Anda di halaman 1dari 22

SIFAT SIFAT ALLAH

DI
S
U
S
U
N
Oleh :

Bayu Nurhada (1115010208)

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2011
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul " SIFAT
SIFAT ALLAH" tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Banda Aceh,10 Mei 2012,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat
manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain,
oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah
dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala
sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna
yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-
Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan seterusnya.
Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai
bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan
Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.

1. B. Rumusan Masalah

1. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al


Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
2. Menujukan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz, Al Afuww).
3. Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur,
An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum)
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An
Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al
Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al
Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti
nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam al-
Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
َ‫سيُجأ َز أونَ َما كَانُوا يَ أع َملُون‬ ‫سنَى فَا أدعُوهُ بّهَا َوذَ ُروا اله ّذينَ يُ أل ّح ُدونَ فّي أ َ أ‬
َ ‫س َمائّ ّه‬ ‫َو ّ هَلِلّ أاْل َ أ‬
‫س َما ُء ا أل ُح أ‬
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat
dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-jalalah,
Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman,
al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah
(al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa
cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna
ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama.
Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat
dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda;
Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang
satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk
syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil.
(HR. Ibnu Majah).
Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz, Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;
1) Al Muqsith ‫ المقسط‬Yang Maha Seimbang.
Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak
meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak,
semuanya di Anggap sama.

2) An Nafii` ‫ النافع‬Yang Maha Memberi Manfaat.


Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di bumi
ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.
3) Al Waarits ‫ الوارث‬Yang Maha Pewaris.
Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27)
tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu
(An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) .
4) Ar Raafi` ‫ الرافع‬Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat membangkitkan kita kembali, walaupun sudah mencapai
titik rendah, Ia bisa meninggikan kembali. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah
untuk dapat melakukannya.
5) Al Baasith ‫ الباسط‬Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi
cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat melaluinya
dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah) yang maha melapangkan
segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan hati kita dan
meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi penyayang hamba-Nya.
6) Al Hafizh ‫ الحفيظ‬Yang Maha Memelihara.
Begitu besar-Nya ia, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia
yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Manusia juga tidak bisa
disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara keluarga kita sendiri dan itupun
karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak dapat melakukan apapun. Sebagai
pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita. Ia memberikan kepada fisik kita, ia pula yang
memenuhi kebutuhan rohani kita. Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan, karena Ia adalah
yang memberi kekuatan (al-Muqit).
7) Al Waduud ‫ الودود‬Yang Maha Mengasihi.
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat,
tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang
dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu
mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud itu tidak
demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya, termasuk
di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-
Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh
Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya sebagai
tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.
8) Al Walii ‫ الولي‬Al-Waliy Yang Maha Melindungi
Sahabat-sahabat kita di dunia ini tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi besok tidak,
hari ini sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika ada suatu bencana pun
mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat sejati kita, mereka hanyalah teman
bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa melindungi kita kapan pun dan dimanapun, karena
erlindungan-Nya tak terbatas oleh ruang dan waktu.
9) Al Mu`izz ‫ المعز‬Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Dikatakan bahwa Al-Mu’izz itu adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-hamba
yang dikehendaki-Nya, sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang menundukkan orang yang
dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya. Namun jangan lupa di balik penarikannya
kembali itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin meningkatkan kesadaran kita dan
merendahkan derajat kita itu merupakan sarana untuk mencapai apa yang di inginkan-Nya.
Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan kita, dan Ia ingin kita selamat, makadari itu janagn
pernah meragukan kebijakan-Nya, apapun di lakukan oleh-Nya untuk membuat kita sadar.
Karena Ia maha Memuliakan (mahluk-Nya).
10) Al- Afuww ‫ العفو‬Yang Maha Pemaaf.
Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang yang
telah berbuat maksiat. Kata al-Afuww ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih sempurna.
Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr (merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu adalah al-mahwu
(menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia
menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar lembaran
amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah mereka bahwa
Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman Allah: “Dan Dialah yang menerinza
tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
B. Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, An
Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al
Afuww).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang
kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yg
tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan
kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya. Berikut adalah
sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna,

 Al Muqsith ‫ المقسط‬Yang Maha Seimbang.

Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya
oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan orang
tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang
sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang
teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang
teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat
adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.

 An Nafii` ‫النافع‬ Yang Maha Memberi Manfaat.

Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara
tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk
menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter
yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan
kebesaran Allah.

 Al Waarits ‫ الوارث‬Yang Maha Pewaris.

Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih
banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari apa
yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta,
tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-
Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs.
Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa menyaksikan
makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik
Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal
ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang
tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak dengan ism ini mengharuskan
kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah
pewaris para nabi.

 Ar Raafi` ‫الرافع‬ Yang Maha Meninggikan (makhluknya).

Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal
dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya alasan
tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di dunia,
memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan semua itu
adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
 Al Baasith ‫الباسط‬ Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita
merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai kekuatan
apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita juga dapat
melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita, jiwa kita, dan
kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran allah dalam
sifat-Nya Al-Baasith?.

 Al Hafizh ‫الحفيظ‬ Yang Maha Memelihara.

Begitu besarnya Allah, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia
yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia memberikan
kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan Pada saat
melemah Ia lah sumber kekuatan,

 Al Waduud ‫الودود‬ Yang Maha Mengasihi.

Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada
kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang dengan
sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita butuhkan.
Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.

 Al Walii ‫الولي‬ Al-Walii Yang Maha Melindungi

Msihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa
tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai
sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain
Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah mereka bisa selamat,
tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya masing-masing,
karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt selamt, bahkan masih dapat
bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak
mungkin dapat di uraikan disini.

 Al Mu`izz ‫المعز‬ Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).

Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung
dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat
berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi hidupnya
tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar,
karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah
menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.

 Al Afuww ‫العفو‬ Yang Maha Pemaaf.


Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita, padahal
perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah, yang sering
melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu, siapapun yang
bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan menerimanya. Apa kita tidak
membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan di maafkan oleh Allah? Lalu
apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah kebesaran dari Allah jika Ia dapat
memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya.sesuai dalam Firman
Allah:
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-
kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
C. Perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An
Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum)
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan
anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan keimanan
tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah sebagai
berikut:
1. Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-
Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut kahaendak-
Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula. Adapun orang yang
mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam
mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-
Aziz dalam Qs. Al-Ankabut/29: 42
‫يز ا أل َح ّكي ُم‬
ُ ‫عونَ ّم أن دُونّ ّه ّم أن ش أَيءٍ َوه َُو ا ألعَ ّز‬
ُ ‫َّللاَ يَ أعلَ ُم َما يَ أد‬
‫إّنه ه‬
Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2. Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut senantiasa
murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat kesalahan pada dirinya.
3. An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat tersebut
maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan
memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.

4. Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini pasti
bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang di berikan
kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki manusia.
5. Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut
dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu
yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan
sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
6. Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar
mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun anak yatim,
sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.
7. Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti
Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun
dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.
Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)
َ َ ‫س ّه َو َم أن أ‬
‫ساء فَعَلَ أي َها َو َما َر ُّبكَ بّ َظ هَّل ٍم ّلِّ ألعَبّي ّد‬ ّ ‫َم أن ع َّم َل صَا ّلحا ً فَ ّل َن أف‬
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-
kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.
8. Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini maka ia
mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak meminta maaf,
apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
‫اب َو َءا َمنَ َوع َّم َل صَا ّل ًحا ث ُ هم ا أهتَدَى‬ ٌ ‫َوإّنِّّي لَغَفه‬
َ َ‫ار ّل َم أن ت‬
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar.

1. Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi keputusan, Allah yang


memutuskan mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang Maha Memberi
Rahmat umat-Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini maka ia akan
Tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)

‫ح ا ألعَ ّلي ُم‬ ّ ِّ ‫قُ أل يَجأ َم ُع بَ أينَ َنا َربُّ َنا ث ُ هم يَ أفت َ ُح َب أينَنَا بّا ألح‬
ُ ‫َق َوه َُو ا ألفَتها‬
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui”

1. Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang mengamalkan
sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan kehidupan ini. Kita
memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan
tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain.
Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan dalam
kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain. Berikut adalah Dalil naqli
dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)

‫شفَ ُع ّع أن َدهُ إّ هَل ّب ّإ أذنّ ّه يَ أعلَ ُم َما‬‫ض َم أن ذَا الهذّي يَ أ‬ ّ ‫ت َو َما فّي أاْل َ أر‬ ‫سنَةٌ َو ََل نَ أو ٌم لَهُ َما فّي ال ه‬
ّ ‫س َم َوا‬ ّ ُ‫َي ا ألقَيُّو ُم ََل تَأ أ ُخذُه‬ُّ ‫َّللاُ ََل إّلَهَ إّ هَل ه َُو ا ألح‬
‫ه‬
‫ظ ُه َما َوه َُو‬ ُ ‫ض َو ََل َيئ ُو ُد ُه ّح أف‬ ‫ر‬َ ‫أ‬
‫اْل‬
َ ‫هََ ّ َ أ‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ال‬ ُ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ُر‬
‫ك‬ ‫ع‬ ‫س‬
ُّ ّ ‫َ َ ّ َ أ‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫َا‬
‫ش‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ب‬ ‫ه‬
‫َل‬ ‫إ‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫أ‬
‫ل‬ ‫ع‬ ‫أ‬
‫ن‬
َ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ٍ‫ّ أ ء‬‫م‬ ‫َي‬ ‫ش‬ ‫ب‬ َ‫ون‬ ُ
‫ط‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫ي‬ َ
‫َل‬
ُّ َ ‫ُأ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ف‬‫ل‬‫أ‬ َ
‫خ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ّيه‬‫د‬ ‫ي‬
َ َ ‫َأ أ ّ أ‬ َ ‫أ‬ َ‫ن‬‫ي‬ ‫ب‬
‫ا ألعَ ّل ُّي ا ألعَ ّظي ُم‬
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
1. D. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna
(Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al
Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.

A) AL Basith Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).


meneladani Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara mendekatkan diri
dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka senantiasa hati kita akan
tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28). selain itu kita juga harus melapangkan hati orang lain, terutama
orang yg kita cintai, dengan cara membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila saudara kita
membutuhkan bantuan maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg kita berikan
membuatnya menjadi senang.Al ankabut 29.62.

B) Al Waarist (yang maha mewarisi)


Yang meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan
warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau ini tidak dapat dilakukanya, maka
janganlah warisan menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan harta waris
yang bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara tegas (Qs. Al-Fajr:19).
Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan sifat-sifat yang dirinci-Nya ketika
menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang wajar menjadi ahli warist syurga (Qs. Al-
Mu’minun:1-11)
C) Al-Muizz (yang maha memulyakan mahluk-Nya)
Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan kemulyaan, maka
untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya allah akan menganugrahkan
kemulyaan kepada kita. Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua kita karna mereka
adalah orang yg paling berjasa dalam hidup kita, memulyakannya dengan berbakti pada kedua
orang tua, tidak sesekali menyakitinya apalagi durhaka padanya. Dan janganlah engkau terlena
oleh masa-masa kesenangan dan kelapangan ketika semua itu terjadi dengan melupakan Allah
didalam kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi sombong karena mengira bahwa
dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka Pada saat itu kita harus ingat kepada
sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena Allah menyukai orang-orang yang
bersyukur.
D) AL-Hafizh ( yang maha memelihara)
Untuk meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan beribu-ribu
kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia menciptakan hutan juga unuk kepentingan
kita, untuk itu kita harus memeliharanya dengan baik dan peduli dengan lingukan, semua yang
diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus memeliharanya dengan baik.
E) Al-Walii (yang maha melindungi)
Untuk meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan membela orang-orang
yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani mengatakan tidak untuk
mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan diri sendiri maupun orang lain.
F) An-Nafii` (Yang Maha Memberi Manfaat).
Sifat ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan tidak
menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka hidup kita akan
bermanfaat pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang membutuhkan
karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya manusia adalah
bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan, janganlah sampai melupakan-Nya
dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
G) Al Muqsith (Yang Maha Seimbang).
Sifat ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang miskin dan
yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus menghormati dan menghargai mereka karna
kita sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa seseorang
yang lain.
H) Al Waduud (Yang Maha Mengasihi).
Sifat ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada orang-orang
yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir miskin.
Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang cukup,
sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.
I) Ar Raafi` (Yang Maha Meninggikan makhluknya).
Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu memecahkan suatu
permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan kita, agar ia tidak merasa terpuruk, dan
sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah di singgung dalam keterangan di atas bahwa
manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.
J) Al Afuww (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).
Untuk meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil maupun
kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun kadang enggan untuk
memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi tidak ada salahnya
jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan kesalahannya dan memikirkan hal-hal
yang positif, maka lambat laun kita akan terbiasa dengan sifat yang mudah memaafkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna.
Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu,
jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai
pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya
milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan
tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya.
Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-
A’rof Ayat 180).
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal
hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa
di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di berikan
kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat yang Maha
Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-
sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita
terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.

DAFTAR PUSTAKA
o Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama.
o Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama dan Sifat
Allah, 2003, Jogjakarta; Media Hidayah
o Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X, 2007,
Jakarta; Ganesa Exact.
o Zaenal Damam Muhammad S. Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan Akidah
Ahlak, MTS Kelas VII Semester 2, 2008,Solo; CV. Sindunata.
o El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT. Wahyu
Media.
o http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02
o http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35
o http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=504:menela
dani-sifat-sifat tuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
MAKALAH
SIFAT WAJIB, MUKHAL DAN JAIZ BAGI ALLAH
Guna Memenuhi Tugas Ilmu Tauhid
Dosen pengampu: Bp. Andi Luqmanul Qosim, LC., M.Pd.I.

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Fitri sholikhah ( 23040150004)
2. Tyas Sulistiyarini (23040160001)
3. Riza Nur Utami (23040160004)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
SALATIGA
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya
jugalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan pengikut beliau
hingga akhirzaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester 1 mata
kuliah ilmu tauhid yang diampu oleh. kesempatan ini, penulisingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga yang memberikan
bimbingan dan saran.
2. Bapak Andi Luqmanul Qosim, LC., M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah ilmu tauhid yang telah
memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “sifat
wajib, mukhal/mustahil, dan jaiz bagi Allah” ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Amin...

Salatiga, November 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu, dalam
berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim
adalah mempelajari tauhid. Tujuan dibentuknya ilmu tauhid adalah usaha pemahaman
yang dilakukan para ulama tentang aqidah Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Dan usaha itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela aqidah Islam, serta
menolak aqidah yang salah dan yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tauhid membahas ajaran-ajaran dasar dari agama Islam. Setiap orang yang ingin
mengetahui seluk beluk agama Islam secara mendalam, perlu mempelajari tauhid.
Mempelajari tauhid akan memberikan keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat,
yang tidak mudah diombang ambing oleh peredaran zaman.
Tauhid sebagai masalah awal yang harus dipahami oleh umat Islam, dalam salah satu
ruang lingkupnya mencoba menjelaskan melalui dalil-dalil naqli dan ‘Aqli segala hal yang
berkaitan dengan Tuhan. Dalam makalah ini, penyusun akan menjelaskan Sifat wajib,
Mukhal dan Jaiz bagi Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sifat wajib, sifat mukhal/mustahil, dan sifat jaiz bagi Allah ?
2. Apa saja sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari sifat wajib, sifat mukhal, dan sifat wajib Allah
2. Untuk mengetahui sifat apa sajakah yang termasuk sifat wajib, sifat mukhal, dan sifat jaiz
bagi Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Wajib, Mustahil, Jaiz Bagi Allah
a. Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai
kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin
sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu
diyakini melalui akal (wajib Aqli) dan berdasarkan dalil Naqli (Al-Qur’an dan Hadis).
b. Sifat Mustahil/Mukhal Bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT.,
sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun
dalil naqli.
c. Sifat Jaiz Bagi Allah
Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi
Allah ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan
kehendak_Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan
alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.
B. Pembagian Sifat Wajib, Mukhal/ Mustahil, Jaiz Bagi Allah1[1]
a. Pembagian Sifat Wajib Bagi Allah
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. sifat itu
kelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat nafsiyah ini ada satu,
yaitu Wujud.
b. Sifat salbiyah
sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah SWT, sebab
Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat salbiyah
adalah :
1. Qidam (terdahulu)
Sifat qidam (dahulu) adalah wajib bagi Allah. Artinya, bahwa Allah tidak ada permulaan
bagi Nya dan wujud Allah tidak didahului sifatNya.
Allah berfirman :
Artinya : “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)
2. Baqo’ (kekal)
Sifat baqo’ adalah sifat yang wajib adanya didalam zat Allah. Artinya, bahwa Allah tidak
ada akhir bagi Nya (kekal). Allah berfirman :
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).
3. Mukholafatuhu lil hawadis (tidak menyerupai makhlukNya)
Wajib bagi Allah memiliki sifat mukholafatuhu lil hawadis artinya tidak menyerupai
makhluk. Maka, sifat ketidaksamaan Allah dengan makhluk merupakan suatu ibarat
mengenai hilangnya sifat jism, sifat benda, sifat kulli (keseluruhan), sifat juz’I (sebagian)
dan beberapa hal yang menetap pada Allah taala. Sebagai mana yang ditegaskan didalam
al-quran :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah dan Allahlah yang maha mendengar
lagi maha melihat.” (Asy syura:11)
4. Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
Wajib bagi Allah bersifar “qiyamuhu binafsihi(berdiri sendiri)”. Arti sifat ini dijelaskan
melalui dua perkara.
1. Bahwa Allah tidak membutuhkan ruang yang akan ditempati.
2. Allah tidak membutuhkan ketentuan (aturan-aturan)
5. Wahdaniyah (Allah maha esa) 2[2]
Allah adalah Tuhan yang maha Esa tentang ketuhanannya, sifat- sifatnya dan
perbuatannya. Pernyataan ini didasarkan atas dalil Al-Quran suran Al-Ikhlas : 1
“katakanlah: Dialah yang maha esa.” (Q.S. Al-Ikhlas:1)
c. Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh yaitu:
1. Al-Qurdrah:Allah Maha Kuasa mustahil lemah
Maha kuasa(Al-Qudrah)adalah sifat yang wajib bagi allah karena sifat ini adalah sifat
kesempurnaanya.Seandainya tuhan tidak kuasa,tentulah kebalikkannya makin
lemah.Sesuatu yang lemah tentu diingkari ketuhanan-Nya.Maka tetaplah bahwa allah itu
maha kuasa dan mustahil lemah.Seerti dalam Al-Qur’an:
artinya:”Sesungguhnya allah berkuasa atas tiap-tiap susuatu”(Q.S.Al-Baqarah:20)
2. Irodat
Wajib bagi Allah mempunyai sifat Iradat (berkehendak). Dengan sifat ini Allah
menentukan perkara yang mungkin dengan sifat iradat itu, dalam arti sebagian perkara
yang mungkin wujudnya. Adakalanya Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu sesuai
dengan iradatnya. Artinya : ” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila
Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka
jadilah ia.” (an-Nahl: 40).
3. Al-‘ilm (Allah Maha Tahu)3[3]
Sebagaimana dimaklumi bahwa ilmu adalah kesempurnaan bagi yang
berwujud,maka pastilah tuhan itu maha tahu,tentulah dia tidak dapat dinamakan tuhan
karena berarti bodoh.Tuhan yang maha tau itulah sumber segala ilmu.Dialah yang
menganugrahkan setetes ilmu kepada manusia.Oleh karena itupastilah tuhan
mahatahu,yangdalam hubungan ini dijelaskan dalamAl-Qur’an.
“Sesungguhnya Allah mengetahui tiap-tiap sesuatu.”(surah Al-Baqarah:231)
4. Hayat
Hayat artinya Hidup, yakni bahwa Allah Maha Hidup. Dalilnya firman Allah Swt ( Qs.
Al-Furqoon : 58 ).
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya. dan cukuplah dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya”
5. Sama’4[4]
Sama’ artinya Maha Mendengar. Sebagaimana dalam al-uran yang artinya :
‫س ِم ْي ُع ا ْلعَ ِل ْي ُم‬
َّ ‫َو ا هللُ ُه َو ا ل‬
”Dan allah,ialah yang maha mendengar,yang maha mengetahui.”(surah Al-Maidah:76)
6. Bashar
Bashar artinya Maha Melihat. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-quran yang
artinya:

ِ ‫س ِم ْي ُع ا ْل َب‬
‫صي ُْر‬ َّ ‫ئ َو ُه َو ال‬ َ ‫ْس َك ِمثْ ِل ِه‬
ٌ ‫ش ْى‬ َ ‫لَي‬
“Tiada apapun yang serupa dengan dia(Allah)dan dialah yang maha mendengar dan maha
melihat.”(surah Asy-Syura:11)
7. Kalam
Kalam artinya berkata-kata atau bercakap-cakap. Dalilnya (Qs. An-Nisa :164). “Dan
(Kami Telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Telah kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan
Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”
d. Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat
Ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran (maha Kuasa), adalah sifat yang selalu menetap pada qudrat Allah.
2. Muridan (maha Berkehendak), adalah sifat yang melazimi sifat iradat Allah.
3. ’alimann (maha Mengetahui), yang melazimi sifat ‘ilmu Allah.
4. Hayyan (maha hidup), yang melazimi sifat haayat Allah.
5. Sami’an (maha mendengar), yang melazimi sifat sama’ Allah. 6. Bashiran (maha
melihat), yang melazimi sifat bashor Allah.
7. Takliman (maha berbicara), yang melazimi sifat kalam Allah.

b. Pembagian Sifat Mustahil Bagi Allah


a. Sifat Mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (tiada)
b. Sifat Mustahil dari sifat Salbiyah ada lima, yaitu:
1. Hudus (ada yang mendahului)
2. Fana’(berakhir)
3. Mumatsalatuhu lil-hawadits (ada yang menyamai)
4. Ihtiyajuhu li gairihi (memerlukan yang lain)
5. Ta’addud (berbilang)
c. Sifat mustahil dari sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajzun (lemah)
2. Karahah Karahah (terpaksa)
3. Jahlun (bodoh)
4. Mautun (mati)
5. Samamun (tuli)
6. ‘Umy (buta)
7. Bukm (bisu)

d. Sifat mustahil dari sifat ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:


1. Kaunuhu 'ajiyan (zat yang lemah)
2. Kaunuhu karihan (zat yang terpaksa)
3. Kaunuhu jahilan (zat yang sangat bodoh)
4. Mayyitan (zat yang mati)
5. Kaunuhu ashamma (zat yang tuli)
6. Kaunuhu 'ama (zat yang buta)
7. Kaunuhu abkama (zat yang bisu)

c. Pembagian Sifat Jaiz Bagi Allah


Berbeda dengan sifat Wajib dan sifat Mustahil, sifat Jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu fi’lu
kulli mumkinin au tarkuhu, Artinya:
“Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuat_Nya.”
Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh terjadi
dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan berbuat sesuatu yang Dia
kehendaki.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah sebagai kesempurnaan
bagi -Nya.Allah adalah kholiq dzat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-
sifat yang dimiliki oleh makhl-uk-Nya.Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui
akal(wajib Aqli)dan berdasarkan dalil Naqli(Al-Qur’an dan Hadis).
2. pengertian sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada dzat Allah SWT.,
sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi Allah, dengan dalil aqal maupun dalil
naqli.
3. Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz
yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau
boleh atau mungkin membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau
meninggalkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hawwa, Sa’id.2005.Allah Keberadaan,Kekuasaan,dan AsmaNya.Jakarta: Rineka Cipta.


Mulkhan,Abdul Munir.1994.Masalah-Masalah Teologi dan Fiqh.Yogyakarta: Sipress.
Ya’qub ,Hamzah.1978.Ilmu Ma’rifah.Surabaya: PT.Bina Ilmu.
http://afrianties.blogspot.co.id/2011/10/agama-sifat-wajib-mustahildan-jaiz-bagi.html
https://mudharasyiik.wordpress.com/2013/05/14/sifat-sifat-yang-wajib-muhal-dan-jaiz-bagi-
allah/
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/01/20-sifat-wajib-dan-mustahil-bagi-allah.html

Anda mungkin juga menyukai