Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI
“Pembinaan Masyarakat”
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Tafsir Tarbawi)
Dosen Pengampu: Drs. Wawan Latif, MSI

Disusun Oleh:

Ade Iramawan
Budi Agustina
Iman Salman
Santi Hanifah

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH

PONDOK PESANTREN SURYALAYA

2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Pembinaan Masyarakat”. tepat
pada waktunya.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang
pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan
Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini. Dalam kesempatan kali ini,
penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Wawan Latif, MSI. selaku Dosen yang telah membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Buku referensi, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam
penulisan Makalah ini
3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang
penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Suryalaya, 01 Desember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 1


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan Makalah.......................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Masyarakat Menurut Al-Qur’an.............................................................3

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Pembinaan Masyarakat....................4

1. Q.S. Al-Hujurat Ayat 9,13......................................................................................4

2. Q.S. An-Nahl 16, 90, 92........................................................................................5

C. Penafsiran Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Pembinaan Masyarakat...................6

1. Penafsiran Q.S. Al-Hujurat Ayat 9.........................................................................6

2. Penafsiran Q.S. Al-Hujurat Ayat 13.......................................................................6

3. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 16..........................................................................7

4. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 90..........................................................................8

5. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 92..........................................................................9

BAB III......................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan............................................................................................................10

B. Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama terakhir yang dirisalahkan melalui Rasulullah SAW.
Karena Islam sebagai agama terakhir dan juga sebagai penyempurna ajaran-ajaran
terdahulu, maka sangat bisa dipahami, jika Islam merupakan ajaran yang paling
komprohensif, Islam sangat rinci mengatur kehidupan umatnya, melalui kitab suci
al-Qur’an. Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia bagaimana
menjadi insan kamil atau pemeluk agama Islam yang kafah atau sempurna.
Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu Hablum Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) dan
Hablum Minannas (hubungan manusia dengan manusia). Allah menghendaki
kedua hubungan tersebut seimbang walaupun hablumminannas lebih banyak di
tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih mementingkan urusan
kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karena hablumminannas lebih komplek
dan lebih komprehensif. Oleh karena itu suatu anggapan yang salah jika Islam
dianggap sebagai agama transedental.
Manusia merupakan makhluk individual juga sekaligus makhluk sosial
yang senantiasa dan harus berinteraksi dengan manusia lainnya, dan
membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Setiap manusia menginginkan
adanya lingkungan sosial yang kondusif, yang ramah, aman, tenteram dan damai
saling menghargai dan menyayangi antar anggota masyarakat sekitarnya.
Lingkungan yang demikian itulah yang didambakan oleh manusia, sehingga setiap
personal di dalamnya dapat melakukan aktifitasnya dengan tenang tanpa
terganggu dengan segala sesuatu yang dapat merugikan.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 3


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masyarakat?
2. Apa ayat-ayat Al-Qur’an tentang pembinaan masyarakat?

3. Apa kandungan pendidikan dalam pembinaan masyarakat?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian masyarakat
2. Mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an tentang pembinaan masyarakat
3. Mengetahui kandungan pendidikan dalam pembinaan masyarakat

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 4


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Menurut Al-Qur’an
Menurut Al-Qur’an Istilah masayarakat dapat dilihat dari adanya berbagai
istilah lain yang dapat dihubungkan dengan konsep pembinaan masyarakat,
seperti istilah ummat, qaum, syu’ub, qabail dan lain sebagainya. Istilah ummat
dapat dijumpai pada ayat yang berbunyi :
         
           
   
Artinya:
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik”. (QS. Ali Imran : 110)
Kata ummah pada ayat tersebut, berasal dari kata amma, yaummu yang
berarti jalan dan maksud. Dari asal kata tersebut, dapat diketahui bahwa
masyarakat adalah kumpulan perorangan yang memiliki keyakinan dan tujuan
yang sama, menghimpun diri secara harmonis dengan maksud dan tujuan
bersama.
Selanjutnya dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, masyarakat
diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh persamaan agama, waktu,
tempat baik secara terpaksa maupun kehendak sendiri.
Abu Ahmadi dalam bukunya “ilmu sosial dasar” mendefinikan bahwa
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan
sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh satu sama lain.
Kelompok dimana orang yang berada didalamnya terikat oleh tanggung
jawab dan oleh identitas bersama.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 5


Inti dari pendapat-pendapat tersebut, adalah bahwa masyarakat tempat
berkumpulnya manusia yang didalamnya terdapat sistem hubungan, aturan serta
pola- pola hubungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Pembinaan


Masyarakat
1. Q.S. Al-Hujurat Ayat 9,13
         
            
          
9. “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,
dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang Berlaku adil”.

         
            
13. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 6


2. Q.S. An-Nahl 16, 90, 92
     
16. “dan (dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-
bintang Itulah mereka mendapat petunjuk”.

          
       
90. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

          
              
        
92. “dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali,
kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di
antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak
jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya
menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.1

1
[838] Kaum muslimin yang jumlahnya masih sedikit itu telah Mengadakan Perjanjian yang kuat
dengan Nabi di waktu mereka melihat orang-orang Quraisy berjumlah banyak dan berpengalaman
cukup, lalu timbullah keinginan mereka untuk membatalkan Perjanjian dengan Nabi Muhammad
s.a.w. itu. Maka perbuatan yang demikian itu dilarang oleh Allah s.w.t.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 7


C. Penafsiran Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Pembinaan
Masyarakat
1. Penafsiran Q.S. Al-Hujurat Ayat 9
Allah SWT menerangkan bahwa jika ada dua golongan orang mukmin
berperang, maka harus diusahakan perdamaian antara kedua pihak yang
bermusuhan itu dengan jalan berdamai sesuai ketentuan hukum Allah SWT
berdasarkan keadilan untuk kemaslahatan mereka yang bersangkutan. Jika setelah
diusahakan perdamaian itu masih ada yang membangkang dan tetap juga berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain, maka golongan yang agresif yang berbuat
aniaya itu harus diperangi sehingga mereka kembali untuk menerima hukum Allah
SWT.
Jika golongan yang membangkang itu telah tunduk dan kembali kepada
perintah Allah SWT, maka kedua golongan yang tadinya bermusuhan itu harus
diperlakukan dengan adil dan bijaksana, penuh kesadaran sehingga tidak terulang
lagi permusuhan seperti itu di masa yang akan datang. Allah SWT memerintahkan
supaya mereka tetap melakukan keadilan dalam segala urusan mereka, karena
Allah SWT menyukainya dan akan memberi pahala kepada orang-orang yang
berlaku adil dalam segala urusan.

2. Penafsiran Q.S. Al-Hujurat Ayat 13


Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari
seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya
berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk
saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah SWT
tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan
keturunan, kepangkatan atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara
manusia di sisi Allah SWT hanyalah orang yang paling bertaqwa kepada-Nya.
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya
dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah SWT, orang
yang paling mulia itu adalah orang yang paling taqwa kepada-Nya.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 8


Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima tobat lagi Maha Mengetahui
tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa dan pikiran manusia. Pada akhir hayat,
Allah SWT menyatakan mengetahui segala perbuatan mereka.

3. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 16


Dalam ayat-ayat lainnya al-Quran menyebutkan, gunung berperan untuk
menormalkan dan menenangkan bumi. Gunung-gunung batu besar di seluruh
dunia mencegah bergeraknya bumi akibat tekanan di dasar bumi dan
menjadikannya tenang dan dapat didiami oleh manusia.
Selain itu, gunung menjadi tempat cadangan besar penyimpangan salju di musim
dingin dan mengalirnya air di musim semi dan panas. Sungai-sungai besar yang
mengalirkan air dari lembah gunung memanjang hingga ke laut. Di bentangan
sungai-sungai besar itu manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan mendapatkan air
minumnya.
Dahulu ketika orang ingin bepergian dan tidak memiliki alat transportasi
cepat seperti sekarang, gunung menjadi tanda bagi para musafir untuk
menentukan tujuannya. Di malam hari, bintang-bintang menjadi petunjuk terbaik
untuk menentukan arah dan tujuan perjalanan. Bahkan kini di tengah lautan atau
di lembah yang luas, di mana tidak ada tanda-tanda bumi, bintang-bintang di
langit menjadi petunjuk paling penting guna seseorang menemukan jalannya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Adanya gunung-gunung tinggi di permukaan bumi tidak terjadi begitu
saja, namun dengan pengelolaan dan kebijaksanaan Allah.
2. Apakah mungkin manusia menerima ada Tuhan yang memberikan
petunjuk-petunjuk lahiriah dan alamiah bagi manusia, tapi lupa
menunjukkan spiritual mereka?

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 9


4. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 90
Ayat tersebut termasuk salah satu ayat yang paling komprehensif di kitab
al-Quran, karena dalam ayat digambarkan hubungan manusia dan sosial kaum
Mukmin di dunia yang berlandaskan pada keadilan, kebaikan dan menjauh dari
segala kezaliman dan arogansi. Bahkan hal itu disebut sebagai nasehat ilahi yang
harus dijaga oleh semua orang. Adil dan keadilan merupakan landasan ajaran
Islam dan syariat agama ini. Allah Swt tidak berbuat zalim kepada siapapun dan
tidak memperbolehkan seseorang berbuat zalim kepada orang lain dan menginjak
hak orang lain. Menjaga keadilan dan menjauh dari segala perilaku ekstrim kanan
dan kiri menyebabkan keseimbangan diri manusia dalam perilaku individu dan
sosial.
Tentunya, etika Islam atau akhlak mendorong manusia berperilaku lebih
dari tutunan standar atau keadilan, dalam menyikapi problema sosial dan
memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan manusia bisa melakukan lebih dari hak
orang lain, yang ini semua menunjukkan kebaikan atau ihsan. Allah Swt yang
memperlakukan manusia dengan landasan ihsan, mengajak manusia untuk
berperilaku baik dengan orang lain di atas standar keadilan.
Dari sisi lain, Allah Swt melarang beberapa hal untuk menjaga
keselamatan jiwa dan keamanan masyarakat. Hal-hal yang dilarang oleh Allah
Swt disebut sebagai perbuatan tercela dan buruk. Manusia pun mengakui bahwa
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt adalah tindakan yang buruk
dan tercela.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di samping keadilan, ihsan atau kebaikan juga dianjurkan. Sebab, ihsan
akan menjaga ketulusan di tengah masyarakat.
2. Ajaran agama selaras dengan akal dan fitrah manusia. Kecenderungan
pada keadilan dan ihsan serta jauh dari perbuatan munkar adalah tuntutan-
tuntutan semua manusia yang sekaligus perintah Allah SWT.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 10


5. Penafsiran Q.S. An-Nahl Ayat 92
Setelah ayat yang lalu memerintahkan menepati janji dan memenuhi
sumpah, ayat ini melarang secara tegas membatalkannya sambil mengilustrasikan
keburukan pembatalan itu. Pengilustrasian ini merupakan salah satu bentuk
penekanan. Memang penegasan tentang perlunya menepati janji merupakan sendi
utama tegaknya masyarakat, karena itulah yang memelihara kepercayaan
berinteraksi dengan anggota masyarakat. Bila kepercayaan itu hilang, bahkan
memudar, maka akan lahir kecurigaan yang merupakan benih kehancuran
masyarakat.
Kata (‫ )دخل‬dari segi bahasa berarti kerusakan, atau sesuatu yang buruk.
Yang dimaksud di sini adalah alat atau penyebab kerusakan. Ini karena dengan
bersumpah seseorang menanamkan keyakinan dan ketenangan di hati mitranya,
tetapi begitu dia mengingkari sumpahnya, maka hubungan mereka menjadi rusak,
tidak lain penyebabnya kecuali sumpah itu yang kini telah diingkari. Dengan
demikian, sumpah menjadi alat atau sebab kerusakan hubungan.
Kata (‫ )أربى‬terambil dari kata (‫ )الربو‬yaitu tinggi atau berlebih. Dari akar
yang sama lahir kata riba yang berarti kelebihan. Kelebihan dimaksud bisa saja
dalam arti kuantitas, sehingga bermakna lebih banyak bilangannya, atau
kualitasnya yakni lebih tingg kualitas hidupnya dengan harta yang melimpah dan
kedudukan yang terhormat.
Ayat di atas menyebut kata (‫ )أمة‬atau golongan sebanyak dua kali. Banyak
pakar tafsir memahami ayat ini berbiacara tentang kelakuan beberapa suku pada
masa Jahiliyah.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 11


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas dapat di simpulkan, dalam Q.S. Al-Hujurat Ayat
9 yaitu Allah SWT memperingatkan orang mu’min untuk menghilangkan
pengaruh dari perkataan orang fasik dan agar mereka memperbaiki hubungan
antara dua kelompok yang bertikai, sehingga mereka mau berdamai. Perdamaian
harus dan wajib dilakukan juga antara dua orang yang bersaudara karena
sesungguhnya orang-orang mu’min itu bernasab kepada satu pokok yaitu iman
yang menyebabkan diperolehnya kebahagian abadi di dunia dan di akhirat.
Dalam ayat 13 Allah menjelaskan apa yang patut dilakukan oleh seorang
Mukmin terhadap Mu’min yang lainnya. Bahwa tidak sepatutnya seorang
Mukmin mengolok atau mengejek orang lain dengan hinaan atau celaan, dan tidak
pantas pula memberinya gelar yang menyakitkan hatinya. Selain itu Allah swt
juga membimbing umat Muslim tentang beberapa hal yang dapat menambah
semakin kuatnya jalinan dan hubungan masyarakat Islam yaitu :
1. Menghindari berburuk sangka yang buruk terhadap sesama manusia
menuduh mereka berkhianat.
2. Jangan mencari-cari keburukan dan aib orang lain.

3. Jangan menceritakan sebagian yang lain dengan sesuatu yang tidak disukai
ketika orang lain tidak ada (berbuat Gibah) baik itu berkenaan dengan
agama, atau dunianya, rupa, akhlak, harta, anak, istri, pembantu, pakaian
atau apa saja yang berkaitan dengan dia.
Dengan demikian, masyarakat yang kokoh dan bertahan dalam
menghadapi berbagai tantangan adalah masyarakat yang berpegang pada nilai-
nilai moral dan akhlak yang mulia. Yaitu masyarakat antara yang satu dan yang
lainya tidak saling menyakiti, menzalimi, merugikan, mecurigai, mengejek dan
sebagainya sehingga dapat mengarah pada masyarakat madani yaitu masyarakat
yang mengaplikasikan nilai-nilai Ilahiah dan Insaniah.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 12


B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kiranya dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan khususnya dalam mata kuliah tafsir muamalah. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kami mnegharapkan kritik
dan sarannya, demi kebaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 13


DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata. 2009 . Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Abu Ahmadi. 1997. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pembinaan Masyarakat | Tafsir Tarbawi 14

Anda mungkin juga menyukai