Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Undian (Lotre)

diartikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, undian dengan sesuatu yang diundi

(lotre). Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa lotre itu berasal dari

Bahasa Belanda “loterij” yang artinya undian berhadiah, nasib, peruntungan. Dalam Bahasa

Inggris juga terdapat kata “lottery” yang berarti undian. Maksud lotere menurut Ibrahim

Husen adalah salah satu cara untuk menghimpun dana yang dipergunakan untuk proyek

kemanusiaan dan kegiatan sosial.

Sementara itu, dalam Ensiklopedi Hukum Islam dijelaskan bahwa undian (qur’ah)

merupakan upaya memilih sebagian pilihan (alternatif) dari keseluruhan pilihan yang tersedia

dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap pilihan yang tersedia itu memiliki kemungkinan

(probabilitas) yang sama besarnya untuk terpilih. Undian merupakan upaya paling mampu

menjauhkan unsur keberpihakan dalam memilih dan dapat dilakukan untuk maksud-maksud

yang jauh sama sekali dari perjudian.

Mengacu pada pengertian di atas, kata undian itu sinonim dengan pengertian lotre, di

mana dalam lotre ada unsur spekulatif (untung-untungan mengadu nasib). Namun, di

masyarakat kata undian dan lotre pengertiannya dibedakan, sehingga hukumnya pun berbeda.

Kalau dalam undian tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Oleh karena itu undian

hukumnya boleh, seperti undian kuis berhadiah sebuah produk di televisi. Sedangkan dalam

lotre ada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu hukumnya haram.

1
B. Hukum Lotre

Untuk mencari dana dengan cara menyalenggarakan undian atau kupon berhadiah, seperti

sumbangan sosial berhadiah (SSB)dan lain sebagainya merupakan cara yang sangat efektif.

Karena hal demikian dapat menarik perhatian masyarakat untuk berlomba-lomba

membelinya dengan harapan akan memperoleh hadiah yang dijanjikan atau mungkin dengan

niat untuk membantu proyek yang mau ditunjang dengan dana itu.

Demikian pula dalam dunia perdagangan dewasa ini, banyak jual beli barang yang

dilakukan dengan system berhadiah untuk kepentingan promosi barang dagangannya. Karena

itu, untuk kepentingan umum, pemerintah perlu mengadakan pengawasan dan penertiban

terhadap penyelengaraan undian dan kupon berhadiah, agar tidak terjadi hal-hal yang dapat

merugikan masyarakat dan Negara.

Semua taruhan yang dengan cara mengadu nasib, yang sifatnya untung-untungan dilarang

keras oleh agama, sebagaimana dalam firman Allah surah Al-Maidah ayat 90 yang Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90).

Adapun menurut beberapa pendapat di bawah ini :

1. Rasyid Ridha

Ia menerangkan sebagian dari bahaya perjudian itu ialahdapat merusak pendidikan

dan akhlak, melemahkan potensi akal pikiran, dapat melentarakan pekerjaan, dan banyak lagi

yang lainnya sehingga perbuatan itu mendorong kepada kenegatifan.

Rasyid Ridha mengingatkan bahwa dalil syari yang mengharamkan semua perjudian

termasuk lotere atau undian berhadiah itu adalah dalil yang qathi dilalahnya.

2
Artinya dalil yang sudah pasti petunjuknya atas diharamkannya perjudian itu,

sehingga tidak bisa diragukan lagi. Hanya saja ada lotre atau undian berhadiah yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau mungkin lembaga-lembaga sosial lainnya, yang

semata-mata untuk menghimpun dana guna kepentingan umum atau untuk kemaslahatan

masyarakat. Misalnya untuk mendirikan rumah sakit, sekolah, atau mungkin untuk

meringankan beban fakir miskin, hal ini bisa saja dilakukan karena tidak jelas adanya orang

yang makan harta secara bathil.

Jadi, jika kita perhatikan keterangan Rasyid Ridha di atas maka ia tidak

mengharamkan undian berhadiah jika untuk kepentingan umum, dan tidak ada yang

dirugikan di dalamnya. Karena hal tersebut lebih besar manfaatnya dari pada mudharatnya.

Undian berhadiah/lotere yang diselenggarakan bukan karena kepentingan umum atau Negara,

maka hal itu dilarang oleh agama, sebab mudharatnya lebih besar dari pada manfaatnya.

2. Prof. K.H. Ibrahim Husen

Mengatakan bahwa undian harapan, sumbangan sosial berhadiah, dan sebagainya

seperti yang diselenggarakan pada saat-saat sekarng ini, jika dengan tujuan keuntungan yang

diperolehnya dipergunakan semata-mata untuk tujuan sosial, pendidikan, maka ini tidak

termasuk kepada maisir atau judi.

3. H.S. mukhlis

Sumbangan sosial berhadiah secara formal bukan termasuk judi, karena yang

menyelenggarakan tidak bertujuan untuk mengumpulkan dana pribadi dan yang membeli

kuponpun seharusnya membatasi diri dalam membelinya, yakni sesuai dengan

kemampuannya. Akan tetapi sumbangan soial bisa disalahgunakan hingga sama dengan judi,

baik oleh si pembeli kupon maupun yang menyelenggarakannya. Jika memang ia maka

hukumnya adalah haram.

3
4. Abdurrahman Isa

menjelaskan, bahwa Islam membolehkan, bahkan Islam memberikan rekomendasi

terhadap usaha penghimpunan dana guna untuk membantu lembaga-lembaga sosial dengan

memakai sistem undian berhadiah. Karena agar masyarakat tertarik untuk membantu usaha

sosial tersebut. Demikian pula dengan jual beli surat-surat undian berhadiah untuk amal

tidaklah di larang oleh agama, sebab usaha tersebut sama halnya dengan usaha pengumpulan

dana yang dilakukan oleh seseorang dari suatu perkumpulan atau jama’ah untuk suatu proyek

yang telah disepakati secara bersama. Tetapi sebagian dana yang terkumpul dari mereka itu

diberikan sebagai hadiah dengan undian, agar mereka merasa tertarik untuk membantu.

Di dalam surah Al-Baqarah ayat 219 Allah berfirman yang artinya :”Mereka bertanya

kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar

dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya"

Berbeda dengan perlombaan berhadiah, yakni perlombaan yang bersifat adu kekuatan

seperti bergulat, lomba lari, atau adu keterampilan seperti perombaan badminton, sepak bola,

dan lain sebagainya.

Pada prinsipnya lomba tersebut diperbolehkan dalam agama, asal tidak

membahayakan keselamatan raga dan jiwa. Dan mengenai uang berhadiah yang diperoleh

dari lomba tersebut diperbolehkan oleh agama, jika dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut :

1. Jika uang atau hadiah lomba itu disediakan oleh pemerintah ataupun oleh sponsor-

sponsornya untuk para pemenang.

4
2. Jika uang atau hadiah lomba itu merupakan janji salah satu dari dua orang yang berlomba

kepada lawannya, jika ia dapat dikalahkan oleh lawannya ra.Dalil yang membolehkan

perlombaan semacam ini adalah sebuah riwayat yang dituturkan oleh Imam Ahmad;

bahwasanya Anas bin Malik pernah ditanya tentang taruhan di masa Rasulullah saw.

ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل نَ َع ْم لَقَ ْد َراهَنَ َعلَى فَ َر‬


ُ‫س لَه‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫هَلْ ُك ْنتُ ْم تُ َرا ِهنُونَ َعلَى َع ْه ِد َرس‬
ُ‫اس فَهَشَّ لِ َذلِكَ َوأَ ْع َجبَه‬ َ َ‫يُقَا ُل لَهُ ُس ْب َحةُ فَ َسب‬
َ َّ‫ق الن‬

Artinya: “Apakah anda melakukan taruhan (rihaan) di masa Rasulullah saw. Anas bin Malik
menjawab, “Ya, benar. Sesungguhnya Rasulullah saw mempertaruhkan seekor kuda yang
bernama Subhah. Lalu, beliau berlomba dengan para shahabat dan berhasil memenangkan
perlombaan tersebut. Lantas, beliau mengaguminya.” [HR. Imam Ahmad].

3. Jika uang atau hadiah lomba disediakan oleh para pelaku lomba dan mereka disertai

muhallil, yaitu orang yang berfungsi menghalalkan perjanjian lomba dengan uang sebagai

pihak ketiga.

5. Lotre Menurut A. Hasan Bangil

1
Didalam buku A. Hasan yang berjudul soal jawab tentang berbagai masalah agama di

jelaskan bahwa kebanyakan para ulama mengharamkan lotre sekalipun hasil lotre tersebut

digunakan untuk derma ( membangun srkolah, pesantren, madrasah diniah, rumah jompo,

asrama yatim piatu, dan lain sebagainya.).

pasalnya menurut kebanyakan ulama, derma yang diberikan ini tidak atas dasar ke

ikhlasan, sedangkan dalam konteks islam, ikhlas adalah salah satu yang di anggap pokok.

1
Hendri Suhendri, Fiqh Muamalah. Rajawali Pers: Jakarta, 2006, hlm 321
5
Pada bait berikutnya A hasan menjelaskan bahwa mengadakan (penyelenggaraan

lotre) adalah haram . dan membelinya adalah perbuatan yang di larang (di haramkan).

6. Lotre menurut Fuad Mohd. Fachruddin

Fuad mohd.fachruddin berpendapat bahwa lotre tidak termasuk perbuatan judi

(maisir) yang di haramkan, judi atau maisir tidak terdapat dalam lotre. Kemudian dikatakan

bahwa pembeli atau pemasang lotre apabila bermaksud hanya bertujuan menolong dan

mengharapkan hadiah, maka tidaklah dapat dalam perbuatan itu suatu perjudian, apabila

seseorang bertujuan semata-mata hanya ingin memperoleh hadiah, menurut muhammad

fahruddin perbuatan itupun tidak termasuk perjudian, sebab pada perjudian kedua belah pihak

berhadap-hadapan, dan masing-masing menghadapi kemenangan atau kekalahan.

7. Dr. Yusuf Qaradhawi


2
Apa yang di sebut “ya nashib” (undian) adalah salah satu macam dari macam-macam

judi. Dan janganlah seseorang gegabah dalam hal ini dan memperkenankannya dengan alasan

“sumbangan sosial” dan “tujuan kemanusiaan”.

Orang-orang yang memperbolehkan undian untuk maksud tersebut, tak ubahnya

dengan orang-orang yang mengumpulkan dana untuk tujuan-tujuan tersebut dengan

mengadakan tarian-tarian haram dan kesenian haram.

2
Yusuf Karadhawi, Halal Dan Haram. Robbani Press: Jakarta, 2002, hlm 353
6
Dalam menguraikan tentang hukum undian diharuskan untuk kembali mengingat
beberapa kaidah syari’at Islam yang telah dijelaskan dalam tulisan bagian pertama dalam
pembahasan ini. Kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut

Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam melarang dari jual beli (dengan
cara) gharor”.

Gharor adalah apa yang belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui
hakikat dan kadarnya.

Dan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhary dan Muslim,
Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersada :

“Siapa yang berkata kapada temannya : “Kemarilah saya berqimar denganmu”, maka
hendaknya ia bershodaqah.”

Yaitu hendaknya ia membayar kaffarah (denda) menebus dosa ucapannya.

Ayat dan hadits di atas menunjukkan haramnya perbuatan maisir dan qimar dalam
mu’amalat. Maisir adalah setiap Mu’amalah yang orang masuk kedalamnya setelah
mengeluarkan biaya dengan dua kemungkinan ; dia mungkin rugi dan mungkin beruntung.
Sedangkan, Qimar menurut sebagian ulama adalah sama dengan maisir, dan menurut
sebagian ulama lain qimar hanya pada mu’amalat yang berbentuk perlombaan atau
pertaruhan.

Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al Baqarah : 219 disebutkan :

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa’at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir, [2:219]

Allah juga berfirman dalam Surat Al Maidah ayat 90 sebagaimana tersebut dibawah ini :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. [5:90]

Sehingga sudah jelas bahwa dalam Al Qur’an disebutkan bahwa judi itu jelas-jelas
perbuatan yang dilarang oleh Allah karena merupakan pekerjaan syetan yang keji.

7
Larangan tersebut diulang oleh Allah dalam Surat Al Maidah ayat 91, Al Isra’ ayat 26-27
dan Surat Al-A’raf ayat 31 yang berbunyi :

‫ر هللا و عن‬x‫ ّدكم عن ذك‬x‫ و يص‬x‫ر‬x‫ر و الميس‬x‫اء فى الخم‬x‫داوة و البغض‬x‫ع بينكم الع‬x‫إنّما يرييد االشطان أن يوق‬
ّ ‫الصالة فهل أنتم منتهوون‬

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian


di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.
[5:91]

“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya


pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.”(QS. Al-Isra’ [17]: 26-27).

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. [7:31]

Allah dalam menjatuhkan vonis haram pada suatu hal atau perkara pasti ada sebab
musababnya. Jika dalam undian yang dikategorikan dalam judi dilarang, karena dapat
menyebabkan permusuhan, kebencian – kebencian, serta menghalangi dalam mengingat
Allah dan sembahyang. Misal, ikut serta dalam undian SMS sama halnya dengan
menghambur-hamburkan uang dengan boros, dan Allah sangat membencinya karena
pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan yang senantiasa berbuat ingkar.3

3
http://www.al-ikhwan.com/beberapa-hukum-berkaitan-dengan-undian-hukum-undianhukum-undian-
berhadiahhukum-undian-dalam-islamhukum-undian-berhadiah-dalam-islamhukum-mengikuti-undian-698.htm.

8
C. Macam-macam undian

Undian pada masa kini banyak tersebar di seluruh dunia. Undian yang diperbolehkan

hingga undian yang diharamkan. Undian terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Undian tanpa syarat.

Undian tanpa syarat adalah undian yang tanpa menggunakan syarat dan ketentuan apapun.

Contohnya di pusat-pusat perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah

untuk menarik pengunjung, kadang dibagikan kupon undian untuk setiap pengunjung tanpa

harus membeli suatu barang. Kemudian setelah itu dilakukan penarikan undian yang dapat

disaksikan oleh seluruh pengunjung.

Hukum contoh diatas adalah bentuk undian yang boleh dilakukan. Juga tidak terlihat dalam

bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezholiman, riba, gharar, penipuan dan

selainnya.

2. Undian dengan syarat membeli barang.

Undian dengan syarat membeli barang adalah undian yang tidak bisa diikuti kecuali

oleh orang yang membeli barang, yang telah ditentukan oleh penyelenggara undian tersebut.

Contonya pada sebagian supermarket telah diletakkan berbagai hadiah seperti kulkas, radio

dan lain-lainnya. Siapa yang membeli barang tertentu atau telah mencapai jumlah tertentu

dalam pembelian maka ia akan mendapatkan kupon untuk ikut undian.

9
Contoh lainnya sebagian perusahaan telah menyiapkan hadiah-hadiah yang menarik seperti

mobil, HP, Tiket, biaya Ibadah Haji dan selainnya bagi siapa yang membeli darinya suatu

produk yang terdapat kupon/kartu undian. Kemudian kupon/kartu undian itu dimasukkan

pada kotak-kotak yang telah disiapkan oleh perusahaan tersebut di berbagai cabang atau

relasinya.

Hukum undian jenis ini tidak lepas dari dua keadaan, yaitu:

1) Harga produk bertambah dengan terselenggaranya undian berhadiah tersebut.

Hukumnya haram dan tidak boleh. Karena ada tambahan harga berarti ia telah mengeluarkan

biaya untuk masuk kedalam suatu mu’amalat yang mungkin ia untung dan mungkin ia rugi.

Dan ini adalah maisir yang diharamkan dalam syari’at Islam.

2) Undian berhadiah tersebut tidak mempengaruhi harga produk. Perusahaan

mengadakan undian hanya sekedar melariskan produknya. Ada dua pendapat tentang hukum

dalam masalah ini :

a. Hukumnya harus dirinci. Kalau ia membeli barang dengan maksud untuk ikut undian

maka ia tergolong kedalam Maisir (judi) yang diharamkan dalam syari’at karena pembelian

barang tersebut adalah sengaja mengeluarkan biaya untuk bisa ikut dalam undian. Sedang

ikut dalam undian tersebut ada dua kemungkinan ; mungkin ia beruntung dan mungkin ia

rugi. Maka inilah yang disebut judi. Adapun kalau dasar maksudnya adalah butuh kepada

barang/produk tersebut setelah itu ia mendapatkan kupon untuk ikut undian maka ini tidak

terlarangadalah boleh dan halal dan tidak berbentuk judi. Rincian ini adalah pendapat Syaikh

Ibnu ‘Utsaimin, Syaikh Sholih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Asy-Syaikh, Lajnah Baitut Tamwil Al-

Kuwaiti dan Haiah Fatwa di Bank Dubai Al-Islamy.

10
b. Hukumnya adalah haram secara mutlak. Ini adalah pandapat Syaikh Abdul ‘Aziz bin

Baz dan Al-Lajnah Ad-Da`imah. Alasannya karena hal tersebut tidak lepas dari bentuk judi

dan mengukur maksud pembeli, apakah ia membutuhkan barang atau sekedar ingin ikut

undian adalah perkara yang sulit.

3. Undian dengan mengeluarkan biaya.

Undian dengan mengelurkan biaya adalah undian yang bisa diikut setiap orang yang

membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti

undian tersebut dengan mengeluarkan biaya.

Contoh pertama dalam mengirim kupon/kartu undian ke tempat pengundian dengan

menggunakan perangko pos. Tentunya mengirim dengan perangko mengeluarkan biaya

sesuai dengan harga perangkonya.

Contoh kedua dalam mengikut undian dengan mengirim SMS kelayanan telekomunikasi

tertentu baik dengan harga wajar maupun dengan harga yang telah ditentukan.

Hukum pada contoh-contoh di atas adalah haram dan tidak boleh. Karena

mengeluarkan biaya untuk suatu yang mu’amalat yang belum jelas beruntung tidaknya, maka

itu termasuk Qimar/Maisir.


11

Anda mungkin juga menyukai