Anda di halaman 1dari 13

“HUKUM HADIAH KUPON UNDIAN (LOTTERY TICKET)”

A. Latar Belakang
Kegiatan muamalah terus berkembang sejalan dengan dengan perubahan
sosial, tempat, dan waktu. Produsen berlomba-lomba melakukan. Kreasi baru
untuk menarik minat pembeli. Derasnya arus persaingan dalam dunia bisnis
secara umum dan ritel secara khusus, memaksa para pelaku bisnis untuk
memeras akal guna menemukan strategi manjur dalam bisnisnya.
Berbagai kiat dan strategi ditempuh dari yang klasik, atau yang
kontemporer dan bahkan hingga yang unik. Salah satu contoh dari kreasi
produsen pada zaman ini adalah memberikan iming-iming hadiah kepada
calon pembeli agar barang yang dijualnya bisa menarik hati calon pembeli dan
kemudian membeli barang yang dipasarkan tersebut. Hadiah tersebut ada yang
diberikan langsung kepada pembeli dan ada juga yang diberikan secara diundi.
Dewasa ini bentuk yang masih diperselisihkan hukumnya yaitu berupa
kupon yang diberikan kepada seseorang sebagai ganti dari pembelian barang
dari sebuah toko atau karena membeli bensin di sebuah pom bensin. Juga
karena mengikuti pertandingan bola dengan membayar tiket masuk disertai
dengan pemberian kupon. Dalam menghukumi kupon semacam ini ada
perbedaan pendapat. Ada beberapa pendapat memperbolehkan model seperti
ini dan ada pula yang mengharamkan.
Ibrahim Hossen mengatakan bahwa lotre, SSB (Sumbangan Sosial
Berhadiah), Porkas dan sejenisnya tidak masuk dalam ketegori judi. Menurut
Ibrahim judi adalah suatu permainan yang mengandung unsur taruhan yang
dilakukan secara berhadap-hadapan atau secara langsung antara dua orang
atau lebih.
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan bahwa meskipun lotre masuk
dalam kategori haram, namun keharamannya tidaklah sama dengan keharaman
gimar atau maisir karena pada khamr dan maisir langsung menimbulkan
permusuhan, pertangkaran bahkan sampai tikam-menikam antara yang
menang dan yang kalah. Dalam lotre ini tidak terdapat yang demikian.
Namun, di dalamnya terdapat pula hal-hal yang menyamakan dengan qimar
dan maisir. Muktamar Majlis Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo pada tanggal
27- 31 Juli 1969, seperti yang dikutip Masjfuk Zuhdi, memutuskan antara lain
bahwa Lotre Totalisator (Lotto), Nasional Lotre (Nalo) dan sesamanya adalah
termasuk perjudian, sehingga hukumnya haram. Oleh sebab itu, akan kita
telaah lebih lanjut mengenai hukum hadiah kupon (lottery ticket).

B. Penjelasan

Pengertian dan Hukum Undian

Undian dalam bahasa arab disebut Qur’ah hal ini sering dilakukan
Rasulullah SAW. Biasanya dilakukan bila harus menentukan siapa yang
berhak atas suatu hal namun tidak dasar yang mengaharuskan nabi memilih
salah satu diantara mereka. Adapun tujuan diselenggarakannya undian-undian
tersebut untuk menghimpun dana sumbangan yang akan dipergunakan untuk
keperluan sosialatau untuk pembinaan olah raga.
Di dalam Ensiklopedia Indonesia juga dijelaskan bahwa undian berhadiah.
Adalah undian berhadiah barang atau jasa atas dasar syarat-syarat tertentu.
Yang ditetapkan sebelumnya. Menang atau kalah sangat tergantung kepada
nasib. Penyelenggaranya biasanya oleh perorangan, lembaga atau badan baik
resmi maupun swasta.
Pengertian undian berhadiah yang lainnya adalah undian yang dilakukan
oleh perusahaan barang atau jasa untuk menarik konsumen atau pembeli dan
melariskan dagangan atau jasa yang mereka tawarkan dengan. Cara
memberikan hadiah untuk para pemenang.1
Undian berhadiah dilakukan dengan beberapa cara, antara lain. Dengan
cara menjual kupon dengan nomor-nomor tertentu. Untuk merangsang dan
menggairahkan para pembeli diberikan hadiah-hadiah. Ada juga sebuah toko
1
Tarmizi, E.Harta Haram Muamalat Kontemporer. (Bogor: P.T Berkat Mulia Insani,
2018), 338.
yang yang menyeebarkan karcis kepada tiap-tiap yang belanja, setiap
pembelanja mendapatkan sebuah karcis, pada waktu- waktu tertentu karcis
tersebut diundi. Orang yang no karcisnya keluar akan memperoleh hadiah
yang telah dijanjikan. Biasanya hadiah berupa motor atau mobil. Undian
semacam ini dilakukan untuk merangsang para pembeli agar mau berbelanja
pada toko tersebut.
Hal-hal seperti diatas sering dijumpai, seperti di bioskop, taman. Hiburan,
kolam pemancingan dan lain sebagainya. Disebut sumbangan berhadiah
karena bagi pemenangnya akan memeproleh hadiah dari pihak penyelenggara.
Disebut juga undian harapan, karena hadiah yang diharap itu penentuannya
melalui undian.2
Hukum islam terhadap kupon belanja berhadiah, adapun literatur yang
membahas mengenai hal tersebut diantaranya adalah:
Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya yang berjudul Fatwa-fatwa
Kotemporer III. Dibahas di dalam bukunya mengenai hukum undian
berhadiah, baik dari bentuk yang diperselisihkan, diperbolehkan dan dari
bentuk yang diharamkan oleh syariat. Dalam bukunya beliau lebih cenderung
mengharamkan bentuk kupon yang diberikan kepada seseorang sebagai ganti
pembelian barang dari sebuah toko. Pada dasarnya tidak ada maslahat yang
jelas bagi masyarakat (pembeli/konsumen), karena yang akan mengambil
faedahnya hanya para pedagang besar dan orang-orang yang beruntung (yang
mengadu nasib bersama orang-orang tamak).
Masjfuk Zuhdi dalam bukunya Masail Fiqhiyah, diterangkan mengenai
undian berhadiah, pendapat para ulama mengenai undian, dan seperangkat
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelenggaraan
undian dan penertiban judi.

Aktivitas Undian Berhadiah

Undian berhadiah dalam aktivitasnya melibatkan hal-hal sebagai berikut:

2
Ahidin, Undian Berhadiah Sebagai Sarana Promosi.(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2008), 71.
a. Penyelenggara, biasanya pemerintah atau lembaga swasta yang legal
mendapatkan izin dari pemerintah.
b. Para penyumbang, yakni orang-orang yang membeli kupon dengan
mengharapkan hadiah.

Kegiatan pihak penyelenggara adalah sebagai berikut:

a. Mengedarkan kupon (menjual kupon), salah satu fungsi pengedaran kupon


adalah dapat dihidtungnya dana yang diperoleh dan para penyumbang.
b. Membagi-bagi hadiah sesuai dengan ketentuan, hadiah ini diambil dan
sebagai hasil dana yang diperoleh.
c. Menyalurkan dana yang telah terkumpul sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan setelah diambil untuk hadiah dan biaya operasional.35

Dasar Hukum Undian Berhadiah

Terdapat beberapa ayat dalam al-Qur’an dan hadist yang


menerangkan tentang undian berhadiah, diantaranya adalah sebagai
berikut3:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫ٰۤيَا ُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْۤوا ِاَمَّنا اَخْلْم ُر َوا ْلَم ْيِس ُر َوا َاْل ْنَص ا ُب َوا َاْل ْزاَل ُم ِرْج ٌس ِّم ْن َعَم ِل الَّش ْيٰطِن‬

‫َفا ْج َتِنُبْوُه َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,


berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat
90)

3
Zuhdi, M. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. (Jakarta: CV. Haji Masagung,
1990), 49.
‫ِس‬ ‫ِق‬ ‫ِا‬
‫َمَّنا ُيِرْي ُد الَّش ْيٰطُن َاْن ُّيْو َع َبْيَنُك ُم اْلَع َد اَوَة َوا ْلَبْغَض ٓاَء ىِف اَخْلْم ِر َوا ْلَم ْي ِر َو َيُص َّدُك ْم َعْن‬

‫ِذْك ِر الّٰلِه َو َعِن الَّص ٰل وِة ۚ َفَه ْل َاْنـُتْم ُّم ْنَتُه ْو َن‬

“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud


menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat,
maka tidakkah kamu mau berhenti?” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 91).

Macam-macam Bentuk Undian Berhadiah Undian berhadiah


banyak sekali macam dan bentuknya, diantaranya lotto (lottere totalisator),
nalo (nasional lottere), Lobena (lottere besar nasional) dan sebagainya.
Bentuk-bentuk undian tersebut sudah tidak beredar lagi di kalangan
masyarakat. Jenis-jenis undian di atas kebanyakan bersifat resmi karena
diizinkan oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Sosial
yang pada era Gus dur sempat dibubarkan.”

Al Ustadh Dhulqornain bin Muhammad Sunus membagi undian


menjadi tiga bagian yaitu:4

a. Undian tanpa syarat bentuk dan contohnya seperti di pusat-pusat


perbelanjaan, pasar, pameran, dan semisalnya sebagai langkah untuk
menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap
pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu
dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh se;uruh
pengunjung. Bentuk undian yang seperti ini adalah boleh. Karena asal
dalam suatu mu’amalah adalah boleh dan halal. Juga tidak terlihat
dalam bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezaliman, riba,
gharar, penipuan dan lain sebagainya.
b. Undian dengan syarat membeli barang. Undian ini tidak bisa diikuti
kecuali oleh orang yang membeli barang yang telah ditentukan oleh
4
Choliq, A. Analisis Pendapat Yusuf ardhawi Tentang Undian Berhadiah.(Semarang:
IAIN Walisongo, 2008), 36.
penyelenggara undian tersebut. Contohnya: pada sebagian super
market telah diletakkan berbagai hadiah seperti kulkas, radio dan lain-
lainnya. Siapa yang membeli barang tertentu atau telah mencapai
jumlah tertentu dalam pembelian maka ia akan mendapatkan kupon
untuk ikut undian.
Contoh lain: sebagian perusahaan telah menyiapkan hadiah- hadiah
menarik seperti Mobil, Hp. Tiket, Biaya Ibadah Haji dan lain
sebagainya. Bagi siapa yang membeli darinya satu produk yang
terdapat kupon atau kartu undian. Kemudian kupon atau kartu undian
itu dimasukkan ke dalam kotak-kotak yang telah disiapkan oleh
perusahaan tersebut diberbagai cabang atau relasinya. Undian jenis ini
tidak lepas dari dua keadaan.
Pertama, harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian
berhadiah tersebut. Hal ini haram dan tidak boleh. Karena ada
tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan biaya untuk masuk
kedalam suatu muamalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi.
Dan ini adalah maisir yang diharamkan dalam syari’at Islam.
Kedua, undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga
produk. Perusahaan mengadakan undian hanya sekedar melariskan.
Produknya. Ada dua pendapat dalam masalah ini:
1. Hukumnya harus dirinci. Kalau ia membeli barang dengan maksud
untuk ikut undian maka ia tergolong kedalam maisir atau gimär
yang diharamkan dalam syariat karena pembelian barang tersebut.
Adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa ikut undian.
Sedang ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan, mungkin
ia beruntung dan mungkin ia rugi. Maka inilah disebut maisir atau
qimar.
2. Adapun kalau dasar maksudnya adalah butuh kepada barang atau
produk tersebut setelah itu ia mendapatkan kupon untuk ikut
undian maka ini tidak terlarang karena asal dalam mu’amalah a
adalah boleh dan halal dan tidak bentuk maisir atau qimar.
c. Undian dengan mengeluarkan biaya yakni undian yang bisa diikuti
setiap orang yang membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau
mengeluarkan baiya untuk bisa mengikuti undian tersebut dengan
mengeluarkan biaya. Contohnya mengirimkan kupon atau kartu undian
ke tempat pengundian dengan menggunakan perangko pos. Tentunya
mengirim dengan perangko mengeluarkan biaya sesuai dengan harga
perangkonya.

Pendapat Ulama Tentang Undian Berhadiah

Undian berhadiah sering kita jumpai di masyarakat ternyata


mengandung kontroversi diantara para ulama, apakah undian termasuk
dalam pebuatan judi atau tidak, ulama berbeda pendapat diantaranya:5

a. Rasyid Ridho
Walaupun menentang keras judi dan meningatkan bahayanya,
tetapi dalam hal undian yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
lembaga sosial yang semata-mata untuk menghimpun dana guna
kepentingan umum atau negara, misalnya untuk membangun rumah
sakit, sekolah dan lain-lain bisa jadi tidak termasuk judi. Hal itu
karena tidak jelas adanya orang makan harta lain dengan cara bathil,
juga karena tanpa pertukaran barang, uang, atau jasa yang manfaat
pada undian untuk kepentingan umum. Tetapi terdapat pengecualian
pada beberapa orang yang memperoleh hadiah karena cocok nomor
undianya untuk mengambil hadiah, mereka dianggap makan harta
orang lain dengan cara bathil, meskipun tidak menimbulkan
permusuhan dan kebencian antara mereka yang turut dalam undian.
Pendapat Rasyid Ridho tersebut diikuti oleh abu Rahman Isa, yang
menyatakan bahwa undian berhadiah untuk amal tidak termasuk judi.
Karena judi sebagaimana dirumuskan oleh ulama Syafi'iyah adalah

5
Mukaromah. Hadiah Sebagai Promosi Untuk Menarik Konsumen Dalam Perspektif
Hukum Islam.(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2006), 114.
"antara kedua belah pihak yang berhadapan itu masing-masing ada
untung rugi" pada undian berhadiah untuk amal itu pihak
penyelenggara tidak menghadapi untung rugi, sebab uang yang akan
masuk sudah ditentukan sebagaimana untuk dana sosial dan sebagian
lagi untuk hadiah administrasi.

b. MUI Propinsi DKI Jakarta memfatwakan tentang jual beli yang


disertai dengan hadiah, sebagai berikut:6
1. Para ulama telah bersepakat (lima) bahwa perdagangan
(perniagaan jualbeli al-bai) adalah suatu kegiatan perekonomian
yang dihalalkan (diperbolehkan) oleh syari'at Islam. (Al-Mabsuth
XII/108: al-Muhadzab 1/257). Hal ini didasarkan pada firman
Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 275:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َاَّلِذْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّرٰب وا اَل َيُقْوُمْو َن ِااَّل َك َم ا َيُق ْو ُم اَّلِذْي َيَتَخ َّبُطُه الَّش ْيٰطُن ِم َن اْلَم ِّس ۗ ٰذ ِلَك ِبَا‬

ٖ‫َّنُه ْم َقا ُلْۤوا ِاَمَّنا اْلَبْيُع ِم ْث ُل الِّرٰب وا ۘ َوَا َح َّل الّٰل ُه اْلَبْي َع َوَح َّرَم الِّرٰب وا ۗ َفَمْن َج ٓاَءهٗ َمْو ِعَظٌة ِّم ْن َّرِّبه‬

‫َف ا ْنَتٰه ى َفَل ٗه َم ا َس َلَف ۗ َوَا ْم ُرهٗۤ ِاىَل الّٰل ِه ۗ َوَمْن َع ا َد َفُا وٰٓلِئ َك َاْص ٰح ُب الَّنا ِر ۚ ُه ْم ِفْيَه ا‬

‫ٰخ ِلُد ْو َن‬

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian
itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal,
Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada

6
Mardani. Fiqh Ekonomi Syari'ah: Fih Muamalah. (Jakarta: Kencana Pramedia, 2013),
54.
Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)

Demikian juga firman allah dalam an-Nisa' ayat 29, Allah


Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤيـَاُّيَه ا اَّل ِذْيَن ٰاَم ُنْوا اَل َت ْأُك ُلْۤوا َاْم َوا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِب ا ْلَب ا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن َجِتا َرًة َعْن َتَرا ٍض‬

‫ِّم ْنُك ْم ۗ َواَل َتْق ُتُلْۤوا َاْنـُف َس ُك ْم ۗ ِاَّن الّٰل َه َك ا َن ِبُك ْم َرِح ْيًم ا‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 29)

2. Suatu transaksi perdagangan dinilai sah dan halal jika memnuhi.


rukun dan syarat jual beli.
3. Jual beli suatu benda yang disertai hadiah, baik secara langsung.
maupun diundi dengan tujuan agar para konsumen teratarik untuk
membeli produk-produk yang dipasarkan adalah sah dan halal
dengan syarat-syarat sebagai berikut: hadiah yang diberikan harus
halal dan sesuai dengan yang dijanjikan. Jika hadiah berupa
benda yang haram seperti minuman keras dan barang najis, maka
tidak sah. Dengan demikian jika hadiah yang diberikan tidak
sesuai dengan yang dijanjikan, maka hal itu dinilai sebagai
penipuan sehingga mengandung unsur dosa. Hadiah tidak
mengandung unsur judi. Dalam arti, hadiah tersebut benar-benar
merupakan pemberian yang bersifat Cuma-Cuma sebagai bagian
dari promosi penjualan (sales promotion). Dengan demikian,
seandainya para konsumen tidak beruntung mendapatkan hadiah,
maka mereka tidak dirugikan. Kualitas barang yang diperjual
belikan harus dengan standart dan harganya tidak lebih tinggi dari
harga pasaran.
4. Jika transaksi jual beli yang disertai hadiah secara tunai,
dilakukan terhadap benda yang kualitasnya di bawah standart
dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasaran, maka transaksi
jual beli tersebut tidak sah dan tidak halal karena mengandung
unsur judi. Karena dengan demikian, kupon hadiah yang akan
diundi untuk mendapatkan hadiah bukan merupakan pemberian
Cuma-Cuma, melainkan secara tidak langsung dijual kepada
pembeli barang dengan uang yang sudah ditambahkan kedalam
harga penjualan barang. Dengan demikian, secara tidak langsung
kupon undian tersebut diperjualbelikan kepada pembeli barang,
yang jika dia tidak mendapatkan hadiah maka akan rugi.
Sedangkan pihak penjual akan beruntung. Inilah yang disebut
judi, karena definisi judi sebagaimana dijelaskan Prof.
Mohammad Ali Ash-Shabuni dalam kitabnya, Tafsir Rawa'l al-
Bayan Juz I "Setiap permainan yang menimbulkan keuntungan
bagi sebagian orang dan kerugian bagi sebagian yang lainnya,
maka itulah yang disebut perjudian yang diharamkan (oleh Allah
SWT)"

c. Ahmad asy-Syirbashi
Berpendapat bahwa undian adalah salah satu dari bentuk. praktik
perjudian yang dilarang dalam agama Islam. Keuntungan yang
diperoleh darinya juga haram. Penekanan diharamkannya adalai
selain nas terletak adanya unsur memakan harta orang lain dengan
cara bathil, penipuan dan kebodohan.
Asy-Syirbāshi tidak sepakat dengan penggalangan dan untuk sosial
keagamaan dengan cara menebarkan undian berhadiah. Cara
pengumpulan dana seperti itu dipandang seperti melontarkan isu ke
tengah masyarakat bahwa nilai-nilai kebijakan dan rasa saling
mengasihi telah hilang, sehingga untuk mengumpulkan uang tidak.
ada jalan lain kecuali dengan praktik perjudian dan tontonan haram.
Padahal Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.

Hukum Hadiah

Hadiah telah di syariatkan penerimaanya dan telah ditetapkan


pahala bagi pemberinya. Dalil yang melandasi hal itu adalah sebuah hadist
dari Abu Hurairah, bahwa nabi telah bersabda: "Sekiranya aku diundang
makan sepotong kaki binatang, pasti akan aku penuhi undangan
tersebut.begitu juga jika sepotong lengan atau kaki dihadiahka kepadaku,
pasti aku akan menerimanya." (HR. Al-Bukhari).7

Dan diriwayatkan imam Ath-Thabrani dari Hadist Ummu Hakim


Al-Khuza'iyah, dia berkata: "Wahai rasulullah apakah engkau tidak
menyukai penolakan terhadap kelembutan ?" beliau menjawab: "betapa
buruknya yang demikian itu, sekiranya aku diberi hadiah sepotong kaki
binatang.pasti aku akan menerimanya".

Hadiah diperbolehkan dengan kesepakatan umat, apabila tidak


terdapat disana larangan syar'i terkadang di sunattkan untuk memberikan
hadiah apabila dalam rangka menyambung silaturrahmi, kasih sayang dan
rasa cinta terkadang disyariatkan apabila dia termasuk di dalam bab
membalas budi dan kebaikan orang lain dengan hal yang semisalnya dan
terkadang juga menjadi haram dan perantara menuju perkara yang haram
dan ia merupakan hadiah yang berbentuk suatu yang haram, atau termasuk
dalam kategori sogok-menyogok dan yang sehukum dengannya.

C. Solusi

Dalam Islam, terdapat pandangan yang melarang permainan judi,


termasuk permainan kartu remi. Islam mengajarkan untuk menghindari

7
Suhendi, H. Fiqih Muamalah. (Jakarta: Raja Wali Press, 2013), 61.
perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa solusi
yang dapat dipertimbangkan untuk menghindari permainan kartu remi dalam
konteks Islam meliputi:

1. Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk memberikan pemahaman yang


baik tentang hukum Islam terkait perjudian dan dampak negatifnya.
Pendidikan dan kesadaran akan membantu individu untuk menghindari
permainan yang bertentangan dengan ajaran agama
2. Menjauhi Lingkungan Perjudian: Menghindari lingkungan atau situasi
yang mendorong terlibat dalam perjudian, termasuk permainan kartu remi,
merupakan langkah penting dalam menjalankan ajaran Islam yang
melarang perjudian
3. Mengganti Aktivitas: Mengalihkan perhatian dan waktu dari permainan
kartu remi ke aktivitas yang lebih bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai
Islam, seperti membaca Al-Qur’an, beribadah, atau melakukan kegiatan
sosial yang positif
4. Konsultasi dengan Ulama: Jika seseorang menghadapi kesulitan dalam
menghindari permainan kartu remi, konsultasi dengan ulama atau tokoh
agama dapat memberikan panduan dan nasihat yang sesuai dengan ajaran
Islam
5. Dalam Islam, penting untuk selalu merujuk pada ajaran agama dan
memahami hukum-hukum yang berlaku. Dengan memperkuat pemahaman
agama dan menghindari situasi yang mendorong perjudian, seseorang
dapat menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

D. Kesimpulan
Perlombaan berhadiah adalah perlombaan yang bersifat adu kekuatan
seperti bergulat. Lomba lari atau ketrampilan ketangkasan seperti badminton,
sepak bola, atau adu kepandaian seperti main catur. Sedangkan yang dimaksud
dengan undian berhadiah adalah pemungutan dana dengan cara
menyelenggarakan undian/ kupon berhadiah yang dapat menarik masyarakat
untuk membelinya agar mendapatkan hadiah tersebut seperti yang dijanjikan.
Pada hakikatnya perlombaan berhadiah dan undian berhadiah kalau tidak
mengandung unsur judi dan dana itu berasal dari pemerintah atau suatu
sponsor maka itu diperbolehkan. Tetapi apabila dana itu diambil dari kedua
belah pihak dan dari pihak ada yang rugi dan untuk maka ini dikatakan judi
yang diharamkan oleh agama.

Daftar Pustaka
Ahidin, I. (2008). Undian Berhadiah Sebagai Sarana Promosi. Yogyakarta: UIN
Kalijaga.

Choliq, A. (2008). Analisis Pendapat Yusuf ardhawi Tentang Undian Berhadiah.


Semarang: IAIN Walisongo.

Mardani. (2013). Fiqh Ekonomi Syari'ah: Fih Muamalah. Jakarta: Kencana


Pramedia.

Mukaromah. (2006). Hadiah Sebagai Promosi Untuk Menarik Konsumen Dalam


Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: UIN Kalijaga.

Suhendi, H. (2013). Fiqih Muamalah. Jakarta: Raja Wali Press.

Tarmizi, E. (2018). Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: P.T Berkat


Mulia Insani.

Zuhdi, M. (1990). Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: CV.
Haji Masagung.

NAMA : Afifah

NIM : 2214020130

PRODI : Pendidikan Bahasa Arab

Anda mungkin juga menyukai