Anda di halaman 1dari 15

HADITS TENTANG HORMAT

KEPADA ORANG TUA

DISUSUN OLEH :

FERA ADELIA
1052019067

UNIT/SEM : 3/IV

PROGRAM STUDI PGMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Hadits Tentang Hormat Kepada Orang Tua”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Birrul Walidain.............................................................3
B. Pengertian Berbuat Baik Dan Durhaka..........................................4
C. Hadits Tentang Hormat Kepada Orang Tua...................................5
D. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua...................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam mengajarkan kita untuk berbakti terhadap orang tua, karena dengan
perantara orang tualah kita dapat merasakan kenyamanan hidup yang sekarang ini.
Selain itu mengingat betapa mulianya, betapa kerasnya dan betapa banyaknya
pengorabanan yang telah mereka lakukan demi anaknya. Jasanya untuk
menghidupi, memelihara dan mendidik kita dengan semua kasih sayang yang
mereka miliki, bahkan marah merekapun merupakan suatu bentuk sayang yang
terhadap kita. sehingga dapat tumbuh besarlah kita seperti sekarang ini. Semua
karena kasih sayang yang meraka limpahkan untuk kita.
Mereka melakukan semuanya tanpa mengharap balasan dari kita, mereka
melakukannya semata-mata untuk membuat kiat menjadi yang terbaik. Perhatian
mereka terhadap kita tidak akan pernah luntur, meskipun nanti kita sudah bisa
hidup mandiri. Bahkan dalam hadits ditegaskan bahwa keridhoan Allah
tergantung pada keridhoan orang tuanya.
Allah SWT. sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak
firman-Nya, demikian juga Rasulullah SAW. dalam banyak sabdanya dengan
memberikan bingkai-bingkai khusus bahwa Birrul Walidain (berbakti kepada
kedua orang tua), lebih dari sekedar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya.
Namun Birrul Walidain memiliki nilai- nilaitambah yang semakin ‘melejitkan’
makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah’bakti’. Bakti itu sendiripun
bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua.
Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur.
Imam An-Nawawi menjelaskan, “Arti Birrul Walidain yaitu berbuat baik
terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-
teman mereka”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian birrul walidain?
2. Apa pengertian berbuat baik dan durhaka?
3. Apa hadits tentang hormat kepada orang tua?
4. Apa bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Birrul Walidain


Birrul Walidain ditinjau secara bahasa Abu Faaris berkata: Huruf “baa”
dan “raa” yang ditasydidkan, memiliki empat arti dasar: Kejujuran , ungkapan
suara , lawan dari kata bahr dan jenis tanaman (gandum). Adapun kejujuran,
diambil dari perkataan mereka: “Fulan telah berlaku jujur”. Ia telah jujur dalam
sumpahnya, yaitu melakukannya dan menunaikannnya dengan kejujuran. Adapun
ungkapan suara, orang-orang arab mengatakan: “Tidak bisa dibedakan antara hirr
dan birr. Hirr adalah suara untuk memanggil kambing dan birr adalah suara ketika
mengiringnya”. Makna ketiga, yaitu lawan dari kata bahr (lautan), dikatakan:
“Seorang lelaki terdampar didaratan dan seorang pelaut berada dilautan”. Adapun
nama jenis tanaman, diantaranya adalah burr yaitu gandum, bentuk tunggalnya
adalah burrah1. Sedangkan Birrul Walidain ditinjau secara Syar’I yaitu berbuat
baik kepada orang tua, menunjukan kasih saying dan kelemah lembutan terhadap
keduanya, memperhatikan keadaan mereka berdua dan tidak melakukan perbuatan
buruk terhadap keduanya. Memulaikan teman- teman keduanya sesudah keduanya
wafat2.
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam.
Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa,
sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia,
dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina.
Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan
seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya.
Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam

1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Kitab Birrul Walidain edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua
Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam), hlm. 5
2
Yazid, op. cit., hlm.5

3
mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya,
sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak
dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk
mendurhakainya.

B. Pengertian Berbuat Baik Dan Durhaka


Menurut lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata ahsana- yuhsinu-
ihsanan. Sedangkan yang dimaksud dengan ihsan dalam pembahasan ini adalah
berbakti kepada kedua orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada
keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan terhadap
keduanya. Menurut Ibnu Athiyah, kita wajib juga menaati keduanya dalam hal-hal
yang mubah, harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi
apa-apa yang dilarang3.
Sedangkan ‘uquq artinya memotong (seperti halnya aqiqah yaitu
memotong kambing). ‘Uququl Walidain adalah gangguan yang ditimbulkan
seorang anak terhadap kedua orang tuanya baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Contoh gangguan dariseorang anak kepada kedua orang tuanya yang
berupa perkataan yaitu dengan mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’, berkata dengan kalimat
yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencuri dan yang lainnya.
Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar seperti memukul dengan
tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk
memenuhi keinginannya, membenci, tidak memperdulikan, tidak bersilaturahmi
atau tidak memberikan nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin4.

3
Yazid, op. cit., hlm 8
4
Yazid, op. cit., hlm 8

4
C. Hadits Tentang Hormat Kepada Orang Tua
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho
orang tua.
‫ضى‬ َ ‫ ِر‬:‫ع َْن َع ْب ُد هللا بن َع ْم ٍرو رضي هللا عنهما قال قال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ضى هللاُ فى ِر‬
)‫ال َوالِ َد ْي ِن و َس َخطُ هللا فى َس َخطُ ال َوالِ َدي ِْن ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم‬

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah
bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka
Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)5
2. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah
SWT.
َّ ‫ ال‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم ايُّ ْال َع َم ِل اَ َحبُّ الى هللا قال‬
:‫صاَل ةُ على َو ْقتِهَا قال‬ ُ ‫َع ْب ُد هللا بن َم ْسعُو ٍد قال َسا َ ْل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
)‫ ال ِجهَا ُد فى َسبِ ْي ِل هللا ( اخرجه البخاري و مسلم‬:‫ ثم اي قال‬:‫ثُ َّم بِرُّ ْال َو ْال َدي ِْن قال‬:‫ثم اي قال‬

Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada
Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau
menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?”
beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi:
“ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).6
3. Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan
durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan
haknya.
‫ ان هللا حرم عليكم عقوق االمهات ووأد البنات ومنع‬: ‫عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
)‫وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري‬

Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda:
“ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak

5
HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid), Tirmidzi (1900), Hakim
(4/151-152)
6
HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9

5
kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak
perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan
dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).7
4. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان‬: ‫عن عبد هللا بن عمر ورضى هللا عنهما قال‬
‫ يسب الرجل ابا لرجل فيسب أبا‬:‫و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل‬.‫ قيل رسول هللا‬. ‫يلعن الر جل والديه‬
)‫لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري‬

Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah
bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang
tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang
yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang
memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya
kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya. (H.R.
Bukhari).8

D. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua


Bentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah:
1. Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik
Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa memberikan
kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi
kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita. Dalam suatu
riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad
(dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu
‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka
Rasulullah SAW bekata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti
engkau telah membuat keduanya menangis”. Dalam riwayat lain dikatakan,
“Berbaktilah kepada kedua orang tuamu”.

7
HR. Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim(2473) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah
Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal)
8
HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693

6
2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut
Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara
dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan
yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’, apalagi
mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini
merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua.
Kita tidak boleh kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya
berbuat jahat terhadap kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua
atau oang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita
minta walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada
keduanya.
3. Tawadhu (rendah diri) dan tidak sombong dihadapan orang tua
Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau
mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam
keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang
menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita
anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan
kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita
untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal
tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah
orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk
berbuat baik selagi keduanyamasih hidup.
4. Memberikan infaq (shadaqah) dan nafkah kepada kedua orang tua
Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah ayat 215.
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan.
Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu
bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu
perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui.

7
5. Mendo’akan kepada kedua orang tua
Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro”
(wahai Rabb-ku kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti
dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap
berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya
dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika
sedang shaum, di hari jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a
agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah SWT.
Apabila kedua orang tua itu meninggal maka, yang pertama kita
lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang
nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua
sewaktu mereka masih hidup. Yang kedua adalah mendo’akan kedua orang
tua kita.
Dalam sebuah hadist dha’if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang
tuaku sesudah wafat keduanya?” Nabi SAW menjawab, “Ya, kamu sholat
atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji
keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah
silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya”.
Sedangkan menurut hadist-hadist yang shahih tentang amal- amal yang
diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah:
a. Mendo’akannya
b. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
c. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya
d. Membayarkan hutang-hutangnya
e. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at
f. Menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga
pernah menyambungnya.

8
Sebagaimana hadist Nabi SAW dari sahabat Abdullah bin Umar ra.
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali
silaturahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal”.
6. Menaati perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syari’at
dan aqidah.9

9
Yazid, Bingkisan Istimewa Menuju keluarga Sakinah, (Bogor: Pustaka A-Taqwa, 2006), hlm.
24

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. Meski orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap mempunyai
hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya.
Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan daripada fardhu kifayah
dan amalan-amalan sunnah lainnya.. berbuat baik kepada kedua orang tua
didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah. Berbuat baik kepada
orang tua harus didahulukan daripada kepada istri dan anak-anak.
Berbuat baik kepada orang tua tidak berarti harus meninggalkan kewajiban
terhadap istri dn anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kepada itri dan
anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada kedua orang tuanya harus
didahulukan.
Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada
kedua orang tua hendaknya seorang anak menyetujui apa yang dikehendaki,
diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin Iyadl berkata, “Janganlah
enngkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan malas”.
Abu Hurairah ra dalam hadist shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari
dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana
berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata,
“Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau
berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum ia duduk”.
Tidak boleh berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bermaksiat
kepada Allah. Apabila orang tua menyuruh melakukan sesuatu yang haram atau
mencegah dari perbuatan yang wajib, maka tidak boleh ditaati. Bahwa orang yang
paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lamanyaadalah
orang tua sendiri.

10
Harta yang dimiliki seorang anak pada hakekatnya adalah milik orang tua.
Berikan kepada orang tua apa yang ada pada kita yang pada hakekatnya adalah
milik orang tua.karena kita tidak bisa berusaha, bekerja dan endapat gaji,
mendapatkan ma’isyah (mata pencaharian), karena sebab orang tua yang
melahirkan dan mendidik kita.
Kalau keduanya sudah meninggal, tetap berbuat baik dengan mendo’akan,
menyambung tali silaturahmi kepada teman-teman orang tua yang disambungoleh
keduanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9


HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid), Tirmidzi
(1900), Hakim (4/151-152)
HR. Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) Bab Qishshah
Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal
HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693
Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali, Imam An Nawawi. (2014). Riyadhus Shalihin
(Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii
Tafsir Ibnu Katsir, Juz III, Cet.I. Maktabah Daarus Salam, 1413 H.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2006). Bingkisan Istimewa Menuju
keluarga Sakinah. Bogor: Pustaka A-Taqwa.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2003). Kitab Birrul Walidain edisi
Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Jakarta: Darul
Qolam.

12

Anda mungkin juga menyukai