H. Ubadah Yasin
Bahasa Arab adalah salah suatu bahasa dari rumpun bahasa Semit atau al-
Samiyah. Nama ini diambil dari salah seorang putra Nabi Nuh yang bernama Sam.
Tanah air mereka adalah daerah Barat Daya semenanjung Jazirah Arabia atau
Semenanjung Arabia di bagian Barat Daya Benua Asia. Dalam Ensiklopedi Islam
(Ridwan, et al: 1994:150) dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa tertua di
dunia, dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak diketahui dengan pasti , tetapi
teks bahasa Arab tertua ditemukan dua abad sebelum Islam datang yaitu yang dikenal
dengan sebutan Sastra Jahiliah (al-Adab al-Jahiii).
Secara umum, Bahasa Arab dibagi menjadi dua bagian, al-'Arabiyyah al-
Baidah dan al-'Arabiyah al-Baqiyah. Pertama, al- Arabiyyah al-Baaidah (bahasa
Arab yang sudah punah) yaitu bahasa yang telah digunakan orang orang Arab yang
berada di bagian utara Hijaz dan wilayah berbatasan dengan Armenia dan jauh dari
pusat pusat bahasa Arab fusha, dan kemudian bahasa Armenia sangat mendominasi,
sehingga lambat laun bahasa Arab ini musnah sebelum Islam datang, dan yang
tertinggal hanya berupa ukiran ukirannya saja yang disebut ( Al arabiyyah an-
nuqusy). Yang terpenting dari lahjah (dialek) al-Baqiyah ini adalah al-Tsamudiyah,
al-Shafawiyah, dan al-Lihyaniyah. (Lihat Sejarah bangsa Arab dalam buku Sejarah
Peradaban Islam).
Bahasa Arab al-Baqiyah ini sampai ke tangan kita melalui al-syi'r al-jahiliy
(syair-syair jahiliyah) dan bekas-bekas mereka diketahui melalui peninggalan-
peninggalan sastra jahiliyah yang belum terkumpul dan belum dibukukan kecuali
sesudah abad pertama pada masa Islam atau abad ke lima sesudah masehi. Al-Baqiyah
ini juga terpagi dalam dua kelompok penutur, yaitu al-'Arab al-'Aribah dan al-'Arab
al-Musta'rabah.
Kelompok pertama (Arab Araibah) adalah penutur yang berasal dari Bani
Qahthan. Dahulunya mereka adalah penduduk di tepi Sungai Efrat dan mereka
berimigrasi ke Yaman dan menjadikannya sebagai tempat menetap. Nenek moyang
mereka adalah Kahlan dan Himyar serta Jurhum. Mereka inilah yang pernah
memegang peranan penting dalam sejarah bangsa Arab dengan mendirikan kerajaan-
kerajaan besar di Yaman. Kelompok kedua adalah komunitas penutur bahasa Arab
yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail. Mereka ini biasa juga disebut al-Arab al-
Adnaniyyah karena salah seorang turunannya bernama Adnan yang melahirkan suku
Quraisy yang merupakan cikal bakal dari klan Nabi Muhammad saw.
Bahasa Arab Baqiyah inilah yang sampai sekarang masih digunakan oleh
orang Arab sebagai bahasa sastra, lisan, dan tulisan. Yang terpenting dari dialek-
dialek Arab Baqiyah adalah dialek gharbiyah hijaziyah yang biasa juga disebut
Quraisyiah atau dialek Najdiah Sarqiah, dan kadang-kadang juga dinamakan
Tamimiyah. Dalam perkembangannya, ternyata dialek Quraisy-lah yang
mendominasi di antara dialek-dialek yang lain. Bahkan, bila disebut bahasa Arab
Fushah maka yang dimaksud adalah lahjah Quraisy (Al-Shalih, 1976:66). Dialek atau
lahjah Quraisy ini menjadi bahasa sastra, ilmiah, dan bahasa percakapan yang
dimengerti oleh banyak kabilah serta bahasa dalam berbagai pertemuan formal.
Dalam hubungannya dengan penggunaan bahasa Arab, maka didapati dua
macam bentuk penggunaannya, yaitu ammiyah dan fushah. Dialek ammiyah adalah
percakapan yang digunakan oleh orang Arab dalam kehidupan keseharian mereka dan
telah banyak dipengaruhi oleh bahasa lokal dan berbeda jauh dengan bahasa Arab
fushah.
Adapun bahasa fushah, yaitu bahasa Arab resmi yang digunakan oleh Alquran
dan Hadis. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa tulisan maupun lisan, atau sebagai
bahasa sastra, bahasa kitab, surat kabar, majalah, ceramah-ceramah ilmiah, khotbah,
pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Perkembangan Bahasa Arab dapat dibagi dalam dua masa, masa sebelum
masehi, masa pra Islam dan masa sesudah Islam muncul.
Dari Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa secara umum, ciri dan
karakteristik bahasa adalah:
2. Mempunyai beberapa bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa semit antara
lain seperti :dzal, ghain, tsa , da
3. Mempunyai akar kata yang sangat banyak dan lebih luas dibanding
dengan bahasa semit-semit yang lainnya.
4. Huruf Arab berjumlah 29 huruf (huruf abjad) yang masing huruf memiliki
bentuk bentuk tersendiri, ketika berdiri sendiri atau diposisi awal, tengah
dan akhir.ada beberapayang hanya dapat di tulis bersambung dengan huruf
lain di depannya seperti ; alif ,dal,dzal ra , zay dan waw.
d. Tulisan
Adapun faktor lain yang mungkin menghambat pembelajaran bahasa Arab
ialah tulisan Arab yang berbeda sama sekali dengan tulisan bahasa pelajar/mahasiswa
(tulisan latin). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika meskipun sudah duduk di
perguruan tinggi, seperti IAIN, seseorang masih juga membuat kesalahan dalam
menulis Arab baik yang mengenai pelajaran/mata kuliah bahasa maupun ayat-ayat
Alquran dan Hadis, baik pada buku catatan ataupun dalam karangan-karang ilmiah.
2. Problematika Non-Linguistik
Segi sosio-kultural bangsa Arab berbeda dengan segi sosio-kultural orang
Indonesia. Hal ini menimbulkan problem pula sehubungan dengan pembelajaran
bahasa Arab. Karena akibat perbedaan sosio-kultural tersebut, maka antara bahasa
Arab dan bahasa Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan antara lain dalam
ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, ataupun nama-nama benda.
Problem yang mungkin timbul ialah bahwa ungkapan-ungkapan, istilah-istilah
dan nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan
cepat dipahami maknanya oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Arab yang belum
mengenal sedikitpun segi sosio-kultural bangsa Arab.
Jadi approach adalah kebenaran umum yang bersifat mutlak atau aksiomatis.
Misalnya pendekatan aural-oral yang menyatakan bahwa bahasa itu adalah apa yang
kita dengar dan ucapkan (aural-oral), sedangkan tulisan merupakan aktivitas yang
datang belakangan.
b. Metode
Metode, adalah Prosedur atau rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan serasi serta tidak saling
bertentangan satu sama lain berdasarkan suatu approach.
Defenisi lain mengatakan, metode adalah :
Kalau approach bersifat aksioma, metode bersifat procedural, hal itu terlihat
jelas pada dua defenisi di atas.
Factor-faktor yang mempebgaruhi metode antara lain : tujuan, materi dan latar
belakang peserta didik. Kalau tujuan belajar bahasa untuk membaca (pemahaman),
jangan menggunakan Aural-Oral Method () , melainkan Gramatica-
Translation() . Sebaliknya kalau tujuan belajar bahasa untuk
keterampilan percakapan, metode Oral Method atau Direc Method ( ) yang
paling tepat.
c. Teknik
Teknik, adalah :
Defenisi lain mengatakan : strategi dan praktek operasional yang terjadi di
kelas (lapangan).
Dua defenisi tersebut menjelaskan bahwa teknik adalah langkah operasional
dalam kelas untuk mencapai target tertentu. Dengan kata prosedural dapat dipahami
bahwa teknik harus konsisten dengan metode dan approach, prinsip-prinsipnya tidak
boleh bertentangan atau tidak seiring dengan keduanya, agar sasaran tercapai dengan
tepat.
Sebagai contoh : pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah
komunikatif, maka metodenya adalah aural-oral dan tekniknya adalah Tanya jawab.
Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien
sebagai media pengantar materi pembelajaran bila penerapannya tanpa didasari
dengan pengetahuan yang memadai tentang metode. Sehingga metode bisa saja akan
menjadi penghambat jalannya proses pembelajaran, bukan komponen yang
menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting
sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.
Ada beberapa metode yang dianggap paling populer dan masih dipergunakan
dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya:
Metode ini tidak memberikan perhatian bercakap secara intensif dan peserta
didik cenderung pasif dan materi pelajarannya terdiri atas buku nahwu (gramatika),
kamus atau mufradat, dan teks bacaan. Dan yang paling menonjol adalah bahasa
pengantarnya adalah bahasa ibu pelajar.
2. Metode Langsung )(
3. Metode Membaca )(
Tujuan utama metode ini adalah kemahiran membaca, yaitu agar peserta
didik mampu memahami teks untuk keperluan studi mereka.
4. Metode Audiolingual )(
Asumsi metode ini adalah bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran dan
kebiasaan. Oleh karena itu pengajaran harus dimulai dengan memperdengarkan
bunyi-bunyi bahasa dan menjadikan bahasa sebagai kebiasaan dan harus diulang-
ulang dengan teknik repetisi. Kegiatan bahasa harus diisi dengan dengan kegiatan
berbahasa bukan mempelajari kiadah-kaidah bahasa. Tujuan utama metode ini
adalah penguasaan empat kemahiran berbahasa secara seimbang dengan urutan
penyajian menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
5. Metode Komunikatif )(
6. Metode Eklektik/Campuran )(
Metode eklektik atau metode campuran ini merupakan gabungan dari unsure-
unsur yang ada dari metode metode sebelumnya terutama yang terdapat dalam
metode qawaid wa altarjamah dan metode al-mubasyirah. Metode ini memiliki
asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal, masing-masing memiliki kelemahan dan
kekuatan; setiap metode mempunyai kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengefektifkan pembelajaran; tidak ada satu metode yang cocok untuk semua
tujuan; yang paling vital dalam pembelajaran adalah memenuhi kebutuhan peserta
didik; pendidik memiliki kewenangan untuk memilih metode yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
a) Sistem Terpadu )(
Dalam bahasa Inggris system ini disebut integrated system/all in one sytem atau
dalam bahasa Arab dikenal dengan nazhariyatul wihdah/nizhamul wahdah.
Menurut Abdul Alim Ibrahim, bahasa merupakan kesatuan yang erat kaitannya
dan bukan disajikan dalam bentuk separasi atau terpisah-pisah. Oleh karena itu,
dalam system ini hanya ada satu mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku,
satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.
Sacara umum, dalam praktik pembelajaran terdapat variasi bahan utama yang
dijadikan basis pembelajaran, yaitu: Pembelajaran berbasis topic atau teks
bacaan, dan pembelajaran berbasis situasi atau teks percakapan.
b) Sistem Separasi )(
System ini adalah kebalikan dari system terpadu. Dalam bahasa Inggeris
dinamakan separated system, dalam bahasa Arab nizhamul furu. Dalam sistem
ini, pelajaran bahasa dibagi menjadi beberapa mata pelajaran, misalnya mata
pelajaran Nahwu, sharaf, muthalaah, insya istima muhadatsah, imla khath, dan
sebagainya. Setiap mata pelajaran memiliki silabus/kurikulum, jam pertemuan,
buku, evsluasi, dan nilai hasil belajar sendiri-sendiri.
c) Sistem Gabungan
Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi orang Indonesia pasti
berbeda dengan Pembelajaran bahasa Arab bagi orang Arab yang notabene bahasa
ibunya adalah bahasa target. Sama halnya ketika orang Arab belajar bahasa
Indonseia dan orang Indonesia yang belajar bahasa Indonesia yang bahasa ibunya
adalah bahasa target/tujuan. Maka tidak heran ketika sesorang belajar bahasa asing,
maka ia akan selalu dipengaruhi oleh strukur kata dan kalimat bahasa ibu. Untuk
mengatasi masalah ini, maka ada beberapa prinsip pembelajaran bahasa Arab yang
perlu dicermati.
a) Prinsip Prioritas
b) Prinsip Akurasi
Prinsip ini menekankan bahwa sejak awal peserta didik jangan dibiarkan
berbuat kesalahan supaya tidak terbentuk kebiasaan berbahasa yang tidak tepat,
baik dari aspek bunyi, struktur, maupun makna.
c) Prinsip Gradasi
1. Peserta didik diajarkan sesuatu mulai dari yang diketahui sampai yang belum
diketahui, dari hal yang mudah menuju hal yang sulit.
2. Materi pelajaran yang disajikan mengacu pada materi yang lalu, bauk dari
aspek kosa kata, nahwu, sharaf, maupun makna.
d) Prinsip Motivasi
e) Prinsip Validasi
Perbedaan dalam cara atau metode mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh
perbedaan pandangan terhadap hakekat bahasa dan perbedaan dalam cara
menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Dua aliran paling penting saat ini dalam
ilmu bahasa adalah aliran struktural dan aliran trasformatif-generatif.
a. Aliran Struktural
Aliran ini dipelopori oleh linguis Swiss Ferdinand de Saussure (1857-1913)
tapi dikembangkan lebih lanjut secara signifikan oleh Leonard Bloomfield. Beberapa
teori tentang bahasa menurut mazhab ini dapat disebutkan antara lain : (1)Bahasa itu
pertama-tama adalah ujaran. (2)Kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan
yang ditunjang dengan latihan dan penguatan. (3)Setiap bahasa memiliki sistemnya
sendiri yang berbeda dari bahasa lain.
Berdasarkan teori tersebut ditetapkan beberapa prinsip mengenai pengajaran
bahasa, antara lain :
1) Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, maka latihan
menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. Guru harus
mengambil peran utama dalam pembelajaran.
2) Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus
memulai pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara, membaca dan
menulis dilatihkan kemudian.
3) Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa, yaitu
pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar,
dan sebagainya.
b. Aliran Generatif-Transformasi
Tokoh utama aliran ini adalah linguis Amerika Noam Chomzky yang pada
tahun 1957 mempublikasikan bukunya Language Structures. Chomsky membagi
kemampuan berbahasa menjadi dua, yakni kompetensi ( )dan performansi ().
Kompetensi adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur. Kompetensi
menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu
pengetahuan tentang sistem kalimat (sintaks), sistem kata (morfologi), sistem bunyi
(fonologi), dan sistem makna (semantik). Sedangkan performansi adalah ujara-ujaran
yang bisa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa
dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurnah, dan oleh karena
itu pula, menurut Chomsky, suatu tatabahasa hendaknya memberikan kompetensi
bukan performansi.
Teori-teori yang berbeda atau berseberangan di antara kedua aliran tersebut
antara lain adalah :
1) Menurut aliran struktural kemampuan berbahasa diperoleh melalui
kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan, sementara aliran
transformatif-generatif menekankan bahwa kemampuan berbahasa adalah
sebuah proses kreatif.
2) Aliran struktural menekankan adanya perbedaan sistem antara satu bahasa
dan bahasa lainnya, sedangkan aliran transformatif-generatif menegaskan
adanya banyak unsur-unsur kesamaan di antara bahasa-bahasa , terutama
pada tataran struktur dalamnya.
3) Aliran sruktural berpandangan bahwa semua bahasa yang hidup
berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya
kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidah-kaidahnya pun bisa
mengalami perubahan. Aliran transformatif-generatif menyatakan bahwa
perubahan itu hanyalahmenyangkut struktur luar, sedangkan struktur
dalamnya tidak berubah sepanjang masa dan tetap menjadi dasar bagi
setiap perkembanganyang terjadi.
4) Meskipun bisa menerima pandangan aliran struktural bahwa sumber
pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, akan
tetapi aliran transformatif-generatif mengingatkan bahwa penggunaan
bahasa oleh seseorang atau suatu kelompok kadang-kadang menyalahi
kaidah-kaidah bahasa. Oleh karena itu, pembakuan bahasa merupakan
suatu kebutuhan dan harus didasarkan atas kesepakatan umum atau
mayoritas penutur bahasa.
I. Kemahiran Berbahasa
Materi yang dikemukakan di sini terbatas pada aspek kedudukan atau fungsi
kata dalam kalimat () . Materi-materi tersebut dibagi kepada tiga
kelompok dengan materi masing-masing, yaitu :
.
, , ,
, ,
.
, , ,
, , , ,
.
, ,
Materi yang juga harus dikuasai oleh para mahasiswa adalah penyusunan
struktur kalimat, baik kalimat verbal (jumlah fi'liah) maupun kalimat nominal (jumlah
ismiah).
A. JUMLAH ISMIYAH
1. Yang berakal, contoh;
-
-
-
-
-
-
B. JUMLAH FILIYAH
;1. Yang berakal, contoh
-
-
-
-
-
-
C. SIFAT WA MAUSUF
;1. Yang berakal, contoh
-
-
-
-
-
-
Wassalam
H.Ubadah @052017