Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa arab merupakan salah satu bahasa anggota rumpun Semit yang paling
mendekati bahasa Semit purba, baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun
semantik. Bahasa yang dimiliki bangsa Arab Utara (Hijaz dan Nejed) ini terus bertahan dan
terpelihara dari keterputusan hubungan dengan induk Bahasa Semit. Selain karena watak
mereka yang keras dan enggan tunduk terhadap bangsa apapun yang ingin menguasai
mereka, kebanggaan atas kepemilikan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dan media utama
mengekspresikan dinamika kehidupan menjadi benteng paling kuat bagi bahasa Arab.
Bahkan kesakralan bahasa Arab begitu kentara dengan diagungkannya syair-syair pemenang
kontes tahunan di Pasar Ukkaz dengan cara ditulis memakai tinta emas dan digantungkan di
dinding Ka’bah. Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang menunjukkan apresiasi yang
sedemikian besar terhadap ungkapan bernuansa puitis dan sangat tersentuh oleh kata-kata,
baik lisan maupun tulisan, selain bangsa Arab. Sulit menemukan bahasa yang mampu
memengaruhi pikiran para penggunanya sedemikian dalam selain bahasa Arab.
Hijaz merupakan tempat penting bagi percaturan perdagangan internasional. Para
kafilah dagang dari berbagai bangsa, seperti Abissinia, Saba-Himyar, Persia, dan lain-lain,
singgah di Hijaz yang menawarkan sebuah kesempatan yang baik untuk aktivitas keagamaan
dan perdagangan. Sehingga, Hijaz pada masa kelahiran Nabi Muhammad Saw dikelilingi
oleh berbagai pengaruh, baik dari sisi intelektual, keagamaan, maupun material, baik yang
datang dari Byzantium, Suriah (Aramaik), Persia, dan Abissinia, maupun yang datang
melalui Kerajaan Gassan, Lakhmi, dan Yaman. Kondisi seperti ini yang telah berjalan sangat
lama memungkinkan terjadinya saling pengaruh mempengaruhi, khususnya bahasa Arab
dengan bahasa-bahasa bangsa lainnya, seperti Aramaik, Ibrani, Persia, Yunani, Latin, dan
India.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah ini,
sebagaimana berikut :

1. Apa Pengertian dari Arabisasi Bahasa ?


2. Apa latar belakang Arabisasi Bahasa Arab ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui definisi dari Arabisasi Bahasa.


2. Untuk mengetahui latar belakang dari Arabisasi Bahasa Arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Arabisasi Bahasa

Arabisasi, Gramatika, Bahasa Arab Definisi Arabisasi Kata-Kata Asing Arabisasi


kata-kata asing dalam istilah Arab dikenal dengan al-ta rib, secara etimologis, al-ta rib telah
terdefinisikan sebagai proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Sedangkan,
kata serapan hasil proses alta rib disebut al-mu arrab. Namun, dalam beberapa kasus, Al-Ta
rib memiliki kesamaan makna dengan al-i rab berdasarkan beberapa bukti penggunaan
keduanya oleh sebagian kecil linguis Arab klasik, seperti al-jawhary saat menerangkan ‫ عسة‬: (
al-shihhaah dalam kamus ‫ عسة‬entri dan Abu Hatim dalam ‫)ع دسثزه العسة أو أعسثزه‬

‫ ( إن جدح أصلهب‬al-tahdzib kamus Bahkan, Sibawaih dalam (‫فأعسة‬...‫ )أعجم‬hal ini hanya
menggunakan istilah ali raab berikut derivasinya. Adapun al-ta rib menurut terminologi, al-
jawaliqy mendefiniskan al-mu arrab sebagai kata serapan yang terdapat di dalam Al-Qur an,
Hadits, Atsar, syair, dan natsr klasik. Definisi ini memberikan pengertian bahwa almu arrab
merupakan hasil proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Arab yang dilakukan
penuturnya yang fasih pada masa sebelum atau saat keempat sumber tersebut mulai ada.
Masa ini disebut juga masa ihtijaaj atau istisyhaad yang rentang waktunya dibedakan sesuai
domisili orang Arab, yaitu mereka yang tinggal di suku Badui dan perkotaan. Masyarakat
Arab Badui dianggap sebagai penutur bahasa Arab yang fasih sampai abad ke-4 hijriah,
sedangkan kefasihan masyarakat Arab yang tinggal di perkotaan hanya bertahan sampai akhir
abad ke-2 hijriah. Adapun kata-kata serapan yang dihasilkan setelah masa tersebut dinamakan
al-muwallad. Sedangkan kata-kata serapan secara keseluruhan tanpa memandang waktu.
Karakteristik Bahasa Arab Menurut Abdul Alim Ibrahim bahasa Arab adalah bahasa orang
Arab sekaligus juga merupakan bahasa Islam, karena bahasa selain bahasa arab tidak dapat
diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang tersurat dan tersirat dari makna yang
terkandung dalam al-qur an, maka kaedahkaedah yang diperlukan dalam memahami alqur an
bersendi atas kaedah-kaedah bahasa arab, memahami asas-asasnya, uslubuslubnya, dan
mengetahui rasa-rasanya.1 Adapun beberapa ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik
dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di dunia, sebagai berikut: Aspek bunyi Bahasa pada
hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari paru-paru melalui

1 Cameron, Averil (1993). Dunia Mediterania di Zaman Kuno . Averil Cameron . hal. 185.

3
pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Bahasa Arab, sebagai salah satu
rumpun bahasa Semit.

B. Sejarah Arabisasi
1. Arabisasi selama Kekhalifahan awal
Contoh "Arabisasi" yang paling awal dan paling signifikan adalah penaklukan
Muslim pertama terhadap Muhammad dan kekhalifahan Rashidun dan Umayyah
berikutnya. Mereka membangun Kekaisaran Muslim yang tumbuh jauh di luar
Semenanjung Arab, akhirnya mencapai Spanyol di Barat dan Asia Tengah ke Timur.2
2. Saudi Selatan
Orang-orang Arab Selatan kuno didorong ke kepunahan oleh ekspansi Islam,
digantikan oleh Arab Klasik yang ditulis dengan aksara Arab . Alfabet Arab Selatan
yang digunakan untuk menulisnya juga tidak digunakan lagi. Cabang terpisah dari
semitik selatan, bahasa Arab Selatan Modern masih bertahan sampai sekarang sebagai
bahasa lisan. Meskipun Yaman secara tradisional dianggap sebagai tanah air orang
Arab, sebagian besar penduduk Yaman yang menetap tidak berbicara bahasa Arab
(melainkan bahasa Semit Selatan ) sebelum penyebaran Islam.
3. Saudi Timur
Orang-orang yang menetap dari Arab Timur pra-Islam sebagian besar adalah penutur
bahasa Aram dan sebagian penutur Persia , sementara bahasa Syria berfungsi sebagai
bahasa liturgi . Menurut Serjeant , orang -orang Bahrani asli adalah keturunan
"keturunan orang - orang yang bertobat dari populasi asli Kristen (Aram), Yahudi dan
Persia kuno (Majus) yang menghuni pulau itu dan menumbuhkan provinsi pesisir
Arab Timur pada saat penaklukan Arab ". Pada zaman pra-Islam, populasi Arab timur
terdiri dari orang-orang Arab yang sebagian Kristen, para petani Aram dan, orang-
orang Zoroaster yang berbahasa Persia. Verifikasi gagal Zorastarianisme adalah salah
satu agama utama Arab timur pra-Islam; agama monoteistik pertama dalam sejarah
Arab timur dikenal sebagai Majoo pada masa pra-Islam.
4. Bulan Sabit Subur dan Suriah
Setelah munculnya Islam, suku-suku Arab bersatu di bawah bendera Islam dan
menaklukkan Yordania modern, Israel, wilayah Palestina, Irak dan Suriah. Namun,
bahkan sebelum munculnya Islam, Levant sudah menjadi rumah bagi beberapa

2 Ibid, h. 52

4
kerajaan Arab pra-Islam. Kerajaan Nabateans dari Petra yang berbasis di Yordania,
kerajaan Ghassanids yang berbasis di gurun Suriah. Beberapa kerajaan ini berada di
bawah pengaruh tidak langsung Romawi , Bizantium , dan Persia Sassaniyah .
Transkrip Nabatean yang dikembangkan di Petra adalah basis untuk transkrip Arab
saat ini sementara warisan Arab penuh dengan puisi yang merekam perang antara
suku Ghassanid dan Lakhmid di Arab. Pada abad ke-7, dan setelah dominasi Muslim
Arab dalam beberapa tahun, kota - kota besar garnisun berkembang menjadi kota-kota
besar. 3Penduduk berbahasa Arab dan Aram lokal, yang memiliki nenek moyang
linguistik / genetik Semit yang sangat dekat dengan orang-orang Arab Qahtani dan
Adnani , agak agak Arab. Asyur pribumi sebagian besar menentang Arabisasi di
Mesopotamia Atas , Asyur di utara terus berbicara bahasa Akkadia yang dipengaruhi
dialek Neo-Aram turun dari Kekaisaran Aram Kekaisaran Asyur , bersama-sama
dengan Syria yang didirikan di Asyur pada abad ke-5 SM, dan mempertahankan
Gereja Asiria di Timur dan Gereja Ortodoks Syria . Tradisi linguistik dan agama ini
masih bertahan hingga saat ini. Mandean Gnostik juga mempertahankan budaya kuno
mereka, agama dan bahasa Manda - Aram setelah penaklukan Islam Arab, dan ini
juga masih bertahan sampai sekarang.
5. Mesir
Sejak berdirinya kerajaan Ptolemeus di Aleksandria , Mesir telah berada di bawah
pengaruh budaya Yunani. Di hadapan Aleksander Agung, kota itu telah diperintah
oleh Kekaisaran Achaemenid . Pengaruh Yunani tetap kuat setelah penaklukan Mesir
oleh Kekaisaran Romawi pada 30 SM. Akhirnya ia ditaklukkan dari Romawi Timur
oleh Kekhalifahan Umayyah Muslim pada abad ke-7 Masehi. Bahasa Koptik , yang
ditulis menggunakan varian Koptik dari alfabet Yunani , digunakan di Mesir sebelum
penaklukan Islam.4 Sebagai hasil dari Arabisasi budaya Mesir, bahasa Arab yang
diadopsi mulai berfungsi sebagai lingua franca. Dialek Arab Mesir mempertahankan
sejumlah kata-kata Koptik, dan tata bahasanya juga mengambil pengaruh dari Koptik.
Saat ini bahasa Koptik Kuno hanya bertahan sebagai bahasa liturgi Gereja Koptik dan
diucapkan dengan lancar oleh banyak imam Mesir.
6. Afrika Utara dan Iberia

3 Houtsma, M. Th (1993). Ensiklopedia Islam Pertama EJ Brill, 1913-1936, Volume 5 . M. Th. Houtsma . hal. 98.
4 Nebes, Norbert, "Epigraphic South Arabian," dalam Uhlig, Siegbert, ed. Encyclopaedia Aethiopica (Wiesbaden:
Harrassowitz Verlag, 2005), hlm. 335.

5
Baik Afrika Utara maupun Semenanjung Iberia tidak asing dengan budaya Semit:
bangsa Fenisia dan kemudian kaum Kartago mendominasi bagian-bagian pantai
Afrika Utara dan Iberia selama lebih dari delapan abad hingga mereka ditekan oleh
bangsa Romawi dan oleh invasi Vandal dan Visigothik berikut, dan serbuan Berber .
Setelah invasi Arab ke Afrika Utara, suku-suku Berber bersekutu dengan tentara
Muslim Arab Umayyah dalam menyerang Spanyol. Kemudian, pada 743 M, Berber
mengalahkan pasukan Umayyah Arab dan mengusir mereka untuk sebagian besar
Afrika Utara Barat (al-Maghreb al-Aqsa) selama Pemberontakan Berber , tetapi bukan
wilayah Ifriqiya yang tetap menjadi Arab (Aljazair Timur, Tunisia, dan Libya Barat).
Berabad-abad kemudian, beberapa suku Arab yang bermigrasi menetap di beberapa
dataran sementara Berber tetap menjadi kelompok dominan terutama di daerah gurun
termasuk pegunungan. Inland North Africa secara eksklusif tetap Berber sampai abad
ke-11; Semenanjung Iberia , di sisi lain, tetap di-Arabisasi, khususnya di selatan,
hingga abad ke-16. Setelah menyelesaikan pendirian kota Arab Al Mahdiya di Tunisia
dan menyebarkan iman Syiah Islam, beberapa dari banyak Fatimiyah Arab
meninggalkan Tunisia dan sebagian Aljazair timur ke Zirid lokal (972–1148). Invasi
Ifriqiya oleh Banu Hilal , suku Badui Arab yang suka berperang yang didorong oleh
Fatimiyah Mesir untuk merebut Afrika Utara, membuat kehidupan kota dan ekonomi
di kawasan itu semakin menurun. Sejarawan Arab Ibn Khaldun menulis bahwa tanah
yang dirusak oleh penjajah Banu Hilal telah menjadi gurun yang benar-benar kering.

C. Pro dan Kontra Tentang Ta’rib


Ta‘rib bukan dengan mudah diterima oleh sebagian kalangan ahli bahasa Arab. Di antara
mereka ada yang menerima dan yang menolak. Aliran yang menentang arabisasi mengatakan
bahwa metode arabisasi dapat menyebabkan masuknya kata-kata asing yang pada akhirnya
akan merusak bahasa dan bukan tidak mungkin akan mendominasinya. Senada dengan
pernyataan di atas, Ibrahim menyatakan bahwa ta‘rib bagaikan senjata yang memiliki
dua sisi tajam, yaitu dapat memberikan manfaat dan memperkaya khazanah bahasa
(Arab) itu sendiri dengan syarat adanya batasan dalam mengambil atau mengadopsi bahasa
asing, namun di sisi lain dapat menghilangkan identitas, karakteristik dan sifat asli
bahasa yang meminjam (Arab) secara bertahap. Kemudian yang mereka lakukan
adalah membentuk kata baru berdasarkan akar kata Arab (isytiqāq), karena dengan jalan
ini bahasa Arab dapat dipertahankan kemurnian dan keutuhannya. Adapun aliran yang
mendukung arabisasi menggunakan metode ini untuk menjamin keutuhan arti yang

6
dimaksud oleh suatu kata atau ungkapan. Mereka lebih cenderung menggunakan istilah-
istilah asing secara bebas dalam bentuk aslinya. Kalaupun ada perubahan, itu hanyalah
sebatas transliterasi ke dalam aksara bahasa Arab. Bahkan di antara aliran ini ada yang
cenderung mewajibkan arabisasi tanpa syarat. Salah satu tokohnya adalah Ya’qub S.
Di antara dua aliran ekstrim yang saling berseberangan tersebut terdapat aliran
moderat. Aliran ini berpendapat boleh saja mengambil kata-kata asing sebagai upaya
terakhir, setelah terlebih dahulu mencari padanannya dalam bahasa Arab, baik dengan
merujuk kepada ungkapan lama maupun dengan pembentukan istilah baru. Aliran ini
terdapat di Kairo, Damaskus, dan Bagdad. Dalam masalah ini juga perlu dikemukakan
beberapa pandangan tokoh bahasa Arab tentang metode ta‘rib, sehingga posisi ini dapat
diterima dalam perkembangan bahasa Arab. Di antara tokoh yang mendukung ta‘rib
adalah Al-Magribi. Ia memberikan perhatian besar kepada perkembangan bahasa Arab
dengan cara mencarikan padanan kata untuk istilah-istilah asing yang baru dengan jalan
isytiqāq (derivasi) atau ta‘rib (arabisasi). Secara tidak langsung, Al-Magribi mendukung
arabisasi dengan catatan cara tersebut mengikuti kaidah-kaidah yang sesuai dengan
kondisi bahasa Arab. Ia meyakini bahwa arabisasi merupakan suatu proses alamiah
yang hampir tidak mungkin diabaikan. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa kata-kata asing
yang diarabkan (al-kālimat al-mu’arrabah) tidak mempengaruhi kemurnian bahasa. Suatu
kata yang diarabkan sama baiknya dengan kata-kata Arab asli lainnya, karena
mengikuti pola-pola bahasa Arab dan mempunyai fungsi yang sama pentingnya. Kata-
kata yang diarabkan sama benar dan sama fasihnya dengan kata-kata asli bahasa Arab.
Arabisasi merupakan suatu perkembangan yang alami atau suatu perubahan bertahap, yang
terjadi pada bahasa sesuai dengan ciri-ciri khasnya. Namun, al-Magribi menyadari bahwa
arabisasi dapat menimbulkan kekacauan bila tidak mengikut kaidah-kaidah yang ada.
Peminjaman kata-kata asing yang berlebihan tanpa batas akan menghilangkan ciri-ciri
kearaban dan selanjutnya ciri-ciri kebangsaan pengguna bahasa Arab. Selain al-Magribi, al-
Khalil bin Ahmad al-Farahidi dan Sibawaih juga bersikap toleran dalam menerima
arabisasi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyerapan bahasa asing merupakan hal yang lumrah terjadi pada semua bahasa di
dunia. Hubungan antar bangsa berbeda bahasa dalam kurun waktu yang cukup lama sangat
memungkinkan terjadinya peristiwa pinjam-meminjam kata, baik karena kebutuhan
mendesak dalam memberi nama benda yang baru pertama kali dikenal maupun atas dasar
ketertarikan semata saat menggunakan kata lain dari bahasa asing.
Proses Arabisasi telah terjadi sejak bangsa Arab bermigrasi ke berbagai belahan dunia
dan bercampur dengan bangsa-bangsa asing. Selain itu, perdagangan internasional dan invasi
bangsa-bangsa ajam terhadap bangsa Arab menjadi mendorong terjadinya penyerapan bahasa
satu sama lain. Salah satu keunggulan bahasa Arab adalah kemampuannya menggunakan
bahasa asing tanpa kehilangan jati dirinya sehingga hampir sebagian besar mu‘arrab sesuai
dengan pola dan kaidah bahasa Arab.
Bagaimanapun, bahasa merupakan produk kebudayaan manusia yang sering berubah
seiring kemajuan peradaban. Bahasa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan
zaman akan semakin tergerus dan terancam mati seperti nasib beberapa bahasa di beberapa
belahan dunia.

B. Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja
maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala
keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, Averil. Dunia Mediterania di Zaman Kuno . Averil Cameron. (1993).

Ibid, h. 52

Houtsma, M.Th. Ensiklopedia Islam Pertama EJ Brill, 1913-1936, Volume 5. M.Th.


Houtsma (1993).

Nebes, Norbert, "Epigraphic South Arabian," dalam Uhlig, Siegbert, ed. Encyclopaedia
Aethiopica (Wiesbaden: Harrassowitz Verlag, 2005)

Anda mungkin juga menyukai