Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eneng Komariyah Maimun RNM

NIM :1901779

Kelas : 3B Pendidikan Bahasa Arab

KEBERAGAMAN DIALEKTIKA BAHASA ARAB

A. Bahasa Arab dan Keberagamannya


Bahasa adalah suatu hal yang sangat fundamental bagi manusia. Ibnu Jinny
seorang ahli bahasa menuturkan bahwa bahasa adalah batasan suara untuk
mengungkapkan tujuan-tujuan yang ada dalam pikiran. Bahasa merupakan alat
komunikasi manusia. Namun dalam berbahasa tidak lepas dari perbedaan
demografis, geografis dan kultur, sehingga terjadi perbedaan bahasa antara satu
bangsa dengan bangsa lain, seperti adanya bahasa inggris, bahasa arab, bahasa
mandarin dan lain sebagainya.
Bahasa arab merupakan salah satu bahasa tertua yang ada dibumi, bahasa arab
sendiri merupakan rumpun bahasa semitik yang memiliki kedekatan dengan bahasa
ibrani dan aram yang tersebar luas di jazirah arab. Bahasa arab juga berperan penting
dalam pembentukan kosa kata bahasa asing, diantaranya bahasa kurdi, bahasa parsi
dan lain-lain. Wafi (1983) menuturkan bahwa bahasa arab telah melalui sejarah yang
panjang sejak masa pra-islam dan memiliki dialek yang berbeda dikarenakan
banyaknya kabilah yang ada (hal, 119). Ya’kub (1982) membagi klasifikasi dialek
bahasa arab kedalam dua bagian yaitu Al-arabiyat albaidah yaitu bahasa arab yang
sudah punah dan Al-arabiyat al –baqiyah yaitu bahasa arab yang masih ada sampai
sekarang. (hal, 188). Al-arabiyat al baidah sering dikenal dengan sebutan Arabiyah
an-nuqusy yaitu bahasa yang hanya dapat ditemukan di prasasti-prasasti peninggalan
zaman kuno. Sedangkan arabiyat al baqiyah dikenal dengna nama arabiyah yang
digunakan dalam suasana formal dan terus menyebar ke seluruh jazirah arab.
Seiring berjalannya waktu, bahasa arab yang digunakan dalam suasana formal
dan baku atau yang sering disebut bahasa arab fusha mengalami berbagai
penyimpangan dalam prakteknya, hal ini disebabkan semakin luasnya wilayah
kekuasaan islam sehingga praktek lahn (penyimpangan bahasa) mulai merebak.
Untuk mengantisipasi hal ini, Abu Aswad Ad-duali meletakkan dasar-dasar ilmu
nahwu untuk menjaga kemurnian bahasa arab. Namun,hal itu tidak dapat
membendung semakin maraknya praktek lahn di masyarakat, sehingga muncul lah
ragam bahasa arab yang disebut Ammiyah yang sampai sekarang banyak digunakan
di negara-negara arab.
Dialek bahasa arab juga berdasarkan penutur dan keoriginalitasannya terbagi
menjadi dua yaitu bahasa bangsa arab badui dan bahasa bangsa arab pengembara.
Sedangkan berdasarkan letak geografisnya, dibedakan menjadi dua yaitu dialek timur
yang membentang di semenanjung arab dan dialek barat yaitu bagian barat mesir,
Libya, tunis, aljazair dan maroko. Namun yang sering menjadi pembahasan adalah
ragam bahasa fusha dan ammiyah.
B. Bahasa Arab Fusha
Ya’kub (1982) menuturkan bahwa bahasa arab fusha adalah bahasa baku yang
digunakan dalam al-qur’an, hadis , hal-hal yang bersifat formal dan penulisan karya
sastra dan intelektual. (hal 114). Menurut Ar-rafi (1979) dizaman pra-islam, suku
quraisy dianggap sebagai suku yang paling fasih dalam berbahasa arab, hal ini
ditunjang oleh letak geografisnya. (hal, 252-253). Stigma ini terus berlanjut sampai
wilayah islam meluas dan pengaruh lahn antara masyarakat ajam (non arab) dan
bahasa arab bercampur sehingga menimbulkan ragam bahasa arab yang baru yang
disebut ammiyah.
Khoirul Adib (2009) mengklasifikasikan bahasa arab fusha menjadi dua
tingkatan, yaitu bahasa arab klasik yang digunakan dalam kitab suci umat islam dan
bahasa arab modern yang digunakan untuk hal-hal yang bersifat ilmiah. Dalam
bahasa arab fusha juga terdapat beragam dialek seperti dialek quraisy,
tamim,aus,khazraj dan lain-lain. Namun perbedaan tersebut hanya terletak pada
furu’ atau cabang bukan pada ushul. Sehingga masih dapat dipahami oleh kabilah
lain.
Dalam tingkat kefashihan pun terdapat perbedaan, kabilah yang tinggal di
bagian tengah dan selatan dianggap memiliki kefasihan yang tinggi. Hal ini
berbanding terbalik dengan kabilah yang tinggal di pinggiran jazirah arab yang
dinilai memiliki tingkat kefasihan rendah.
Utorodewo,dkk. (2009) menyebutkan bahwa bahasa arab memiliki tiga ragam
bahasa formal yaitu fusha yang digunakan dalam kitab suci umat slam, syair dan
bahasa resmi negara. Fashihah dan ammiyah yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan bersifat praktis.
C. Bahasa Ammiyah
Ya’kub (1982) menuturkan bahwa bahasa ammiyah adalah bahasa yang
digunakan dalam kegiatan sehari-hari (hal 114). Sedangkan Rafi (1974) memberikan
definisi bahwa bahasa ammiyah adalah bahasa yang menyimpang dan tidak sesuai
dengan kaidah bahasa fusha Ragam bahasa ini muncul seiring dengan meluasnya
wilayah kekuasaan umat islam dan bercampurnya kosa kata bahasa arab dengan
bahasa ajam. Perbedaan yang paling menonjol dengan ragam bahasa arab fusha adalah
bahasa ammiyah tidak terikat dengan aturan baku kaidah-kaidah bahasa sehingga
sifatnya lebih praktis. Dalam perkembangannya bahasa ammiyah juga mengalami
berbagai penyimpangan huruf, perubahan menyeluruh dan tidak memiliki kaidah I’rob
sehingga masing-masing negara arab memiliki bahasa ammiayh yang berbeda-beda.
Seperti bahasa arab ammiyah mesir akan berbeda dengan bahasa arab ammiyah Saudi.
Penggunaan bahasa arab ammiyah adalah dalam kegiatan berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari seperti berbelanja dipasar, berkomunikasi dengan teman dan
lain sebagainya. Bahasa Ammiyah juga sering disebut bahasa pasar.
D. Faktor dan Problematika Keberagaman Dialek Bahasa Arab
Dalam buku filologi bahasa arab (hal 51) menyebutkan bahwa keberagaman
bahasa arab disebabkan oleh beberapa faktor seperti tersebarnya bahasa arab ke daerah
‘ajam (non arab) , faktor sosial-politik, faktor sosial-psikologis, faktir geografis dan
lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut menimbulkan ragam bahasa arab yang umum
dikenal masyarakat yaitu fusha dan ammiyah. Keberagaman bahasa ini memiliki
perbedaan baik dalam hal fonem, morfem maupun sintak, sehingga muncul persoalan
dimana ada beberapa kelompok yang menginginkan fusha digunakan sebagai bahasa
komunikasi sedangkan kelompok yang lainnya menolak. Adanya dualisme bahasa ini
terjadi karena kreativitas manusia seperti yang telah disinggung diatas.
Problematika keragaman bahasa arab juga tidak sebatas itu saja, adanya diglosa
yaitu gejala penggunaan dua ragam bahasa dari satu bahasa induk dalam waktu
bersamaan, juga perlu perhatian khusus. Karena fenomena seperti ini memiliki
sejumlah dampak negatif, hal ini dituturkan oleh Anis Farihah, yaitu dalam bidang
pemikiran akan terjadi kerancuan dimana seharusnya bahasa lebih dimaknai sebagai
media bereskpresi namun malah berfokus pada segi gramatikal bukan dari isi bahasa.
Di bidang pendidikan, lamanya mempelajari bahasa arab karena adanya gramatikal
yang sulit. Di bidang moral melahirkan kepribadian yang pecah dimana dalam bahasa
resmi masyarakat menggunakan bahasa fusha sedangkan hal yang lainnya ammiyah
(dicap memiliki konotasi buruk)
E. Simpulan
Bahasa adalah sesuatu yang fundamental dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahasa di dunia ini berbeda-beda dikarenakan perbedaan
demografis, geografis dan kultur. Bahasa arab merupakan bahasa tertua dan
merupakan rumpun bahasa semitik. Dalam perkembangannya bahasa arab terbagi
kedalam dua dialektika yaitu bahasa arab fusha atau bahasa arab baku dan formal dan
bahasa arab ammiyah yaitu bahasa arab bebas tanpa terikat kaidah-kaidah.
Keragaman dialektika bahasa arab ini disebabkan luasnya wilayah islam sehingga
bercampurnya kosa kata bahasa arab dengan ajam.

Daftar Pustaka

Fithriyyani, Azizah dan Mar’atus Solikhah. (2018). Bahasa Arab Fusha dan Bahasa
Arab

Ammiyah Serta Cakupan Penggunaannya. Sastra Budaya Arab di Indonesia.


155-

164.

Hasnah,Yetti. (2019). Bahasa Arab Standar Antara Ammiyah dan Fusha. Al-Fathin.
02 :

79-94

Masyhud,Fathin. Fenomena Diglosa Dalam Bahasa Arab.

Setiyadi, Alif Cahya . (2011). Dialek Bahasa Arab Tinjauan Dialektologis. Jurnal At-

ta’dib. 6 : 127-146.

Tanriola, Andi Harbie. (2014). Signifikansi Bahasa Arab Fusha (formal) dan Bahasa
Arab Ammiyah (non formal) Bagi Tenaga Kerja Indonesia di Timur Tengah.

Jurnal Ilmiah. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. UI

Tohe, Ahmad. (2005). Bahasa Arab Fusha dan Ammiyah Serta Problematikanya.
Bahasa

dan Seni. 02 : 200-214

Anda mungkin juga menyukai