke negeri Yaman di Selatan.

4. Faktor Musyawarah

Praktek musyawarah antara suatu kabilah tampaknya telah dikenal sejak pra-kenabian
(masa jahiliah). Praktek semacam ini Nampak pula pada kebiasaan orang-orang Arab, dimana
mereka sering mengadakan perkumpulan untuk bertukar pikiran, bermusyawarah dalam berbagai
hal baik menyangkut urusan kemasyarakatan ataupun urusan pemerintahan. Mereka juga sering
berkumpul sekedar untuk bersenang-senang dan menceritakan sejarah masa lalu mereka dan
saling tukar menukar pengalaman.

Jadi bangsa Arab Quraisy menempatkan musyawarah sebagai wahana pengambilan


keputusan di kalangan pemuka kabilah. Praktek musyawarah di kalangan kaum Quraisy cukup
banyak, antara lain sewaktu Qushai Ibn Kilab bapak kelima dari Muhammad saw., bangkit dan
mempersatukan bangsa Quraisy sehingga mampu menandingi dan mengalahkan kaum Khuza'ah.
Akhirnya dia dapat menguasai Ka'bah dan diangkatlah sebagai kepala di Negeri Mekah, kepala
agama dan penguasa tertinggi. Contoh lain yang cukup dikenal dalam sejarah adalah peristiwa
penempatan kemabali Hajar Aswad yang mengantar Muhammad saw. mendapat julukan al-
Amin. Praktek ini berlangsung terus setelah Muhammad memperoleh legitimasi kenabian sejak
periode Mekah, bahkan musyawarah juga tetap berlangsung di kalangan kafir Quraisy, seperti
ketika mereka berusaha untuk menangkal dan menghalangi gerakan dakwah Rasulullah saw.
Musyawarah yang melibatkan pihak-pihak Quraisy dan Muhammad beserta para pengikutnya
lebih dikenal dengan perjanjian damai.

Menjelang umat Muhammad memperoleh perintah berhijrah ke Madinah, Rasulullah


telah membuat perjanjian persaudaraan seiman dengan kaum Yatsrib (dari kabilah Auz dan
Khazraj) menerima kehadiran umat Muhammad dan untuk saling memberikan perlindungan.
Puncak dari proses ini adalah terbentuknya masyrakat baru umat Islam dan sebuah piagam
Madinah. Musyawarah terbesar sepanjang sejarah di awal perkembangan Islam adalah terbuka
dihadapan publik umat Islam pasca wafatnya Rasulullah saw. Kondisi-kondisi seperti apa yang
dikemukakan di atas dalam rangka melaksanakan musyawarah dan pertemuan, mereka
menggunakan bahasa dialek Quraisy sebagai bahasa pengantar di antara kabilah-kabilah tersebut.
16

5. Faktor Pasar

Orang-orang Arab memiliki pecan-pekan umum untuk mempromosikan barang


dagangannya, karya sastra dan lain sebagainya. Sebelum datangnya Islam sudah menjadi adat
kebiasaan bagi bangsa Arab Jahiliyah untuk mengadakan munazarah mendengarkan para penyair
membacakan syair-syairnya. Ada beberapa tempat dimana para penyair itu berkumpul, yaitu:
pasar Ukkaz, Zul Majas, dan Zul Majannah. 14 Ketiga pasar itu orang-orang Arab banyak
mendapat manfaat, disana mereka berlomba memperhalus bahasa mereka, baik dari segi pidato,
puisi, dan prosa, disana pula mereka saling menukar tawanan mereka. mendamaikan
permusuhan, mereka saling mendambakan keturunan mereka, saling mengutarakan kemuliaan
yang dikerjakan oleh nenek moyang mereka, saling mengemukakakan kelebihan dan mereka
bersenandung dengan cinta kasih dan keindahan.

Perlombaan bahasa yang bagus lebih diutamakan daripada perdagangan harta benda.
Semua yang dikatakan pada pasar-pasar tersebut disusun dalam bahasa yang digunakan oleh
bahasa Arab dalam bidang sastra yaitu dialek Quraisy. Hal ini pulalah yang meninggalkan kesan
adan bekas yang mendalam dalam kebangkitan dialek Quraisy. Orang Quraisy biasa mengadakan
perjalanan dan perdagangan secara teratur seagaimana yang digambarkan dalam al-Qur'an, QS:
al-Quraisy (106):1-4 yang artinya:

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada


musim dingin dan musim panas, Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah mi
(Ka'bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan. Berkat kegiatan perdagangan ini, membuat orang-orang
kaya berada pada suku Quraisy.

Faktor Politik

14
Iskandar, Ahmad Dan Mustafa Inany. Alwasith Fi Al-Adab Wa Tarikhuhu, Hlm 12
17

Adanya dua faktor tersebut diatas. (agama dan ekonomi) di samping letak geografisnya
yang strategis, menyebabkan terealisasinya pengaruh politik yang kuat diseluruh negeri Arab
pada zaman jahiliyah. Dalam hal ini, Abu Bakar al-Shiddiq ra. Dalam jawabannya kepada kaum
Anshar yang ingin memegang tampuk pemerintahan setelah wafatnya Rasulullah saw. Ia berkata
orang Arab tidak akan beragama kecuali karena adanya pusat kegiatan politik di tangan Quraisy.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Arab. Perkembangan bahasa


Arab sangat berineraksi dengan masyarakat bangsanya. Perkembangan dan pertumbuhannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:15

1. Faktor Kebudayaan (Peradaban)

Semakin maju kebudayaan suatu bangsa adalah menunjukkan semakin maju


perkembangan bahasa suatu bangsa, juga menunjukkan semakin maju taraf tingkatan kecerdasan
dan pemikiran bangsa itu. Dunia Arab dan Timur Tengah lainnya telah mencapai kemajuan yang
pesat dan lebih dulu dibandingkan dengan bangsa-bangsa di luar Arab, baikdibidang ilmu
pengetahuan, teknologi maupun peradabannya, dengan kemajuan itulah telah mengangkat
martabat dan derajat bahasa Arab dan bangsa Arab di arena percaturan politik di kawasan dunia
internasional. Dalam lapangan bahasa-sastra; bahasa Arab boleh dikatakan telah mencapai
prestasi yang sangat tinggi dikalangan bangsa Arab. Dengan kitab suci al-Qur’an yang
mengandung unsure-unsur susunan dan uslub gaya bahasa yang tidak bisa ditiru oleh siapapun.

2. Faktor Agama

Bahsa Arab merupakan bahasa persatuan umat Islam, sebagai bahasa al-Qur’an telah
dapt membuktikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia. Bahasa Arab
juga mempunyai kedudukan dan kepentingan serta kesempatan yang baik untuk
memperkembangkan dan menyiarkan agama melalui bahasa. Kalau kita lihat di negeri kita
Indonesia banyak kata-kata Arab yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, bukan lantaran
politik, akan tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah-masalah keagamaam,
peribadatan, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

3. Faktor Sosial Ekonomi


15
EL-KALAM COMMUNITY: SEJARAH DAN FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN BAHASA ARAB tgl akses: 13/12/2022.
18

Bangsa Arab mempunyai kekuasaan perekonomian dengan melakukan perniagaan dan


perdagangan baik lewat daratan maupun lautan. Perdagangan yang banga Arab lakukan tidak
lepas daripada bahasa sebagai alat untuk menyatakan maksud mereka sehingga terjadilah
komunikasi antar bangsa.
4. Faktor Politik
Hubungan dunia Arab dengan dunia Barat maupun internasional bukan hanya terjadi
dengan pesat pada abad modern ini, akan tetapi sudah mendapat perhatian dari dunia Barat
sudah berabad-abad lamanya. Pada hakikatnya orang-orang Barat sama sekali tidak
mempunyai hubungan dengan bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam, tetapi mereka
mempelajari Bahasa Arab adalah untuk menguasai politik di dunia Timur.mereka penuh
perhatian terhadap bahasa Arab karena naluri dan tabiat mereka yang suka ingin tahu dan
mencari segala sesuatu untuk diketahui secara ilmiah. Usaha mereka akhirnya dapat
mengumpulkan buku-buku untuk diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang ada di Barat.
19

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Para ahli bahasa Arab membagi sejarah perkembangan bahasa Arab atas enam priode:16

Periode Jahiliyyah, Periode permulaan Islam, Periode Bani Umayyah, Periode Abbasiyyah,
Sesudah Abad ke-5 H, Periode bahasa Arab di zaman baru.

Bahasa Arab Baidah atau incrips adalah bahasa Arab prasasti, yang biasa juga disebut dengan
istilah Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang bahasa ini hanya diperoleh melalui tulisan
pada prasasti atau lempengan batu. Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang masih dipakai oleh
bangsa Arab dalam kesusasteraan, tulisan dan karangan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan
Nejed, kemudian tersebar keseluruhan daerah daerah yang pernah memakai bahasa Semit dan
Chamit, dari situlah timbul dialek-dialek yang dipergunakan pada masa kini dinegeri-negeri
Hijaz, Nejed, Yaman dan daerah-daerah disekitarnya seperti Emirat Arab, Palestina, Yordania,
Syiriah, Libanon, Irak, Kuwaid, Mesir, Sudan, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Malta

16
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam. Ekskolopedi Islam 1, Cet. 3 (Jakarja: Ichtiar Baru: 1994) Hlm. 153.
20

Daftar Pustaka

Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu Al-Lugah.


Departemen Bahasa Dan Sastra Arab. Penyederhanaan Dalam Pembahasan Kesusastraan Arab
Dan Sejarahnya, (Malang, FKSS IKIP Malang: 1976).
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya. (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1980).
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam. Ekskolopedi Islam 1, Cet. 3 (Jakarja: Ichtiar Baru: 1994).
Evi Nurus Suroiyah, Dewi Anisatuz Zakiyah Perkembangan Bahasa Arab Di Indonesia Institut
Agama Islam Sunan Kalijogo Malang P-ISSN 2622-6723 E-ISSN 2721-9488 Volume 3,
Nomor 1 Juni 2021.
Iskandar, Ahmad Dan Mustafa Inany. Alwasith Fi Al-Adab Wa Tarikhuhu.
Izzan, Ahmad. (2004). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora Utama
Press.
Khoirurrijal. (2015). “Bahasa Arab Dan Hubungan Diplomasi Internasional” Dalam IAIN
METRO: Socio-Ecotechno-Preneurship, Pada 27 April. Tersedia Secara Online Juga Di:
Http://Metrouniv.
Latifah Salim. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Bahasa Arab, Jurnal Diwan No. 3 Vol
1/ 2017.
Manna’ Al-Qattan, Mabahis Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Cet. II; T.Tp, Masyurat Al-Asr Al-Hadis,
T.Th).
Melinda Cahyaningrum, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Tulung Agung: Makalah Juni
2016).
Setya Rini, 2018, Perkembangan Bahasa Arab Di Indonesia, Tgl Akses 12 Desember 2022.
Zaenal Abidin & Andi Satrianingsih. Perkembangan Dan Masa Depan Bahasa Arab, Jurnal
Diwan Vol. 3 Nomor 2/2017
EL-KALAM COMMUNITY: SEJARAH DAN FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN BAHASA ARAB

Anda mungkin juga menyukai