DISUSUN OLEH :
Kelompok- 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas dan guna mengkuti
perkuliahan selanjutnya pada mata kuliah Ilmu Tasawuf.Makalah ini mengenalkan tentang
Maqamat dan Ahwal.
Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan lancar berkat bantuan dan
bimbingan berbagai pihak.Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih khususnya kepada
Allah SWT yang memperlancar tugas makalah kami, selain itu kami juga berterima kasih
kepada semua pihak yang ikut membantu.Untuk teman-teman senasib seperjuangan yang telah
bersama-sama melaksanakan tugas mulia ini, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami diterima oleh Allah SWT
sebagai amal sholeh dan mendapatkan pahala berlimpah dari-Nya.
Kami sadar, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan
perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas serupa pada masa yang
akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh orang yang
menjalani tasawuf sebelum sampai pada tujuan yang di kehendaki. Yang pertama
berupa keadaan, sedangkan yang kedua berupa tahapan perjalanan. Keduanya dapat
dibedakan namun sering pula disamakan, bahkan dipertukarkan.
Pernyataan para sufi tentang kedua tema tersebut sangat beragam. Keragaman
itu terdapat dalam pengertian yang dirumuskan, jumlahnya, pembagian urutannya, dan
isyarat-isyarat yang diberikan tentang keduanya. Dibalik keragaman ini, tentu terdapat
jumlah segi-segi yang mempertemukannya.
Keragaman pernyataan para sufi tentang maqamat dan ahwal dapat dimengerti.
Mereka memperkatakan dengan keduanya menurut kata hati mereka, dengan
berdasarkan pengalaman yang bersifat individual. Pembicaraan tentang maqamat dan
ahwal dalam tasawuf menjadi berkembang dengan bertambahnya jumlah para sufi dari
waktu ke waktu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian maqamat dan macam-macamnya?
2. Bagaimana pengertian ahwal dan macam-macamnya?
3. Apa perbedaan, persamaan maqamat dan ahawal?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian maqamat dan macam-macamnya.
2. Mendeskripsikan pengertian ahwal dan macam-macamnya.
3. Mendeskripsikan perbedaan, persamaan maqamat dan ahwal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
4
Secara bahasa, ma’rifat berasal dari kata arafah, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang
artinya pengetahuan dan pengalaman.Menurut ulama, ma’rifat adalah kemampuan
seorang sufi untuk mengenal Allah, sifat-sifat-Nya, yang membenarkan Allah
dengan keyakinan dan iman yang sejati dan dengan suka rela melaksanakan ajaran-
Nya dalam segala perbuatan.
10. Istiqamah
Menurut Kyai Achmad, Istiqamah berarti tekun, telaten, terus menerus, dan
tidak pernah bosan untuk mengamalkan apapun yang dapat diamalkan. Contohnya:
setiap selesai sholat maghrib Ayu selalu mengaji.
B. Pengertian Ahwal dan Macam-macamnya
Dari segi bahasa, ahwal adalah bentuk jamak dari hal yang berarti sifat
dan keadaan sesuatu. Menurut al-Gazali, hal adalah kedudukan atau situasi
kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu
waktu, baik sebagai buah dari amal shaleh yang mensucikan jiwa. Adapun macam-
macam ahwal dalam ilmu tasawuf, sebagai berikut:
1. Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada)
Muhasabah (mawas diri) adalah sebagai upaya untuk meneliti diri sendiri dengan
cermat apakah segala perbuatannya dalam sehari-hari telah sesuai atau bertentangan
dengan ketentuan Allah. Sedangkan Muraqabah (waspada) adalah meyakini bahwa
Allah mengetahui segala pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati yang membuat
seseorang menjadi hormat, takut, dan tunduk kepada Allah.
2. Raja’ (berharap) dan Khauf (takut)
Raja’ adalah berharap atau perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan atau disenangi. Raja’ menuntut tiga perkara yaitu:
a. Cinta pada apa yang diharapkannya.
b. Takut harapannya hilang.
c. Berusaha untuk mencapainya.
Menurut ahli sufi, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada
Allah karena khawatir kurangnya pengabdian. Orang yang selalu merasa takut,
maka timbulah sikap untuk selalu berusaha agar perilakunya tidak menyimpang dari
yang dikehendaki Allah dan mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang
positif dan terpuji serta menjauhi perbuatan tercela. Berdasarkan
penyebabnya khauf dibagi menjadi dua, yaitu:
5
a. Sesuatu yang ditakuti karena akibat yang ditimbulkan, seperti takut mati
sebelum taubat, ketidakmampuan memenuhi hak-hak Allah.
b. Sesuatu yang ditakuti karena zatnya, seperti takut pada mati dan beratnya
menghadapi kematian.
3. Hubb (cinta)
Hubb adalah kacenderungan hati untuk memerhatikan keindahan dan
kecantikan. Ibn Taimiyah membagi tingkatan-tingkatan cinta, yaitu:
a. Al-‘Alaqah, yaitu keterkaitan hati dengan yang dicintai.
b. Al-Shababah (kegairahan), yaitu hati selalu bergairah kepada-Nya.
c. Al-Ghuram, yaitu cinta sebagaimana biasanya.
d. Al-‘Isyq, yaitu mencintai kepada-Nya dengan bergairah yang berlebih.
e. Al tatayyum (menjadi budak), yaitu menjadi budak kepada-Nya.
4. Syauq (rindu) dan Uns (intim)
Syauq adalah kerinduan yang ingin segera bertemu dengan Allah. Uns adalah sifat
merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi. Orang-orang yang intim (yang
merasakan uns) terbagi menjadi tiga kondisi, yaitu:
a. Seorang hamba yang merasakan suka cita berdzikir mengingat Allah dan merasa
gelisah disaat lalai. Merasa senang disaat berbuat ketaatan dan gelisah berbuat dosa.
b. Seorang hamba yang merasa senang dengan Allah dan gelisah terhadap bisikan-
bisikan hati, pikiran dan segala sesuatu selain Allah yang akan menghalanginya
untuk dekat dengan Allah.
c. Kondisi yang tidak lagi melihat suka citanya karena adanya wibawa, kedekatan,
kemuliaan dan mengagungkan disertai dengan suka cita.
4. Thuma’ninah
Thuma’ninah adalah rasa tenang, tidak ada rasa waswas atau khawatir, tidak ada
yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran, karena ia telah mencapai tingkat
kebersihan jiwa yang paling tinggi. Thuma’ninah dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
a. Ketenangan bagi kaum awam. Artinya, ketenangan ini didapatkan ketika seorang
hamba berdzikir, mereka merasa tenang karena do’a-do’anya terkabul.
b. Ketenangan bagi orang-orang khusus. Artinya, dalam tingkatan ini mereka merasa
tenang karena mereka rela, senang atas keputusan Allah, sabar atas cobaan-Nya,
ikhlas, dan takwa.
6
c. Ketenangan bagi orang-orang yang paling khusus. Artinya, mereka mendapatkan
ketenangan karena mereka mengetahui bahwa rahasia-rahasia hati mereka tidak
sanggup merasa tentram kepada-Nya dan tidak bisa tenang kepada-Nya, karena
kewibawaan dan keagungan-Nya.
5. Musyahadah
Secara harfiah, musyahadah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara
terminologi tasawuf, musyahadah adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa
yang dicari (Allah) atau penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah.
C. Perbedaan Maqamat dan Ahwal
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara maqamat dan ahwal
memiliki perbedaan. Jika maqamat merupakan tingkatan seorang hamba di hadapan
Tuhannya dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya, artinya
maqamat merupakan hasil usaha manusia, sedangkan ahwal adalah suatu kondisi
atau keadaan jiwa yang diberikan oleh Allah kepada seseorang hamba, tanpa harus
dilakukan suatu latihan oleh orang tersebut. Meskipun jika ditelusuri terus bahwa
pemberian Tuhan tersebut ada hubungannya dengan upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh seorang hamba sebelumnya.Sedangkan maqamat adalah keadaan
jiwa seorang hamba sebagai buah usaha latihan jiwa yang dilakukannya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas yang berkaitan dengan maqamat dan ahwal dapat
ditarik kesimpulan bahwa Maqamat adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus-
menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik.Macam-macam
maqamat antara lain :Taubat,Zuhud,Sabar,Wara’,Faqr,Tawakal,Ridha (Rela),Mahabah,
Ma’rifat,Istiqamah
Selain itu juga dapat diketahui Pengertian ahwal. Ahwal adalah kedudukan atau
situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu waktu,
baik sebagai buah dari amal shaleh yang mensucikan jiwa. Macam-macam ahwal
antara lain :Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada),Raja’ (berharap) dan
Khauf (takut),Hubb (cinta),Syauq (rindu) dan Uns (intim),Thuma’ninah,Musyahadah.
Serta dapat mengetahuiPerbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwalm dilihat
dari segi Pelaksanaan, Hidayah dan anugerah dari Allah sesuai dengan kehendak-Nya,
serta sifatnya temporer, mudah datang dan pergi/tidak selamanya ada, dan tidak
membutuhkan usaha, sedangkan persamaannya merupakan inti kajian dan ajaran
tasawuf.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Misbachul Munir, Moch. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014.
Muchlis Solichin, Mohammad. Akhlak dan Tasawuf. Surabaya: Pena Salsabila, 2014.