Anda di halaman 1dari 25

Materi Komphrenship MK PBA

H. Ubadah Yasin

1. Asal-usul Bahasa Arab.


2. Perkembangan dan Klasifikasi Bahasa Arab
3. Karakteristik dan Keistimewaan bahasa Arab
4. Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia
5. Problematika Pengajaran Bahasa Arab
6. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
7. Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab
8. Dasar-dasar Teoritis Pembelajaran Bahasa Arab
9. Empat Kemahiran Berbahasa
10. Eksistensi Bahasa Arab dalam dunia Internasional

A. Asal-usul Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah salah suatu bahasa dari rumpun bahasa Semit atau al-
Samiyah. Nama ini diambil dari salah seorang putra Nabi Nuh yang bernama Sam.
Tanah air mereka adalah daerah Barat Daya semenanjung Jazirah Arabia atau
Semenanjung Arabia di bagian Barat Daya Benua Asia. Dalam Ensiklopedi Islam
(Ridwan, et al: 1994:150) dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa tertua di
dunia, dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak diketahui dengan pasti , tetapi
teks bahasa Arab tertua ditemukan dua abad sebelum Islam datang yaitu yang dikenal
dengan sebutan Sastra Jahiliah (al-Adab al-Jahiii).

Secara umum, Bahasa Arab dibagi menjadi dua bagian, al-'Arabiyyah al-
Baidah dan al-'Arabiyah al-Baqiyah. Pertama, al- Arabiyyah al-Baaidah (bahasa
Arab yang sudah punah) yaitu bahasa yang telah digunakan orang orang Arab yang
berada di bagian utara Hijaz dan wilayah berbatasan dengan Armenia dan jauh dari
pusat pusat bahasa Arab fusha, dan kemudian bahasa Armenia sangat mendominasi,
sehingga lambat laun bahasa Arab ini musnah sebelum Islam datang, dan yang
tertinggal hanya berupa ukiran ukirannya saja yang disebut ( Al arabiyyah an-
nuqusy). Yang terpenting dari lahjah (dialek) al-Baqiyah ini adalah al-Tsamudiyah,
al-Shafawiyah, dan al-Lihyaniyah. (Lihat Sejarah bangsa Arab dalam buku Sejarah
Peradaban Islam).

Kedua, al-Arabiyyah al-Baaqiyah (bahasa Arab yang masih hidup) yaitu


bahasa yang sampai sekarang masih digunakan oleh orang-orang Arab sebagai
bahasa sastra, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa ini tumbuh di Hijaz dan Nejd
berkembang di seluruh wilayah Arabiyah. Term al-Baqiyah adalah kebalikan dari al-
fana' (lenyap).

Bahasa Arab al-Baqiyah ini sampai ke tangan kita melalui al-syi'r al-jahiliy
(syair-syair jahiliyah) dan bekas-bekas mereka diketahui melalui peninggalan-
peninggalan sastra jahiliyah yang belum terkumpul dan belum dibukukan kecuali
sesudah abad pertama pada masa Islam atau abad ke lima sesudah masehi. Al-Baqiyah
ini juga terpagi dalam dua kelompok penutur, yaitu al-'Arab al-'Aribah dan al-'Arab
al-Musta'rabah.

Kelompok pertama (Arab Araibah) adalah penutur yang berasal dari Bani
Qahthan. Dahulunya mereka adalah penduduk di tepi Sungai Efrat dan mereka
berimigrasi ke Yaman dan menjadikannya sebagai tempat menetap. Nenek moyang
mereka adalah Kahlan dan Himyar serta Jurhum. Mereka inilah yang pernah
memegang peranan penting dalam sejarah bangsa Arab dengan mendirikan kerajaan-
kerajaan besar di Yaman. Kelompok kedua adalah komunitas penutur bahasa Arab
yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail. Mereka ini biasa juga disebut al-Arab al-
Adnaniyyah karena salah seorang turunannya bernama Adnan yang melahirkan suku
Quraisy yang merupakan cikal bakal dari klan Nabi Muhammad saw.
Bahasa Arab Baqiyah inilah yang sampai sekarang masih digunakan oleh
orang Arab sebagai bahasa sastra, lisan, dan tulisan. Yang terpenting dari dialek-
dialek Arab Baqiyah adalah dialek gharbiyah hijaziyah yang biasa juga disebut
Quraisyiah atau dialek Najdiah Sarqiah, dan kadang-kadang juga dinamakan
Tamimiyah. Dalam perkembangannya, ternyata dialek Quraisy-lah yang
mendominasi di antara dialek-dialek yang lain. Bahkan, bila disebut bahasa Arab
Fushah maka yang dimaksud adalah lahjah Quraisy (Al-Shalih, 1976:66). Dialek atau
lahjah Quraisy ini menjadi bahasa sastra, ilmiah, dan bahasa percakapan yang
dimengerti oleh banyak kabilah serta bahasa dalam berbagai pertemuan formal.
Dalam hubungannya dengan penggunaan bahasa Arab, maka didapati dua
macam bentuk penggunaannya, yaitu ammiyah dan fushah. Dialek ammiyah adalah
percakapan yang digunakan oleh orang Arab dalam kehidupan keseharian mereka dan
telah banyak dipengaruhi oleh bahasa lokal dan berbeda jauh dengan bahasa Arab
fushah.
Adapun bahasa fushah, yaitu bahasa Arab resmi yang digunakan oleh Alquran
dan Hadis. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa tulisan maupun lisan, atau sebagai
bahasa sastra, bahasa kitab, surat kabar, majalah, ceramah-ceramah ilmiah, khotbah,
pidato kenegaraan, dan lain-lain.

Setelah menempuh perjalanan berabad-abad, bahasa Arab kini menjadi bahasa


resmi di berbagai negara. Di Benua Afrika misalnya (dalam Arsyad, 1997:2), bahasa
Arab dituturkan dan menjadi bahasa pertama di negara-negara semacam Mauritania,
Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, dan Sudan. Di semenanjung Arabia, bahasa ini
menjadi bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Arab Saudi, Qatar, dan Uni
Emirat Arab, jauh ke Utara yaitu Yordania, Irak, Suriah, Libanon, dan Palestina.

B. Perkembangan dan Klasifikasi Bahasa Arab

Perkembangan Bahasa Arab dapat dibagi dalam dua masa, masa sebelum
masehi, masa pra Islam dan masa sesudah Islam muncul.

Pertama : Bahasa Arab tumbuh akibat perpindahan sebagian kabilah Yaman


ke Hijaz dan mereka bermukim di sana. Mereka ini merupakan bibit bangsa Arab
Mustaribah, yaitu anak keturunan Ismail yang datang ke Suku Qahtan dan hidup
bersama ini menimbulkan percampuran bahasa dan keturunan sehingga mereka ini
dalam sejarah dikenal dengan kaum Adnan yang hidup sekitar tahun 1900 s.m.
Kedua : Sekitar tahun 115 s.m. pada saat rusaknya bendungan Marib di
Yaman, sebagian besar kabilah Yaman berhijrah ke utara. Di antara kabilah-kabilah
tersebut ada yang memilih kota Yatsrib (Madinah) sebagai tempat tinggalnya. Mereka
itu keturunan Tsa'labah. Sebagaimana diketahui di antara keturunan Tsalabah ini
terdapat kabilah Aus dan Khazraj, dimana dua kabilah ini dalam sejarah Islam
membantu Rasulullah saw. dalam menyebarluaskan dakwah islamiyah di Yatsrib. dan
di antara keturunan Tsalabah terdapat pula kabilah Thaiyi dan Qudhaah. Mereka ini
(kabilah-kabilah) berasimilasi dengan bangsa Arab Mustaribah (kaum Adnan) dan
mereka membawa kebudayaan dan bahasanya, sehingga percampuran kedua bangsa
ini (Arab Yaman dan Arab Mustaribah) menciptakan satu bahasa.
Ketiga, dimulai dengan kontaknya bahasa Arab ini dengan datangnya Islam.
Para ahli sependapat bahwa peristiwa terpenting dalam sejarah perkembangan bahasa
Arab adalah datangnya Islam dan tersiarnya sampai meluas ke daerah-daerah dari
Asia Tengah sampai Afrika Barat.
Dengan datangnya Islam dan turunnya Alquran dalam bahasa Arab (standar),
kedudukan bahasa Arab menjadi lebih penting dan menarik perhatian kalangan
masyarakat yang lebih luas. Semakin besar jumlah pemeluk Islam, semakin meluas
pengaruh bahasa Arab ini sampai pada kehidupan kalangan orang-orang awam.
Karena disorong oleh jiwa dan semangat keagamaan, pemeluk-pemeluk Islam
mempunyai kecintaan membaca Alquran, baik untuk ibadah dan bacaan Alquran
dan menggali ajaran-ajaran Islam.

1. Klasifikasi Bahasa Arab


J.A. Haywood dalam bukunya A New Arabic Grammar of the Written
Language sebagaimana dikutip oleh para ahli bahasa Arab, bahasa Arab dibagi dalam
3 kelompok :
a. Bahasa Arab Klasik (Classical Arabic)
b. Bahasa Arab Sastra Modern (Modern Literary Arabic)
c. Bahasa Arab tutur/pergaulan (Modern Spoken or Colloquial Arabic)
Bahasa Arab Klasik ialah bahasa Arab Alquran dan Sunnah
serta bahasa Arab zaman kuno sampai sebelum zaman modern. Zaman modern
dimulai kira-kira sejak Perancis menduduki Mesir tahun 1798 M. sampai sekarang.
Sedangkan bahasa Arab Sastera Modern ( Neo Classical
Arabic) atau ( Modern Arabic) ialah bahasa Arab yang dewasa ini
secara resmi digunakan sebagai bahasa Sastera Arab Modern, bahasa buku-buku
ilmiah, kuliah dan ceramah-ceramah ilmiah, bahasa surat kabar-surat kabar, majalah,
bahasa TV dan radio, bahasa pidato resmi kenegaraan serta administrasi
pemerintahan di Negara-negara Arab.
Perbedaan dua kelompok ini dapat diketahui dalam idiom maupun kosa-
katanya. Namun demikian, perbedaan ini sangat kecil bila dibandingkan dengan
bahasa-bahasa Eropa pada periode yang sama, seperti bahasa Inggeris Chaucer dan
bahasa Inggeris Kipling. Hal ini disebabkan, karena bahasa Arab klasik adalah
sebagai bahasa wahyu Ilahi yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran sehingga ia
tak banyak mengalami perubahan.
Adapun bahasa Arab tutur/pergaulan adalah bahasa yang dipakai sehari-hari di
Mesir, Sudan, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Siria, Libanon, Irak, dan Saudi Arabiah.
Dalam pengajaran bahasa Arab di Indonesia pada umumnya dititikberatkan
pada bahasa Arab modern di samping bahasa Arab klasik. Sedangkan bahasa Arab
pergaulan/tutur tidak pernah diajarkan dalam arti formal.
Dari sinilah mulai terbina hubungan yang menjalin bahasa Arab dengan agama
Islam, sehingga membawa akibat yang jauh sekali bagi masa depan bahasa Arab yang
kemudian menjadi bahasa agama dan kebudayaan bagi dunia Islam.

C. Keistimewaan dan Karakteriatik Bahasa Arab.

Secara umum, bahasa Arab merupakan bahasa yang terlengkap di antara


bahasa-bahasa Semit. Kelengkapan bahasa ini dapat dilihat dari ciri dan keistimewaan
yang dimilikinya, antara lain:
1. Bahasa Arab tidak hanya mencakup bunyi-bunyi yang terdapat dalam bahasa
Semit lainnya, tetapi juga bunyi-bunyi lain yang tidak ada persamaannya dalam
bahasa Semit, seperti bunyi sa, zal, ghain, dan dad (Wafi, 1962:159).
2. Pada bahasa selain Arab (ajam) sering dijumpai kata yang dimulai dengan huruf
mati atau gugus konsonan (al-harf al-sakin) misalnya speech (Inggris), cloche
(Prancis), atau sprache (Jerman; pada bahasa Arab, hal yang demikian tidak
dijumpai dan tidak dibolehkan (Al-Mubarak, 1972: 68-69).
3. Kesamaan satu kata dengan kata asalnya (al-isytiqaqiyah) mengisyaratkan
kesamaan arti asal. Misalnya ada kesamaannya dengan kata . Dengan
demikian, kedua kata tersebut mempunyai arti asal yang sama "nasehat". Kata
yang tidak dapat dikembalikan ke asalnya, berarti kata tersebut tidak berasal dari
bahasa Arab, tetapi bahasa ajam yang telah diarabkan, seperti kata firdaus, kub,
istibraq, dan lain-lain (Al-Mubarak, 1972:272).
4. Bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah nahwu (sintaksis) dan sharaf (morfologi)
yang lebih luas dan mendalam serta mempunyai akar kata yang lebih banyak dan
lebih luas dari bahasa-bahasa Semit lainnya (Wafi, 1962:159).
Menurut Poeradisastra 1981 (dalam Arsyad, 1997:5), akar kata bahasa Arab
secara tipikal terdiri atas tiga konsonan pada satu order tertentu atau mempunyai dasar
tiga huruf mati yang dibentuk dengan jalan pemasangan rangkaian (apiksasi) berupa
awalan (prefiks) dan akhiran (sufiks) serta perubahan huruf-huruf hidup.
Hal tersebut bisa dilihat pada kata kitab, akar katanya adalah k-t-b- yang selalu
diasosiasikan dengan konsep tentang tulis menulis. Akar kata yang sama terdapat
pada kita:bah yang berarti tulisan, maktabun yang biasa diartikan kantor atau tempat
menulis, ka:tibun yang berarti penulis, maktabatun atau perpustakaan, dan seterunsya.
Dan pada umumnya, kamus-kamus bahasa Arab disusun berdasarkan akar katanya
ketimbang huruf pertama suatu kata, seperti kamus al-Munjid, al-Mu'jam al-Wasith,
al-Raid dan sebagainya. Begitupula kamus Arab Indonesia seperti al-Munawwir,
Mahmud Yunus, dan lain-lain.

Dari Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa secara umum, ciri dan
karakteristik bahasa adalah:

1. Merupakan bahasa terlengkap di antara bahasa bahasa semit

2. Mempunyai beberapa bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa semit antara
lain seperti :dzal, ghain, tsa , da

3. Mempunyai akar kata yang sangat banyak dan lebih luas dibanding
dengan bahasa semit-semit yang lainnya.

4. Huruf Arab berjumlah 29 huruf (huruf abjad) yang masing huruf memiliki
bentuk bentuk tersendiri, ketika berdiri sendiri atau diposisi awal, tengah
dan akhir.ada beberapayang hanya dapat di tulis bersambung dengan huruf
lain di depannya seperti ; alif ,dal,dzal ra , zay dan waw.

5. Bahasa Arab mempunyai dua macam vocal, tunggal, dan rangkap.

6. Adanya isim musytaq dan mujarrad, tasydid, dan ta marbuthah (penanda


feminim).

D. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab


Orang Indonesia yang mempelajari bahasa Arab menemui problematika, baik
yang bersifat linguistik seperti mengenai tata-bunyi, kosa-kata, tata-kalimat dan
tulisan, maupun yang bersifat non-linguistik, yaitu yang menyangkut segi sosio-
kultural atau sosial budaya.
1. Problematika Linguistik
a. Tata Bunyi
Harus diakui bahwa beberapa unsur (fonem) dalam bahasa Arab tidak ada
persamaannya dengan bahasa Indonesia, misalnya : dan . Tetapi
sangat banyak kesempatan yang menguntungkan para mahasiswa dan pelajar
Indonesia untuk membiasakan mendengar dan mengucapkan huruf-huruf tersebut di
atas, karena sering terdengarnya bacaan Al-Quran, baik melalui TV dan radio
maupun pada kesempatan-kesempatan tertentu dimana diperdengarkan pembacaan
Alquran. Ditambah lagi dengan banyaknya upacara agama di mana banyak didengar
dan diucapkan bacaan-bacaan yang berbahasa Arab, seperti azan, iqamat, shalat dan
doa-doa lainnya. Di samping itu, latihan secara berkala dan berkesinambungan perlu
dilakukan.
Sehubungan dengan bunyi-bunyi huruf, peniruan dan latihan pengucapan, ada
empat hal yang harus dipelajari dengan baik, yaitu makhraj, sifat huruf, mad dan
qashar, serta syaddah dan tanwin.
b. Kosa Kata
Sehubungan dengan problematika tentang kosakata, banyak segi-segi sharaf
(Morfologi) dalam bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya
segi conjugasi (tashrif). Tentang conjugasi dalam bahasa Arab dapat dicontohkan
misalnya fiil madhi , untuk bentuk mudhari menjadi , untuk bentuk amr
menjadi , untuk bentuk masdar menjadi , untuk bentuk isim fail menjadi ,
untuk bentuk isim maful menjadi , dan seterusnya.
Demikian pula fiil madhi adalah bentuk untuk pelaku( )orang ketiga
muzakkar-mufrad (pria tunggal). Untuk fail orang ketiga muannats-mufrad adalah
, untuk fail orang ketiga mutsanna-muzakkar (dua pria) adalah , untuk
muannasts-mutsanna (dua wanita) bentuknya berobah menjadi , untuk orang
ketiga muzakkar-jama (pria jamak), , untuk orang ketiga muannats-jama
(wanita jama) , dan seterusnya.
Selain itu untuk kata benda dari segi bilangan, dalam bahasa Indonesia yang
ada mufrad (tunggal) dan jama (jamak/plural), sedang dalam bahasa Arab ada tiga,
mufrad, mutsanna (dua/dual) dan jama (jamak). Lebih dari itu jama terbagi lagi
kepada tiga, yaitu jama taksir (broken plural), jama muzakkar salim, dan jama
muannats salim yang masing-masing memiliki ciri tersendiri.
Hal-hal ini dan lain-lain yang semacamnya adalah hal-hal yang dalam
morfologi bahasa Arab tidak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia.
c. Tata kalimat
Ilmu Nahwu bukanlah ilmu yang hanya mempelajari , yaitu perubahan
akhir kata karena berubah fungsi kata itu dalam kalimat, dan , yaitu tidak adanya
perubahan akhir kata meskipun kata itu berubah fungsi dalam kalimat. Ilmu nahwu
adalah syntax, yakni ilmu menyusun kalimat sehingga kaidah-kaidahnya mencakup
hal-hal lain di samping dan , seperti (concord/kesesuaian) dan
(word-order/tata urut kata), seperti antara mubtada dan khabar dan antara sifah
dan mausuf harus ada kesesuaian dalam segi jenis kelamin, segi bilangan dan segi
definiteness, yakni tarif-tankir (untuk sifah dan mausuf).
Misal adalah fiil harus mendahului fail dan khabar terletak sesudah
mubtada kecuali apabila khabar itu syibh al-jumlah (zharf dan jar wa majrur) dan
mubtada dalam keadaan nakirah.

d. Tulisan
Adapun faktor lain yang mungkin menghambat pembelajaran bahasa Arab
ialah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan tulisan bahasa pelajar/mahasiswa
(tulisan latin). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika meskipun sudah duduk di
perguruan tinggi, seperti IAIN, seseorang masih juga membuat kesalahan dalam
menulis Arab baik yang mengenai pelajaran/mata kuliah bahasa maupun ayat-ayat
Alquran dan Hadis, baik pada buku catatan ataupun dalam karangan-karang ilmiah.
2. Problematika Non-Linguistik
Segi sosio-kultural bangsa Arab berbeda dengan segi sosio-kultural orang
Indonesia. Hal ini menimbulkan problem pula sehubungan dengan pembelajaran
bahasa Arab. Karena akibat perbedaan sosio-kultural tersebut, maka antara bahasa
Arab dan bahasa Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan antara lain dalam
ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, ataupun nama-nama benda.
Problem yang mungkin timbul ialah bahwa ungkapan-ungkapan, istilah-istilah
dan nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan
cepat dipahami maknanya oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Arab yang belum
mengenal sedikitpun segi sosio-kultural bangsa Arab.

E. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab

1. Pendekatan, Metode dan Teknik


a. Pendekatan
Pendekatan, approach dalam pembelajaran bahasa adalah sekumpulan asumsi
mengenai hakekat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa.
Defenisi lain dikemukakan oleh Muhammad Kamil al-Naqah, bahwa
pendekatan adalah :
- -

,

Berbeda dengan metode yang bersifat procedural (rencana menyeluruh


penyajian bahasa secara sistematis), approach merupakan praduga (asumsi) yang
secara teoretis dianggap kebenaran umum yang tidak perlu dibuktikan lagi meskipun
boleh jadi timbul perbincangan mengenai efektifitas suatu metode yang lahir dari
suatu approach.

Jadi approach adalah kebenaran umum yang bersifat mutlak atau aksiomatis.
Misalnya pendekatan aural-oral yang menyatakan bahwa bahasa itu adalah apa yang
kita dengar dan ucapkan (aural-oral), sedangkan tulisan merupakan aktivitas yang
datang belakangan.

Asumsi ini kemudian mengatakan, bahwa menyimak dan bercakap-cakap


harus diajarkan lebih dahulu sebelum membaca dan menulis.

Di dalam bahasa Arab, istilah yang digunakan untuk padanan pendekatan


adalah , sedangkan metode adalah . Tetapi pendekatan Aural-Oral
populer disebut : . Bukan .
Approach di bidang pembelajaran bahasa menurut Rusydi Tuminah ada
empat, yaitu :

a. Humanistik Approach/pendekatan manusiawi ()


b. Media-Based Approach /Pendekatan Sarana Dasar ()
c. Analytical dan Non-Analytical Approach ()
d. Communicative Approach ()

b. Metode
Metode, adalah Prosedur atau rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan serasi serta tidak saling
bertentangan satu sama lain berdasarkan suatu approach.
Defenisi lain mengatakan, metode adalah :





Kalau approach bersifat aksioma, metode bersifat procedural, hal itu terlihat
jelas pada dua defenisi di atas.
Factor-faktor yang mempebgaruhi metode antara lain : tujuan, materi dan latar
belakang peserta didik. Kalau tujuan belajar bahasa untuk membaca (pemahaman),
jangan menggunakan Aural-Oral Method () , melainkan Gramatica-
Translation() . Sebaliknya kalau tujuan belajar bahasa untuk
keterampilan percakapan, metode Oral Method atau Direc Method ( ) yang
paling tepat.

c. Teknik
Teknik, adalah :



Defenisi lain mengatakan : strategi dan praktek operasional yang terjadi di
kelas (lapangan).
Dua defenisi tersebut menjelaskan bahwa teknik adalah langkah operasional
dalam kelas untuk mencapai target tertentu. Dengan kata prosedural dapat dipahami
bahwa teknik harus konsisten dengan metode dan approach, prinsip-prinsipnya tidak
boleh bertentangan atau tidak seiring dengan keduanya, agar sasaran tercapai dengan
tepat.
Sebagai contoh : pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah
komunikatif, maka metodenya adalah aural-oral dan tekniknya adalah Tanya jawab.

2. Beberapa Metode yang Populer dalam Pengajaran Bahasa Arab

Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien
sebagai media pengantar materi pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari
dengan pengetahuan yang memadai tentang metode. Sehingga metode bisa saja akan
menjadi penghambat jalannya proses pembelajaran, bukan komponen yang
menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting
sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.

Ada beberapa metode yang dianggap paling populer dan masih dipergunakan
dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya:

1. Metode Gramatika Tarjamah ()

Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika dengan metode


terjemah. Metode ini biasa juga diistilahkan dengan metode tradisional. Hal ini
disebabkan metode ini memfokuskan kajian pada teks bahasa dan informasi sekitar
kebahasaan. Namun tidak berarti bahwa metode inilah yang tertua. Term tradisional
yang melekat pada metode ini, menurut Subyakto, lebih merupakan pencerminan
yang paling tepat dari cara bahasa-bahasa Yunani kuno dan Latin diajarkan selama
berabad-abad.

Metode ini tidak memberikan perhatian bercakap secara intensif dan peserta
didik cenderung pasif dan materi pelajarannya terdiri atas buku nahwu (gramatika),
kamus atau mufradat, dan teks bacaan. Dan yang paling menonjol adalah bahasa
pengantarnya adalah bahasa ibu pelajar.

2. Metode Langsung )(

Dalam bahasa Arab, metode ini dinamakan thariqah al-mubasyirah, yang


muncul di Eropa sekitar abad ke 19 sebagai reaksi dan ketidakpuasan terhadap
metode gramatika tarjamah. Asumsi metode ini bertentangan secara diametral
dengan metode gramatika tarjamah. Asaumsi dari metode langsung adalah bahwa
proses pembelajaran bahasa Arab sama dengan pembelajaran bahasa ibu, yang
berarti bahwa penggunaan bahasa tujuan/asing harus dilakukan secara langsung dan
intensif dalam berkomunikasi melalui mendengar dan berbicara. Sedangkan
keterampilan membaca dan menulis dapat dikembangkan kemudian. Penggunaan
bahasa ibu dihindari sama sekali (ibtiad an lughah al-ummi) dan peserta didik
dibiasakan berpikir dan praktiik dalam bahasa asing/tujuan.

Dengan demikian, dalam metode langsung, pengajar atau pendidik bahasa


Arab langsung menggunakan bahasa tujuan/asing ketika menjelaskan materi ajar
dalam suati proses pembelajaran dan bahasa persrta didik haram untuk
dipergunakan. Menurut A. Fuad Effendi, salah satu pondok pesantren yang
konsisten menerapkan metode ini adalah Pondok Modern Gontor Ponorogo.

3. Metode Membaca )(

Meskipun dinamakan metode membaca, tidak berarti bahwa bahwa proses


pembelajaran terbatas pada latihan membaca an sich, latihan menulis dan berbicara
juga diberikan kendatipun dengan porsi yang terbatas.

Tujuan utama metode ini adalah kemahiran membaca, yaitu agar peserta
didik mampu memahami teks untuk keperluan studi mereka.

4. Metode Audiolingual )(

Asumsi metode ini adalah bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran dan
kebiasaan. Oleh karena itu pengajaran harus dimulai dengan memperdengarkan
bunyi-bunyi bahasa dan menjadikan bahasa sebagai kebiasaan dan harus diulang-
ulang dengan teknik repetisi. Kegiatan bahasa harus diisi dengan dengan kegiatan
berbahasa bukan mempelajari kiadah-kaidah bahasa. Tujuan utama metode ini
adalah penguasaan empat kemahiran berbahasa secara seimbang dengan urutan
penyajian menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.

5. Metode Komunikatif )(

Metode Audio lingual digunakan ecara luas sampai awal tahun


enampuluhan. Setelah itu para ahli dan praktisi pengajaran mulai mengecamnya.
Beberapa tahun kemudian muncullah metode komunikatif yang didasarkan atas
asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan atau kompetensi bawaan yang
disebut dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition Device/LAD). Oleh
karena itu, kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh factor
internal, sehingga relevansi dan efektifitas kegiatan pembiasaan dengan model
latihan stimulus-respence-inforcment dipersoalkan. Asumsi berikutnya adalah
bahwa penggunaan bahasa tidak hanya terdiri atas empat kemahiran berbahasa, akan
tetapi mencakup beberapa kompetensi dalam kerangka komunikatif yang luas,
sesuai dengan peran dari partisipan, situasi dan tujuan interaksi.

6. Metode Eklektik/Campuran )(

Metode eklektik atau metode campuran ini merupakan gabungan dari unsure-
unsur yang ada dari metode metode sebelumnya terutama yang terdapat dalam
metode qawaid wa altarjamah dan metode al-mubasyirah. Metode ini memiliki
asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal, masing-masing memiliki kelemahan dan
kekuatan; setiap metode mempunyai kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengefektifkan pembelajaran; tidak ada satu metode yang cocok untuk semua
tujuan; yang paling vital dalam pembelajaran adalah memenuhi kebutuhan peserta
didik; pendidik memiliki kewenangan untuk memilih metode yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.

Pengajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi umumnya menggunakan


metode eklektik, dan tentunya dengan berbagai alasan, antara lain, heteroginitas
input mahasiswa, otoritas dosen yang sangat tinggi, dan akses yang lebih cepat
terhadap perkembangan terbaru dalam metodologi pembelajaran bahasa; ditambah
lagi dengan kemajuan informasi dan teknologi dewasa ini terutama teknologi
internet yang memudahkan orang mendapat akses informasi pemebelajaran yang
mutakhir dan terkini.
G. Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab

1. Sistem Pembelajaran Bahasa Arab yang Inovatif

Dalam pembelajaran bahasa, terdapat beberapa sistim, terpadu, terpisah-


pisah, dan gabungan.

a) Sistem Terpadu )(

Dalam bahasa Inggris system ini disebut integrated system/all in one sytem atau
dalam bahasa Arab dikenal dengan nazhariyatul wihdah/nizhamul wahdah.
Menurut Abdul Alim Ibrahim, bahasa merupakan kesatuan yang erat kaitannya
dan bukan disajikan dalam bentuk separasi atau terpisah-pisah. Oleh karena itu,
dalam system ini hanya ada satu mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku,
satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.

Sacara umum, dalam praktik pembelajaran terdapat variasi bahan utama yang
dijadikan basis pembelajaran, yaitu: Pembelajaran berbasis topic atau teks
bacaan, dan pembelajaran berbasis situasi atau teks percakapan.

b) Sistem Separasi )(

System ini adalah kebalikan dari system terpadu. Dalam bahasa Inggeris
dinamakan separated system, dalam bahasa Arab nizhamul furu. Dalam sistem
ini, pelajaran bahasa dibagi menjadi beberapa mata pelajaran, misalnya mata
pelajaran Nahwu, sharaf, muthalaah, insya istima muhadatsah, imla khath, dan
sebagainya. Setiap mata pelajaran memiliki silabus/kurikulum, jam pertemuan,
buku, evsluasi, dan nilai hasil belajar sendiri-sendiri.

Kelebihan system ini adalah bahwa pendidik dan perancang kurikulum


mendapatkan kesempatan yang cukup untuk memberikan perhatian khusus pada
bidang kajian atau mata pelajaran tertentu yang menurut pandangannya sangat
penting. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa system ini mencabik-cabik
keutuhan bahasa dan menghilangkan esensi serta watak alamiahnya. Hal ini
menjadikan pengetahuan dan pengalaman kebahasaan peserta didik juga
terpotong-potong, sehingga tidak mampu menggunakannya secara baik dan benar
dalam kehidupan nyata. Pada sisi lain, system ini juga menyebabkan
ketidakseimbangan antar berbagai unsure bahasa dan keterampilan berbahasa,
baik pada proses pemebelajaran maupun output atau hasilnya.

c) Sistem Gabungan

Sistem terpisah-pisah dalam pengajaran bahsa Arab digunakan di Pondok


Pesantren dan Madrasah sampai tahun enampuluhan. Sedangkan system terpadu
mulai diterapkan pada pertengahan tahun tujuhpuluhan sampai saat ini. Namun
terdapat pula lembaga pendidikan yang menggabungkan kedua system tersebut,
misalnya di KMI Gontor yang menerapkan system integrasi selama satu tahun
dan tahun berikutnya dengan system separasi. Ada juga Perguruan Tinggi yang
menerapkan system integrasi tahun pertama (2 semester) dengan hanya 1
matakuliah Bahasa Arab dengan bobot 12 SKS; dan setelah itu baru disajikan
secara terpisah-pisah.

2. Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab yang Inovatif

Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi orang Indonesia pasti
berbeda dengan Pembelajaran bahasa Arab bagi orang Arab yang notabene bahasa
ibunya adalah bahasa target. Sama halnya ketika orang Arab belajar bahasa
Indonseia dan orang Indonesia yang belajar bahasa Indonesia yang bahasa ibunya
adalah bahasa target/tujuan. Maka tidak heran ketika sesorang belajar bahasa asing,
maka ia akan selalu dipengaruhi oleh strukur kata dan kalimat bahasa ibu. Untuk
mengatasi masalah ini, maka ada beberapa prinsip pembelajaran bahasa Arab yang
perlu dicermati.

a) Prinsip Prioritas

Prinsip ini secara mayoritas diterapkan pada sekolah-sekolah modern dengan


acuan sebagai berikut:

1. Latihan menyimak dan bercakap lebih diprioritaskan sebelum ditampilkan


latihan membaca dan menulis.

2. Mengajarkan kalimat diprioritaskan sebelum menagajarkan kata.

3. Mengajarkan kosa kata yang berfrekuensi tinggi, lebih diprioritaskan


walaupun mengandung unsur syaz atau mutal sebelum mengajarkan kosa
kata yang lain.
4. Mengajarkan bahasa harus dengan kecepatan normal, seperti halnya penutur
asli.

b) Prinsip Akurasi

Prinsip ini menekankan bahwa sejak awal peserta didik jangan dibiarkan
berbuat kesalahan supaya tidak terbentuk kebiasaan berbahasa yang tidak tepat,
baik dari aspek bunyi, struktur, maupun makna.

c) Prinsip Gradasi

Terminologi gradasi di sini mencerminkan bahwa:

1. Peserta didik diajarkan sesuatu mulai dari yang diketahui sampai yang belum
diketahui, dari hal yang mudah menuju hal yang sulit.

2. Materi pelajaran yang disajikan mengacu pada materi yang lalu, bauk dari
aspek kosa kata, nahwu, sharaf, maupun makna.

d) Prinsip Motivasi

Untuk merealisasikan prinsip motivasi ini, dapat ditemph melalui langkah-


langkah berikut:

1. Menghargai setiap jawaban peserta didik yang benar, dengan memberikan


pujian.

2. Menumbuhkan semangat kompetitif di kalangan peserta didik.

3. Memasukkan unsur simulasi dalam aktifitas drill (latihan).

4. Menciptakan komunikasi edukatif yang harmonis antara pendidik dan peserta


didik.

5. Memberi variasi dalam aktivitas pembelajaran.

e) Prinsip Validasi

1. Pembelajaran dilaksanakan secara praktik, bukan melalui penjelasan


gramatika, khususnya bagi pemula.
2. Penjelasan suatu makna kalimat dilakukan sedapat mungkin melalui hal-hal
konkret, antara lain dengan menggunakan media visual. Gambar-gambar
hidup dan realistik.

3. Pendidik memberikan pemahaman kepada peserta didik dengan cara


merepetisi aneka contoh yang dapat dijelaskan melalui cara termudah dan
lebih banyak kaitannya dengan arti yang berbentuk tulisan. Misalnya: jika
pendidik mengajarkan isim, maka benda yang sebaiknya dijadikan contoh
adalah kata-kata benda yang familiar dengan peserta didik dan yang ada di
dalam kelas, seperti papan tulis, buku, polpen dan sebagainya.

H. Dasar-Dasar Teoritis Pembelajaran Bahasa

Perbedaan dalam cara atau metode mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh
perbedaan pandangan terhadap hakekat bahasa dan perbedaan dalam cara
menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Dua aliran paling penting saat ini dalam
ilmu bahasa adalah aliran struktural dan aliran trasformatif-generatif.
a. Aliran Struktural
Aliran ini dipelopori oleh linguis Swiss Ferdinand de Saussure (1857-1913)
tapi dikembangkan lebih lanjut secara signifikan oleh Leonard Bloomfield. Beberapa
teori tentang bahasa menurut mazhab ini dapat disebutkan antara lain : (1)Bahasa itu
pertama-tama adalah ujaran. (2)Kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan
yang ditunjang dengan latihan dan penguatan. (3)Setiap bahasa memiliki sistemnya
sendiri yang berbeda dari bahasa lain.
Berdasarkan teori tersebut ditetapkan beberapa prinsip mengenai pengajaran
bahasa, antara lain :
1) Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, maka latihan
menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. Guru harus
mengambil peran utama dalam pembelajaran.
2) Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus
memulai pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara, membaca dan
menulis dilatihkan kemudian.
3) Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa, yaitu
pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar,
dan sebagainya.
b. Aliran Generatif-Transformasi
Tokoh utama aliran ini adalah linguis Amerika Noam Chomzky yang pada
tahun 1957 mempublikasikan bukunya Language Structures. Chomsky membagi
kemampuan berbahasa menjadi dua, yakni kompetensi ( )dan performansi ().
Kompetensi adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur. Kompetensi
menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu
pengetahuan tentang sistem kalimat (sintaks), sistem kata (morfologi), sistem bunyi
(fonologi), dan sistem makna (semantik). Sedangkan performansi adalah ujara-ujaran
yang bisa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa
dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurnah, dan oleh karena
itu pula, menurut Chomsky, suatu tatabahasa hendaknya memberikan kompetensi
bukan performansi.
Teori-teori yang berbeda atau berseberangan di antara kedua aliran tersebut
antara lain adalah :
1) Menurut aliran struktural kemampuan berbahasa diperoleh melalui
kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan, sementara aliran
transformatif-generatif menekankan bahwa kemampuan berbahasa adalah
sebuah proses kreatif.
2) Aliran struktural menekankan adanya perbedaan sistem antara satu bahasa
dan bahasa lainnya, sedangkan aliran transformatif-generatif menegaskan
adanya banyak unsur-unsur kesamaan di antara bahasa-bahasa , terutama
pada tataran struktur dalamnya.
3) Aliran sruktural berpandangan bahwa semua bahasa yang hidup
berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya
kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidah-kaidahnya pun bisa
mengalami perubahan. Aliran transformatif-generatif menyatakan bahwa
perubahan itu hanyalahmenyangkut struktur luar, sedangkan struktur
dalamnya tidak berubah sepanjang masa dan tetap menjadi dasar bagi
setiap perkembanganyang terjadi.
4) Meskipun bisa menerima pandangan aliran struktural bahwa sumber
pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, akan
tetapi aliran transformatif-generatif mengingatkan bahwa penggunaan
bahasa oleh seseorang atau suatu kelompok kadang-kadang menyalahi
kaidah-kaidah bahasa. Oleh karena itu, pembakuan bahasa merupakan
suatu kebutuhan dan harus didasarkan atas kesepakatan umum atau
mayoritas penutur bahasa.

I. Kemahiran Berbahasa

Kemahiran ( )berbahasa meliputi empat hal, yaitu :


1. Menyimak ()
Kemahiran menyimak dapat dicapai dengan latihan-latihan mendengarkan
perbedaan-perbedaan bunyi unsur kata (fonem) dengan unsure kata lainnya menurut
makhraj huruf yang benar, baik langsung dari penutur asli maupun melalui rekaman,
baik unsur kata yang terpisah dari pemahaman arti maupun bunyi kata dan kalimat
dengan pemahaman arti yang terkandung.
2. Berbicara ()
Latihan-latihan yang diberikan untuk menguasai kemahiran berbicara adalah
merupakan praktek dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan menyimak.
Tanpa latihan-latihan lisan secara intensif sulit dicapai suatu penguasaan bahasa Arab
secara sempurna. Salah satu kelemahan dan kekurangan sistem dan metoe lama
pengajaran bahasa di Indonesia pada umumnya salah kurangnya latihan-latihan lisan
secara intensif, sehingga sedikit sekali pelajar yang mampu mengutakan pikiran dan
perasaannya secara lisan
3. Membaca ()
Kemahiran membaca mencakup dua hal, yaitu : mengenali symbol-simbol
tertulis dan memahami isi.
Kemahiran mengenali symbol-simbol tertulis mencakup penguasaan huruf-
huruf Arab yang terbagi atas huruf syamsiyyah dan huruf qamariyyah dengan tanda-
tanda bacanya, seperti , , , , , tanda tanda mad (vokal panjang)
termasuk harakah berdiri seperti kata , , , dan tanda untuk alif panjang,
dan , dan , misalnya pada akhir kata bisa dibaca tun,
tan, tin jika dan bisa dibaca ah jika .
Di samping tanda-tanda baca tersebut di atas, tanda-tanda baca lainnya perlu
diperkenalkan, seperti titik (), koma (), titik koma () , titik dua
(), tanda tanya () , dan tanda seru () .
4. Menulis ()
Kemahiran terakhir yang harus dikembangkan setelah menyimak, berbicara dan
membaca ialah menulis. Kemahiran menulis mencakup tiga hal, yaitu : kemahiran
membentuk alphabet, kemahiran mengeja dan kemahiran menyatakan pikiran dan
perasaan melalui tulisan yang lazimnya disebut mengarang () .

J. Eksistensi Bahasa Arab di Dunia Internasional

Bahasa Arab merupakan bagian terpenting dalam kehidupan kaum muslimin.


Selain sebagai bahasa komunikasi, bahasa Arab juga merupakan bahasa ibadah
mereka. Pada masa lampau, amat sangat mendapatkan posisi yang istimewa di
kalangan umat Islam. Ulama dan para khlaifah tidak melihatnya dengan sebelah
mata. Kebenaran dan ketajaman atau kefasihan berbahasa menjadi salah satu
indikasi dan tolak ukur keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya.

Pada era modern sekarang ini, dalam konteks kancah perpolitikan


internasional, bahasa Arab kini sudah diakui sebagai bahasa internasional dan juga
digunakan sebagai bahasa diplomasi resmi di forum PBB sejak tahun 1973. Bahkan
beberapa negara non Arab di dunia, seperti Malysia, bahkan sudah mengakui bahasa
Arab di negaranya dan memberikan apresiasi berupa adanya tulisan-tulisan yang
berbahasa Arab pada tempat-tempat umum.

Pemakaian bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi di forum


internasional setingkat PBB dengan sendirinya telah menempatkan bahasa Arab
sebagai bahasa yang mempunyai peran penting dan sebagai salah satu alat
komunikasi dalam hubungan diplomasi internasional. Peningkatan peran
internasional ini tentu didukung oleh semakain besarnya peranan Negara-negara
penghasil minyak dalam kancah perekonomian internasional. Peran ini tentu saja
menambah dan menjadi daya tarik dunia terhadap pengajaran bahasa Arab.

Hal tersbut ditandai dengan semakain pentingnya kawasan Timur Tangah


(syarq al-ausath), yang notabene masyarakatnya mayoritas berbahasa Arab, sebagai
pusat sumber daya energy dan mineral dunia. Berbagai kalangan di dunia yang
berkepentingan dan ingin membuka jalur komunikasi dengan negara-negara di
Timur Tengah, harus berpikir dan mengambil sikap bahwa mereka sangat
membutuhkan penguasaan bahasa Arab sebagai "pintu masuk" dalam komunikasi
antara budaya yang akan membuka jalan bagi hubungan ekonomi, politik, dan
sebagainya.

Maka tidak mengherankan kalau di era sekarang, di Negara-negara Eropa,


Amerika, dan Asia banyak yang mempelajari bahasa Arab dengan tujuan yang
berbeda-beda. Bahkan di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi sudah banyak
yang memasukan bahasa Arab dalam kurikulum mereka.

K. Materi-materi Pokok Bahasa Arab

Materi yang dikemukakan di sini terbatas pada aspek kedudukan atau fungsi
kata dalam kalimat () . Materi-materi tersebut dibagi kepada tiga
kelompok dengan materi masing-masing, yaitu :
.
, , ,
, ,
.
, , ,
, , , ,

.
, ,

Materi yang juga harus dikuasai oleh para mahasiswa adalah penyusunan
struktur kalimat, baik kalimat verbal (jumlah fi'liah) maupun kalimat nominal (jumlah
ismiah).

A. JUMLAH ISMIYAH
1. Yang berakal, contoh;
-
-
-
-
-
-

2. Tidak berakal, contoh;


-
-
-
-
-
-

B. JUMLAH FILIYAH
;1. Yang berakal, contoh
-
-
-
-
-
-

;2. Tidak berakal, contoh


-
-
-
-
-
-

C. SIFAT WA MAUSUF
;1. Yang berakal, contoh
-
-
-
-
-
-

;2. Tidak berakal, contoh


-
-
-
-
-
-
-
)D. AL-IDHAFAH (MUDAF WA MUDAF ILAIH

;1. Isim Zhahir, contoh


-
-
-
-
-
-

;2. Isim Dhamir, contoh


-
-
-
. -
Soal-soal Materi Komphrenship MK PBA

A. Asal-usul Bahasa Arab.


1) Jelaskan asal-usul bahasa Arab !
2) Jelaskan pembagian bahasa Arab menurut asal-usulnya !
3) Jelaskan tentang al=arabiyah al baidah dan al'arabiyah al-musta'rabah!
4) Dalam penggunaan bahasa Arab, ada 2 macam dialek yaitu 'ammiyah dan fushhah,
Jelaskan keduanya !
B. Perkembangan dan Klasifikasi Bahasa Arab
1) Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan bahasa Arab!
2) Sebutkan dan jelaskan tentang klasifikasi bahasa Arab!
C. Keistimewaan dan Karakteristik Bahasa Arab
1) Jelaskan keistimewaan bahasa Arab
2) Jelaskan karakteristik bahasa Arab
D. Problematika Pengajaran Bahasa Arab
1) Sebutkan problematika dalam pegajaran bahasa Arab !
2) Jelaskan kedua problematika tersebut!
E. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
1) Jelaskan tentang madkhal atau pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab !
2) Jelaskan pengertian metode dalam Pemebelajaran bahasa Arab!
3) Jelaskan defenisi uslub atau teknik pengajaran bahasa Arab!
4) Sebutkan dan jelaskan beberapa metode populer dalam pengajaran bahasa Arab!
5) Apakah diperbolehkan menggunakan lebih dari satu metode dalam pengajaran
bahasa Arab? Jelaskan !
6) Dalam rangka meningkatakan kemampuan bercakap siswa, metode apa yang
paling relevan utnuk diterapkan?
F. Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab
1) Sebutkan jelaskan system pembelajaran bahasa Arab !
2) System mana yang paling relevan diterapkan di sekolah/madrasah?
3) Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab!
G. Dasar-dasar Teoritis Pembelajaran Bahasa Arab
1) Sebutkan/jelaskan dasar-d asar teoritis aliran Struktural tentang bahasa !
2) Jelaskan pandangan aliran tarsformatif generative dan siapa tokohnya!
H. Empat Kemahiran Berbahasa
1) Sebutkan empat kemahiran dalam bahasa Arab!
2) Jelaskan empat kemahiran tersebut!
I. Eksistensi Bahasa Arab dalam dunia Internasional
1) Bagaimana eksistensi bahasa Arab dalam dunia global dewasa ini?
2) Bagaimana pandangan anda tentang perana bahasan Aran dalam kancah nasional
dan internasional?

3) Materi-materi pokok Nahwu dan Sharaf


1)
2) !
3)
4)
5) ! /
6) ! /

Wassalam

H.Ubadah @052017

Buku Anjuran Bacaan:

1. Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab


2. Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif
3. Fuad Ni'mah, Mulakhkhash Qawa'id al-Lughah al-'Arabiyah
4. H. Ubadah, Buku Ajar Bahasa Arab Jilid 1 dan 2

Anda mungkin juga menyukai