DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul " SIFAT
SIFAT ALLAH" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat
manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain,
oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah
dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala
sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna
yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-
Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya.
Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai
bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan
Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.
1. B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al
Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti
nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam al-
Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
َسيُجأ َز أونَ َما كَانُوا يَ أع َملُون سنَى فَا أدعُوهُ بّهَا َوذَ ُروا اله ّذينَ يُ أل ّح ُدونَ فّي أ َ أ
َ س َمائّ ّه َو ّ هَلِلّ أاْل َ أ
س َما ُء ا أل ُح أ
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat
dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-jalalah,
Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman,
al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah
(al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa
cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna
ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama.
Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat
dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda;
Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang
satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk
syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil.
(HR. Ibnu Majah).
Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz, Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;
1) Al Muqsith المقسطYang Maha Seimbang.
Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak
meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak,
semuanya di Anggap sama.
Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya
oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan orang
tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang
sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang
teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang
teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat
adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara
tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk
menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter
yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan
kebesaran Allah.
Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih
banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari apa
yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta,
tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-
Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs.
Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa menyaksikan
makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik
Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal
ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang
tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak dengan ism ini mengharuskan
kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah
pewaris para nabi.
Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal
dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya alasan
tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di dunia,
memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan semua itu
adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita
merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai kekuatan
apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita juga dapat
melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita, jiwa kita, dan
kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran allah dalam
sifat-Nya Al-Baasith?.
Begitu besarnya Allah, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia
yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia memberikan
kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan Pada saat
melemah Ia lah sumber kekuatan,
Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada
kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang dengan
sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita butuhkan.
Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.
Msihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa
tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai
sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain
Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah mereka bisa selamat,
tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya masing-masing,
karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt selamt, bahkan masih dapat
bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak
mungkin dapat di uraikan disini.
Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung
dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat
berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi hidupnya
tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar,
karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah
menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.
4. Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini pasti
bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang di berikan
kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki manusia.
5. Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut
dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu
yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan
sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
6. Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar
mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun anak yatim,
sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.
7. Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti
Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun
dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.
Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)
َ َ س ّه َو َم أن أ
ساء فَعَلَ أي َها َو َما َر ُّبكَ بّ َظ هَّل ٍم ّلِّ ألعَبّي ّد ّ َم أن ع َّم َل صَا ّلحا ً فَ ّل َن أف
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-
kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.
8. Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini maka ia
mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta maaf,
apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
اب َو َءا َمنَ َوع َّم َل صَا ّل ًحا ث ُ هم ا أهتَدَى ٌ َوإّنِّّي لَغَفه
َ َار ّل َم أن ت
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar.
ح ا ألعَ ّلي ُم ّ ِّ قُ أل يَجأ َم ُع بَ أينَ َنا َربُّ َنا ث ُ هم يَ أفت َ ُح َب أينَنَا بّا ألح
ُ َق َوه َُو ا ألفَتها
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui”
1. Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang mengamalkan
sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita
memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan
tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain.
Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam
kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut adalah Dalil naqli
dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
شفَ ُع ّع أن َدهُ إّ هَل ّب ّإ أذنّ ّه يَ أعلَ ُم َماض َم أن ذَا الهذّي يَ أ ّ ت َو َما فّي أاْل َ أر سنَةٌ َو ََل نَ أو ٌم لَهُ َما فّي ال ه
ّ س َم َوا ّ َُي ا ألقَيُّو ُم ََل تَأ أ ُخذُهُّ َّللاُ ََل إّلَهَ إّ هَل ه َُو ا ألح
ه
ظ ُه َما َوه َُو ُ ض َو ََل َيئ ُو ُد ُه ّح أف رَ أ
اْل
َ هََ ّ َ أو ت ا و م س ال ُ ه ي س ُر
ك ع س
ُّ ّ َ َ ّ َ أ و ء َا
ش ام ب ه
َل إ ه م أ
ل ع أ
ن
َ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ٍّ أ ءم َي ش ب َون ُ
ط ي ح ي َ
َل
ُّ َ ُأ و م ه َ فلأ َ
خ ام و م ّيهد ي
َ َ َأ أ ّ أ َ أ َني ب
ا ألعَ ّل ُّي ا ألعَ ّظي ُم
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
1. D. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna
(Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al
Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna.
Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu,
jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai
pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya
milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan
tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya.
Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-
A’rof Ayat 180).
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal
hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa
di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan
kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha
Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-
sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita
terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
o Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama.
o Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama dan Sifat
Allah, 2003, Jogjakarta; Media Hidayah
o Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X, 2007,
Jakarta; Ganesa Exact.
o Zaenal Damam Muhammad S. Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan Akidah
Ahlak, MTS Kelas VII Semester 2, 2008,Solo; CV. Sindunata.
o El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT. Wahyu
Media.
o http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02
o http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35
o http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=504:menela
dani-sifat-sifat tuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
MAKALAH
SIFAT WAJIB, MUKHAL DAN JAIZ BAGI ALLAH
Guna Memenuhi Tugas Ilmu Tauhid
Dosen pengampu: Bp. Andi Luqmanul Qosim, LC., M.Pd.I.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya
jugalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan pengikut beliau
hingga akhirzaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester 1 mata
kuliah ilmu tauhid yang diampu oleh. kesempatan ini, penulisingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga yang memberikan
bimbingan dan saran.
2. Bapak Andi Luqmanul Qosim, LC., M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah ilmu tauhid yang telah
memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “sifat
wajib, mukhal/mustahil, dan jaiz bagi Allah” ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Amin...
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu, dalam
berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim
adalah mempelajari tauhid. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid adalah usaha pemahaman
yang dilakukan para ulama tentang aqidah Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Dan usaha itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela aqidah Islam, serta
menolak aqidah yang salah dan yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tauhid membahas ajaran-ajaran dasar dari agama Islam. Setiap orang yang ingin
mengetahui seluk beluk agama Islam secara mendalam, perlu mempelajari tauhid.
Mempelajari tauhid akan memberikan keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat,
yang tidak mudah diombang ambing oleh peredaran zaman.
Tauhid sebagai masalah awal yang harus dipahami oleh umat Islam, dalam salah satu
ruang lingkupnya mencoba menjelaskan melalui dalil-dalil naqli dan ‘Aqli segala hal yang
berkaitan dengan Tuhan. Dalam makalah ini, penyusun akan menjelaskan Sifat wajib,
Mukhal dan Jaiz bagi Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sifat wajib, sifat mukhal/mustahil, dan sifat jaiz bagi Allah ?
2. Apa saja sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat wajib, sifat mukhal, dan sifat wajib Allah
2. Untuk mengetahui sifat apa sajakah yang termasuk sifat wajib, sifat mukhal, dan sifat jaiz
bagi Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, Jaiz Bagi Allah
a. Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai
kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin
sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu
diyakini melalui akal (wajib Aqli) dan berdasarkan dalil Naqli (Al-Qur’an dan Hadis).
b. Sifat Mustahil/Mukhal Bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT.,
sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun
dalil naqli.
c. Sifat Jaiz Bagi Allah
Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi
Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan
kehendak_Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan
alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.
B. Pembagian Sifat Wajib, Mukhal/ Mustahil, Jaiz Bagi Allah1[1]
a. Pembagian Sifat Wajib Bagi Allah
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. sifat itu
kelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat nafsiyah ini ada satu,
yaitu Wujud.
b. Sifat salbiyah
sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah SWT, sebab
Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat salbiyah
adalah :
1. Qidam (terdahulu)
Sifat qidam (dahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada permulaan
bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului sifatNya.
Allah berfirman :
Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)
2. Baqo’ (kekal)
Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam zat Allah. Artinya, bahwa Allah tidak
ada akhir bagi Nya (kekal). Allah berfirman :
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).
3. Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai makhlukNya)
Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya tidak menyerupai
makhluk. Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan makhluk merupakan suatu ibarat
mengenai hilangnya sifat jism, sifat benda, sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’I (sebagian)
dan beberapa hal yang menetap pada Allah taala. Sebagai mana yang ditegaskan didalam
al-quran :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah yang maha mendengar
lagi maha melihat.” (Asy syura:11)
4. Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
Wajib bagi Allah bersifar “qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri)”. Arti sifat ini dijelaskan
melalui dua perkara.
1. Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan ditempati.
2. Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan)
5. Wahdaniyah (Allah maha esa) 2[2]
Allah adalah Tuhan yang maha Esa tentang ketuhanannya, sifat- sifatnya dan
perbuatannya. Pernyataan ini didasarkan atas dalil Al-Quran suran Al-Ikhlas : 1
“katakanlah: Dialah yang maha esa.” (Q.S. Al-Ikhlas:1)
c. Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh yaitu:
1. Al-Qurdrah:Allah Maha Kuasa mustahil lemah
Maha kuasa(Al-Qudrah)adalah sifat yang wajib bagi allah karena sifat ini adalah sifat
kesempurnaanya.Seandainya tuhan tidak kuasa,tentulah kebalikkannya makin
lemah.Sesuatu yang lemah tentu diingkari ketuhanan-Nya.Maka tetaplah bahwa allah itu
maha kuasa dan mustahil lemah.Seerti dalam Al-Qur’an:
artinya:”Sesungguhnya allah berkuasa atas tiap-tiap susuatu”(Q.S.Al-Baqarah:20)
2. Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak). Dengan sifat ini Allah
menentukan perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam arti sebagian perkara
yang mungkin wujudnya. Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu sesuai
dengan iradatnya. Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila
Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka
jadilah ia.” (an-Nahl: 40).
3. Al-‘ilm (Allah Maha Tahu)3[3]
Sebagaimana dimaklumi bahwa ilmu adalah kesempurnaan bagi yang
berwujud,maka pastilah tuhan itu maha tahu,tentulah dia tidak dapat dinamakan tuhan
karena berarti bodoh.Tuhan yang maha tau itulah sumber segala ilmu.Dialah yang
menganugrahkan setetes ilmu kepada manusia.Oleh karena itupastilah tuhan
mahatahu,yangdalam hubungan ini dijelaskan dalamAl-Qur’an.
“Sesungguhnya Allah mengetahui tiap-tiap sesuatu.”(surah Al-Baqarah:231)
4. Hayat
Hayat artinya Hidup, yakni bahwa Allah Maha Hidup. Dalilnya firman Allah Swt ( Qs.
Al-Furqoon : 58 ).
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya. dan cukuplah dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya”
5. Sama’4[4]
Sama’ artinya Maha Mendengar. Sebagaimana dalam al-uran yang artinya :
س ِم ْي ُع ا ْلعَ ِل ْي ُم
َّ َو ا هللُ ُه َو ا ل
”Dan allah,ialah yang maha mendengar,yang maha mengetahui.”(surah Al-Maidah:76)
6. Bashar
Bashar artinya Maha Melihat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-quran yang
artinya:
ِ س ِم ْي ُع ا ْل َب
صي ُْر َّ ئ َو ُه َو ال َ ْس َك ِمثْ ِل ِه
ٌ ش ْى َ لَي
“Tiada apapun yang serupa dengan dia(Allah)dan dialah yang maha mendengar dan maha
melihat.”(surah Asy-Syura:11)
7. Kalam
Kalam artinya berkata-kata atau bercakap-cakap. Dalilnya (Qs. An-Nisa :164). “Dan
(Kami Telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Telah kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan
Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”
d. Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat
Ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran (maha Kuasa), adalah sifat yang selalu menetap pada qudrat Allah.
2. Muridan (maha Berkehendak), adalah sifat yang melazimi sifat iradat Allah.
3. ’alimann (maha Mengetahui), yang melazimi sifat ‘ilmu Allah.
4. Hayyan (maha hidup), yang melazimi sifat haayat Allah.
5. Sami’an (maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah. 6. Bashiran (maha
melihat), yang melazimi sifat bashor Allah.
7. Takliman (maha berbicara), yang melazimi sifat kalam Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai kesempurnaan
bagi -Nya.Allah adalah kholiq dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-
sifat yang dimiliki oleh makhl-uk-Nya.Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui
akal(wajib Aqli)dan berdasarkan dalil Naqli(Al-Qur’an dan Hadis).
2. pengertian sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT.,
sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun dalil
naqli.
3. Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz
yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau
boleh atau mungkin membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau
meninggalkannya.
DAFTAR PUSTAKA