A. Latar Belakang
Kegiatan muamalah terus berkembang sejalan dengan dengan perubahan
sosial, tempat, dan waktu. Produsen berlomba-lomba melakukan. Kreasi baru
untuk menarik minat pembeli. Derasnya arus persaingan dalam dunia bisnis
secara umum dan ritel secara khusus, memaksa para pelaku bisnis untuk
memeras akal guna menemukan strategi manjur dalam bisnisnya.
Berbagai kiat dan strategi ditempuh dari yang klasik, atau yang
kontemporer dan bahkan hingga yang unik. Salah satu contoh dari kreasi
produsen pada zaman ini adalah memberikan iming-iming hadiah kepada
calon pembeli agar barang yang dijualnya bisa menarik hati calon pembeli dan
kemudian membeli barang yang dipasarkan tersebut. Hadiah tersebut ada yang
diberikan langsung kepada pembeli dan ada juga yang diberikan secara diundi.
Dewasa ini bentuk yang masih diperselisihkan hukumnya yaitu berupa
kupon yang diberikan kepada seseorang sebagai ganti dari pembelian barang
dari sebuah toko atau karena membeli bensin di sebuah pom bensin. Juga
karena mengikuti pertandingan bola dengan membayar tiket masuk disertai
dengan pemberian kupon. Dalam menghukumi kupon semacam ini ada
perbedaan pendapat. Ada beberapa pendapat memperbolehkan model seperti
ini dan ada pula yang mengharamkan.
Ibrahim Hossen mengatakan bahwa lotre, SSB (Sumbangan Sosial
Berhadiah), Porkas dan sejenisnya tidak masuk dalam ketegori judi. Menurut
Ibrahim judi adalah suatu permainan yang mengandung unsur taruhan yang
dilakukan secara berhadap-hadapan atau secara langsung antara dua orang
atau lebih.
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan bahwa meskipun lotre masuk
dalam kategori haram, namun keharamannya tidaklah sama dengan keharaman
gimar atau maisir karena pada khamr dan maisir langsung menimbulkan
permusuhan, pertangkaran bahkan sampai tikam-menikam antara yang
menang dan yang kalah. Dalam lotre ini tidak terdapat yang demikian.
Namun, di dalamnya terdapat pula hal-hal yang menyamakan dengan qimar
dan maisir. Muktamar Majlis Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo pada tanggal
27- 31 Juli 1969, seperti yang dikutip Masjfuk Zuhdi, memutuskan antara lain
bahwa Lotre Totalisator (Lotto), Nasional Lotre (Nalo) dan sesamanya adalah
termasuk perjudian, sehingga hukumnya haram. Oleh sebab itu, akan kita
telaah lebih lanjut mengenai hukum hadiah kupon (lottery ticket).
B. Penjelasan
Undian dalam bahasa arab disebut Qur’ah hal ini sering dilakukan
Rasulullah SAW. Biasanya dilakukan bila harus menentukan siapa yang
berhak atas suatu hal namun tidak dasar yang mengaharuskan nabi memilih
salah satu diantara mereka. Adapun tujuan diselenggarakannya undian-undian
tersebut untuk menghimpun dana sumbangan yang akan dipergunakan untuk
keperluan sosialatau untuk pembinaan olah raga.
Di dalam Ensiklopedia Indonesia juga dijelaskan bahwa undian berhadiah.
Adalah undian berhadiah barang atau jasa atas dasar syarat-syarat tertentu.
Yang ditetapkan sebelumnya. Menang atau kalah sangat tergantung kepada
nasib. Penyelenggaranya biasanya oleh perorangan, lembaga atau badan baik
resmi maupun swasta.
Pengertian undian berhadiah yang lainnya adalah undian yang dilakukan
oleh perusahaan barang atau jasa untuk menarik konsumen atau pembeli dan
melariskan dagangan atau jasa yang mereka tawarkan dengan. Cara
memberikan hadiah untuk para pemenang.1
Undian berhadiah dilakukan dengan beberapa cara, antara lain. Dengan
cara menjual kupon dengan nomor-nomor tertentu. Untuk merangsang dan
menggairahkan para pembeli diberikan hadiah-hadiah. Ada juga sebuah toko
1
Tarmizi, E.Harta Haram Muamalat Kontemporer. (Bogor: P.T Berkat Mulia Insani,
2018), 338.
yang yang menyeebarkan karcis kepada tiap-tiap yang belanja, setiap
pembelanja mendapatkan sebuah karcis, pada waktu- waktu tertentu karcis
tersebut diundi. Orang yang no karcisnya keluar akan memperoleh hadiah
yang telah dijanjikan. Biasanya hadiah berupa motor atau mobil. Undian
semacam ini dilakukan untuk merangsang para pembeli agar mau berbelanja
pada toko tersebut.
Hal-hal seperti diatas sering dijumpai, seperti di bioskop, taman. Hiburan,
kolam pemancingan dan lain sebagainya. Disebut sumbangan berhadiah
karena bagi pemenangnya akan memeproleh hadiah dari pihak penyelenggara.
Disebut juga undian harapan, karena hadiah yang diharap itu penentuannya
melalui undian.2
Hukum islam terhadap kupon belanja berhadiah, adapun literatur yang
membahas mengenai hal tersebut diantaranya adalah:
Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya yang berjudul Fatwa-fatwa
Kotemporer III. Dibahas di dalam bukunya mengenai hukum undian
berhadiah, baik dari bentuk yang diperselisihkan, diperbolehkan dan dari
bentuk yang diharamkan oleh syariat. Dalam bukunya beliau lebih cenderung
mengharamkan bentuk kupon yang diberikan kepada seseorang sebagai ganti
pembelian barang dari sebuah toko. Pada dasarnya tidak ada maslahat yang
jelas bagi masyarakat (pembeli/konsumen), karena yang akan mengambil
faedahnya hanya para pedagang besar dan orang-orang yang beruntung (yang
mengadu nasib bersama orang-orang tamak).
Masjfuk Zuhdi dalam bukunya Masail Fiqhiyah, diterangkan mengenai
undian berhadiah, pendapat para ulama mengenai undian, dan seperangkat
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan
undian dan penertiban judi.
2
Ahidin, Undian Berhadiah Sebagai Sarana Promosi.(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2008), 71.
a. Penyelenggara, biasanya pemerintah atau lembaga swasta yang legal
mendapatkan izin dari pemerintah.
b. Para penyumbang, yakni orang-orang yang membeli kupon dengan
mengharapkan hadiah.
ٰۤيَا ُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْۤوا ِاَمَّنا اَخْلْم ُر َوا ْلَم ْيِس ُر َوا َاْل ْنَص ا ُب َوا َاْل ْزاَل ُم ِرْج ٌس ِّم ْن َعَم ِل الَّش ْيٰطِن
3
Zuhdi, M. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. (Jakarta: CV. Haji Masagung,
1990), 49.
ِس ِق ِا
َمَّنا ُيِرْي ُد الَّش ْيٰطُن َاْن ُّيْو َع َبْيَنُك ُم اْلَع َد اَوَة َوا ْلَبْغَض ٓاَء ىِف اَخْلْم ِر َوا ْلَم ْي ِر َو َيُص َّدُك ْم َعْن
ِذْك ِر الّٰلِه َو َعِن الَّص ٰل وِة ۚ َفَه ْل َاْنـُتْم ُّم ْنَتُه ْو َن
a. Rasyid Ridho
Walaupun menentang keras judi dan meningatkan bahayanya,
tetapi dalam hal undian yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
lembaga sosial yang semata-mata untuk menghimpun dana guna
kepentingan umum atau negara, misalnya untuk membangun rumah
sakit, sekolah dan lain-lain bisa jadi tidak termasuk judi. Hal itu
karena tidak jelas adanya orang makan harta lain dengan cara bathil,
juga karena tanpa pertukaran barang, uang, atau jasa yang manfaat
pada undian untuk kepentingan umum. Tetapi terdapat pengecualian
pada beberapa orang yang memperoleh hadiah karena cocok nomor
undianya untuk mengambil hadiah, mereka dianggap makan harta
orang lain dengan cara bathil, meskipun tidak menimbulkan
permusuhan dan kebencian antara mereka yang turut dalam undian.
Pendapat Rasyid Ridho tersebut diikuti oleh abu Rahman Isa, yang
menyatakan bahwa undian berhadiah untuk amal tidak termasuk judi.
Karena judi sebagaimana dirumuskan oleh ulama Syafi'iyah adalah
5
Mukaromah. Hadiah Sebagai Promosi Untuk Menarik Konsumen Dalam Perspektif
Hukum Islam.(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2006), 114.
"antara kedua belah pihak yang berhadapan itu masing-masing ada
untung rugi" pada undian berhadiah untuk amal itu pihak
penyelenggara tidak menghadapi untung rugi, sebab uang yang akan
masuk sudah ditentukan sebagaimana untuk dana sosial dan sebagian
lagi untuk hadiah administrasi.
َاَّلِذْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّرٰب وا اَل َيُقْوُمْو َن ِااَّل َك َم ا َيُق ْو ُم اَّلِذْي َيَتَخ َّبُطُه الَّش ْيٰطُن ِم َن اْلَم ِّس ۗ ٰذ ِلَك ِبَا
َّٖنُه ْم َقا ُلْۤوا ِاَمَّنا اْلَبْيُع ِم ْث ُل الِّرٰب وا ۘ َوَا َح َّل الّٰل ُه اْلَبْي َع َوَح َّرَم الِّرٰب وا ۗ َفَمْن َج ٓاَءهٗ َمْو ِعَظٌة ِّم ْن َّرِّبه
َف ا ْنَتٰه ى َفَل ٗه َم ا َس َلَف ۗ َوَا ْم ُرهٗۤ ِاىَل الّٰل ِه ۗ َوَمْن َع ا َد َفُا وٰٓلِئ َك َاْص ٰح ُب الَّنا ِر ۚ ُه ْم ِفْيَه ا
6
Mardani. Fiqh Ekonomi Syari'ah: Fih Muamalah. (Jakarta: Kencana Pramedia, 2013),
54.
Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
ٰۤيـَاُّيَه ا اَّل ِذْيَن ٰاَم ُنْوا اَل َت ْأُك ُلْۤوا َاْم َوا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِب ا ْلَب ا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن َجِتا َرًة َعْن َتَرا ٍض
ِّم ْنُك ْم ۗ َواَل َتْق ُتُلْۤوا َاْنـُف َس ُك ْم ۗ ِاَّن الّٰل َه َك ا َن ِبُك ْم َرِح ْيًم ا
c. Ahmad asy-Syirbashi
Berpendapat bahwa undian adalah salah satu dari bentuk. praktik
perjudian yang dilarang dalam agama Islam. Keuntungan yang
diperoleh darinya juga haram. Penekanan diharamkannya adalai
selain nas terletak adanya unsur memakan harta orang lain dengan
cara bathil, penipuan dan kebodohan.
Asy-Syirbāshi tidak sepakat dengan penggalangan dan untuk sosial
keagamaan dengan cara menebarkan undian berhadiah. Cara
pengumpulan dana seperti itu dipandang seperti melontarkan isu ke
tengah masyarakat bahwa nilai-nilai kebijakan dan rasa saling
mengasihi telah hilang, sehingga untuk mengumpulkan uang tidak.
ada jalan lain kecuali dengan praktik perjudian dan tontonan haram.
Padahal Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Hukum Hadiah
C. Solusi
7
Suhendi, H. Fiqih Muamalah. (Jakarta: Raja Wali Press, 2013), 61.
perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa solusi
yang dapat dipertimbangkan untuk menghindari permainan kartu remi dalam
konteks Islam meliputi:
D. Kesimpulan
Perlombaan berhadiah adalah perlombaan yang bersifat adu kekuatan
seperti bergulat. Lomba lari atau ketrampilan ketangkasan seperti badminton,
sepak bola, atau adu kepandaian seperti main catur. Sedangkan yang dimaksud
dengan undian berhadiah adalah pemungutan dana dengan cara
menyelenggarakan undian/ kupon berhadiah yang dapat menarik masyarakat
untuk membelinya agar mendapatkan hadiah tersebut seperti yang dijanjikan.
Pada hakikatnya perlombaan berhadiah dan undian berhadiah kalau tidak
mengandung unsur judi dan dana itu berasal dari pemerintah atau suatu
sponsor maka itu diperbolehkan. Tetapi apabila dana itu diambil dari kedua
belah pihak dan dari pihak ada yang rugi dan untuk maka ini dikatakan judi
yang diharamkan oleh agama.
Daftar Pustaka
Ahidin, I. (2008). Undian Berhadiah Sebagai Sarana Promosi. Yogyakarta: UIN
Kalijaga.
Zuhdi, M. (1990). Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: CV.
Haji Masagung.
NAMA : Afifah
NIM : 2214020130