Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKHLAK & TAZKIYATUN NAFS

KERANGKA BERFIKIR IRFANI

Dosen Pengampu :

Dr. H. Kamalludin, M.A.

Disusun Oleh :

Novi Cahyani 191105010274

Ratu Balqis Sholiha 191105010408

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Oleh itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berpartisipasi membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Semoga isi makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun, menjadi ilmu
bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan-
permasalahan lain pada makalah-makalah selanjutnya. Sebelumnya kami meminta maaf
apabila terdapat kesalahan penulisan kata dan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang tepat. Serta tak lupa kami juga berharap kepada
pembaca dapat memberi masukan, saran serta kritikan yang membangun pada makalah ini
demi terciptanya sebuah makalah yang lebih baik.

Bogor, 29 Oktober 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A. Pengertain Berfikir Irfani.................................................................


B. Pengertian Maqomat........................................................................
C. Macam-Macam Maqomat................................................................
D. Pengertian Ahwal.............................................................................
E.
BAB III PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan ilmu yang disebut irfani yang digunakan sebagai praktik taswuf dalam
dunia syiah dan di dalam berfikir irfani memiliki syarat penting dan dasarnya bertasawuf.
Irfan bermakna pengetahuan dimana mencerminkan bagaimana para sufi memiliki konsep
tentang jalan menuju Allah swt. Jalannya dikenal dengan fase yang bertahap yaitu maqam
( tingkatan ) dan hal ( keadaan ) yang berakhir dengan kata ma’rifat kepada Allah swt.
Dengan kerangka ini manusia akan menuju Allah swt dan beriman secara akalnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penhgertian berfikir irfani ?
2. Apa pengertian maqomat ?
3. Apa saja macam-macam maqomat ?
4. Apa pengertian ahwal (hal) ?
5. Apa saja jenis jenis ahwal (hal) ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas, yaitu untuk mengetahui cara jalan menuju Allah
swt dengan cara berfikir irfani.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertain Berfikir Irfani

Irfani berasal dari kata irfan dalam bahasa Arab arafa yang berarti ma’rifat, pengetahuan
irfani tidak didasari oleh buku atau teks seperti bayani tapi tasawuf dari pengalaman langsung
seseorang yang dilakukannya ketika ia mendekatkan diri kepada Allah swt.
Tasawuf atau sufisme adalah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisesme
dalam Islam. Adapun tujuan tasawuf ialah memperoleh hubungan langsung dan dekat dengan
Tuhan. Dalam islam kita mengenal beberapa aliran tasawuf, diantaranya aliran tasawuf
Akhlaqi, Tasawuf Irfani dan Tasawuf Falsafi.
Menurut Rooy (2010) Metode irfani adalah model metodologi yang didasarkan atas
pendekatan dan pengalaman langsung atas realitas spritual keagamaan, berbeda dengan
sasaran bayani yang bersifat eksoteris, sasaran bidik irfani adalah bagian esoteris (batin) teks,
karena itu rasio berperan sebagai alat untuk menjelaskan berbagai pengalaman spritual
tersebut.
Dilihat dari sejarahnya ilmu ini telah ada baik di Persia ataupun Yunani dan bisa dibilang
sudah lama hadir. Ilmu ini juga hadir sebelum adanya teks-teks keagamaan baik Kristen,
Yahudi, maupun Islam. Dalam metode sufisme di Islam baru hadir dan berkembang sekitar
abad ke 3H/9M dan abad 4H/10M.
Lingkup irfani dalam rmencapai ma’rifat harus menjalani beberapa tahapan panjang. Dalam
tasawuf konteks ini dinamakan ahwal yang berisi maqomat dan hal.
2.2 Pengertian Maqomat
Maqom atau maqomat berasal dari kata bahasa Arab yang artinya tempat orang berdiri atau
pangkal mulia, dalam bahasa Inggris maqom di artikan sebagai stage yang dalam bahasa
Indonesianya tangga yang kemudian istilah ini digunakan sebagai jalan yang wajib ditempuh
oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Sedangkan dalam ilmu tasawuf, Maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah
berdasarkan apa yang telah diusahakannya, baik melalui riyadlah, ibadah, maupun
mujahadah. Maqomat dilalui dengan usaha yang sungguh-sungguh dengam melakukan
kewajiban yang harus ditempuh dalam waktu tertentu seorang hamba tidak akan melanjutkan
ke maqom berikutnya sebleum menyelesaikan maqom sebelumnya dengan sempurna.
Tentang banyaknya maqomat atau tangga yang ditempuh para sufi berbeda-beda pendapatnya
menurut Harun Nasution stage atau maqomat berjumlah sepuluh yaitu al-taubah, al-zuhud,
al-sabhr, al-faqr, al-tawadhu, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridha, al-mahabbah, dan yang terakhir
al-ma’rifat.
Sedangkan menururt Abu Nasr al-Sarraj menyebutkan jumlah tangga atau maqom hanyya
tujuh saja yaitu al-taubah, al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-tawakkal, al-mahabbah dan al-ridla.
Iamam Ghazali juga berpendapat tentang jumlah maqom yaitu ada delapan diantaranya al-
taubah, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, al-ridla dan al-faqr.
2.3 Macam-Macam Maqomat
1. Tobat
Tobat secara bahasa adalah kembali, kembali dari segala sesuatu yang dicela syari’at dan
kembali menuju jalan yang di ridhoi Allah swt. Tobat juga diartikan rasa penyesalan yang
sungguh-sungguh yang dalam hatinya disertai dengan permohonan ampun yang dalam dan
meninggalkan perbuatannya yang menimbulkan dosa. Rata rata para sufi menjadikan taubat
sebagai perhatian awal di jalan menuju Allah swt. Pada tingkat dasar tobat juga menyangkut
dengan dosa yang dilakukan anggota tubuh. Pada tingkat mengenah taubat menyangkut pada
dosa-dosa yang dilakukan oleh jasad. Dan pada tingkat yang lebih tinggi tobat menyangkut
pada usaha untuk menjauhkan bujukan syaiton dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah.
Dan pada tinggkat terakhir tobat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran mengingat Allah
swt. Tobat pada tingkat akhir ini adalah penolakan terhadap sesuatu selain yang dapat
memalingkan dari Allah swt.
2. Zuhud
Zuhud diartikan sebagai sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan terhadap dunia
caranya dengan mengutamakan kehidupan akhirat. Zuhud juga merupakan tahap awal bagi
mereka yang ingin mendekatkan diri kepada Allah swt dan mencurahkan segalanya hanya
untuk Allah swt dan ridha dengan segala ketentuannya hanya bergantung pada Allah swt.
Zuhud terbagi atas 3 tingkatan. Yang pertama menjauhkan kehidupan dunia dan mendekatkan
ke akhirat. Kedua menjauhkan kehidupan dunia dengan menimbang imbalan diakhirat. Dan
yang ketiga mengucilkan dunia karena mencintai Allah swt dan orang yang sudah ada pada
tingkat ketiga ini memandang segalanya tidak berarti kecuali Allah swt.
3. Faqr ( fakir )
Faqr adalah bersyukur dan tidak menuntut lebih banyak dari yang telah dimilikinya dan juga
selalu merasa puas dengan apa yang dimilikinya. Ibrahim bin Ahmad al-Khawwash berkata,
“kefakiran itu selendang kemuliaan, pakaian para rasul, jubah orang-orang saleh, mahkota
orang-orang yang bertakwa, perhiasan orang-orang mukmin, harta jarahan perang orang-
orang arif, harapan para murid, benteng orang-orang yang taat, penjara orang-orang yang
berdosa, penghapus kejelekan, pelipatganda kebaikan, pengangkat derajat, penyampai pada
tujuan, ridha-Nya, kemuliaan bagi orang-orang baik yang menjadi wali-Nya.
Faqr juga memiliki tiga tingkatan yang pertama orang yang tidak memiliki apa apa dan tidak
meminta apapun baik secara lahir dan bathin. Kedua orang yang tidak memiliki apapun
namun tidak meminta, mencari dan juga memberi isyarat atas kefakirannya. Ketiga orang
yang tidak memiliki apapun dan jika ia membutuhkan ia akan mengungkapkan pada
temannya, ia juga merasa senang mengungkapkannya maka penebus permintannya adalah
sedekah.
4. Sabr
Sabr atau sabar secara bahasa artinya tabah hati dan secara istilah adalah suatu keadaan jiwa
yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendiriannya. Sabar juga tahan menderita, selektif
dan berhati-hati dalam bertindak.
5. Syukur
syukur menerima segala nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Rasa syukur sangatlah
diperlukan karena semua yang kita miliki merupakan pemberian Allah swt. Secara hakikat
syukur asalah mengakui nimat-Nya karena Allah swt sang pemilik karunia.
6. Ridho
Ridho berarti menerima dengan puas terhadap nikmat yang dianugerahkan oleh Allah swt
kepadanya. Dan juga rela melihat himah di balik suatu cobaan dan tidak berburuk sangka
kepada-Nya. Menurut Abdul Halim Mahmud, rida mendorong manusia untuk berusaha
sekuat tenaga mencapai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Namun, sebelum
mencapainya, ia harus menerima dan merelakan akibatnya dengan cara apapun yang disukai
Allah swt.
7. Tawakal
Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah swt, tawakal merupakan keteguhan
hati dalam menggantungkan diri kepada-Nya. Dalam hal ini Al-Ghazali mengaitkan tawakal
dengan tauhid dan tauhid berfungsi sebagai landasan dasar tawakal.
Abu Ali Daqaq mengatakan bahwa tawakkal terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a.    Tawakkal, yaitu hati merasa tenteram dengan apa yang telah dijanjikan Allah. Tawakkal
ini merupakan Maqam bidayah, yakni sifat bagi orang mukmin yang awam.
b.   Taslim, merasa cukup menyerahkan urusan kepada Allah, karena Allah telah mengetahui
tentang keadaan dirinya. Sikap seperti ini merupakan Maqam mutawasit, yang menjadi sifat
orang khawas.
c.    Tafwit, yaitu orang yang telah rida menerima ketentuan/takdir Allah. Sikap seperti ini
adalah sikap orang yang sudah mencapai Maqam nihayah yakni orang-orang muwahhidin,
seperti Nabi Muhammad SAW.
Tanda-tanda tawakal ada tiga:

1. Menyingkirkan sikap ketergantungan.

2. Menghilangkan bujukan yang berkaitan dengan tabiat.

3. Berpedoman pada kebenaran dalam mengikuti tabiat.

8. Mahabbah
Pengertian mahabbah adalah mencintai kepatuhan kepada Tuhannya dan membenci
melanggarnya, menyerahkan seluruh diri kepada Allah swt, mengosongkan hati dari seglanya
kecuali dari Allah swt.
Ath-Thusi membagi mahabbah menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a.    Mahabbah Biasa, munculnya karena kebaikan Allah kepada seorang hamba. Mahabbah
(cinta) ini diperoleh seorang hamba karena ketulusannya dalam merindukan sang kekasih
seiring dengan mengingat nama-Nya secara terus-menerus. Sebab siapa yang mencintai
sesuatu, ia sering menyebutnya.
b.    Mahabbah Sadiqin, yaitu membersit karena pengenalan yang mendalam atas kebesaran,
ilmu, dan kekuasan Allah.
c.    Mahabbah ’An, yaitu cinta hamba-hamba Allah yang mengenal-Nya dengan baik. Dalam
cinta seperti ini, yang dilihat bukan lagi cinta, melainkan diri yang dicintai.
9. Ma’rifat
Dalam sufisme ma’rifat yaitu pengetahuan langsung dari Allah swt berdasarkan ilmu dan
petunjuk-Nya. Menurut Dzun Nun Al-Mishri, ada tiga macam ma’rifat, yaitu:
a.  Ma’rifat orang awam, yakni mengenali keesaan Tuhan dengan perantaraan ucapan
syahadat dan taqlid.
b.   Ma’rifat para mutakallimin dan filosof, yakni mengenali keesaan Tuhan dengan melalui
logika dan penalaran.
c.   Ma’rifat para awliya’ dan muqarrabin, yakni mengenali keesaan Tuhan dengan perantara
hati atau qalbu.
Dengan demikian, ma’rifat hanya terdapat pada para awliya’ dan muqarrabin atau para sufi,
yang sanggup melihat Tuhan dengan sanubari mereka. Pengenalan seperti ini hanya diberikan
Tuhan kepada kaum sufi. Dengan kata lain, ma’rifat dimasukkan Tuhan ke dalam hati
seorang sufi, sehingga hatinya penuh dengan cahaya. Ketika Dzun Nun ditanya bagaimana ia
memperoleh ma’rifat tentang Tuhan, ia menjawab: ”Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan;
dan sekiranya tidak karena Tuhan, aku tidak akan mengenal Tuhan.”
2.4 Pengertian Ahwal (Hal)

Secara bahasa, Ahwal merupakan jamak dari hal yang berarti keadaan sesuatu


(keadaan rohani). Menurut Syeikh Abu Nashr al Sarraj, hal adalah sesuatu yang terjadi
secara mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak mampu bertahan
lama. Sedangkan Harun Nasution mengartikan bahwa hal sebagai keadaan mental, seperti
perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Dari beberapa defenisi
tersebut,  yang dimaksud dengan  hal  adalah keadaan atau kondisi psikologis ketika seorang
sufi mencapai tingkatan tertentu. Al-Qusyairi dalam kitabnya Ar-Risalah Al-Qusyairiyah,
berkata, hal adalah makna yang datang pada qalbu tanpa disengaja. Hal diperoleh tanpa daya
dan upaya, baik dengan menari, bersedih hati, bersenang-senang, rasa tercekam, rasa rindu,
rasa gelisah, atau rasa  harap.  Hal  tidak bisa diperoleh lewat cara perjuangan spiritual,
ibadah, pelatihan spiritual sebagaimana yang biasa dilakukan
dalam Maqamat. Akantetapi hal  adalah seperti muraqabah, qurbah, mahabah, khauf, dan
lain-lain. Apabila Maqam diperoleh dengan daya dan upaya, maka hal akan datang dengan
sendirinya. Orang yang meraih Maqam dapat tetap dalam tingkatannya, sementara orang
yang meraih hal  justru akan mudah lepas dari dirinya.
Antara Maqam dan hal  tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara keduanya dapat dapat
dilihat dalam kenyataan bahwa Maqam menjadi prasyarat menuju Tuhan, bahwa
dalam Maqam akan ditemukan kehadiran hal. Sebaliknya, hal yang telah ditemukan
dalam Maqam akan mengantarkan seseorang untuk mendaki Maqam selanjutnya.

2.5 Contoh-Contoh dari Ahwal (Hal)

1. AL-MURAQABAH
Ajaran muraqabah merupakan salah satu bentuk dari al-ahwal. Menurut al-
qusyairi,muraqabah didasari oleh Q.S. al-ahzab/33:52, serta hadis nabi Muhammad saw.
Mengenai al-iman, al-islam dan al-ihsan, di mana makna al-ihsan (fa’illam takun tarahu fa
innahu yarka) merupakan isyarat dari muraqabah yang merupakan ilmu hamba untuk melihat
allah swt, dan hatimeyakini bahwa allah swt maha pengawas, mengetahui keadaanya, melihat
perbuatannya, danmendengar ucapannya. Dengan demikian, seorang hamba memiliki
keadaan al-muraqabah, yaknimeyakini seorang salik bahwa dirinya selalu di awasi oleh allah
swt dalam berbagai segala aktifitasyang dilakukannya selama hidup.

2. AL-KHAUF (TAKUT)
Hakikat takut (al-khauf) dijelaskan berulang kali dalam al-quran, dan dapat
ditemukandalam hadis dan atsar. Kata takut disebut al-quran baik dalam bentuk al-khauf
maupun dalam bentuk al-khasyiya, meskipun makanya tidak hanya berarti takut kepada allah.
Menurut al-qusyairi, makna takut kepada allah swt adalah takut kepada siksaan-nya baik di
dunia maupun diakhirat. Berdasarkan pendapat mereka al-khauf berarti seorang hamba hanya
takut kepada allahswt, dan tidak takut kepada siksaan nya, sehingga seorang hamba akan
melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-nya.

3.AL-RAJA (HARAP)

Kata harap (al-raja’) tidak ditemukan dalam al-quran, meskipun bentuk lain dari akar
yangsama dapat disebut sebanyak 28 kali, terutama dalam kata tarjuna, yarju, dan yarjuna
yang maknanya antara lain harap atau berharap. Abd allah bin khubiq berkata “raja” terdiri
atas tiga bentuk: orang yang mengerjakan perbuatan jahat dan berobat, dan berharap
mendapatkan ampunandan orang yang berdusta dan tidak mengulangi dosa, seraya
mengharapkan ampunan. Jadi konsepal-raja’ bermakna harapan seorang sufi kepada allah
swt, berharap semua amal, tobat, dan ampunannya diterima allah swt.

4. AL-SYAWQ (RINDU)

Diantara yang termasuk al-hal adalah rindu (al-syawq) kepada allah swt. Kaum
sufimenilai penting konsep rindu kepada allah swt. Sebagi kekasih sejati manusia, dan
menjadi salahsatu tanda kecintaan manusia kepada-nya. Para sufi menjelaskan makna al-
syawq dalam karyamereka. Al-qusyairi, misalnya, mengatakan bahwa rindu adalah
keguncangan hati untuk menemuiyang dicintai (allah swt). Cinta sangat bergantung pada
rindu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari kajian di atas Kerangka Berfikir Irfani Dasar-Dasar
Falsafi Ahwal Dan Maqamat yang pertama yaitu Maqam-Maqam Dalam Tasawuf
Seperti yang disinggung diatas bahwa maqam yang dijalani kaum sufi umumnya
terdiri dari tobat, zuhud, faqr, sabar, syukur, rela, dan tawakal. Yang kedua ada Ahwal
Yang Dijumpai Dalam Perjalanan Sufi Dan Yang ketiga Metode Irfani, Irfani dalam
bahasa arab adalah bentuk mashdar dari arafa yang berarti ma’rifat. Istilah ini berlaku
secara umum didalam ajaran syi’ah dan secara khusus ia berkaitan dengan ide- ide
sufisme, yakni dalam konteks operatif yang membedakan antara murid thariqat dan
gurunya. dan dalam kontks transmisi formal melalui jalur atau silsilah tertentu.di
dalam metode irfani terdapat beberapa bagian seperti Riyadhah, Tafakur (Refleksi),
Dzikrullah, Tazkiyat An-nafs.
Menurut para sufi adalah seseorang yang telah mendapatkanhasil dari
maqam- maqam ( usaha-usaha ) yang telah dilalui akan ada hasilnya yang
dapatdirasakan yaitu adanya AL-MURAQABAH (selalu di awasi oleh Allah SWT),
AL-KHAUF(adanya rasa takut terhadap Allah SWT), AL-RAJA’ (adanya selalu
berharap kepada Allah SWT),dan AL-SYAWQ (Rindu akan ingin berjumpa kepada
sang pencipta).
DAFTAR REFERENSI
Ahmad (2016) “Kerangka Berfikir Irfani : Dasar-Dasar Falsafi Ahwal dan Maqomat”
dalam http://ahmadbad.blogspot.com/2016/09/kerangka-berfikir-irfani-dasar-dasar.html
R. Fatahillah (2011) “ Kerangka Berfikir Irfani : Dasar-Dasar Falsafi Maqam dan Ahwal “

dalam https://rachmatfatahillah.blogspot.com/2011/11/kerangkametode-berfikir-irfani-
dasar.html

Gun (2009) “Dasar-Dasar Falsafi Ahwal dan Maqomat” dalam

http://tasawufislam.blogspot.com/2009/05/kerangka-berfikir-irfani.html
Rooy (2010) “Epistimologi al-Irfani” dalam https://Harunalrasyidleutuan.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai