Oleh: Umi Rukhiyatun, M. Hum A. Bangsa Semit Bangsa Semit adalah suatu bangsa yang disematkan pada bangsa-bangsa meliputi Aramiy, Fenesia, Ibrani, Arab, Yaman, Babilonia, Asyuriyyah serta bangsa-bangsa keturunan mereka. Penamaan Semit diberikan oleh Schlozer seorang orientalis Jerman di akhir abad 18 (tahun 1781 M). Nama Semit diambil dari kitab kejadian (Injil). Nama tersebut diambil dari nama salah satu putra Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan Yafits. Beberapa pendapat para sarjana mengenai kemunculan pertama bangsa Semit, diantaranya: 1. Wilayah Ethiopia, dari wilayah ini bangsa Semit ke bagian selatan Arab lewat Bab al Mandab. Dari wilayah selatan ini menyebar ke seluruh jazirah Arab. 2. Wilayah Utara Afrika. 3. Negara Armenia dekat perbatasan Kurdistan. 4. Wilayah Utara Irak. 5. Negara Kan’an. 6. Wilayah Barat Daya semenanjung jazirah Arab yaitu Hijaz, Najed, Yaman dan sekitarnya. B. Bahasa Rumpun Semit Bahasa ini merupakan bagian dari rumpun bahasa dunia yang lebih besar yaitu rumpun Afroasiatik. Rumpun ini merupakan kumpulan besar bahasa-bahasa di Barat Asia serta Bagian Utara dan Timur Afrika. Rumpun ini berkerabat didasarkan pada kesamaan karakteristik struktur yang dimilikinya. C. Metode Kajian Bahasa Semit Ada dua orientasi kajian bahasa Semit yaitu: 1. Kajian umum tentang sejarah bahasa-bahasa Semit mulai pertumbuhan, keberlangsungan dan perkembangannya. Tokohnya Ernest Renan, sarjana Perancis, pada pertengahan abad 19. Namun pendapat Renan banyak dikritik kemudian direvisi oleh Noldeke, sarjana Jerman. 2. Kajian spesifik mengenai bunyi, gramatika dan kosa kata hingga perbandingan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Tokohnya Wright dan Zimmern. Adapun tokoh yang mengkaji keduanya yaitu Karl Brokelmann, sarjana Jerman. D. Bahasa Semit Tertua (Kuno) Berikut ini beberapa perbedaan pendapat mengenai bahasa Semit tertua, diantaranya: 1. Para rahib (pendeta) Yahudi lama berkeyakinan bahwa bahasa Ibrani yang tertua. 2. Sebagian sarjana menganggap bahasa Asyur yaitu Babilonia yang tertua tapi tidak ada bukti karena kosa kata Asyur bukan bahasa Semit murni dan sudah bercampur dengan bahasa Sumeria. 3. Sejumlah sarjana modern yang dipimpin Olshausen menganggap bahasa Arab yang tertua karena termasuk anggota rumpun Semit yang paling mendekati bahasa Semit pertama. 4. Ali Abdul Wahid Wafiy memandang semua pendapat di atas adalah cacat karena semua bahasa anggota rumpun Semit telah melewati fase yang panjang hingga diteliti para sarjana saat ini jadi mustahil ada suatu bahasa tunggal sebagai asal padahal penggunanya terpencar di mana saja. 5. Pendapat yang bisa diterima mayoritas orientalis modern adalah bahasa Arab merupakan bahasa rumpun Semit yang telah menjaga banyak aspek utama bahasa Semit tua baik secara kosa kata maupun gramatika. E. Pembagian Bahasa Rumpun Semit 1. Bahasa Semit Timur Bahasa Semit Timur adalah bahasa Akadia yang memiliki dua cabang yaitu bahasa Babilonia dan Asyuria. Data historisnya prasasti Hamurabi, ditulis dengan tulisan paku yang merupakan undang-undang tertua di dunia. Bahasa ini berkembang di negara Babilonia yang diapit sungai Tigris dan Eufrat. Kata Akadia adalah nama ibu kota yang dibangun oleh raja Sarjundi bagian Utara Babilonia tahun 2350 SM. Orang yang pertama kali menggali dokumen tentang bahasa Akadia adalah Botta (konsulat Perancis) di desa Kharasbad dekat kota Al-Maushul pada bukan Maret 1843 M. Tujuan penggalian untuk mencari bagian-bagian istana raja Sarjun II (raja Asyur abad VIII SM). Setelah itu bergabunglah Parot, Layard dan Mallown (para arkeolog Perancis, Inggris dan Amerika) dalam pencarian situs bersejarah. Hasil dari penggalian ditemukan prasasti dalam jumlah besar yang ditulis di atas papan tanah liat yang dikeringkan dengan cara dibakar. Salah satu prasastinya yaitu Hajar Rasyid atau Batu Rosetta, yang ditulis dengan tiga bahasa diantaranya bahasa Yunani dan Persia Kuno. Kode dalam prasasti ini diuraikan oleh Rawlinson seorang sarjana Inggris tahun 1874 M. 2. Bahasa Semit Barat Laut Bahasa Semit Barat Laut terbagi dua yaitu bahasa Kan’an dan Aram. Bahasa Kan’an terbagi dua juga yaitu Kan’an Utara dan Kan’an Selatan. Bahasa Kan’an Utara diwakili oleh bahasa Ugaritik (dialek Kan’an kuno). Ugaritik adalah nama kota yang terletak 12 Km di sebelah utara Al- Ladziqiqiyah, dekat pantai timur Suriah (Laut Tengah/Mediterania) Pengungkapan bahasa Ugaritik (Ujaret) terjadi secara tidak sengaja pada Maret 1929 oleh seorang petani yang sedang membajak tanah di Minah Baidhah di pantai utara Suriah. Bahasa Kan’aniyyah utara meliputi bahasa Ibrani. Teks paling penting yang ditulis dalam bahasa Ibrani adalah kitab “Perjanjian Lama” yang meliputi Taurat Nabi Musa, Mazmur Nabi Daud dan Amtsal Nabi Sulaiman. Bahasa Aram adalah bahasa Semitik dengan sejarah selama 3.000 tahun. Bahasa ini pernah menjadi bahasa pemerintahan berbagai kekaisaran serta bahasa untuk upacara keagamaan. Bahasa Aram adalah bahasa asli sebagian besar Kitab Daniel dan Ezra dalam AlKitab. Bahasa ini juga merupakan bahasa ibu Yesus Kristus. 3. Bahasa Semit Barat Daya Bahasa yang termasuk Semit Barat Daya adalah bahasa Arab dan bahasa Etofia (Habsyi). Bahasa Etofia adalah bahasa bangsa Semit yang keluar dari selatan Jazirah Arab ke negara seberang yaitu Etofia. Di sana pada awalnya mereka melakukan penjajahan terhadap negara Etofia tersebut, namun akhirnya mereka tinggal di sana dan bercampur baur dengan penduduk lama dari bangsa Hemit. Mereka menyebut bahasa mereka dengan sebutan bahasa Ja’ziyyah, sebuah nama yang diambil dari nama suku bangsa klasik. Dokumen sebagai bukti atas bahasa Etofia yang ditemukan merujuk pada tahun 530 M. Bahasa Ja’ziyyah hanya bertahan sampai abad 12 M kemudian terbagi menjadi beberapa dialek dan yang paling terkenal adalah dialek Amhariyah yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Hemit terutama dalam aspek struktur kalimat. Adapun bahasa Arab terbagi ke dalam dua bagian yaitu bahasa Arab Selatan dan Utara. Bahasa Arab selatan adalah bahasa Himyar yang terdapat di wilayah Yaman dan selatan jazirah Arab dan memiliki dua dialek yakni dialek Sabiyyah dan Ma’iniyyah. Bukti prasasti kedua dialek ini ditemukan pada tahun 12 SM hingga 6M. Bahasa Arab utara ialah bahasa Arab yang berkembang di bagian tengah jazirah Arab dan bagian utaranya. Bahasa Arab ini adalah bahasa yang kita kenal sekarang sebagai bahasa Arab Fusha. Bahasa ini telah lama dipakai sebagai bahasa tulisan. Salah satu faktornya karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab ini juga menjadi bahasa resmi agama Islam terutama dalam aspek ibadah. F. Faktor-Faktor Perekat Kekerabatan Rumpun Semit Berikut faktor-faktornya menurut Ibrahim al-Hamd: 1. Bangsa-bangsa Semit tidak tinggal di daerah-daerah yang berjauhan. 2. Meskipun tersebar di sejumlah daerah atau negara, bangsa Semit tetap mempertahankan komunikasi dan tidak berhenti bermigrasi ke negara tetangga. 3. Mayoritas bahasa-bahasa Semit disatukan oleh agama dan kebudayaan yang dipegang teguh penuturnya. Misalnya bangsa Arab disatukan oleh Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama Islam. Begitu pula dengan bangsa Yahudi, Suryani, Arami dan lainnya dipersatukan dengan keyakinan dan agama mereka. G. Karakteristik Bahasa Semit Karakteristik Bahasa Semit menurut Abdul Wahid Wafiy adalah sebagai berikut: 1. Kata dasar mayoritas terdiri dari tiga bunyi mati yaitu yang buka layyin (wawu dan ya) dan berbeda-beda seperti قتل، ضرب، رجعdan sebagainya. 2. Hampir semua kata dalam bahasa Semit memiliki satu bentuk dasar. 3. Bunyi-bunyi mati (kecuali bunyi layyin) memiliki signifikasi dalam tiga aspek yaitu makna (dilalah), pengucapan (nuthq) dan penulisan (rasm). 4. Setiap kata kerja (fi'il) di sebagian besar bahasa Semit memiliki waktu baik waktu lampau (madhi), sedang (hal) dan akan datang (mustaqbal). 5. Dalam bahasa Semit bahkan Hemit kebanyakan pembentukan gender perempuan dilakukan dengan cara penambahan huruf ta’ pada bentuk muannats (perempuan). 6. Antar bahasa-bahasa Semit memiliki kesamaan dalam aspek kosa kata yang merujuk anggota badan, kata ganti, hubungan kekerabatan, bilangan, beberapa kata kerja dan peralatan rumah dalam kehidupan bangsa Semit. Karakteristik bahasa Semit menurut Emil Badi' Ya'qub secara keseluruhan bahasa Semit memiliki kesamaan diantaranya: 1. Penulisan sangat bergantung pada huruf-huruf konsonan (shamitah), bukan huruf-huruf vokal (shaitah). 2. Pembentukan isim (kata benda) berdasarkan jumlah serta jenisnya dan pembentukan fi'il (kata kerja) berdasarkan waktu (zaman), jumlah huruf (mujarrad dan mazid), kualitas huruf (shahih dan mu'tal). 3. Mayoritas kata berasal dari tiga huruf. 4. Memiliki dua huruf halaq yaitu ha ( )حdan 'ain ()ع, serta memiliki huruf ithbaq yaitu shad, dhad, tha dan zha. 5. Hampir tidak memiliki tarkib majazi kecuali dalam 'adad (bilangan) seperti خمسة عشر 6. Isytiqaq (derivasi) dibentuk dengan merubah harakat, menambah huruf pada akhir kata mengurangi huruf akhir kata. 7. Bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Semit memiliki kesamaan dhamir (kata ganti), serta cara berhubungan dengan isim (kata benda), fi'il (kata kerja) dan huruf (partikel). 8. Bahasa-bahasa rumpun bahasa Semit memiliki kesamaan dalam penyusunan kalimat (jumlah). 9. Bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Semit memiliki kesamaan dalam kosa kata yang berkaitan dengan anggota badan, kekerabatan, bilangan, beberapa fi'il serta perkakas yang dipakai dalam kehidupan. Karakteristik bahasa Semit menurut Ibrahim al-Hamd diantaranya: 1. Aspek bunyi Mayoritas bahasa Semit memiliki bunyi halq yaitu خ، غ، ح، ع، ه،ا. Jika beberapa bunyi tidak ditemukan dalam beberapa bahasa maka hal itu disebabkan karena pengaruh bahasa luar. 2. Aspek morfologis Bahasa-bahasa Semit merupakan bahasa isytiqaqy (derivatif) dan tashrify (inflektif). Mayoritas bahasa Semit memiliki kata dasar yang berjumlah tiga huruf (tsulatsy), juga ditemukan dua huruf (tsunaiy) dan empat huruf (ruba'iy). 3. Aspek waktu dalam kata kerja Kata kerja (fi'il) pada bahasa Semit memiliki dua waktu yaitu lampau (madhiy) dan sedang berlangsung (mustamir). 4. Aspek gender Bahasa-bahasa Semit membagi jenis kelamin (jins) menjadi dua yaitu mudzakar (maskulin) dan muannats (feminim). 5. Aspek jumlah pada kata benda Bahasa-bahasa Semit membagi jumlah isim ke dalam tiga kategori yaitu mufrad (satu), mutsanna (dua) dan jam'u (tiga lebih). 6. Aspek i'rab Aspek ini merupakan aspek yang cukup populer pada bahasa Semit dan sudah dipakai dari zaman dahulu. Hal ini berdasarkan temuan-temuan pada teks-teks naskah kuno bahasa Akadia dan bahasa Arab yang sudah menggunakan i'rab. 7. Aspek kosa kata Pada bahasa Semit banyak ditemukan kosa kata yang maknanya mirip satu sama lain. Contohnya banyaknya kemiripan pada kata ganti (dhamir), jumlah bilangan ('adad), nama-nama anggota keluarga, anggota badan serta sejumlah kata yang menunjukkan pada kehidupan bangsa-bangsa Semit. H. Perbedaan antar Bahasa Rumpun Semit Berikut beberapa aspek perbedaan antar bahasa rumpun Semit: 1. Gramatika Misalnya dalam bahasa Arab adat ta'rif adalah alif lam yang ditempatkan di awal kata. Sedangkan dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab yang telah punah (baidah) adat ta'rif adalah ha ( )هـyang diletakkan di awal kata. Dalam bahasa Sabiyyah adat ta'rif-nya adalah nun ( )نyang diletakkan di akhir kata. Dalam bahasa Suryani adat ta'rif-nya hamzah panjang ( )آyang diletakkan di akhir kata. Adapun dalam bahasa Asyuria, Babilonia dan Etofia tidak memiliki adat ta'rif sama sekali. 2. Bunyi Misalnya bunyi ذ، غ، ظ، ضtidak ditemukan dalam bahasa Ibrani. Bunyi ع، ق،ش tidak ditemukan dalam bahasa Babilonia. Kebanyakan kata yang menggunakan huruf سdalam bahasa Ibrani biasanya dalam bahasa Arab atau Etofia diganti dengan شjuga sebaliknya. 3. Kosa kata (mufradat) Perbedaan dalam kosa kata yang digunakan antar bahasa-bahasa Semit tampak pada banyak sekali hingga kata-kata yang maknanya sudah sangat populer dalam bahasa Semit seperti kata صبي، شيخ، جبل، خيمةdan sebagainya. I. Manfaat Kajian Bahasa Semit bagi Kajian Bahasa Arab Manfaat kajian bahasa Semit menurut Ibrahim al- Hamd sebagai berikut: 1. Mengetahui sejarah bangsa-bangsa Semit yang satu sama lain saling berhubungan dekat dari segi adat istiadat, tradisi, agama, kebudayaan serta efeknya bagi bangsa Arab. 2. Penelitian sejarah komparatif bahasa-bahasa Semit sangat membantu untuk memecahkan problematika bahasa Arab, seperti problematika dilalah (makna bahasa) yang termasuk di dalamnya adalah taraduf (sinonim), isytirak (polisemi) dan ibdal (pergantian makna).