Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

“TAUBAT”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kelas IX


Bidang Study Akidah Akhlak

DISUSUN OLEH :

NAMA :
NO :
KELAS :

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 MAGELANG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap Ibu Istiarum Zuhara Selaku Guru Mata
Pelajaran Akidah Akhlak. sehinga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Ujian Praktik Akidah Akhlak yang bertemakan TAUBAT Sholawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita
harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Penyusun menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini tidak lah


mudah dan memiliki banyak kendala. Sehingga penyusunan makalah ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kekurangan-
kekurangannya. Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dan memperbaiki makalah ini sehingga menjadi
lebih baik dalam penyusunan dimasa mendatang.

Banyak bimbingan serta arahan yang diperoleh dari berbagai pihak


Akhlak demi terwujudnya makalah ini Untuk itu, saya ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Penyusun berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada


umumnya.semoga segala bantuan do’a dan motiasi dari berbagai pihak yang
telah membantu penyelesaian tugas ini mendapat ridho dari Allah Swt. Amiiiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Magelang 11 Februari 2021

i |M T s N 4 M a g e l a n g
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2   Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1  Pengertian Taubat......................................................................................2
2.2   Macam-macam Taubat.............................................................................3
2.3  Syarat-syarat Taubat..................................................................................3
2.4 Tingkatan Taubat.......................................................................................3
2.5 Taubat Nasuha............................................................................................4
2.6  Unsur Perbuatan dalam Taubat.................................................................5
2.6  Macam-macam Dosa yang Dimintakan Taubat..........................................7
2.7  Penghambat-penghambat dalam Bertaubat...............................................9
2.8  Buah-buah Taubat....................................................................................11
2.9 Dalil/Ayat tentang Taubat.........................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1   Kesimpulan.............................................................................................14
3.2   Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii |M T s N 4 M a g e l a n g
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara bahasa tobat adalah masdar dari kata‚ “taba-yatubu-tawbatan”


yang artinya kembali kepada Allah dari kemaksiyatan atau ‘ada - ya’udu
(kembali). Secara istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat
dan kembali kepada Allah dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau
menyesal akan dosa dan berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan
perbuatannya.

Taubat merupakan sebuah permulaan, karena setiap hamba pasti pernah


tergelincir, bahkan sering. Memang manusia adalah tempatya salah dan lupa.
Namuun, manusia yang terbaik bukanlah mereka yang sama sekali tidak pernah
melakukan dosa. Akan tetapi, mereka yang ketika berbuat kesalahan atau dosa,
dia langsung bertaubat kepada Allah SWT. Dengan sebenar-benarnya taubat.
Bukan sekedar taubat sesaat yang diiringi dengan niat hati untuk mengulang
dosa kembali. Karena begitu pentingnya taubat bagi kehidupan manusia, maka
kita perlu memperdalam pembahasan tentang taubat dan hal-hal yang berkaitan
dengannya.

1.2   Rumusan Masalah

Dalam masalah “Taubat” ini, saya selaku penulis makalah ini akan
membatasi permasalahan pada hal berikut:

1. Pengertian taubat.
2. Macam-macam taubat.
3. Syarat-syarat taubat.
4. Keutamaan taubat.
5. Macam-macam dosa yang dimintakan taubat.
6. Penghambat dan pembangkit taubat.

1 |M T s N 4 M a g e l a n g
7. Dalil-dalil tentang tobat
1.3 Tujuan Penulisan

1. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kelas IX Bidang Study Akidah


Akhlak
2. Untuk mengetahu ipengertian dan dalil-dalil tentang taubat
3. Untuk mengetahui macam-macam taubat
4. Untuk mengetahui dosa yang dimintakan taubat.
5. Untuk mngetahui penghambat syarat-syarat dan keutamaan taubat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Taubat

Kata dari “Taubat” dalam bahasa Arab berarti “kembali”. Taubat adalah
kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat
Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-
Nya. Taubat adalah maqam awal yang harus dilalui oleh seorang salik. Sebelum
mencapai maqam ini seorang salik tidak akan bisa mencapai maqam-maqam
lainnya. Karena sebuah tujuan akhir tidak akan dapat dicapai tanpa
adanya.langkah.awal.atau.pintu.masuk.yang.benar.

Pada tahap Taubat ini seorang sufi membersihkan dirinya (tazkiyyah al-
nafs) daripada perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah. Taubat juga
merupakan sebuah terma yang dikembangkan para salikin (orang-orang menuju
Tuhan) untuk mencapai maqamat berikut.yang.akan.diuraikan.selepas.ini.
            Taubat itu sendiri mengandungi makna “kembali”; dia berTaubat berarti
dia kembali. Jadi Taubat adalah kembali daripada sesuatu yang dicela oleh
Syara’ menuju sesuatu yang dipuji olehnya. Al-Junayd al-Baghdadi seorang ahli
sufi pernah ditanya tentang Taubat. Dia menjawab: “Taubat adalah
menghapuskan dosa seseorang.” Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada
Sahl al-Tustari seorang ahli sufi katanya: “Taubat bererti tidak melupakan
dosa seseorang”. Taubat menurut Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah pula adalah

2 |M T s N 4 M a g e l a n g
“kembalinya seseorang hamba kepada Allah dengan meninggalkan jalan orang-
orang yang dimurkai Tuhan.dan.jalan.orang-orang.yang.tersesat

 Dia tidak mudah memperolehinya kecuali dengan hidayah Allah agar dia
mengikuti sirat al-mustaqim (jalan yang lurus)”. Taubat itu sendiri tidak sah
kecuali dengan menyedari dosa tersebut mengakui dan berusaha mengatasi
akibat-akibat daripada dosa yang dilakukan. Menurut pengertian lain Taubat juga
bererti “bangunnya psikologi manusia yang melahirkan kesedaran terhadap
segala kekurangan atau kesalahannya dan menetapkan tekad dan azam yang
disertai dengan amal perbuatan untuk memperbaikinya”

Dalam pembahasan tasawuf, taubat dimaksudkan sebagai maqam


pertama yang harus dilalui dan dijalani oleh seorang salik. Dikatakan Allah Swt.
Tidak mendekati sebelum bertaubat. Karena dengan taubat, jiwa seorang salik
bersih dari dosa. Tuha dapat didekati dengan jiwa yang suci.

2.2   Macam-macam Taubat

Ibnu Taimiah berkata, bahwa taubat itu terbagi menjadi dua macam:
Taubat Wajib dan Taubat Sunnah

a.   Taubat Wajib

Taubat wajib adalah taubat dari meninggalkan hal-hal yang diwajibkan dan
dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Taubat jenis ini diwajibkan bagi setiap
mukalaf, sebagaimana yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

b.    Taubat Sunnah

Taubat sunah yaitu taubatnya seorang mukallaf dari meninggalkan hal-hal


yang disunnahkan dan meninggalkan hal-hal yang dimakruhkan.

2.3  Syarat-syarat Taubat

Syarat-syarat taubat terbagi menjadi tiga, yaitu :

3 |M T s N 4 M a g e l a n g
1. Nadam, yaitu rasa menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah
diperbuat
2. Iqla’, yaitu mencabut atau meninggalkan perbuatan dosa atau maksiat
itu serta bersungguh-sungguh tidakakan mengulanginya lagi.
3. Ibdal, yaitu mengganti perbuatan jahat dengan perbuatan baik

2.4 Tingkatan Taubat

Taubat terbagi menjadi tiga tingkatan, Yaitu:

1.   Taubat Awam

Taubat awam yaitu kembali dari dosa-dosa karena takut guncangan


siksa. Syaratnya adalah meningglakan berbagai maksiat. Tujuannya adalah
melenyapkan rasa lezat berbuat maksiat (jika si pelaku merenunginya).

2.   Taubat orang-orang khawash (istimewa)

Taubat orang-orang khawash (istimewa) yaitu kembali dari dosa karena


malu kepada Allah Swt. Syaratnya adalah si hamba tidak menemukan satu
tempat persembunyian pun yang tidak mendapat terang cahaya mentari
malu dari Allah Swt. Tujuannya adalah agar ia tidak melihat satu tempat pun
untuk berbuat maksiat kepada Allah yang tidak diketahui-Nya, serta ada
rasa malu kepada Alla Swt.

3.   Taubat orang-orang paling khusus (khawash al-khawash)

Taubat orang-orang paling khusus (khawash al-khawash) yaitu


melupakan nafsu, maksiat, dan hukuman atas maksiat karena tenggelam
dalam melihat kemuliaan Allah dan hatinya lenyap di samudera keagungan
dan keperkasaan-Nya. Syaratnya adalah membiarkan nafsu berada dalam
penjara lupa serta membiarkannya lenyap, kecuali saat darurat (untuk
memenuhi kebutuhan pokok).

4 |M T s N 4 M a g e l a n g
2.5 Taubat Nasuha

Terlepas dari mengenai tingkatan taubat, perlu diketahui bahwa taubat


yang diperintahkan kepada orang-orang mukmin adalah taubat nasuha. Seperti
yang disebutkan Allah SWT. Pada surat At-Tahrim : 8

8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan


nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

            An-Nasuh merupakan bentukan kata penyangatan dari An-Nasih.


Kata nashaha sendiri dalam bahasa arab berarti pemurnian.

Al-Hafidzh Ibnu Katsir mengatakn di dalam tafsir-nya, “Taubat nasuha


yaitu taubat yang sebenar-benarnya dan pasti, yang mampu menghapus dosa-
dosa sebelumnya, menguraikan kesusutan orang-orang yang bertaubat,
menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang dilakukanya.” [1]

Siapa yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan


menghimpun semua syarat-syarat taubat sesuai dengan haknya, maka bias
dipastikan bahwa taubatnya diterima oleh Allah. Muhamad bin Ka’b Al-Qurthuby
berkata, “Taubatan nasuhan menghimpun empat perkara: Memohon ampun
dengan lisan, membebaskan diri dari dosa dengan badan, tekad untuk tidak
kembali melakukannya lagi dengan dengan sepenuh perasaaan, dan
menghindari teman-teman yang buruk”.

Namun diantara ulama ada yang mengatakan, diterimanya taubat itu


belum bisa dipastikan, tapi hanya sebatas harapan. Orang yang bertaubat ada di
bawah kehendak Allah sekalipun ia sudah bertaubat. Mereka berhujjah dengan
firman Allah dalam QS. An-Nisa : 48

5 |M T s N 4 M a g e l a n g
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.

Pendapat lain mengatakan bahwa, seseorang yang telah melakukan


taubat hakiki jika dia benar-benar telah berpaling dan kembali dari dosa-dosa
menuju kebajikan dan petunjuk. Apabila berpaling dari dosa dilakukan dengan
kesungguhan dan bukan semata-mata karena menyaksikan hukuman, dengan
kekuasaan dan rahmat-Nya Allah Swt akan menerima taubatnya. Hal ini ditilik
dari janji dan Sunnatullah yang berlaku pada makhluknya, Allah Swt berfirman
dalam QS. Asy-Syura :  

25. dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan


memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,

2.6  Unsur Perbuatan dalam Taubat

1.  Istighfar

Istighfar artinya memohon ampunan atau memohon penghapusan dosa,


pengenyahan pengaruhnya, dan perlindungan dari kejahatnnya. Ibnul-Qayyim Al-
Jauzy berkata, ”Hakikat al-maghfirah adalah perlindungan dari kejahatan dosa,
seperti kata al-mighfar (tutup kepala) yang melindungi kepala dari gangguan.
Ampunan harus diminta dari Allah, karena di antara asma-Nya adalah Al-Ghafur,
Al-Ghaffar, dan di antara sifat-Nya.

Istighfar yang hakiki mencakup taubat, sebagaimana taubat yang


mencakup istighfar, yang satu masuk ke dalam pengertian yang lain jika
disebutkan sendiri-sendiri. Tapi jika keduanya disertakan dalam satu kalimat,
makna istighfar di sini adalah memohon perlindungan dari akibat dosa yang
lampau, sedangkan makna taubat adalah kembali dan memohon perlindungan
dari akibat keburukan yang dikhawatirkan akan muncul di masa mendatang.[2]

6 |M T s N 4 M a g e l a n g
Sebagaimana yang dikatakan ibnu katsir, bahwa telah disebutkan di
kitab-kitab shahih dan juga lain-lainnya, dari sejumlah sahabat, dari
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

, ‫ث الّي ِْل أْل َخ ِِر‬


ُ ُ‫ ِحي َْن َي ْب َقى ُثل‬, ‫ِا َّناهلل َت َعا َلى َي ْن ِز ُل ُك َّل َل ْي َل ٍة ِا َلى َس َما ِء ال ُّد ْن َيا‬
‫ب فِأ َ ُتوبُ َع َليهِ؟ َه ْل ِمنْ مُسْ َف ْغف ٍِر َفأ َ ْغفِ ُر َلهُ؟ َه ْل ِمنْ َسائ ٍِل‬ ٍ ‫ َه ْل ِمنْ َتا ِئ‬: ‫َف َيقُول‬
‫َفيُعْ طِ ى س َُؤلُهُ؟ َ َه ّتى َيطلُ َع ْال َفجْ ُر‬

“Sesungguhnya setiap malam Allah turun ke langit dunia, hingga ketiga


tingal sepertiga malam yang terakhir, Dia berfirman, ‘Adakah orang yang
bertaubat agar Aku menerima taubatnya? Adakah orang yang memohon
ampunan agar Aku mengampuninya? Adakah orang yang meminta agar Aku
memenuhi permintaannya?’ Hal ini terjadi hingga terbit fajar.”

Istighfar yang paling layak dilakukan ialah saat terseret ke jurang


kedurhakaan dan dosa. Siapa yang bisa menjamin bahwa dia akan selamat pada
waktu itu? Dengan istighfar ini seseorang bisa memperoleh gantungan untuk
bangkit dari ketergelincirannya dan mendapatkan pembersih yang
menghilangkan kerak dosanya.

Ada beberapa syarat yang hendaknya dipenuhi agar istighfar kita diterima
disisi Allah, beserta adab-adab yang menyempurnakannya:

 Niat yang benar hanya karena Allah semata.


 Harus ada kebersamaan hati dan lisan  untuk beristighfar.
 Menjaga kesucian, adapun ini adalah adab yang merupakan penyempurna
istighfar.
 Memohon ampunan kepada Allah dalam keadaan antara takut dan berharap.
 Memilih waktu-waktu yang lebih utama.
 Memohon ampun sewaktu shalat.

2.    Merubah lingkungan dan teman-teman.

7 |M T s N 4 M a g e l a n g
Merubah lingkungan sosial yang banyak diwarnai noda, yang selama
melakukan penyimpangan dan kedurhakaan berada di sana, lalu pindah mencari
lingkungan yang lebih bersih dan terbebas dari perbuatan dosa.

Ini merupakan teori pendidik yang sangat layak untuk diterapkan. Hal ini
ditegaskan kandungan hadits shahih tentang seseorang yang pernah membunuh
seratus orang, sementara ia ingin sekali bertaubat dari tindakannya itu. Lalu
diperintahkanlah ia untuk mendatangi orang-orang yang menyembah Allah dan
hidup bersama mereka.

3.  Menyusuli keburukan dengan kebaikan.

Inilah yang diperintahkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada  Abu


Dzar Radhiyallahu Anhu, saat beliau menyampaikan sebuah nasehat,

          “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan susuilah


keburukan dengan kebaikan, agar ia menghapusnya, dan pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik.” (Diriwayatkan Ahmad, Al-Hakim dan At-Tirmidzy).[3]

             Maksudnya, orang muslim yang baru melakukan kedurhakaan harus


menyusulinya dan ketaatan, seperti shalat, shadaqah, puasa, istighfar, tasbih,
dzikir, berbuat kebajikan, dan lain sebagainya. Firman Allah, 

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud:114).

Kebaikan yang paling utama setelah keburukan ialah apabila keduanya


sejenis. Apabila keburukan itu berupa ghibah terhadap seseorang, maka
kebaikannya harus berupa pujian terhadap orang yang dighibah, di hadapan
orang-orang yang mendengar ghibahnya atau memintaka ampunan dosa bagi
orang yang dighibah. 

8 |M T s N 4 M a g e l a n g
2.6  Macam-macam Dosa yang Dimintakan Taubat

Taubat diharuskan pada setiap melakukan dosa,  Maka taubat adalah


dari semua dosa besar dan kecil. Ada yang mengatakan bahwa tidak ada dosa
kecil jika dilakukan secara terus menerus dan tidak ada dosa besar bersama
istighfar.

Yusuf Al-Qardhawi di dalam bukunya menyebutkan dosa-dosa yang


meminta taubat adalah sebagai berikut:

1.    Dosa karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan.

Kedurhakaan yang pertama kehadap Allah adalah meninggalkan  apa


yang diperintahkan. Ini merupakan kedurhakaan iblis. Sebagaimana di dalam
surah Al-Baqarah ayat 34, sebagai berikut:) 

dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36]


kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah


berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu
hanyalah semata-mata kepada Allah.

Kedurhakaan yang kedua adalah mengerjakan apa yang dilarang Allah


swt, yaitu merupakan kedurhakaan Adam.

Tetapi Adam dikalahkan oleh kelemahannya sebagai manusia, sehingga


diapun lalai dan tekadnya menjadi lemah karena mendapat bujukan iblis.

2.  Dosa anggota tubuh dan dosa hati

Banyak orang yang tidak tahu macam-macam kedurhakaan dan dosa


selain dari apa yang ditangkap indranya atau yang berkaitan dengan anggota
tubuh zhahir, seperti kedurhakaan yang lahir dari tangan, kaki, mata, telinga,
lidah hidung dan lain-lainnya yang berhubungan dengan syahwat perut,
kemaluan, birahi dan naluri keduniaan yang ada pada diri manusia.

9 |M T s N 4 M a g e l a n g
Kedurhakaan mata adalah memandang apa yang diharamkan Allah.
Kedurhakaan telinga adalah mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, seperti
kata-kata yang menyimpang yang diucapkan lisan. Kedurhakaan lisan adalah
mengucapkan perkataan yang diharamkan oleh Allah, yang menurut Imam al-
Ghazali ada dua puluh ma cam, seperti, dusta, ghibah, adu domba, olok-olok,
sumpah palsu, janji dusta, kata-kata batil, omong kosong, tuduhan terhadap
wanita-wanita muslimah yang lalai, ratap tangis, kutukan, caci maki dan
sebagainya.

3.      Dosa yang berupa kedurhakaan dan bid’ah

“Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang baru, karena setiap yang baru adalah
bid’ah dan bid’ah itu adalah kesesatan”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-
Tirmidzi)

“Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang baru dalam agama kami
yang bukan termasuk darinya maka dia tertolak” (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Artinya urusan yang baru itu tidak diterima, karena itu merupakan
taqarrub kepada Allah dengan cara yang tidak menurutnya perintahnya dan tidak
seperti yang disyari’atkan dalam agama serta tidak diizinkannya.

Bahkan pada hakikatnya  bid’ah itu merupakan salah satu jenis


kedurhakaan, hanya saja dengan sifat yang lebih khusus. Pelakunya
mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan bid’ah dan dia yakin bahwa
dengan bid’ah ini menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah dari pada orang
lain yang tidak melakukannya.

4.    Yang terbatas dan dosa yang tidak terbatas

Di antara ketaatan dan kebaikan, ada yang terbatas dan tidak


berpengaruh kecuali  terhadapa dirinya sendiri, seperti shalat, puasa, haji,
umrah, haji, dzikir, membaca al-Qur’an, shadaqah, berbakti kepada orang tua,
berbuat baik kepada tetangga, orang miskin dan ibnu sabil. Hal ini tidak berbeda
dengan dosa dan keburukan, yang sebagian diantaranya ada yang hanya

10 |M T s N 4 M a g e l a n g
berpengaruh kepada pelakunya dan tidak menjalar kepada orang lain. Namun
sebagian lain ada yang berpengaruh kepada orang lain, sedikit atau banyak

5.   Yang berkaitan dengan hak Allah dan hak hamba

Cukup banyak contoh dosa, kedurhakaan dan pelanggaran terhadap hak-


hak Allah, seperti meninggalkan sebagian perintah, mengerjakan sebagian yang
dilarang, seperti minum khamar, mendengarkan hal-hal yang tidak pantas,
menyiksa binatang, menyiksa diri sendiri, memboroskan harta dan sebagainya.

Sedangkan dosa yang berkaitan dengan hak hamba, terutama hak


material, maka taubat darinya, tetapi harus mengembalikan hak itu kepada
pemiliknya atau meminta pembebasan darinya atau minta maaf dan memohon
pembebasan dari pemenuhan hak karena Allah semata. Jika tidak hak itu sama
dengan hutang yang harus dilunasinya, hingga kedua belah pihak harus
membuat perhitungan tersendiri pada hari kiamat. Jika kebaikannya tidak
mencukupi, maka keburukan-keburukan orang yang memiliki hak itu dialihkan
kepadanya, sampai akhirnya hak itu terpenuhi.

2.7   Penghambat-penghambat dalam Bertaubat

Sekalipun tidak seluruhnya, mayoritas penghambat ini adalah bersifat


psikologis, yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, lalu berpengaruh
terhadap trend dan perilakunya. Sebagian di antaranya yaitu:

1.    Meremehkan dosa

Tidak dapat diragukan, ini merupakan dampak dari kebodohan terhadap


kedudukan Allah Azza wa Jalla, pencipta makhluk, Raja dari segala raja, Yang
Maha Perkasa lagi Maha Menundukkan.

Kedurhakaan terhadap Allah ini tidak boleh diremehkan begitu saja.


Apalagi jika seseorang berkata, “Andaikan saja setiap dosa kukerjakan seperti
ini.” Tapi ia harus menganggap besar setiap kedurhakaan yang pernah
dilakukannya.

11 |M T s N 4 M a g e l a n g
            Di dalam hadits Mas’ud disebutkan, “Orang Mukmin itu melihat
dosanya seperti gunung. Dia takut gunung itu menimpa dirinya. Sedangka orang
munafik melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia
menepisnya begini dan begitu.

2.      Angan-angan yang mengada-ngada

Artinya, seseorang menganggap bahwa hidupnya masih panjang, bahwa


kematianya masih jauh, umurnya masih lama hingga ia bisa menggunakanya
untuk bercanda ria sesukanya, lalai, lalai, mengikuti hawa nafsu, dan mengikuti
jalan syetan.

Bencana yang bisa menimpa diri manusia ialah karena ia beranggapan


bahwa kehidupannya masih lama dan masih ingin menghindar dari kematian
sekalipun kematian itu sudah tampak di depan matanya. Dia berandai-andai
untuk bertobat nanti, sedangkan kematian itu bisa saja datang sekonyong-
konyong dan biasanyatidak teduga-duga.

3.      Mengandalkan ampunan Allah

Sebagaimana yang telah dikisahkan Allah dalam firman-Nya tentang


orang-orang yahudi dalam surah Al-A’raf ayat 169,

Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat,
yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan
diberi ampun".  (Al-A’raf : 169)

            Darimanakah dia mendapatkan jaminan bahwa Allah akan mengampuni


segala dosanya? Ada perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik.
Orang-orang mukmin senantiasa berkata, “Aku khawatir amalku tidak akan
diterima.” Sedangkan orang munafik senantiasa berkata “Aku berharap dosaku
diampuni.”

            Memang mengharapkan ampunan Allah itudituntut dari setiap orang


muslim, sebesar apapun dosanya. Tetapi tidak selayaknya seseorang
mengharapkan  buah tanpa menanam benih atau menanam pohon, mengairi,

12 |M T s N 4 M a g e l a n g
dan mengurusnya. Berlebih-lebihan dalam berharap tanpa didahului amal dan
usaha, membuat pelakunya merasa aman dari adzab Allah.

4.    Dikungkung dosa dan putus asa mendapatkan ampunan.

Begitulah yang dipikirkan sebagian orang-orang yang durhaka. Mereka


melihat bahwa dosa-dosa mereka terlalu besar, lalu merasa putus asa dosa-
dosanya tidak akan diampuni. Padahal sesungguhnya rahmat Allah tidak akan
pernah menjadi sempit karena kesalahan-kesalahan mereka, seberapapun
besarnya. Allah berfirman kepada Rasul-Nya,

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

5.        Berdalih dengan takdir.

Orang yang terperangkap jerat kedurhakaan dan terperdaya berbagai


angan-angan, jika diseru untuk melepaskan diri dari jerat kedurhakaan itu dan
masuk ke dalam ketaatan, mereka berkata “Ini sudah takdirku. Allah telah
menetapkannya atas diriku, sehingga aku tidak bisa lari darinya. Manusia harus
rela terhadap ketetapan-Nya, sebab diri kita terlalu lemah untuk melawan takdir.”

Bertakdir dengan takdir buruk itu memang diperbolehkan, namun itu hanya
yang kaitannya dengan amal yang sudah lampau. Tetapi untuk amal yang akan
datang, maka tidak diterima sama sekali. Sebab seorang hamba tidak tahu apa
yang ditakdirkan atas dirinya untuk masa yang akan datang.

13 |M T s N 4 M a g e l a n g
2.8    Buah-buah Taubat

Apabila semua rukun dan syarat-syarat taubat yang semurni-murninya


dipenuhi, maka di sana akan ada buah-buah taubat yang ranum, yang bisa
dipetik oleh orang yang bertaubat, diantaranya yaitu :

1.      Penghapus keburukan dan masuk surga

2.      Memperbarui iman

3.      Mengganti keburukan dengan kebaikan

4.      Mengalahkan musuh yang abadi, yaitu syetan

5.      Mengalahkan bisikan nafsu yang menyuruh kepada keburukan

6.      Ketundukan hati kepada Allah

7.      Mendapatkan cinta Allah

8.      Menggembirakan Allah

2.9 Dalil/Ayat tentang Taubat

Surat Al-Baqarah ayat 128

Artinya: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-
tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang“.

14 |M T s N 4 M a g e l a n g
Surat Al-Baqarah ayat 222

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orang yang mensucikan diri“.

Surat Al ‘Imran ayat 90

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian


bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka
itulah orang-orang yang sesat“.

Surat An-Nisa’ ayat 17

Artinya: “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang


yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka
bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya;
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana“.

Surat An-Nisa’ ayat 18

15 |M T s N 4 M a g e l a n g
Artinya: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang
mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih“.

16 |M T s N 4 M a g e l a n g
BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan

    Taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi


kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan
yang lurus (yakni pada ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa akan
menjauhi segala larangannya) dengan penyesalan telah hanyut dalam
kesalahan, dan tidak akan mengulanginya lagi.

Taubat terbagi kepada beberapa bagian ;

 Taubatnya orang-orang yang berkehendak (muriddin),


 Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus).
 Taubatnya ahli ma’rifat, dan kelompok istimewa.

Taubatan Nasuha artinya taubat yang sebenar-benarnya dan pasti, yang


mampu menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan kekusutan orang yang
bertaubat, menghimpun hatinya dan mengenyahkan kehinaan yang
dilakukannya.

  Siapa yang bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha dan


menghimpun semua syarat-syarat taubat sesuai dengan haknya, maka bias
dipastikan bahwa taubatnya diterima oleh Allah. Namun diantara ulama ada yang
mengatakan, diterimanya taubat itu belum bisa dipastikan, tapi hanya sebatas
harapan. Orang yang bertaubat ada di bawah kehendak Allah sekalipun ia sudah
bertaubat.

3.2   Saran

Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa bertaubat, mengingat


taubat memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan kita. Kita tidak boleh

17 |M T s N 4 M a g e l a n g
mengecilkan taubat, kita harus bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat agar
mampu mengambil faedah-faedahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawy, Yusuf.  1998. At-Taubah Illallah. Cairo : Maktabah Wahbiyyah

Al-Rahman, Abd. 2008. Terang Benderang dengan Makrifatullah. Serambi

Sya’rawi, Mutawalli. 2006. Kenikmatan Taubat: Pintu Menuju Kebahagiaan &


Surga. QultumMedia

18 |M T s N 4 M a g e l a n g

Anda mungkin juga menyukai