Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya, kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “MAQAMAT dan AHWAL” yang mana makalah ini
merupakan Inovasi pembelajaran untuk memahami secara mendalam, semoga makalah ini
dapat berguna untuk pelajar pada umumnya.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan mendatang jauh lebih baik dari
yang sekarang.
            Dan pada akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada DOSEN
PENGAMPU mata kuliah akhlak tasawuf karena telah sudi memberikan ilmu terhadap kami.

1
DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang................................................................................................1
B.     Rumusan masalah...........................................................................................1
C.     Tujuan pembahasan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.    MAQAMAT...................................................................................................2
B.     AHWAL.........................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................4
B. Saran...............................................................................................................4
C. Daftar pustaka.................................................................................................5

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tasawuf merupakan salah satu untuk menjaga kebersihan dan kesucian hatinya dengan
selalu menjauhi segala bentuk pelanggaran dan kemaksiatan kepada Allah serta selalu
melakukan ritual / ibadah dalam bentuk sholat, puasa, baik wajib maupun sunnat serta selalu
mengingat Allah. Tasawuf berasal dari kata Ahlu Suffah yaitu dinisbatkan kepada sebagian
sahabat Rasulullah SAW yang hidupnya selalu menempati ruangan-ruangan di serambi
masjid Rasulullah di madinah, dan ada yang menyatakan bahawa Tasawuf berasal dari
kata Shaff, yang di nisbatkan kepada barisan sholat dan barisan perang.
Setelah pengertian Tasawuf dari akar kata, maka kami akan kemukakan pengetian
dalam dari arti istilah. Dalam perspektif ini tasawuf dapat memiliki berbagai difinisi yang
bergantung kepada sudut pandang para ahli. Abu Bakar Al-Kattani menyatan bahwa yang di
maksud dengan tasawuf adalah penyangkalannya pada pendapat bahwa tasawuf dalam bentuk
dari ilmu. Ia menyatakan bahwa tasawuf adalah moral. Demikian juga menurut Abil Husain
Al-Nuri yang menyatakan bahwa tasawuf bukan merupakn disiplin ilmu tapi merupakan
moral, karna kalau tasawuf  merupakan suatu bentuk ilmu maka ia dapat dicapai dengan cara
belajar.sedangkan tasawuf adalah berakhlak dengan akhlak.Tuhan,yang tidak dapat di capai
dengan ilmu atau gambaran.
              
A.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan, maka dapat di buat perumusan
masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian maqamat dan bagaimana urutan serta jumlah maqamat dan ahwal ?
2.      Apa pengertian ahwal dan bagaimana hubungannya dengan maqamat ?
B.     TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Untuk mengetahui pengertian maqamat dan bagaimana urutan serta jumlah maqomat dan
ahwal.
2.      Untuk mengetahui pengertian ahwal dan hubungan ahwal dengan maqomat.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAQAMAT
Maqamat adalah pengalaman induvidu / Pribadi sang Sufi yang hanya di rasakan oleh
pribadi yang bersangkutan. Secara bahasa Maqamat (jama’ dari Maqam) Berasal dari bahasa
Arab yang berari tidak berdiri atau pangkal dunia. Istilah ini selanjutnya di gunakan untuk
arti sebagai jalan yang harus dilalui oleh kaum Sufi untuk mencapai derajat yang dekat
dengan Allah. dalam berbagai literatur bahasa inggris, Maqamat di sebut dengan stages, yang
berarti tangga sementara ada juga yang menggunakan stations yang berati
terminal. maqam adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus, dengan
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik. Sementara itu Al-Ghazali berpendapat
bahwa maqamat terdiri dari beberapa maqam; yaitu, al-taubah, al-wara’, al-shabr, al-zuhud,
al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan al-ridla’. Berikut akan di jelaskan beberapa
bagian saja macam-macam maqam dalam ilmu tasawuf:
1)      Al-Zuhud
Zuhud secara istilah bermakna tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniaan
(tidak suka pada hal yang berbau duniawi). perilaku zuhud di teladani Rasulullah dan para
sahabatnya. Rasulullah di kenal sebagai sosok yang sederhana, hidup miskin dan tidak mau
bergelimang dengan harta[1].Sifat zuhud rosulullah S.A.W  juga tergambar pada salah satu
do’anya yang berbunyi:” ya allah, hidipkanlah saya dalam keadaan miskin,dan matikanlah
saya dalam keadan miskin,dan kumpulkan lah saya nati di hari kiamat bersama orang orang
miskin”.
2)      Al-Taubah
Al-Taubah adalah memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah
dilakukan pada saat yang lampau, dan inilah taubat yang paling rendah, kemudian taubat
yang lebih tingkatannya adalah taubat terhadap pangkal dosa-dosa seperti taubat dari sifat
dendam, sombong, iri, riya’, pamer dan lain.
          Sedangkan taubat tertinggi adalah berusaha menjauhkan diri dari bujuka syetan dan
kelalaian dari mengingat allah s.w.t.Seseorang yang mencapai taubat tertinggi inilah yang
akan menolak melakukan sesuatu yang akan memalingkannya dari allah s.w.t.Taubat seorang
hamba yang berhubungan dengan hak allah s.w.t,harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1).Meninggalkan maksyiyat yang di lakukan.


2).Menyesali perbuatan maksiyat yang di lakukan.
3).Bertekad untuk tidak mengulangi maksiyat yang di lakukan.
Sedangkan taubat yang berhubungan dengan “HAQQUL ADAMY” (hak manusia)
selain harus memenuhi tiga syarat di atas juga harus meminta ma’af pada manusia yang
bersangkutan, jika mengambil hak orang lain,maka dia harus mengembalikannya.
3)      Al- Wara’

4
Al-Wara’ adalah sikap berhati-hati terhadap ketentuan-ketentuan Allah. seseorang yang
bersikap Wara’ adalah mereka yang selalu berhati-hati dalam segala prilakunya sehingga
tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak di senangi / diridlai Allah baik yang hukumnya
makruh apalagi haram.
4) Al-Faqr
Al-Faqr adalah sifat tidak menuntut banyak dan merasa cukup dengan apa yang telah di
anugrahkan Allah, sehingga tidak meminta lebih atas sesuatu yang bukan haknya. Sifat Al-
faqr merupakan kelanjutan dari sifat zuhud, karena degan zuhud terhadap dunia, seorang
hamba akan merasa puas dengan apa yang diperolehnya. Selain itu sifat Al-faqr akan
menghasilkan sifat wara’, karena dengan menerima apa yang di anugrahkan Allah
kepadanya, ia akan bersikap hati-hati dan tidak akan menuntut sesuatu yang bukan haknya.
5) A-Shobr
Sifat As-shobr adalah merupakan salah satu sifat andalan kaum sufi, karena kesabaran
merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Menurut Dzun Nun Al Mishri,
sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tenang
ketika mendapat cobaan dari Allah, menampakkan sifat yang berkecukupan sekalipun hidup
berkekurangan. Semua rangkaian perjalanan kaum sufi, harus memiliki sifat dasar sabar,
karena dengannya mereka dapat melakukan riyadho karena intik sampai pada tingkatan
tertinggi disisi Allah akan di jumpai berbagai rintangan yang tidak sedikit.

B. AHWAL
Ahwal dalah bentuk jamak dari kata hal, yang dari segi bahasa berarti sifat dan keadan
sesuatu. Dalam kitab ishtilahus shufiyah di sebutkan bahwa ahwal adalah sebuah pemberian
kepada seorang hamba dari tuhannya baik  sebagai buah dari amal sholeh yang menyucikan
jiwa dan menjernihkan hatiatau hanya anugrah semata. Di namakan ahwal, karena dengan hal
itu seorang hamba mengalami perubahan Penampilan lahiriah, dan di sisi Allah SWT. Dari
kedudukan yang tidak tampak menuju kedudukan yang tampak.[2]
Pada intinya, hal (ahwal) adalah keadaan rohani seorang hamba ketika hatinya sudah
dalam keadaan bersih dan suci. Diantara contoh hal (keadaan) adalah keterpusatan diri
(muraqabah), kehampiran atau kedekatan (qarb),
cinta (hubb), takut (khauf),  harap (raja’), rindu (syauq), intim (uns), tenteram
(thuma’ninah), penyaksian (musyahadah), dan yakin.[3]
Maqom berbeda dengan ahwal,maqom dapat diperoleh dengan berusaha, salah satunya
bermujahadah (memerangi hawa nafsu), akan tetapi hal (ahwal) tidak dapat diperoleh melalui
usaha melainkan murni anugrah dari Allah SWT. Maqom sifatnya permanen sedangkan
ahwal sifatnya kontemporer sesuai dengan maqom hamba tersebut.
Hal berlainan dengan maqom, bukan atas jiwa manusia, tetapi anugrah dan rahmat dari
Allah. Hal bersifat sementara, dan datang dan pergi bagi seoang sufi dam perjalan menuju

5
tuhan. Selain melaksanakan berbagai kegiatan dan usaha seperti zuhud, taubat,
wara’, kefakiran  sabar, tawakal, ridla, dan lain-lain, seorang sufi juga harus melakukan
serangkaian kegiatan mental yang berat. Kegiatan tersebut seperti Riyadlah berarti latihan
mental, mujahadah berarti bersungguh- sungguh dalam melaksanakan perintah
Allah, khulwat berati menyepi, uzlah  berati mengasingkan diri dari
keduniaan. muraqabah berarti mendekatkan diri kepada Allah. muraqabah adalah stasiun
pertama dalam perjalanan jiwa manusia.

6
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam ilmu tasawuf, Maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah
berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadha, ibadah, maupun mujahadah. di
samping tu maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase yang harus di tempuh oleh seorang
sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam dilalui seorang hamba melalui
usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan sejumlah kewajiban yang haraus ditempuh
dalam jangka waktu tertentu.
Berkaitan dengan macam-macam maqamat yang harus ditempuh oleh salik untuk
berada sedekat mungkin dengan Allah, para sufi memiliki pendapat yang berbeda. Imam Al-
Ghazali dalam ihya’ ulumuddin mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan yaitu taubah,
sabar, tawakal, dan ridho. sedangkang tawadu’, mahabah, dan ma’rifat oleh mereka tidak
disepakati sebagai maqamat.
B.     SARAN
Untuk memahami ilmu tasawuf hususnya dalam maqamat dan ahwal, hendaknya tidak
hanya tertumpu pada satu literatur saja. oleh karena itu makalah ini semoga menjadi pemacu
penyusun khususnya dan penyusun berikutnya pada umumnya untuk lebih mendalami ilmu
tasawwuf, sehingga apa yang sudah dijelaskan dalam makalah ini bisa di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari menjadi yang lebih baik sesuai dari tujuan ilmu tasawuf itu sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA
H. Toriquddin, Muhammad. Lc., M. HI. Sekularitas tasawuf, Malang, (2008)
Anwar, Rosihin. Akhlak Tasawuf, Bandung: pustaka setia (2010)
Drs,H. Muhammad Sholihin, Muhlis. M. Ag, prndidikan akhlak tasawuf, suka pres
yogyakarta.

[1] Dr.H.Mohammad Muchlis Solichin,M.Ag.PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF.SUKA-


PRESS UIN Sunan Kalijaga,JOGJAKARTA,2012,hal,154.
[2] Prof.Dr.H.Ris’an Rusli,M.A. TASAWUF DAN TAREKAT,Studi pemikiran dan
pengalaman sufi.hal.137
[3] Rosihin Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: pustaka setia 2010) Hal 26 – 34

Anda mungkin juga menyukai