Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH KOMUNITAS I

“TREND DAN ISU DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. Intan Permata Surya : 1710142010011


2. Nesti Kurnia Ardi : 1710142010021
3. Ratna Julita : 1710142010032
4. Welly Utama : 1710142010042

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Pera Putra Bungsu,M.Kep,Sp.Kom

SEMESTER V

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITINGGI

TAHUN AJARAN 2019/ 2020


Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan petunjuk
kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tujuan penulis menyusun
makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah komunitas I. Disamping itu
juga untuk menambah wawasan mengenai trend dan isu dalam pendidikan dan penelitian
keperawatan komunitas.

Makalah ini penulis selesaikan berdasarkan acuan dari berbagai sumber, baik itu buku
maupun hasil penjelajahan dari dunia maya (internet). Penulis mengucapkan terimakasih
kepada bapak dosen Ns. Pera Putra Bungsu,M.Kep,Sp.Kom pembimbing yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Dan penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 9 Desember 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Trend dan Issue.....................................................................................5

2.2. Trend dan Isu Keperawatan Komunitas..............................................................6

2.3. Trend dan Isu dalam pendidikan Keperawatan Komunitas................................8


2.4. Trend Dan Issu Penelitian Keperawatan Komunitas..........................................14

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan........................................................................................................26
3.2. Saran .................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus


menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keprawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini
dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan
secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam
interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang
lebih besar.

Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional
menggambarkan trend an praktik keperawatan. Oleh karena itu tujuan penulis dalam
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui trend dan isu dalam pendidikan
keperawatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi Trend dan Issue

b. Tren dan Isu Keperawatan Komunitas

c. Trend dan Issue dalam pendidikan keperawatan komunitas

d. Trend dan isssu Penelitian keperawatan komuitas

3
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
keperawatan komunitas I. Selain itu adalah untuk mngetahui dan memahami trend dan
isu dalam pendidikan keperawatan komunitas sehingga tenaga kesehatan khususnya
keperawatan komunitas mampu mengangkat trend dan isu tersebut dalam sebuah
penyelesaian masalah sehingga tercapainya kesehatan masyarakat yang optimal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Trend dan Issue

2.1.1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta

4
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan
hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan


untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat
memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan
teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia


masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya
peran perawat professional, diantaranya :

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985


pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.

2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk praktik


keperawatan, lisensi )

2.1.2 Definisi Issue


5
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya

2.2 Tren dan Isu Keperawatan Komunitas

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-


menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan
perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.

Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan
keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah
berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan,
baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat
sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2 atau kesehatan.

Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik


dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan
sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional
menggambarkan trend an praktik keperawatan.

Tren yang sedang dibicarakan adalah:

1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional

2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan

3. Puskesmas Idaman

2.2.1 Pengaruh Politik terhadap Keperawatan professional

6
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock
telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di
hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan inspirasi pada perwat
mengenai masalah keperawatan komunitas.

Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam
kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional.
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan,
sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik
klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan.

2.2.2 Pengaruh Perawat dalam Peraturan dan Praktik Keperawatan

Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin


berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran
perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah
kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti perubahan secara
keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada peran yang dilkaukan
perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat pelayanan akan
semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat

1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan


perubahan dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi usia,
penyebarannya, dan kepadatan penduduk kota besar.

2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan
penyakit menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,
depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang
akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika.

3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan


industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai perubahan-

7
perubahan sikap, niali, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-kelompok
masyarakat baru, masalh individu, dan masyarakat.

4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan


meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatanpola pelayanan kesehatan yang baru akan meningkatkan pencpaian
kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.

5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang


pada perawat.

6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat.


Banyak pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan
pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

2.3 Trend dan Issue dalam pendidikan keperawatan komunitas

2.3.1. Jenjang pendidikan

Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di Perguruan


Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister
Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan.

Jenis pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi.


Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan
ilmu pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama
pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi merupakan
pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi keperawatan.

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:

1. Pendidikan Vokasi

yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan
keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat vokasi. Jenjang pedidikan vokasi
adalah : pendidikan diploma D3 keperawatan

8
2. Pendidikan Akademik

yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan


disiplin ilmu keperawatan. Jenjang pendidikan : pendidikan S1 , pendidikan Magister
dan pendidikan Doctor keperawatan

3. Pendidikan Profesi

yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan masalah sains dan
teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu mengambil keputusan
strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuhatas tindakan keperawatan
dibawah tanggung jawabnya. Jenjang pendidikan : profesi dan spesialis

Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari:

a. Spesialis Keperawatan Maternitas Spesialis Keperawatan Anak

b. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Spesialis Keperawatan Jiwa

c. Spesialis Keperawatan Komunitas

Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai den gan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu.

2.3.2. Kewenangan

1. Vokasi

Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai
tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum
terintegrasi. Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik
dalam negeri maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan
pendidikan jenjang Diploma III masih tetap eksis.

2. Akademik

Jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan


misalnya bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan,
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
9
Jenis pendidikan Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk
meningkatkan pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan
inovatif dan memiliki tingkat originalitas tinggi serta meningkatkan budaya
meneliti dan menghasilkan IPTEK baru untuk mendukung peningkatan praktik
keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice)

3. Profesional

Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang spesialisasi yang


memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang
spesialisasi tersebut melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis
bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :

a. Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan

b. Keperawatan Jiwa

c. Keperawatan Maternitas Keperawatan Anak

d. Keperawatan Komunitas Keperawatan Kritis

e. Keperawatan Kardiovaskuler Keperawatan Emergensi

f. Keperawatan Onkologi Keperawatan Gerontik

g. Keperawatan Nefrologi Keperawatan Neurologi

2.3.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-
PPNI 2007 bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan jenjang
pendidikan perawat.

PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan


keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal
adalah D3 Keperawatan dengan memmiliki kompetensi memberikan keperawatan
dasar berdasarkan ilmu dasar keperawatan komunitas.

10
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien¸keluarga klien dan kelompok dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 Keperawatan dan Ners
Komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan
keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan komunitas yang masih dalam
pengawasan bimbingan dari perawat senior dengan bimbingan yang terbatas.
Sedangkan untuk Ners Komunitas harus memiliki kompetensi memberikan
keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan komunitas dalam pengawasan
bimbingan dari perawat senior yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau
diberikan kepercayaan oleh perawat senior.

PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam


penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan
minimal adalah Magister (S2) Keperawatan Komunitas dengan memiliki
kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus dengan keputusan mandiri
dan bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan keperawatan yang diberikan.

PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangkan


penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek,
dengan tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis Komunitas. Pada tingkat
pendidikan ini perawat harus memiliki kompetensi melakukan tindakan
keperawatan khusus atau subspesialis dengan keputusan mandiri, memberikan
keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan komunitas dengan
menyeluruh/utuh dan melakukan rujukan keperawatan.

PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan


pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan Doktor dan paling rendah
adalah Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi yang tinggi
yaitu melakukan tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan
keputusan mandiri dan sebagai konsultan dalam lingkup komunitas.

2.3.4 Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dan pendidikan


kesehatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi


pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah:

11
1. pembangunan nasional berwawasan kesehatan;

2. pemberdayaan masyarakat dan daerah;

3. pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan;

4. pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan

5. penanggulangan keadaan darurat kesehatan.

Untuk mewujudkan rencana dan sasaran tersebut maka akan dibutuhkan lulusan
kesehatan yang berkualitas. Untuk menghasilkan lulusan pendidikan kesehatan keperawatan
komunitas yang berkualitas perlu dilakukan adalah:

1. Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah terselenggaranya standarisasi, sertifikasi dan pendidikan


berkelanjutan SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga
kesehatan teregistrasi sebanyak 690.000 orang.

2. Pendidikan Tinggi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan pendidikan tinggi dan


peningkatan mutu SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah
peserta baru penerima bantuan pendidikan sebanyak 5000 orang.

3. Pendidikan dan Pelatihan Aparatur

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pendidikan dan pelatihan aparatur.


Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah aparatur yang mendapat sertifikat pada
pelatihan terakreditasi sebanyak 45.000 orang.

4. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan


tenaga kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga pendidik, tenaga

12
kesehatan dan masyarakat yang ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan
sebanyak 11.910 orang.

5. Pengelolaan Mutu Pendidikan Tinggi

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pengelolaan mutu pendidikan tinggi.


Indikator pencapaian sasaran adalah persentase program studi/institusi Poltekes
Kementerian Kesehatan, yang terakreditasi baik sebesar 80 %.

6. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya perencanaan dan pendayagunaan SDM


kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga kesehatan yang
didayagunakan di Fasyankes sebanyak 24.000 orang.

7. Perencanaan SDM Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan perencanaan SDM Kesehatan.


Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah dokumen perencanaan SDM kesehatan
sebanyak 15 dokumen.

8. Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah terselenggaranya pelaksanaan internship tenaga


kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga kesehatan yang
melaksanakan internship sebanyak 32.500 orang.

9. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program


Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan


tugas teknis lainnya pada program pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah:

a. Jumlah dokumen norma, standar, prosedur dan kriteria PPSDM kesehatan


sebanyak 100 dokumen.

13
b. Jumlah dokumen data dan informasi Program PPSDM Kesehatan sebanyak 34
dokumen

10. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi

Meningkatnya pembinaan dan pengelolaan pendidikan tinggi. Indikator pencapaian


sasaran adalah:

a. Jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Politeknik Kesehatan Kemenkes RI


sebanyak 100.000 orang.

b. Jumlah satuan kerja yang ditingkatkan sarana dan prasarananya sebanyak 38


satker.

2.4 Trend Dan Issu Penelitian Keperawatan Komunitas

2.4.1 Metode Penelitian Keperawatan Komunitas


a. Metode CBR
Metode Community-Based Research (CBR) yaitu penelitian bersama masyarakat
untuk mengatasi permasalahan yang dialami masyarakat.

Dengan menggunakan metode CBR dimungkinkan adanya kerja sama antara peneliti
dengan komunitas dampingan dalam melakukan setiap tahapan penelitian mulai dari
rancangan penelitian sampai diseminasi hasil penelitian. Desain kegiatan penelitian
partisipatif ini berpijak pada peran dari berbagai pihak baik dari kalangan akademik atau
anggota masyarakat bersifat resiprokal, timbal-balik yang saling mengutungkan,
partisipatoris, dan kolaboratif.
Community-Based Research (CBR) sebagai metode riset dalam praktiknya bahwa
dalam proses pelaksanaan penelitian dilakukan bersama komunitas dengan para akademisi
dari universitas untuk mengeksplorasi dan menciptakan peluang-peluang bagi terjadinya aksi
sosial dan perubahan sosial (social transformation). Community-Based Research (CBR)
sebagai penelitian yang belakangan memayungi dua tradisi besar pendekatan penelitian yaitu
action research dan participatory research, maka tahapan penelitian dalam CBR ini secara
garis besar mengandung prinsip yang berakar pada pendapat Kurt Lewin, yaitu sebagai
prinsip siklikal spiral yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan.
Menurut Joanna Ochocka dari Center for Community-Based Research Kanada, bahwa
ada 4 (empat) tahapan dalam proses penelitian dengan metode CBR, yaitu :
1. Tahap Laying the Foundation

14
Melibatkan semua komunitas yang ada di masyarakat baik pamong desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja, kelompok ibu-ibu PKK, maupun
kelompok pengajian dalam keseluruhan proses penelitian. Pada tahapan awal ini
ditetapkan kesepakatan tentang bagaimana cara mengubah perilaku open defecation
free (ODF), melalui serangkaian kegiatan focus group discussion (FGD) secara
berkelanjutan mendiskusikan tujuan penelitian dan melakukan pembagian peran
masing-masing, baik dari unsur peneliti maupun komunitas.
Pada tahap ini juga dilakukan pengenalan terhadap gambaran umum kehidupan dan
kondisi komunitas mitra penelitian melalui proses inkulturasi sebagai upaya trust
building masing-masing pihak yang terlibat. Selain itu, kegiatan negotiating goals
and roles ini dilakukan melalui teknik mengorganisir stakeholders (para pemangku
kepentingan) serta memperjelas perannya masing-masing, mengorganisir dan
mengidentifikasi asumsi yang berkembang dalam komunitas untuk diteliti,
memperjelas konteks penelitian, serta menentukan tujuan akhir dari penelitian.

2. Tahap Research Planning


Merupakan tahap negotiating perspectives to illuminate yaitu sudah disepakati dan
muncul kesepahaman antara peneliti dengan komunitas terkait dengan bagaimana
mendesain kegiatan. Pelibatan semua unsur warga masyarakat menjadi acuan dalam
tahap proses perencanaan kegiatan ini.
3. Tahap Information Gathering and Analysis
Merupakan tahap negotiating meaning and learning, yaitu proses pemaknaan dan
pembelajaran melalui mengumpulkan, menganalisis dan mengintrepretasi data
bersama komunitas.
4. Tahap Acting on Findings
Merupakan tahap memobilisasi pengetahuan (knowledge mobilitation) masyarakat
tentang temuan-temuan hasil riset. Salah satunya adalah mendiseminasikan hasil
temuan penelitian ini dengan para stakeholders seperti pihak PUSKESMAS,
Pemerintah Kecamatan, dan Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kominfo.
b. Metode Cross Sectional
Metode penelitian cross sectional deskripsi kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan
metode pengambilan data yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan
subjek yang berbeda.Dalam metode ini calon peneliti menggunakan teknik
wawancara mendalam (In depth-Interview) sebagai teknik pengumpulan data. In-
depth Interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

15
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Metode Observasional
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan secara cross sectional,
yaitu pengamatan dengan pengukuran berbagai variabel dilakukan satu kali atau
disatu waktu untuk mengetahui perbedaan akses antara sebelum dan sesudah
implementasi Total Berbasis Masyarakat.

2.4.2 Tren Dan Issu Masalah keperawatan komunitas di bidang kesehatan di

Indonesia

Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak sekali

topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas seperti Keadaan lain di

Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan

Bidang Kesehatan meliputi :

1. Masih cukup tingginya perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi

Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara

lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat

kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum

diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya

kedudukan dan peranan perempuan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan;

masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum

membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.

Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program

pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah

diamanatkan dalam GBHN 1999–2004.

16
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya

adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha;

pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga;

penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan

antarlembaga. Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah

kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas.

Faktor – faktor kemasyarakatan tersebut antara lain struktur sosial, ekonomi dan

budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan

dirinya sendiri.

Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan tercipta perilaku dan

sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan upaya kesehatan.

Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila

budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun

pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap dan perilaku

hidup sehat.

2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi

Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui

gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan

perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang

masih belum merata, menimbulkan masalah.

Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari

keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk

berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya

peningkatan pelayanan untuk penyakit – penyakit tidak menular seperti kanker,

penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk

17
berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal pelayanannya dibandingkan dengan

penyakit menular.

Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih cenderung

bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu

upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak

dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula berbagai

penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin besar

jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang kondisi kesehatan

lingkungan masih rendah; Pencemaran lingkungan dewasa ini selain terutama

disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya juga

disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan industri,

limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena kenderaan

bermotor.

Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang

belum memadai, pemakaian bahan tambahan, pemakaian pestisida untuk

menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar.

Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah

dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan

lingkungan.

3. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah

suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta

lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :

d. Tidak merokok

18
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam

penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-

olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa

merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kitatelah

merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

e. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-

bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk

Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras

ini.

f. Istirahat cukup

Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian

lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,

sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.

g. Mengendalikan stres

Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi

kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti

diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.

stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak

menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau

mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan

lingkungan, dan sebagainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu

19
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan

(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali

dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya.

h. Keterbatasan pelayanan kesehatan

Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan

masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-

Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah

mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa

Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas

emantu masih belum memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit

perhubungannya atau daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan

Puskesmas Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan

kepeda penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau.

Upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu hanya mungkin

diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana

dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat

medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah

sakit, baik pemerintah maupun swasta.,

i. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata

20
Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya,

masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan. Secara umum dapat dikatakan

bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta

pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian

besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga

medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi

mutu pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter

dan paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk

masih jauh dari memuaskan.

Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan

latihannya masih perlu dimantapkan. Sistem pengelolaan tenaga kesehatan

yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga

kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan meningkatnya

kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan

nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat

pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas

penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka

panjang.

j. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal

Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai

dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar

negeri. Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai

21
dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan.

Jumlah dan fungsi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula

ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari

peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih

menunjang upaya kesehatan Puskesmas.

Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium, kantor,

perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula

ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum

optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan

di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis

maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada

praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.

k. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum

optimal

Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan

transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan

terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan

kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang

membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga

masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan

letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau

terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga

kesehatan.

l. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal

22
Diantara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan

antara lain adalah kerja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah

kerja sama berbagai sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan

masyarakat termasuk swasta.

Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional

maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan

termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara

luas Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama

tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam

antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan

bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam

kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.

2.4.3.Keperawatan kesehatan komunitas di masa mendatang

Saat ini, pcrmasalahan kesehatan yang dihadapi komunitas cukup komleks. Upaya

kesehatan dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat dilihat beberapa terobosan

dalam upaya pembangunan dalam bidang kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan maslh

tingginya angka kematian bayi, yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan

angka kematian ibu, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002—2003).

Masalah kesehatan lainnya adalah munculnya penyakit – penyakit yang mengancam

jiwa (emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS, serta penyakit – penyakit menular (re-

emerging diseases) seperti tuberkulosis, malaria, dan penyakit yang dapat dicegah dengan

imuntsasi. Sementara itu, untuk penyakit – penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan

penyakit pembuluh darah, juga terjadi angka kesakitan. Selain penyakit, krisis dalam

23
komunitas seperti bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi fokus perhatian kesehatan

komunitas.

Oleh karena itu, di masa mendatang dapat diprediksi bahwa kebutuhan akan

pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat. Pada

akhirnya, kemampuan perawat kesehatan komunitas untuk menangkap peluang dan

berespons terhadap perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang kuat

bagi perkembangan keperawatan komunitas. Kompetensi komunitas, perawatan kesehatan di

rumah, perawat puskesmas di komunitas, kepemimpinan, pemakaian informasi diprediksi

menjadi fokus dari sistem kesehatan komunitas di masa mendatang.

24
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat..

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.

Trend dan Issue dalam pendidikan keperawatan komunitas adalah berdasarkan


Jenjang pendidikan,kewenangan,dan ruang lingkup.

Masalah kesehatan dalam trend dan issu penelitian komunitas adalah munculnya
penyakit – penyakit yang mengancam jiwa (emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS,
serta penyakit – penyakit menular (re-emerging diseases) seperti tuberkulosis, malaria, dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imuntsasi. Sementara itu, untuk penyakit – penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi angka
kesakitan. Selain penyakit, krisis dalam komunitas seperti bencana dan terjadinya kekerasan
juga menjadi fokus perhatian kesehatan komunitas.

4.2 Saran

25
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Daftar Pustaka

Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC,
Jakarta
Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,Edisi 2, EGC,
Jakarta
http://scribd.id

26

Anda mungkin juga menyukai