OLEH :
Kelompok 3
Dosen Pembimbing :
Hengky Januardi
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan..................................................................................................24
3.2. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jasad (jisim) adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme
fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik
makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk biotik lahiriah memiliki unsur material
yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air. Keempat unsur
diatas merupakan materi yang abiotik(mati).ia akan hiduo jika diberi energi
kehidupan yang bersifat fisik(tqabah al-jismiat). Energi kehidupan ini lazimnya
disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup. Ibnu maskawaih dan abu al-
hasan al-asy'ary menyebut energi tersebut dengan albayat(daya hidup) sedangkan
al Ghazaliy menyebutnya dengan al ruh jasmaniat (ruh material). Dengan daya ini
jasad manusia dapat bernafas, merasakan sakit, panas dingin, pahit manis, haus
lapar, seks dan sebagainya. Al bayat berbeda dengan ar ruh, sebab ia ada sejak
adanya sel kelamin, sedangkan arruh menyatu dalam tubuh manusia setelah
embrio berusia 4 bulan dalam kandungan. Ruh bersifat substansi (jaubar) yang
hanya dimiliki manusia, sedangkan nyawa merupakan sesuatu yang baru('aradb)
yang juga dimiliki oleh hewan.
3
Ciri-ciri jasmani yaitu:
4
Sebagaimana yang digambarkan dalam ayat di atas, ruh adalah unsur
terakhir yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat
diambil pemahaman bahwa ruh adalah unsur yang sangat penting karena
merupakan unsur terakhir yang menyempurnakan proses penciptaan manusia.
Ruh juga dikatakan sebagai bagian unsur yang mulia, hal ini tersirat dari perintah
Allah kepada para malaikat (termasuk pula iblis) untuk sujud kepada manusia
sebagai tanda penghormatan setelah dimasukkannya unsur ruh.
Apakah ruh itu? Pertanyaan ini pernah diajukan kepada Rasulullah saw
sebagaimana yang tergambar dalam surah al-Isra’/17: 85 sebagai berikut:
Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut Ibnu Sina,
ruh adalah kesemournaan awal jisim alami manusia yang tinggi memiliki
kehidupan dengan daya. Sedangkan bagi alfarabi, ruh berasal dari alam oerintah
(amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad. Hal itu dikarenakan dari
allah, kendatipun dia tidak sama dengan dzatnya. Sdangkan menurut al ghazali,
ruh merupakan lathifa (sesuatu yang halus yang bersifat ruhani). Ia dapat berpikir,
mengingat, mengetahui dsb. Sedangkan ibnu Rusyid memandang ruh sebagai citra
5
kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik. Kesempurnaan awal ini karena
ruh dapat dibedakan dengan kesempurnaan yang lain yang merupakan pelengkap
dirinya, seperti yang terdapat oada berbagai perbuatan. Sedangkan diaebut organik
karena ruh menunjukkan jasad yang terdiri dari organ-organ.
Fitrah ruh multidimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Ruh daoat
keluar masuk kedalan tubuh manusia. Ruh hidup sebelum tubuh manusia yang ada
(QS. Al A'raf:172,Al-Ahzab:72). Kematian tubuh bukan berarti kematian ruh.
Ruh masuk pada tubuh manusia ketika tubuh tersebut siap menerimanya. Menurut
hadist nabi, bahwa kesiapan itu ketika manusia empat bulan dalam kandungan.
Pada saat inilah ruh berubah nama menjadi al nafs (gabungan antara ruh dan
jasad).
Ruh ini diciptakan di alam ruh (‘alam al-arwah) atau di alam perjanjian
(‘alam al-mitsaq aw ‘alam al’ahd). Karena itu, ruh munazzalah ada sebelumtubuh
manusia ada, sehingga sifatnya sangat gaib yang adanya hanya diketahui melalui
informasi wahyu. Ruh al-munazzalah melekat pada diri manusia. Ruh ini dapat
dikatakan sebagai fitrah asal yang menjadi esensi (hakikat) struktur manusia.
Fungsinya berguna untuk memberikan motivasi dan menjadikan dinamisasi
tingkah lakunya. Ruh ini membimbing kehidupan spiritual nafsani manusia.
Kehidupan nafsani manusia yang dimotivasiole ruh al-munazzalah akan menerima
pancaran nur ilabi yang suci yang menerangi ruangan nafsani manusia.
Meluruskan akal budi dan mengendalikan implus-implus rendah.
Dalam Al-Qur’an untuk menamakan unsur rohani manusia ialah nafs. Ruh
dan nafs adalah dua buah istilah yang pada hakikatnya sama.
6
Pembahasan tentang ruh dibagi menjadi dua bagian :
7
2.1.3. Perbedaan Jasmani dan Rohani
8
penciptaan fisik manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme
manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk
lain. Pada citra ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan,
ataupun tumbuhan, sebab ssemuanya termasuk bagian dari alam. Setiap alam
biotik lahiriah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah,
api, udara, dan air. Sedangkan manusia merupakan makhluk biotik yang unsur-
unsur pembentukan materialnya bersifat proporsional antara keempat unsur
tersebut, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna dan terbaik
penciptaannya. Firman Allah SWT :
9
upaya manusia seperti bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, kurang menjaga
kesehatan dan terlalu mengekploitasi energi fisik dengan kerja diluar kemampuan
fisiknya
Cara menyikapi unsur jasmani manusia :
1. Melalui anggota tubuh seperti sholat, puasa, haji, dan lain sebagainya
dan untuk mengusahakan anggota tubuh ke arah yang lebih baik, maka
harus menggunakan amalan-amalan yang telah diwajibkan oleh Allah
atas hamba-hambaNya dengan cara melakukan perbuatan baik dan
memperkokoh iman dengan taqwa.
2. Melalui perasaan kita terhadap Allah, dengan cara perbanyak berdzikir
dan memohon ampun kepadanya atas semua kesalahan yang telah
dilakukan.
2.2.2.1. Ruh
Istilah ruh yang diungkapkan dalam pergaulan sosial sehari-hari sering
disamakan dengan roh atau rohani. Kata rohani sendiri biasanya dilawankan
dengan jasmani, sehingga kedua kata ini merupakan dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia yang memang mengandung dua unsur
tersebut.
Rohani adalah spiritual yang berkaitan dengan rasa batin yang tidak nampak
dan tidak bisa diukur dengan kualitas kebendaan, meskipun kualitas batin itu
sendiri dapat saja muncul dari benda-benda.
Rohani adalah tubuh atau badan yang kasat mata. Menurut Imam Al-Ghazali
ruh (nyawa) adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar dengan perantara urat-
urat yang merasuk kebagian-bagian lainnya. Dan perjalanannya ruh pada badan,
banjirnya cahaya-cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran,
penciuman, dari padanya atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya
lampu yang diputar disudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai
kesuatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan cahaya itu. Kehidupan itu
diumpamakan seperti cahaya yang menyinari dinding-dinding. Nyawa itu barat
10
lampu, perjalanan ruh atau gerakannya terhadap hati seperti merapatnya cahaya ke
sudut-sudut ruangan.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 85
2.2.2.2. Hati
Menurut Imam Al-Ghazali hati mempunyai 2 arti umum yaitu :
a. Hati dengan arti daging yang berbentuk buah shanubari yang diletakkan
pada sebelah kiri dada yaitu daging yang khusus dan di dalamnya ada
lobang, dan di dalam lobang itu ada darah yang hitam yang menjadi
sumber ruh dan tambangnya. Hati ini ada pada binatang-binatang dan
orang, bahkan orang mati.
b. Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan) ruhaniyah
(kerohanian). Dia mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani (yang
bertubuh ini). Hati yang halus inilah hakekat manusia. Dialah yang
mengetahui yang mengerti yang mengenal diri manusia. Dialah yang
diajak bicara, yang disiksa, yang dicela dan dituntut.
Hati yang halus itu mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani dan akal
kebanyakan makhluk bingung dalam mengetahui segi kaitannya dengan hati yang
jasmani itu, seperti menyerupai kaitannya perangai-perangai yang terpuji dengan
tubuh, dan sifat-sifat dengan yang disifati atau kaitannyaorang yang memakai alat
dengan alatnya atau kaitannya orang yang tempat dengan tempatnya.
Psikologi sufi menyatakan bahwa hati itu menyimpan kecerdasan dan
kearifan terdalam. Cita-cita para sufi adalah menumbuhkan kecerdasan hati yang
lembut dan penuh kasih sayang. Dikatakan bahwa jika mata hati terbuka, akan
dapat mendengar kebenaran yang tersembunyi dibalik kata-kata yang diucapkan.
11
Hati menyimpan percikan atau ruhilahiyah di dalam diri manusia.
Karenanya, hati adalah rumah Tuhan. Bagi para pemilik rumah ini akan selalu
mencoba dan mengingat untuk memperlakukan segala sesuatu, lebih-lebih sesama
manusia, dengan kebaikan dan penghormatan.
Ada 3 klasifikasi hati manusia yaitu :
Qalbun Shahih
Yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang suci) dari setiap nafsu yang
menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap
penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Hati ini murni
pengabdian (ubudiyyah) kepada AllahSWT.
Qalbun Mayyit
Hati yang mati tidak pernah mengenal tuhannya, tidak menyembah Nya,
tidak mencintai atau ridha kepada Nya.
Qalbun Maridl
Yaitu hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya
tersimpan benih-benih penyakit. Kadang ia “berpenyakit” dan kadang
pula hidup secara normal, bergantung ketahanan (kekebalan) hatinya.
2.2.2.3. Nafsu
Nafsu mempunyai banyak pengertian :
Nafsu merupakan nyawa manusia yang wujudnya berupa angin yang keluar-
masuk di dalam tubuh manusia melalui mulut dan kekosongan.
Nafsu merupakan gabungan psiko-fisik manusia dan merupakan struktur
kepribadian manusia.
Nafsu adalah daya-daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan
Al-Ghadhabiyat dan Al-Syaharaniyat.
Al-Ghadab adalah suatu daya yang berpotensi untuk meghindari diri dari
segala yang membahayakan. Ghadab dalam terminologi psikolog-analisa disebut
dengan “defense” (pertahanan, pembelaan dan penjagaan) yaitu tingkah laku yang
berusaha membela atau melidungi ego terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa
12
malu ; perbuatan untuk melindungi diri sendiri ; dan memanfaatkan dan
merasioanalisasikan perbuatannya sendiri.
Al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari
segala yang menyenangkan. Syahwat dalam terminologi psikologi disebut dengan
“appetitte”, yaitu suatu hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu, motif atau impuls
berdasarkan perubahan keadaan psikologi
Dalam tinjauan tasawuf, nafsu cenderung menghimpun sifat-sifat tercela
dalam diri manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, nafsu itu disifati dengan sifat
yang bermacam-macam menurut keadaannya. Jika nafsu itu tenang dibawah
perintah maka ia disebut nafsu mutmainah. Artinya jiwa yang tenang. Al-Qur’an
menjelaskan :
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. (Qs. Al-Fajr 27-28).”
Nafsu mutmainah itu selalu tenang dan mendukung pada kebaikan. Ada
pula tingkatan nafsu dibawah mutmainah yang disebut nafsu lawwamah yaitu
nafsu yang ‘mencaci’ pemiliknya jika ia teledor dalam beribadah kepada
Tuhannya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (diri sendiri). (Qs.
Qiyamah:2).
13
Melalui amalan hati yang berasal dari agama dan kenyataannya
amalan hati ini bisa diterima apabila dilandasi dengan perbuatan hati
seperti keikhlasan dan ketulusan kepada Allah.
Amalan hati memimpin atas setiap orang dan bila meninggalkannya
dianggap tidak mempunyai nilai terpuji kepada Allah SWT. Karena
hati merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting yang dapat
melakukan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari apabila
hati baik maka tubuh kita juga baik dan apabila buruk maka buruk
pula semuanya.
2.2.2.4. Akal
Secara etimologi, akal memiliki al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-
hajs (menahan), al-nahy(melarang), dan man’u (mencegah). Orang yang
berakal (al-‘aqil) adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa
nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu
bereksistensi.
Akal merupakan bagian dari fitrah nafsani manusia yang memiliki dua
makna:
a) Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal
ini lazimnya disebut dengan otak (al-dimagh)
b) Akal ruhani, yaitu cahaya (al-nur) nurani dan daya nafsani yang
dipersiapkan dan mampu memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) dan
kognisi (al-mudrikat)
14
Demikian juga dengan akal tersebut, ia bisa membedakan antara kebaikan dan
kejelekan. Akal yang dianugerahkan kepada manusia ini ada dua macam :
a. Ghariziy (instinktif)
Akal instinktif adalah akal yang dimiliki manusia yang membedakannya
dengan binatang, ia tidak berkembang tidak juga berkurang.
b. Muktasab (diusahakan).
Akal muktasab adalah kemampuan nalar yang bisa dicapai dengan usaha-
usaha tertentu.
Akal adalah fitrah insinktif dan cahaya orisinal yang menjadi sarana
manusia dalam memahami realitas. Akal adalah nabi bagi perjalanan hidup
manusia, yang akan membimbing menuju realitas yang haqiqi.
Roh adalah makhluk yang di ciptakan dan diurus. Jika roh itu adalah
sesuatu yang baru dan diciptakan, sedangkan ia merupakan urusan Allah SWT.,
lantas bagaimana mungkin urusan Allah merupakan sesuatu yang baru dan
tercipta? Allah telah menggambarkan tentang penciptaan Adam, bahwa Adam
diciptakan dengan tangan-Nya dan meniupkan rohnya pada diri Adam.Allah
menyandarkan kata tangan dan roh kepada Nya dalam bentuk satu penyandraan.
15
Roh itu sesuatu yang menakjubkan dan dalilnya pasti serta mematahkan
orang-orang yang mengingkari kebesaran Allah SWT., yakni mereka yang terus-
menerus berupaya dengan berbagai peralatan elektronik untuk menemukan
hakikarnya.
Al-Ruh dan al-rawh berasal dari huruf yang sama yaitu ra‟, waw dan
ha.Tetapi, penggunaan al-ruh lebih banyak merujuk kata nafs dan juga istilah bagi
sesuatu yang menyebabkan hidup, bergerak, memperoleh manfaat juga mengelak
dari pada kemudharatan Dalam al-Qur‟an jiwa diungkapkan dengan kata nafs atau
ruh, yang artinya tidak selalu sama karena nafs sendiri tidak satu ada yang berarti
jiwa, hati ,jenis, sedangkan ruh ada yang berarti jiwa, malaikat Jibril, dan wahyu.
Lafadz ini umum yang tidak mengkhususkan dari segi manapun. Sifat-
sifatnya tidak termasuk di dalamnya, karena sifatnya masuk dalam apa yang
disebut dengan nama-Nya. Allah SWT., adalah illah yang disifati dengan sifat
kesempurnaan. Ilmu, kekuasaan, kehidupan, kemauan, pendengaran, pengelihatan
dan beberapa sifat-Nya termasuk dalam apa yang disebutkan dalam hambama
Nya, tidak masuk dalam sesuatu dari makhluknya.
Roh ada yang diberi nikmat, dimurkai, dan tersesat lagi menderita. Seperti
inilah keadaan sesuatu yang dikuasai dan dimiliki, tidak seperti keadaan sesuatu
yang qadim dan tidak diciptakan. Roh disifati dengan menepati janji, kematian,
16
penahana, pengutusan. Ini semua adalah sifat-sifat makhluk dan hal baru yang
dikuasai Allah SWT berfirman :
Roh adalah sesutau yang tidak menempati ruang, sehingga tak dapat
disentuh atau dilihat oleh panca indera. Jadi berlawanan dengan zat yang
menempati ruang betapapun kecilnya zat itu.
Keadaan dan hakikat roh tidak dapat diketahui dan dipelajari oleh siapa pun,
sekalipun para Nabi dan para Rasul. Roh merupakan perkara ghaib yang tidak
akan pernah dilihat betuknya oleh manusia.
pendap at dikalangan ulama. Ada yang mengatakan bahwa ruh manusia diciptakan
lebih dahulu daripada badanya. Kemudian ruh itu ditiupkan kedalam diri manusia
ketika masih berupa janin dalam rahim ibunya.
17
Menurut ibnu qayyim ruh manusia diciptakan lebih dahulu dari pada
bandannya mengacu kepada kepada dua ayat alqur‟an yaitu surat Al-A‟raf7 : 172.
Yang di maksud dalam ayat 172 surat Al-A‟raf ialah roh. Ayat ini
menjelaskan bahwa roh telah ada sejak dahulu, sebelum diciptakannya badan
kedunia. Sebelum roh dihembuskan kebadan serta ia telah tahu tentang sesuatu
dan tentang tuhan mereka. Dengan demikian, roh merupakan makhluk yang
pertama diciptakan oleh tuhan.Ini sekaligus berarti bahwa roh lebih dahulu di
ciptakan dari pada bandan manusia. Roh kemudian turun kedunia untuk ditiupkan
ke dalam badan manusia ketika masih berupa janindalam rahim ibunya.
Mengenai ayat 172 Al-A‟raf bahwa Allah SWT., telah menetapkan semua
roh itu setelah mengeluarkan mereka dari tempatnya dan setelah selesai dari
penciptaan, kemudian setiap waktu akan datang dan mengririmkannya
sekelompok sekelompok kepada badannya masing-masin.Kemudian, ash Shabuni
mengenai ayat 172 surat Al-A‟raf menjelaskan proses penciptaan anak keturuan
Adam yang lahir dari tulang sulbi ayahnya, dan mereka ditetapkan pada paham
tauhid atau
mengesakan Allah, dan sebagian menjadi saksi atas sebagian yang lain mengenai
tauhid ini.
Ruh itu merupakan ciptaan Allah yang berarti dia makhluk dan baharu.
Kemudian kapan roh itu di ciptakan dan bagaimana Allah menciptakannya, hanya
dialah yang tahu. Walaupun asal ruh itu tidak terpisahkan dari kelahiran jasad
namun bukan bererti bahwa antara ruh dengan jasad itu sama asalnya.
18
2.3.3. Eksistensi Ruh Saat Tidur
Ibnu Qayyim berpendapat bahwa roh yang tidur itu naik ke atas hingga
sampai ke langit ke tujuh, sujud kepada kepada Allah di depan Arsy‟ lalu di
kembalikan lagi ke badan dalam waktu yang amat singkat. Begitu pula roh mayat
yang dibawa naik para malaikat hingga tiba di langit ke tujuh. Roh yang menjulur
melalui hidung manusia ketika ia tidur, hingga roh itu tiba di langit, berkeliling di
tempat mana pun, bertemu dengan roh-roh yang sudah meninggal dunia,
kemudian Allah menahan roh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan
roh orang
Allah SWT
Abu Abdullah bin Mandah menyebutkan, dari Ibnu Abbas, dia berkata
berkaitan dengan ayat ini, "Aku mendengar kabar bahwa roh orang-orang yang
hidup dan yang sudah meninggal dapat saling bertemu kala tidur, lalu mereka
saling bertanya. Kemudian Allah menahan roh orang yang sudah meninggal dan
mengembalikan roh orang-orang yang masih hidup ke jasadnya."
19
Ibnu Abi Hatim menyebutkan di dalam tafsirnya, dari AsSaddi, tentang
firman Allah, "Orang yang belum mati di waktu tidurnya", bahwa Allah
memegang roh di dalam tidurnya itu, lalu roh orang yang hidup itu bertemu
dengan roh orang yang sudah meninggal, lalu mereka saling mengingat dan saling
mengenal. Kemudian roh orang yang hidup kembali ke jasadnya di dunia hingga
sampai ajalnya, dan roh orang yang sudah meninggal ingin kembali ke jasadnya,
tapi ia ditahan."
Inilah salah satu dari dua pendapat tentang ayat ini, bahwa yang ditahan
adalah roh orang yang sudah meninggal, dan yang dikembalikan adalah roh yang
ditahan karena sedang tidur. Artinya, Allah menahan roh orang yang sudah
meninggal dan tidak mengembalikan ke jasadnya kecuali setelah datangnya hari
kiamat, dan roh orang yang tidur ditahan lalu dikembalikan lagi ke jasadnya
sampai ajal yang telah ditentukan, lalu roh ini akan ditahan ketika dia meninggal.
20
Ibnu qayyim al-jauziyah berkata: dalam shahih bukhari dari Anas bin
malikra ,bahwa Ummu Ar-Rabi‟binti Al-Bara‟ dia adalah ibnu haritsah bin
suraqah-mendatangi Nabi Saw dan berkata: “wahai Nabi Allah! Tolong beritahu
saya dimana Haritsah sekarang?-Haritsah ini terbunuh pada perang badar oleh
panah tidak dikenal-jika haritsah berada disutga, maka saya bersabar. Tapi jka
ditempat selain surge, maka saya akan bersungguh-sungguh dalam
menangis.”Nabi SAW., menjawa: “Wahai Ummu Haritsah!sesungguhnya surga
itu bukan hanya satu tapi sangat banyak. Ketahuilah, sesungguhnya putramu
menapat surge Firdaus yang paling tinggi.”
Dalil lain bagi berpendapat yang mengatakan: yang berada dalam surga
hanyalah orang-orang mati sayhid adalah riwayat Abu Wilada al-Hannath, dia
berkata bahwa roh-roh kaum mukmin berada di perut burung-burung hijau
berjalan-jalan disurga dan mereka makan dari buah-buahan surge.
Pendapat ini tidak memiliki sandaran hukum, baik dari Al-kitab maupun As-
sunnah, sehingga memungkinkanya. Dan ini adalah pendapat yang tidak benar.
Karena sumur itu tidak cukup muat untuk menamoung seluruh roh orang beriman.
Dan pendapatini menyelisih hadits yang telah jelas, yaitu,”Bahwa jiwa orang
mukmin itu berupa burung yang menggantung di pohon-pohon di surge. Secara
umum, pendapat ini adalah pendapat yang paling batil dan yang paling buruk.
Pendapat ini lebih rusak dari pada pendapat orang-orang yang meangatakan,
bahwa roh orang-orang mukmin berad di jabiyah. Karena jabiyah merupakan
tempat yang luas, berbeda dengan sumur yang sempit
21
akan dibawa naik ke langit hingga mencapai slangit ketujuh, yang di sana ada
Allah.”Begitu juga hadits dari Al-Bara‟ bin „Azib,” Bahwasanya roh-roh tersebut
naik dari langit satu ke langit berikutnya dan ditemani oleh maliakat muqarrabin,
sampai langit ke tujuh, dalam lafazh yang lain,” pada sebuah langit, yang di sana
ada Allah Namun semuanya ini tidak menunjukan bahwa roh tersebut tinggal di
sana, namun hanya menunjukan bahwa roh tersebut naik ke langit untuk di
hadapkan ke pada Allah, sehingga akan di tetapkan keputusan untuknya dituliskan
catatanya.
Roh merupakan dzat yang berdiri sendiri (jauhar) ,ia bisa naik, bisa turun,
bertemu, berpisah, keluar, masuk, datang, pergi, bergerak, dan tenang. Dan ia
tidak bias terpisah dengan badannya setelah kematian menghampirinya.
Karenanya, setelah roh mengalami kematian, ia musnah dan sama sekali tidak
berbentuk, sebagaimana musnahnya badan dan hilangnya semua sifat kehidupan
yang dimiliki badan.
22
Menyebarkan fitnah
Mengajak kepada bid‟ah
Mengatakan tentang Allah dan Rasul-Nya yang tidak dilandasi ilmu
pengetahuan.
Berbicara semaunya tanpa aturan
Memakan riba, baik orang yang mengambil riba, pemberinya, penulisnya
dan saksi-saksinya
Mengambil harta anak yatim
Memakan dari uang sogok
Mengambil harta saudaranya sesame muslim secara tidak benar atau
mengambil harta ahli dzimmah
Meminum minuman yang memabukkan
Birzina dan homoseks
Mencuri dan menipu
Menumpuk barang
Mengganggu dan menyakiti orang-orang muslim
Mencari-cari aib orang muslim
Orang yang dihukum tidak menurut apa yang diturunkan Allah
Menolong perbuatan dosa dan permusuhan
Membunuh jiwa yang di haramkan Allah untuk dibunuh
Mendirikan masjid di atas kuburan dan menyalakan pelita disana
Berbuat curang ketika menimbang barang, dengan cara meminta tambahan
jika ia mengingnkan barang yang ditimbang dan mengurangi
timbangannya jika ia memberikannya kepada orang lain
Bersumpah palsu atas nama Allah dan berdusta
Tidak membayar zakat mal dengan suka rela dari hatinya
Bertindak semena-mena, sombong, membanggakan diri dan pamer.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia itu terdiri 2 unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Kedua
unsur tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Unsur jasmani manusia itu berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
Sedangkan unsur ruhani manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya. Dengan adanya roh yang tinggi yang mengandung akal
pikiran yang akan menimbulkan sifat kemanusiaan sehingga dapat
dibedakan manusia itu dengan makhluk lain.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
ubsur-ubsur jasmani dan rohani dalam islam. Dan kami juga membutukan kritikan
maupun saran dari pembaca agar menunjang kesempurnaan dari makalah yang
kami susun.
24
DAFTAR PUSTAKA