Anda di halaman 1dari 12

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA

ARAB SEBAGAI ILMU LUGHAH

MUHARRAM SIREGAR
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang
Jl. Prof. Dr. Mahmud Yunus, Lubuk Lintah, Padang
E-mail: muharramsiregar@gmail.com

NADHIRA SYAUQI
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang
Jl. Prof. Dr. Mahmud Yunus, Lubuk Lintah, Padang
E-mail: nadhira.syauqi@gmail.com

NILPALIZA SAFITRI
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang
Jl. Prof. Dr. Mahmud Yunus, Lubuk Lintah, Padang
E-mail: nilpalizas@gmail.com

Abstrak : Bahasa Arab adalah temuan dari prasasti tentang Arab Baidah yang diperkirakan
hidup pada abad pertama sebelum masehi. Bahasa arab adalah suatu alat komunikasi yang
ada di jazirah arab Asia tengah. Bahasa Arab juga merupakan Al-Qur’an yakni kalam allah
dan Hadist. Kemahiran bahasa arab ada empat kemahiran yaitu kemahiran istimewa,
berbicara, membaca dan menulis. Dari keempat kemahiran membaca tersebut dapat di
jadikan sebagai pendorong utama dalam berbahasa yakni (bahasa arab) Bahasa Arab
adalah salah satu bahasa yang termasuk rumpun bahasa-bahasa Semit yang berdiam di
sebelah selatan, tepatnya di wilayah Irak. Bahasa Semit sebagai bahasa induk utama dalam
bahasa Arab membentuk bahasa-bahasa lain seperti Babilonia, Assiriyah, Ibrani, Aramiyah,
Arab dan Etopiah. Perkembangan bahasa Arab meliputi zaman sesudah datangnya Islam,
zaman Bani Umayyah, zaman Bani Abbasiah, zaman sesudah abad V H dan
perkembangan bahasa Arab di zaman modern.
Kata kunci : bahasa arab, pertumbuhan bahasa arab, perkembangan bahasa arab.
Author : 1. Muharram Siregar, 2. Nadhira Syauqi, 3. Nilpaliza Safitri.

Pendahuluan
Bahasa arab merupakan salah satu bahasa asing yang sangat popular dan sering
sekali dipelajari oleh para pelajar, khususnya di Indonesia. Dalam perkembangan
pembelajaran bahasa arab di Indonesia seringkali guru atau siswa (sebagai komponen utama
dalam pembelajaran) mengalami berbagai kesulitan dan pembelajaran, baik persoalan
yang bersumber dari siswa maupun masalah-masalah yang dihadapi oleh guru, sehingga
dapat menghambat pada ketercapaian tujuan pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat
dimaklumi, mengingat banyaknya perbedaan - perbedaan sistem antara
bahasa arab sebagai bahasa kedua yang dipelajari dan sistem bahasa Indonesia yang sudah
melekat erat pada diri siswa di Indonesia.
Bahasa adalah bunyi yang bersifat arbitrar, digunakan oleh manusia sebagai alat
komunikasi antar sesama dan memiliki makna. Bahasa merupakan hasil dari pembiasaan
(language is habit) tanpa pembiasaan tidak akan ada bahasa, bahasa memiliki berbagai
fungsi dan karakteristik, salah satunya adalah kreatif dan mengikuti zaman dengan kata lain
bahasa merupakan suatu yang dinamis.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Intenasional yang digunakan oleh
ummat manusia untuk berkomunikasi antar satu sama lain, di dalam buku The arabic
language dinyatakan bahwa bahasa Arab telah digunakan oleh lebih dari 150 juta orang
sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-hari mereka, dan tidak ada bukti dokumentasi yang
menyatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa tertua apabila dibanding dengan bahasa
lainnya, namun juga tidak dapat dipastikan bahwa bahasa Arab jauh lebih muda dibanding
bahasa lainnya. 1
Jabir Qumaihah dalam Muhbib Abdul Wahab2 menegaskan bahwa bahasa Arab
merupakan bahasa yang memperoleh garansi dan “proteksi ilahi” (al-himâyah al-ilâhiyah), seiring
digunakannya bahasa Arab sebagai wadah ekspresi al-Qur’an (wi’a’ al-Qur’an). Bahasa Arab
sebagai bahasa agama bagi umat Islam tidak terlepas dari sejarah besar perkembangan
peradaban Islam. Perkembangan dan kemajuan peradaban Islam sangat dipengaruhi oleh
bahasa Arab. Bahkan peradaban Barat mampu berkembang pesat berkat ketertarikannya
pada bahasa Arab. Pengaruhnya terhadap peradaban Arab dan Eropa dapat dilihat dari
syair-syair yang ditulis oleh orang Eropa. Menurut Abaniz, penulis asal Spanyol, bahwa
sesungguhnya sebelum orang Arab datang ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang
dan pahlawan Muslim ke belahan Selatan, bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair tentang
kepahlawanan dan tidak juga memperhatikan etika, serta semangat perjuangan.3 Pengaruh
bahasa Arab terhadap perkembangan peradaban Islam tidak hanya pada bidang seni saja.
Berbagai bidang dalam kehidupan dipengaruhi peradaban Romawi, diantaranya musik dan
syair.

Asal Mula Bahasa Arab


Salah satu kajian utama dalam bahasa Arab adalah kajian yang melatarbelakangi
munculnya bahasa tersebut. Dengan kajian ini, kita dapat melihat dari mana asal mula bahasa
tersebut. Kita perlu mengetahui sejarah perjalanannya menjadi satu bahasa yang berdiri sendiri,
bukan menjadi bahasa yang langsung terpisah dari bahasa lain. Namun, mulai dari proses
yang cukup panjang asal bahasa tersebut.
Bahasa arab merupakan rumpun bahasa Semit, yang mempunyai anggota penutur
terbanyak. Bangsa Semit berikut bahasanya dinisbahkan dari putra Nabi Nuh yang bernama
Sam ibn Nuh. Garis keturunan Sam inilah yang melahirkan berbagai bangsa dan bahasa, di
antaranya bangsa ‘Akkadiyyah, Kan‘an, Ethopiah, Arab dan

1 Hidayat, Musykilat Tadris Ta’lim Al-Arabiyyah Fi Indonesia Wa’Ilajiha, (Jakarta : Al Muwajjahah Fi


Ta’limi Al Arobiyyah, 1988), 57.
2 Muhbib Abdul Wahab, Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam, Jurnal

Arabiyat, 2014
3 Musthafa as-Siba’i, Min Rawa’i’ Hadharatina, (Beirut : Darul Irsyad), 42
sebagainya4 Namun, dari rumpun bahasa Semit, bahasa Arablah yang tetap ada bagi umat
manusia hingga saat ini. Inilah bahasa yang membawa pengaruh besar bagi sejarah
peradaban manusia, terutama saat memasuki abad VI masehi.
Menurut para ahli, bahwa bahasa-bahasa di dunia yang jumlahnya diperkirakan
hampir 3000 bahasa, paling baik dikelompokkan dengan teori yang berdasarkan
hubungan kekerabatan yaitu rumpun bahasa Indo-Eropa, Semit-Hemit dan Turania.5
Bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa diklasifikasikan sebagai
bahasa India, Iran, Yunani, Prancis, Spanyol, Portugis, Italia, Rumania, Inggris,
Belanda, Jerman, Denmark, Armanian, Albania dan lain-lain.
Bahasa-bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Semit dan cabang bahasa
Hemit. Bahasa Semit dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahasa Akkadiyah,
Babilonia, bahasa Kan’an dan Aramiah. Sedangkan bahasa Semit Selatan terdiri atas bahasa
(koptik dan Mesir Kuno), bahasa Barbar yang digunakan penduduk Asli Afrika Utara, seperti
AlJazair, Maroko, Tunisia, Sahara dan sekitarnya serta bahasa Kusyitik, bahasa penduduk asli
bagian timur Afrika yaitu bahasa Galla, Bedja, Dankali, Somalia, Afar, Agaw, Sidama dan
lain-lain.
Adapun rumpun bahasa Tarania meliputi kelompok –kelompok bahasa, yaitu
bahasa-bahasa Tunisia yang terdiri dari bahasa Turki, Mongolia dan Manmair, bahasa
Jepang, bahasa Cina, bahasa Korea, Kaukasia, bahasa Sudan, bahasa Melayu Polinesia
(termasuk bahasa Indonesia).6
Berbagai macam bahasa di atas sebenarnya berasal dari satu bahasa. Hal ini
menunjukkan bahwa bangsa yang mengucapkannya juga berasal memiliki satu silsilah.
Mereka hanya membentuk bangsa yang terpisah dari yang satu ke yang lain. Dengan
adanya perpisahan yang satu dengan yang lainnya, mengakibatkan terbentuknya bahasa
pergaulan tersendiri yang tidak sama persis dengan bahasa induknya. Akan tetapi itu,
membutuhkan proses yang panjang sekali.
Demikian pula, memisahkan bahasa Arab dari induknya menjadi bahasa yang
berdiri sendiri, membutuhkan proses yang panjang. Pertama, setelah salah satu keturunan
bangsa Semit yang menjelajahi wilayah jazirah, yang tujuannya yaitu memperluas
wilayah kekuasaanya dan membentuk kebudayaan lain yang suda ada berada dengan
bangsa pertama yang mana akhirnya tercipta alat komunikasi yang tampak berbeda
dengan bahasa aslinya. Sejarah pembentukan bahasa adalah proses kata dan kalimat selama
berabad-abad, di mana kata yang satu hilang dan diganti kata yang baru, apakah kata itu
serapan atau terbentuk dalam proses perbedaan dialek antara kelompok etnis atau bangsa
pengguna bahasa arab. Demikian pula, seterusnya hingga terbentuklah bahasa arab seperti
sekarang.
Perkembangan Bahasa Arab
Perkembangan bahasa Arab terdiri dari beberapa periode, antara lain :7

4 Chatibul Umam et.el. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama IAIN (Jakarta :
Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI, 1975), h. 47, lihat juga Bambang Yudi
Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa (Cet. I; Surabaya : Airlangga University Press, 1995), 379.
5 Mulyanto Sumardi et.el, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN

(Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Departemen Agama RI, 1975), 29.
1. Periode Jahiliyyah, munculnya standarisari nilai-nilai pembentukan bahasa Arab
fusha, dengan adanya beberapa kegiatan yang telah menjadi tradisi masyarakat Makkah,
berupa festival syair-syair Arab di pasar Ukaz, Majanah, Dhu al-Majah, sehingga
mendorong tersiar dan meluasnya bahasa Arab, yang pada akhirnya kegiatan tersebut
dapat membentuk standarisasi bahasa Arab fusha dan kesusasteraannya.
2. Periode Permulaan Islam, turunnya Al-Qur’an dengan membawa kosakata baru
dengan jumlah luar biasa banyaknya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang
sempurma baik dalam kosakata, makna, gramatikal dan ilmu lainnya. Hingga
perluasan wilayah-wilayah kekuasaan Islam sampai berdirinya Daulah Umayyah.
3. Periode Bani Umayyah, terjadinya percampuran orang-orang Arab dengan penduduk
asli akibat logis dari perluasan wilayah Islam. Adanya upaya-upaya orang Arab untuk
menyebarkan bahasa Arab ke wilayah melalui ekspansi, melakukan Arabisasi dalam
berbagai kehidupan, sehingga penduduk asli mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa
agama dan pergaulan.
4. Periode Bani Abbasiyah, pemerintahan Abbasiyah berprinsip bahwa kejayaan
pemerintahannya sangat tergantung kepada kemajuan agama Islam dan bahasa Arab,
kemajuan agama Islam dipertahankan dengan melakukan pembedahan Al-Qur’an
terhadap cabang-cabang disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu agama ataupun ilmu
pengetahuan lainnya. Bahasa Arab Badui yang bersifat alamiah ini tetap
dipertahankan dan dipandang sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan murni, yang
harus dikuasai oleh para keturunan Bani Abbas. Pada abad ke-4 H, bahasa Arab
fusha menjadi bahasa tulisan untuk keperluan administrasi, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan bahas Arab mulai dipelajari melalui buku-buku, sehingga bahasa
fusha berkembang dan meluas.
5. Periode sesudah abad ke-5 H, bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa politik dan
adminisrasi pemerintahan, tetapi hanya menjadi bahasa agama. Hal ini terjadi setelah
dunia Arab terpecah dan diperintah oleh penguasa politik non Arab (Bani Saljuk), yang
mendeklarasikan bahasa Persia sebagai bahasa resmi negara Islam dibagian timur,
sementara Turki Usmani (Khilafah Utsmani) yang menguasai dunia Arab yang
lainnya, malah mendeklarasikan bahwa bahasa Turki sebagai bahasa administrasi
pemerintahan. Sejak saat itu sampai abad ke7 H bahasa Arab semakin terdesak.
Fase Pembinaan Bahasa Arab
Fase pembinaan bahasa Arab telah dimulai sejak perubahan Arab utara dan Arab
selatan. Orang-orang Arab utara mayoritas adalah orang-orang Nomad di Hijaz dan
Najed. Sedangkan orang-orang Arab selatan merupakan orang-orang perkotaan yang
bertempat tinggal di wilayah Hadramaut, Yaman dan di sepanjang pesisir. Bahasa yang
digunakan orang-orang Arab utara adalah bahasa Fusha, bahasa arab yang mana kita kenal
hingga saat ini. Sedangkan bahasa yang dipakai orang-orang Arab selatan ialah bahasa
Semit kuno.
Tidak diragukan lagi, pengetahuan Arab jahily dalam segi penulisan dan
pengucapan dalam peradaban Arab sebelah Utara dan Selatan. Pada waktu itu, terdapat
alat yang dapat mempermudah mereka untuk menjadikan sarana dan prasana sebagai
media pembelajaran bicara bahasa arab. Contohnya : tulang belulang, kayu, batu,
pelapah kurma dan lain-lain. Dari situlah, terbentuk awal fase pembinaan bahasa arab dari
segi penulisan dan pengucapan. Kegiatan pengucapan bahasa arab dalam masyarakat
yaitu bersumpah, perjanjian, dan lain-lain.
Terlihat adanya perbedaan dari para penulis bahwasannya tulisan Arab muncul dari
khot Musnadz Khumairi yang dikenal sebagai khot Selatan. Khot ini telah sampai ke negeri
Syam melalui jalur kafilah dagang yang berpindah-pindah dari Jazirah Arab bagian
Selatan dan Utara, lalu berpindah melalui jalur Hijaz menuju ke seluruh penjuru jazirah
Arab.
Perbedaan lainnya, tulisan Arab adalah kelanjutan perkembangan tulisan nabtiyah
(bahasa Ammiyah) yang diturunkan yang diturunkan secara turun temurun dari tulisan
Aramiyah yang berkembang dari tulisan Fitiniyyah.
Perbedaan tersebut tergantung pada pendapat didalam diskusi-diskusi dan
penyelidikan-penyelidikan kuno yang dibawa oleh sebagian masyarakat, yang
diciptakannya tulisan arab baik dalam tulisan, Imla’, penyambungan dan pemisahan
huruf.
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab Fushah yang mana peristiwa ini paling
penting di dalam tingkatan–tingkatan perkembangan bahasa Arab. Jadi, lahjah yang
berbeda-beda itu telah disatukan menjadi satu lahjah yaitu bahasa arab Fusha dengan
lahjah Quraisy serta disandarkan pada buku acuan yang memuat kata dan ungkapan
yaitu kamus, dan memberikan kosakata baru (Mufrodat Jadidah), dan juga meningkatkan
seni dan kaidah bahasa arab. Selain itu, dasar ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nahwu,
shorof, aswati wifqu lugho, balaghoh, tentunya ilmu-ilmu ini dari syariat islam. Pada saat ini,
kebenaran bahasa Arab telah mencapai puncak kejayaan dan mulai tersebar luas.
Penggunaan bahasa Arab masih digunakan oleh orang-orang A’jam sampai
pertengahan abad Awal Hijriyah. Dan penulisannya pun masih tanpa menggunakan
harakat. Namun, semenjak kedatangan dari orang-orang mesir kedalam Islam dan
orang-orang arab mulai tercampur dengan mereka, disitulah mulai terlihat kesalahan-
kesalahan dalam pengucapan dan ditakutkan nantinya kesalahan-kresalahn tersebut
masuk kedalam Al-Qur’an. Sejak saat itu, mulailah pembenaran-pembenaran atas
kesalahan-kesalahan tersebut dan muncullah seorang tokoh Abu Aswad Ad-Duwali
mulai dari memberi titik dan harokat kepada mushaf, dengan cara titik diatas huruf
fathah, titik dibawahnya menunjukkan kasroh, dan titik disamping kiri dhommah. Pada abad
ke 2 Hijriyah, Kholil bin Ahmad membuat dengan metode yang lain yaitu alif diatas
huruf fathah, ya’ dibawah huruf kasroh dan wawu diatas dhommah. Hal ini terus
berkembang sampai saat ini. Setelah itu, muncullah Nasr bin Asyim dan Yahya bin
ya’mur aldawani mulai menerapkan tata bahasa sebagaimana kita kenal pada saat ini.
Ad-Duwali mempelopori 3 pola pembentukan : isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan
perkembangan qawaid (tata bahasa Arab), dan terlihat adanya pengaruh logika Yunani.
Kepeloporan beliau diikuti oleh al-Khalil bin Ahmad, seorang ulama Basrah, yang
meninggal sekitar 786 M. Pada sosok al-Kholil inilah, orang pertama yang menyusun
kamus bahasa Arab yaitu kitab Al-Ayn, para penulis biografi menisbatkan penemuan
struktur dan aturan bahasa Arab, yang hingga kini masih berpengaruh. Muridnya dari
Persia, Imam Sibawaih (wafat kurang lebih 793) menyusun buku teks
sistematis pertama tentang tata bahasa Arab, yang dikenal dengan sebutan Al-Kitab
(buku), yang sejak saat itu telah menjadi landasan bagi kajian penting bahasa. Di zaman
Ababasiyyah pertama di masa kejayaan peradaban islam dibagian Timur dunia islam di
Maghrib dan Andalus. Lalu, di zaman ini juga dengan menerjemahkan buku-buku
bahasa asing khususnya dari Yunani dan Persia.
Para ulama’ memikulnya diatas bahu mereka untuk menerjemahkan buku-buku
bahasa asing ke dalam Bahasa Arab dengan tujuan agar bahasa Arab tetap terjaga dan
semakin populer hingga pada masa yang akan datang. Pada masa perkembangannya
mulailah penulisan pengajaran bahasa Arab dan bahasa arab mulai memasuki tahapan-
tahapan yang pengajarannya melalui kitab. Disinilah, berdiri pondasi bangunan ilmu
seperti nahwu, shorof, balaghoh dan lain- lain.
Meskipun di dunia Islam pada Masa Abbasiyyah ke-2 terbagi menjadi beberapa
negara dan menjadikan bahasa lain sebagai bahasa Nasional seperti Persia dan Turki,
bahasa Arab tetap menjadi bahasa didalam ilmu-ilmu bahasa dan sastra.8
Karakteristik Bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang khusus dan umum. Bahasa arab
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan ciri
umum berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.
Karakteristik umum bahasa arab antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bahasa arab memiliki ragam bahasa, yang meliputi :
a) Ragam sosial yang menunjukan stratifikasi sosial ekonomi penuturnya
b) Ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis penutur
antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan dialek yang
beragam
c) Ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas kepribadian
setiap individu masyarakat.
2. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan.
3. Bahasa Arab memiliki sistem, aturan dan perangkat yang tertentu, yang antara
lain:
a. Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah sub-
sub sistem (sub sistem tata bunyi, tata kata, kalimat, sintaks, gramatikal,
wacana dan sebagainya).
b. Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus, dimana
masing-masing komponen sub sistem bahasa bekerja secara sinergis dan
sesuai dengan fungsinya
c. Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang
dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan untuk
sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi antar
mereka.9
4. Bahasa Arab memiliki sifat yang arbitrer dan simbolis

8 Hussein Barburoh, Nasyaatul wa Tathowwaru Allughoti Al Arabiyyah (pdf), 2011,


(http://elibrary.mediu.edu.my/books/2014/MEDIU4307.pdf) di akses pada tanggal 7 Juli 2021
pukul 23:45.
5. Bahasa Arab berpotensi untuk berkembang, produktif dan kreatif.
Perkembangan bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia,
sehingga kata dan istilah dalam bahasa baru digunakan untuk memberikan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
6. Bahasa Arab merupakan fenomena individu dan fenomena sosial.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki karakteristik yang unik dan
berbeda dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Karakteristik dan keunikan
bahasa Arab diantaranyanya adalah bahasa derivasi (ishtiqaq), kaya bunyi,
bahasa yang kaya bentuk (sighah), bahasa tashrif, i’rab, bahasa yang kaya
ungkapan, bermacam-macam teknik kalimat, bahasa yang kaya raya secara
sintaksis (nahwu) dan lain-lain.10

10 Ahmad Tu‘aimah, Rusydi, dan Manna’, Muhammad al-Sayyid, Tadris al-‘Arabiyyah fi Ta‘lim al-Ām
: Nazariyyat wa al-Tajarib, Kairo : Dar al-Fikr al-‘Arabi, 2000. Cet. ke-1, 36-37.
Dialek Bahasa Arab
A. Bahasa Arab Baidah
Bahasa Arab Baidah atau incrips adalah bahasa Arab prasasti, yang biasa juga
disebut dengan istilah Arabiyah al-Nuqusy, karena informasi tentang bahasa ini hanya
diperoleh melalui tulisan pada prasasti atau lempengan batu. Bahasa Arab Baidah yang
berdiam disebelah utara Hijaz atau negeri yang berdekatan Aramiah, dialek bahasa yang
dipergunakan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a) Dialek Lihyaniyah
Dialek Lihyaniyah yang dinisbatkandari nama kabilah atau suku Lihyan
yang tinggal dibagian utara daerah Hijaz beberapa abad sebelum masehi. Para
ahli berbeda pendapat tentang asal mula suku itu dan tanggal prasasti-
prasastinya pun tidak diketahui secara pasti. Hanya diperkirakan prasasti
tertua setelah abad ke II atau satu sebelum masehi, dan yang termuda
sekitar abad ke VI masehi.
b) Lahjah Samudiyah
Lahjah Samudiyah yang disandarkan kepada suku Samad sebenarnya
yang dikisahkan di dalam al-Qur’an secara ringkas dalam perjanjian lama, baik
Yunani maupun Roma, dan mahsyur didalam sejarah jahiliyyah. Suku ini
diperkirakan mendiami wilayah antara Hijaz dan Nejed dekat Damaskus.
Prasasti dalam bahasa Samud kira-kira abad ke III dan empat masehi.
c) Lahjah Safawiyah
Lahjah Safawiyah, prasastinya didapati di daerah Shafa’, walaupun ada
juga yang terdapat didaerah lain di Harah yang terletak antara bukit dan
gunung Daruz. Penulisannya diperkirakan antara abad ke III dan VI
masehi. Orientalis Jerman, Enno Litman memperlihatkan bahwa rumus
huruf-hurufnya mendekati huruf Samad, huruf-huruf tersebut kadang-
kadang dibaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya13
Ketiga dialek di atas berbeda dengan bahas fushah, namun dekat dengan
bahasa bahasa Sam. Bahasa Arab Baida- juga ada kemiripan dengan bahasa
Aramiyah, semua yang masuk dalam kategori baidah ini telah lenyap oleh
dominasi Arab Baqiyah.0
B. Bahasa Arab Baqiyah.
Bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang masih dipakai oleh bangsa Arab dalam
kesusasteraan, tulisan dan karangan. Bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejed, kemudian
tersebar keseluruhan daerah daerah yang pernah

+3
12 Wati Susiawati, Kajian Bahasa Arab dari A Historis hingga Historis, ALFAZ : Jurnal Bahasa dan
Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin, 7 (1), 2019
13 Ali Abd. Wahid Wafiy, Ilmu al-Lughah (Cet. V; Mishra : Lajnah al-Bayaan al-‘Arabiy, 1962), 96-

97.
memakai bahasa Semit dan Chamit, dari situlah timbul dialek-dialek yang
dipergunakan pada masa kini dinegeri-negeri Hijaz, Nejed, Yaman dan daerah-daerah
disekitarnya seperti Emirat Arab, Palestina, Yordania, Syiriah, Libanon, Irak, Kuwaid,
Mesir, Sudan, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Malta.14
Bahasa Arab yang dipergunakan oleh orang-orang Arab sekarang atau yang
terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi mulanya hanya tumbuh dan berkembang di
wilayah Nejed dan Hijaz, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah, seperti yang
telah disebutkan, itu karena adanya Islam yang memberikan pengaruh yang sangat luas
terutama setelah diadakan perluasan wilayah kekuasaan. Bahasa Arab Baqiyah dipakai dalam
pergaulan sehari-hari, berdagang, bermasyarakat dan dalam pemerintahan. Bahasa Arab
ini bisa bertahan dan tidak lenyap seperti saudarasaudaranya-baca: yang serumpun- adalah
tidak lepas dari pengaruh dan peran Islam saat itu. Dimana ajaran utama Islam, al-
Qur’an menggunakan bahasa Arab Baqiyah. Dengan sendirinya kaum muslimin waktu
itu berusaha mengetahui bahasa Arab, bagi yang bukan penutur bahasa Arab Baqiyah
yang selanjutnya bahasa Arab menjadi warna dalam pergaulan mereka sehari-hari.
Sehingga bahasa-bahasa sebelumnya yang juga diapakai tidak lagi dipergunakan,
disamping faktor agama juga faktor politik, otomatis bahasa lainnya akan mati
dengan sendirinya karena tidak ada lagi pemakainya. Dalam teori bahasa diakatakan bahwa
suatu bahasa bisa hidup jika dihidupkan oleh penuturnya dan sebaliknya ia akan
mati disaat ia ditinggalkan oleh penuturnya (tidak dipergunakan lagi sebagai bahasa
Komunikasi).15
Para pengguna bahasa Arab di seputar jazirah Arab mempunyai dialek yang
bermacam-macam diantaranya dialek Quraiys, Huzail, Saqil, hawasin, Kinanah, Taman
dan Yaman.16 Dialek-dialek ini terus dipergunakan hingga datang Islam bahkan masing-
masing suku menggunakan dialek mereka disaat membaca al-Qur’an hingga akhirnya
Khalifah Usman bin Affan menyatukan bacaan umat dalam satu lahjah yakni lahjah
Quraiys, penyatuan bacaan umat pada waktu itu dengan lahjah Quraiys karena kota
Makkah, dimana dialek Quraiys yang dipakai mempunyai letak geografis yang cukup
strategis dibanding daerah lainnya, begitu juga Makkah menjadi kota religius dimana Nabi
Muhammad SAW. dilahirkan dan tempat untuk umat Islam melaksanakan ibadah haji,
dan tentu saja pertemuan antara dialek pun terjadi, namun dialek (lahjah) Quraiys tetap jadi
pedoman.
Al-Qur’an sebagai bahasa standar diterima dan dicintai oleh masyarakat awam karena
selain mempunyai makna yang dalam, juga susunannya sangat indah dan bagus, hal ini
menjadi aset terjalinnya antara bahasa Arab dengan Islam yang selanjutnya dijadikan
sebagai bahasa agama dan budaya Islam.17
Pada masa pemerintahan Umar (13-23H) daerah kekuasaan Islam semakin meluas maka
bercampurlah antara pendatang (orang Arab) dengan penduduk

14 Ibid, 103.
15 Mahmud Kamil al-Naqah, Ta’lim al-Lugah al’ Arabiyah li al-natioqin bi Lugat Ukhra Ushuluhu
Mudaakhiluhu, Turuqu Tadrisihi (Makkah al-Mukarramah : Jami’ah Umm al-Qura, 1985), 13.
16 Manna’ al-Qattan, Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an (Cet. II ; t.tp, Masyurat al-Asr al-Hadis, t.th), 158.

17 Husni Mubarak, Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5 (1), 2011.
asli, namun pendatang masih terisolir. Namun pengisolasian ini menumbuhkan
persatuan diantara sesama pendatang yang berkelanjutan dengan persaingan dalam
pergolakan ilmu bahasa, dan bahasa Arab sebagai bahasa pemenang sudah barang tentu
mempunyai kedudukan yang mulia dan terhormat.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, pendatang mulai berasimilasi dengan
penduduk asli di seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemerintahan sampai kepada budak.
Dengan hasil asimilasi ini menghasilkan bahasa baru yang merupakan perpaduan dari
bahasa Arab dengan bahasa setempat. Walaupun bahasa baru ini muncul, namun bahasa
Arab masih tetap dalam kelas arsitokrat (kelas mewah).
Pada masa Umayyah ini, ketinggian martabat sosial seseorang ditentukan oleh
kemampuan mereka dalam penguasaan bahasa Arab, kesalahan kecil dalam berbahasa
dianggap sebagai kesalahan besar/fatal bagi orang-orang tua mereka, maka wajar jika setiap
orang menginginkan setiap putra-putrinya menguasai bahasa Arab dengan mengirim
belajar bahasa pada bangsa Badui. Namun, pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, para
pembesar tidak mengirim lagi putra-putri mereka untuk belajar lansung ke-orang-orang
Badui, tapi hanya belajar bahasa Arab di istana, karena sebuah pemikiran agar anak-anak
mereka bisa menikmati kemewahan kerajaan dan bisa berbahasa Arab dengan baik dan
benar.
Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, mereka melakukan pemurnian bahasa Arab
yang selanjutnya dilanjutkan pada masa Abbasiyah baik orang- orang Arab maupun non
Arab.
Rujukan utama bahasa Arab khusus gramatikalnya pada masa Abbasiyah adalah orang-
orang Badui, karena mereka memandang bahwa hanya orang Badui lah yang memiliki
keaslian bahasa itu.
Disisi lain, bahasa kelas menengah kebawah yang kita kenal sebagai bahasa Ammiyah
(yang merupakan percampuran antara bahasa Arab dengan bahasa setempat) mulai tumbuh
dan lansung membludak, dimana pada abad ke III pengaruh Ammiyah sangat kuat,
sampai ditemukan dalam tulisan-tulisan ilmiyah banyak yang mempergunakan bukan
bahasa Arab asli.
Pada abad ke IV hijriah, orang-orang tidak lagi belajar lansung kepada orangorang
Badui, tetapi hanya lewat karangan-karangan Badui yang sudah banyak di pasaran buku-
buku.18 Bahasa Arab –baca : fusha- di abad inimasih menjadi bahasa administrasi, politik
dan lain-lain, namun pada abad ke V, bahasa Arab hanya sebagai bahasa agama saja.
Dimana para karangan para cendekia kadang menggunakan bahasa Persia.
Minat untuk mempelajari bahasa al-Qur’an ini terus terkikis hingga abad ke VI.
Kemerosotan ini bersamaan dengan munculnya kaum Saljuk dan berhasilnya bangsa
Mongolia menduduki negara-negara Islam. Dan salah satu Negara yang tak sempat
diduduki adalah Mesir, yang nantinya merupakan tempat kebangkitan bahasa Arab di
zaman baru.19

18 Mulyanto Sumardi et.el, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN
(Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Departemen Agama RI, 1975), 34-48
19 Husni Mubarak, Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5 (1), 2011.
Sebagaimana kita maklumi, bahwa bahasa Arab Baqiyah adalah bahasa yang
digunakan dalam bahasa tulisan, dan bahasa sastra yang sampai kepada kita melalui syair
Jahiliyah, al-Qur’an dan al-Sunnah al-Nabawiyah, yang selnjutnya disebut dengan
bahasa Arab fushah. Bahasa fushah tersebut bukanlah semata-mata hanya dialek
Quraisy, tetapi merupakan perpaduan dari berbagai dialek bahasa Arab.20
Dalam buku Fusul fi Fiqh al-Lughah, DR. Ramdan Tawwab menyebutkan bahwa, nama
dialek bahasa Arab sebanyak 19.21 Pada makalah ini tidak menjelaskan satu persatu
dialek tersebut, namun dapat disimpulkan bahwa kabilah-kabilah Arab yang memiliki
bahasa yang fasih ada tiga macam, yaitu Tamim, Ta’i, dan Huzail. Mereka inilah yang
terkenal kefasihannya dalam berbahasa, dan bahasa mereka menjadi bahasa standar,
yaitu bahasa yang digunakan dalam berinteraksi sehari-hari, bahasa yang digunakan
dalam menulis syair, dan bahasa pengantar dalam interaksi perdagangan.22
Bahasa arab fushah terkadang juga dinisbahkan kepada dialek dominan dari seluruh
dialek yang ada, karena adanya empat faktor yaitu; ekonomi, politik, sosial dan
agama.23 Setelah bahasa Arab Fusha semakin menipis peminatnya, maka muncullah
bahasa Ammiyah sebagai penggantinya, namun ini pun tak bisa bertahan dengan arus
percampuran bangsa-bangsa asing yang tidak disadari sedikit demi sedikit merasut ke
dalam bahasa Ammiyah, dan dipakai dalam masyarakat hingga kini.
Kesimpulan
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semit yang masih memelihara karakteristik dan
sifat-sifat bahasa induknya. Namun bukan berarti ia sama dengan bahasa asalnya itu. Ia
memi1iki beberapa sifat yang berbeda dengan bahasa Semit lainnya. Hal ini disebabkan
oleh bermacam-macamnya suku bangsa yang menggunakannya dan adanya perbedaan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini mempengaruhi juga bahasa Arab sehingga
lahirlah beberapa dialek bahasa Arab.
Bahasa Arab dapat tumbuh berkembang dan berdiri sendiri, disebabkan karena
banyak faktor pendukungnya, diantaranya pergaulan dan percampur-bauran antara
bangsa-bangsa, juga didukung oleh berbagai unsur yang sangat potensial dalam
mengembangkan bahasa Arab.
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang khusus dan umum. Bahasa arab
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan ciri
umum berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa arab dengan bahasa lainnya.

20 Dr. Muhammad Ahmad Abu al-Faraj, Muqaddimah Li Dirasah Fiqh al-Lughah (Beirut : Dar al-
Nahdah al-Arabiyah, t.th), 91.
21 DR. Ramadan Abdul Tawwab, Fusul fi Fiqh al-Lughah (Cet. II ; al-Qahirah : Maktabah al-Haniji,

1980), 120-152.
22 Shubhi Shalih, Dirasat fi Fiqhi al-Arabiyah (Cet. II ; Beirut : Mansyurat al-Maktabah al-Ahalliyah,

1962 M/1382 H), 58.


23 Ibid, 50-59
Daftar Pustaka
Abu al-Faraj, Muhammad Ahmad. t.th. Muqaddimah Li Dirasah Fiqh al-Lughah. Beirut : Dar
al-Nahdah al-Arabiyah.
Ahmad Tu‘aimah, Rusydi, dan Manna’, Muhammad al-Sayyid. 2000. Tadris al-
‘Arabiyyah fi Ta‘lim al-Ām : Nazariyyat wa al-Tajarib, Kairo : Dar al-Fikr al-‘Arabi. Cet.
ke-1.
Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lugah al’ Arabiyah li al-natioqin bi Lugat Ukhra
Ushuluhu Mudaakhiluhu, Turuqu Tadrisihi. Makkah al-Mukarramah : Jami’ah Umm al-
Qura.
Al-Qattan, Manna’. t.th. Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an. Cet. II ; t.tp, Masyurat al-Asr al-
Hadis.
As-Siba’i, Musthafa. Min Rawa’i’ Hadharatina. Beirut : Darul Irsyad.
Barburoh, Hussein. 2011. Nasyaatul wa Tathowwaru Allughoti Al Arabiyyah (pdf).
(http://elibrary.mediu.edu.my/books/2014/MEDIU4307.pdf) di akses pada
tanggal 7 Juli 2021 pukul 23:45.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Cet. I ; Surabaya :
Airlangga University Press.
Hidayat. 1988. Musykilat Tadris Ta’lim Al-Arabiyyah Fi Indonesia Wa’Ilajiha. Jakarta : Al
Muwajjahah Fi Ta’limi Al Arobiyyah.
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Humaniora. cet.
III.
Matsna, Moh. 1998.Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab. dalam Jurnal Arabia Vol.
I Nomor 1/April-September 1998. Depok : Prodi Arab Fakultas Sastra UI.
Mubarak, Husni. 2011. Asal Usul Bahasa Arab, Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 5 (1).
Shalih, Shubhi. 1962 M/1382 H. Dirasat fi Fiqhi al-Arabiyah. Cet. II ; Beirut : Mansyurat al-
Maktabah al-Ahalliyah.
Sumardi, Mulyanto et.el. 1975. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama Islam IAIN. Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama,
Departemen Agama RI.
Susiawati, Wati. 2019. Kajian Bahasa Arab dari A Historis hingga Historis, ALFAZ : Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Maulana
Hasanuddin, 7 (1).
Tawwab, Ramadan Abdul. 1980. Fusul fi Fiqh al-Lughah. Cet. II ; al-Qahirah : Maktabah al-
Haniji.
Umam, Chatibul et.el. 1975. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama IAIN. Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama RI.
Wahab, Muhbib Abdul. 2014. Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam,
Jurnal Arabiyat.
Wahid Wafiy, Ali Abd. 1962. Ilmu al-Lughah. Cet. V ; Mishra : Lajnah al-Bayaan al-
‘Arabiy.

Anda mungkin juga menyukai