Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Maqamat dan ahwal”


Tugas ini untuk memenuhi Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Faizudin, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Kelompok- 4

1) MAISATUL JANNAH NIM : 2021010010


2) RIANINGSIH NIM : 2021010015

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


AL-KHAIRIYAH CILEGON-BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas dan guna mengkuti
perkuliahan selanjutnya pada mata kuliah Ilmu Tasawuf.Makalah ini mengenalkan tentang
Maqamat dan Ahwal.
Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan lancar berkat bantuan dan
bimbingan berbagai pihak.Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih khususnya kepada
Allah SWT yang memperlancar tugas makalah kami, selain itu kami juga berterima kasih
kepada semua pihak yang ikut membantu.Untuk teman-teman senasib seperjuangan yang telah
bersama-sama melaksanakan tugas mulia ini, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami diterima oleh Allah SWT
sebagai amal sholeh dan mendapatkan pahala berlimpah dari-Nya.
Kami sadar, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan
perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas serupa pada masa yang
akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Cilegon, 5 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan.......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2

A. Pengertian Maqamat dan Macam-Macamnya ............................................................ 2

B. Pengertian Ahwal dan macam-macamnya .................................................................. 5

C. Perbedaan Maqamat dengan Ahwal ............................................................................ 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 8

A. Kesimpulan.................................................................................................................. 8

B. Saran ............................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh orang yang
menjalani tasawuf sebelum sampai pada tujuan yang di kehendaki. Yang pertama
berupa keadaan, sedangkan yang kedua berupa tahapan perjalanan. Keduanya dapat
dibedakan namun sering pula disamakan, bahkan dipertukarkan.
Pernyataan para sufi tentang kedua tema tersebut sangat beragam. Keragaman
itu terdapat dalam pengertian yang dirumuskan, jumlahnya, pembagian urutannya, dan
isyarat-isyarat yang diberikan tentang keduanya. Dibalik keragaman ini, tentu terdapat
jumlah segi-segi yang mempertemukannya.
Keragaman pernyataan para sufi tentang maqamat dan ahwal dapat dimengerti.
Mereka memperkatakan dengan keduanya menurut kata hati mereka, dengan
berdasarkan pengalaman yang bersifat individual. Pembicaraan tentang maqamat dan
ahwal dalam tasawuf menjadi berkembang dengan bertambahnya jumlah para sufi dari
waktu ke waktu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian maqamat dan macam-macamnya?
2. Bagaimana pengertian ahwal dan macam-macamnya?
3. Apa perbedaan, persamaan maqamat dan ahawal?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian maqamat dan macam-macamnya.
2. Mendeskripsikan pengertian ahwal dan macam-macamnya.
3. Mendeskripsikan perbedaan, persamaan maqamat dan ahwal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maqamat dan Macam-macamnya


Secara bahasa, maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam yang berarti
pangkat atau derajat. Dalam bahasa inggris, maqamat disebut dengan stages (tangga)
atau stations (terminal).Istilah maqam di kalangan para sufi kadang kala disebut dengan
ungkapan jamaknya yaitu maqamat. Menurut al-Qusyairi yang dimaksud dengan
maqam adalah hasil usaha manusia dengan kerja keras dan keluhuran budi pekerti yang
dimiliki hamba Tuhan yang dapat membawanya kepada usaha dan tuntunan dari segala
kewajiban.
Menurut istilah tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba dihadapan
Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadah, latihan spiritual serta
(berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah. Jadi, maqamat adalah hasil
kesungguhan dan perjuangan terus-menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan
yang lebih baik.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa maqam adalah
kedudukan seseorang yang menunjukkan kedekatannya kepada Allah Swt. Posisi
tersebut tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus melalui proses yang sungguh-sungguh.
Dengan kata lain, dapat juga dipahami bahwa proses yang dilalui oleh para sufi untuk
mencapai derajat tertinggi harus melalui maqam-maqam yang banyak, dari maqam
paling rendah sampai tertinggi.Macam-macam maqamat dalam ilmu tasawuf:
1. Taubat
Taubat adalah memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah
dilakukan pada saat yang lampau dan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa-dosa tersebut dan dibarengi dengan melakukan kebajikan
yang dianjurkan oleh Allah.
Taubat memiliki beberapa tingkatan; pertama, taubat tingkat rendah yang
menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau angota-anggota badan. Kedua, taubat
tingkat menengah terhadap pangkal dosa-dosa seperti taubat dari sifat dendam,
sombong, iri, riya’, pamer dan lainnya. Ketiga, taubat tertinggi merupakan taubat untuk
berusaha menjauhkan diri dari bujukan syetan dan kelalaian dari mengingat Allah.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika melakukan taubat, sebagai berikut:
a. Meninggalkan kemaksiatan yang dilakukan.
2
b. Menyesali perbuatan maksiat yang dilakukan.
c. Bertekad untuk tidak mengulangi pebuatan maksiat yang telah dilakukan.
2. Zuhud
Zuhud adalah sebagai suatu sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan
terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan ukhrawi. Zuhud dibagi
menjadi 3 tingkatan: Pertama (terendah), menjauhkan dunia agar terhindar dari
hukuman akhirat. Kedua (menengah), menjauhi dunia dengan menimbang imbalan
akhirat. Ketiga (tertinggi), mengucilkan dunia bukan karena takut atau berharap, tetapi
karena cinta kepada Allah semata.
3. Sabar
Secara bahasa, sabar berarti tabah hati. Secara istilah, sabar adalah suatu
keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Dalam ajaran tasawuf
sifat sabar dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Sabar dalam beribadah kepada Allah.
b. Sabar dalam menjauhi larangan Allah.
c. Sabar dalam menerima cobaan dari Allah.
4. Wara’
Secara harfiah, wara’ berarti shaleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau
maksiat. Menurut pandangan sufi, wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang
tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut pakaian, makanan, maupun persoalan
lainnya. Wara’ dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Wara’ segi lahir yaitu tidak mempergunakan segala yang masih diragukan dan
meninggalkan kemewahan.
b. Wara’ batin yaitu tidak menempatkan atau mengisi hati kecuali dengan mengingat
Allah.
5. Faqr/ Syukur
Faqr adalah tidak menuntut banyak dan merasa cukup dengan apa yang telah
diterima dan dianugrahi oleh Allah, sehingga tidak mengharapkan atau meminta suatu
yang bukan haknya.
6. Tawakal
Secara harfiah, tawakal berarti menyerahkan diri. Secara umum, tawakal adalah
keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah. Serta berhenti
memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan.[13] Tanda-tanda
tawakal ada 3 yaitu:
3
a. Menyingkirkan sikap ketergantungan.
b. Menghilangkan bujukan yang berkaitan dengan tabiat.
c. Berpedoman pada kebenaran dalam mengikuti tabiat.
Tawakal dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
a. Kayakinan seseorang akan tanggungan dan pemeliharaan Allah sama dengan
keyakinannya terhadap orang kepercayaannya.
b. Derajat yang lebih tinggi dari pada derajat pertama, yang memposisikan diri di
hadapan Allah seperti posisi seorang bayi di hadapan ibunya.
c. Derajat tertinggi, yaitu memposisikan diri di hadapan Allah ibarat posisi mayat di
hadapan orang yang memandikan.
7. Ridha (Rela)
Secara harfiah, ridha berarti rela, senang dan suka.Secara umum, ridha adalah
menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugerahkan Allah. Orang yang
rela mampu menerima dan melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan yang
diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuannya.Ridha memiliki
dua sudut pandang yaitu:
a. Terarah kepada perbuatan Allah, yang dimana seorang hamba merasa ridha
terhadap perbuatan Allah yang menetapkan terjadinya segala sesuatu.
b. Terarah kepada kejadian yang diputuskan, yaitu terhadap musibah itu sendiri.
Artinya seseorang harus merasa ridha dengan musibah yang diberikan oleh
Allah.
8. Mahabah
Mahabah berasal dari kata ahabah-yuhibu-mahabatan yang berarti
mencintai secara mendalam. Mahabah adalah cinta abadi kepada Allah yang
melebihi cinta kepada siapa pun dan apapun. Adapun tanda-tanda cinta seorang
terhadap Allah diantaranya yaitu:
a. Senang bertemu dengan kekasihnya (Allah) dengan cara saling membuka
rahasia dan saling melihat satu sama lain.
b. Melakukan segala hal yang disenangi kekasihnya (Allah).
c. Senantiasa berdzikir menyebut nama-Nya.
d. Merasa tenang dan damai ketika bermunajat kepada Allah dam membaca kepada
kitabnya.
9. Ma’rifat

4
Secara bahasa, ma’rifat berasal dari kata arafah, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang
artinya pengetahuan dan pengalaman.Menurut ulama, ma’rifat adalah kemampuan
seorang sufi untuk mengenal Allah, sifat-sifat-Nya, yang membenarkan Allah
dengan keyakinan dan iman yang sejati dan dengan suka rela melaksanakan ajaran-
Nya dalam segala perbuatan.
10. Istiqamah
Menurut Kyai Achmad, Istiqamah berarti tekun, telaten, terus menerus, dan
tidak pernah bosan untuk mengamalkan apapun yang dapat diamalkan. Contohnya:
setiap selesai sholat maghrib Ayu selalu mengaji.
B. Pengertian Ahwal dan Macam-macamnya
Dari segi bahasa, ahwal adalah bentuk jamak dari hal yang berarti sifat
dan keadaan sesuatu. Menurut al-Gazali, hal adalah kedudukan atau situasi
kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu
waktu, baik sebagai buah dari amal shaleh yang mensucikan jiwa. Adapun macam-
macam ahwal dalam ilmu tasawuf, sebagai berikut:
1. Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada)
Muhasabah (mawas diri) adalah sebagai upaya untuk meneliti diri sendiri dengan
cermat apakah segala perbuatannya dalam sehari-hari telah sesuai atau bertentangan
dengan ketentuan Allah. Sedangkan Muraqabah (waspada) adalah meyakini bahwa
Allah mengetahui segala pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati yang membuat
seseorang menjadi hormat, takut, dan tunduk kepada Allah.
2. Raja’ (berharap) dan Khauf (takut)
Raja’ adalah berharap atau perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan atau disenangi. Raja’ menuntut tiga perkara yaitu:
a. Cinta pada apa yang diharapkannya.
b. Takut harapannya hilang.
c. Berusaha untuk mencapainya.
Menurut ahli sufi, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada
Allah karena khawatir kurangnya pengabdian. Orang yang selalu merasa takut,
maka timbulah sikap untuk selalu berusaha agar perilakunya tidak menyimpang dari
yang dikehendaki Allah dan mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang
positif dan terpuji serta menjauhi perbuatan tercela. Berdasarkan
penyebabnya khauf dibagi menjadi dua, yaitu:

5
a. Sesuatu yang ditakuti karena akibat yang ditimbulkan, seperti takut mati
sebelum taubat, ketidakmampuan memenuhi hak-hak Allah.
b. Sesuatu yang ditakuti karena zatnya, seperti takut pada mati dan beratnya
menghadapi kematian.
3. Hubb (cinta)
Hubb adalah kacenderungan hati untuk memerhatikan keindahan dan
kecantikan. Ibn Taimiyah membagi tingkatan-tingkatan cinta, yaitu:
a. Al-‘Alaqah, yaitu keterkaitan hati dengan yang dicintai.
b. Al-Shababah (kegairahan), yaitu hati selalu bergairah kepada-Nya.
c. Al-Ghuram, yaitu cinta sebagaimana biasanya.
d. Al-‘Isyq, yaitu mencintai kepada-Nya dengan bergairah yang berlebih.
e. Al tatayyum (menjadi budak), yaitu menjadi budak kepada-Nya.
4. Syauq (rindu) dan Uns (intim)
Syauq adalah kerinduan yang ingin segera bertemu dengan Allah. Uns adalah sifat
merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi. Orang-orang yang intim (yang
merasakan uns) terbagi menjadi tiga kondisi, yaitu:
a. Seorang hamba yang merasakan suka cita berdzikir mengingat Allah dan merasa
gelisah disaat lalai. Merasa senang disaat berbuat ketaatan dan gelisah berbuat dosa.
b. Seorang hamba yang merasa senang dengan Allah dan gelisah terhadap bisikan-
bisikan hati, pikiran dan segala sesuatu selain Allah yang akan menghalanginya
untuk dekat dengan Allah.
c. Kondisi yang tidak lagi melihat suka citanya karena adanya wibawa, kedekatan,
kemuliaan dan mengagungkan disertai dengan suka cita.
4. Thuma’ninah
Thuma’ninah adalah rasa tenang, tidak ada rasa waswas atau khawatir, tidak ada
yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran, karena ia telah mencapai tingkat
kebersihan jiwa yang paling tinggi. Thuma’ninah dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
a. Ketenangan bagi kaum awam. Artinya, ketenangan ini didapatkan ketika seorang
hamba berdzikir, mereka merasa tenang karena do’a-do’anya terkabul.
b. Ketenangan bagi orang-orang khusus. Artinya, dalam tingkatan ini mereka merasa
tenang karena mereka rela, senang atas keputusan Allah, sabar atas cobaan-Nya,
ikhlas, dan takwa.

6
c. Ketenangan bagi orang-orang yang paling khusus. Artinya, mereka mendapatkan
ketenangan karena mereka mengetahui bahwa rahasia-rahasia hati mereka tidak
sanggup merasa tentram kepada-Nya dan tidak bisa tenang kepada-Nya, karena
kewibawaan dan keagungan-Nya.
5. Musyahadah
Secara harfiah, musyahadah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara
terminologi tasawuf, musyahadah adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa
yang dicari (Allah) atau penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah.
C. Perbedaan Maqamat dan Ahwal
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara maqamat dan ahwal
memiliki perbedaan. Jika maqamat merupakan tingkatan seorang hamba di hadapan
Tuhannya dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya, artinya
maqamat merupakan hasil usaha manusia, sedangkan ahwal adalah suatu kondisi
atau keadaan jiwa yang diberikan oleh Allah kepada seseorang hamba, tanpa harus
dilakukan suatu latihan oleh orang tersebut. Meskipun jika ditelusuri terus bahwa
pemberian Tuhan tersebut ada hubungannya dengan upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh seorang hamba sebelumnya.Sedangkan maqamat adalah keadaan
jiwa seorang hamba sebagai buah usaha latihan jiwa yang dilakukannya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas yang berkaitan dengan maqamat dan ahwal dapat
ditarik kesimpulan bahwa Maqamat adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus-
menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik.Macam-macam
maqamat antara lain :Taubat,Zuhud,Sabar,Wara’,Faqr,Tawakal,Ridha (Rela),Mahabah,
Ma’rifat,Istiqamah
Selain itu juga dapat diketahui Pengertian ahwal. Ahwal adalah kedudukan atau
situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu waktu,
baik sebagai buah dari amal shaleh yang mensucikan jiwa. Macam-macam ahwal
antara lain :Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada),Raja’ (berharap) dan
Khauf (takut),Hubb (cinta),Syauq (rindu) dan Uns (intim),Thuma’ninah,Musyahadah.
Serta dapat mengetahuiPerbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwalm dilihat
dari segi Pelaksanaan, Hidayah dan anugerah dari Allah sesuai dengan kehendak-Nya,
serta sifatnya temporer, mudah datang dan pergi/tidak selamanya ada, dan tidak
membutuhkan usaha, sedangkan persamaannya merupakan inti kajian dan ajaran
tasawuf.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Bangun Nasution, Ahmad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015.

Misbachul Munir, Moch. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014.

Muchlis Solichin, Mohammad. Akhlak dan Tasawuf. Surabaya: Pena Salsabila, 2014.

Muzaiyana. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014.

Ni’am, Syamsun. Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf. Yogyakarta: Ar-


RuzzMedia, 2014.

Rusli, Ris’an. Tasawuf dan Tarekat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.

Anda mungkin juga menyukai