Anda di halaman 1dari 22

TREND DAN ISSUE MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN DI

RUMAH SAKIT DALAM (PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI)

Disusun untuk memenuhi mata kuliah manajemen keperawatan

Dosen Pembimbing: Ibu Nia Agustiningsih, S.Kep ., Ns

Oleh:

Agung Try Susanto P

(16.10.028)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Prodi D3 Keperawatan Tahun Ajaran

2017-2018

1
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyeleseikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini membahas tentang Trend dan Issue dalam Pelayanan Manajemen
Keperawatan Di Rumah Sakit. Penulis berharap makalah ini dapat membantu
untuk memahami bagaimana trend dan issue yang berkembang saat ini
khususnya dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Malang, Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Trend .................................................................................. 3
B. Konsep Issue ..................................................................................... 6
B. Konsep Manajemen Keperawatan ................................................... 6
C. Konsep Rumah Sakit………………………………………...... ...... 7
D. Konsep Perkembangan TI………………………………………….13
BAB III PENUTUP
A. Telenursing .................................................................................... 14
B. Telemedicine ................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trend dan Issue pelayanan Manajemen keperawatan di Rumah Sakit
adalah sekumpulan sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang
praktek/mengenai manajemen keperawatan di rumah sakit baik itu
berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya
menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan. Trend dan Issue
pelayanan Manajemen keperawatan di Rumah Sakit dewasa ini telah menjadi
sorotan publik yang ramai dibicarakan, hal itu terkait dengan mutu pelayanan
dan kebijakan pihak regulator atau rumah sakit dalam menegakan
kebijakannya. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
di rumah sakit merupakan suatu fenomena yang di respon oleh perawat.
Respon yang muncul antara lain dengan banyak belajar mengenai konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya
secara kondusif. Langkah-langkah konkret dapat berupa penataan sistem
model asuhan keperawatan profesional (MAKP), mulai dari
ketenagaan/pasien, penetapan sistem MAKP, sampai dengan perbaikan sistem
dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standart,
mudah dilaksanakan, serta efisien dan efektif).
Dalam pelaksanaanya tentu tidak lepas dari berbagai issue, fenomena,
masalah ataupun kendala. Issue tersebut bisa terjadi dari faktor yankes, rumah
sakit maupun terjadi karna pasien atau klien itu sendiri, dengan
berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi, issue-issue ini sangat
cepat tersebar di masyarakat dan seakan menjadi konsumsi publik tanpa
diketahui benar atau tidaknya. Dan umumnya jika ada issue ataupun masalah
yang menimpa tenaga kesehatan, yang paling menjadi sorotan adalah tenaga
perawat itu sendiri, karna perawat merupakan profesi yang paling dekat
dengan pasien. Dalam hal ini penulis sangat tertarik untuk membahas tentang
trend dan issue dalam manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit

4
terkait dengan berkembangnya teknologi di bidang informasi dan komunikasi
saat ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui trend dan issue yang berkembang dalam manajemen
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu menganalisa perkembangan trend dan
issue dalam manajemen pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, sehingga
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.

1.3 Manfaat
Dalam penulisan makalah ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran
kepada pihak mahasiswa dalam mengembangkan manajemen keperawatan
yang efektif terkait dengan perkembangan masyarakat pada dewasa ini.

5
BAB II
Tinjauan Teori

2.1 Definisi Trend


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Trend adalah hal yang sangat
mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di definisikan
salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan
fakta. Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu
mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat
dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat
yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah
urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan
kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam
keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada
pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan
yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini

6
memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat
memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki
wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun
1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi). Menyadari peran profesi keperawatan yang masih
rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu
pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk
semua pada tahun 2020 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi
keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan
berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional
dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,
lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan
model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan
keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.

7
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan.
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat
dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan
individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat. Komitmen
perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik
keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab
etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience: Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien.
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social
budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien
sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang
dimiliki.

8
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin
membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang
memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual
klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian
kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap
fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko
dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap
sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan
untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap
setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.
2.2 Definisi Issue
Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis. Dengan kata lain, Issue adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.
2.3 Defini Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep manajemen secara umum didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi
(Bumulo, Muhammad, Hendro Bijuni, Jeavery Bawotong 2017).
Manajemen pelayanan keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang
ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

9
2.4 Definisi Rumah Sakit
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Di Indonesia, rumah sakit
merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab rumah sakit
mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi penderita, yang berarti bahwa pelayanan
rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat inap hanya bersifat
spesialistik atau subspesialistik, sedang pelayanan yang bersifat non
spesialistik atau pelayanan dasar harus dilakukan di Puskesmas. Hal tersebut
diperjelas dalam keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
983/Menkes/SK/XI/1992, tentang pedoman organisasi Rumah Sakit Umum
yang menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang merupakan
instrumen masyarakat yang merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi dan

10
menghantarkan pelayanan pasien pada komunitasnya. Atas dasar tersebut
maka rumah sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi yang
menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik
dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem
terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2.4.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit
adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.

2.4.2 Klasifikasi Rumah Sakit


Tujuan pengklasifikasian rumah sakit agar dapat mengadakan evaluasi
yang lebih tepat untuk suatu golongan rumah sakit tertentu. Klasifikasi
rumah sakit meliputi:
1. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan
Berdasarkan kepemilikannya (ownesrship), rumah sakit digolongkan
menjadi :

11
Rumah Sakit Pemerintah (Government Hospital), yaitu :
a) Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan.
Contoh: RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang.
b) Rumah sakit pemerintah daerah.
Contoh : RSUD Dr. Soetomo
c) Rumah sakit militer.
Contoh : RS AU Muhamad Munir Pakis Malang.
d) Rumah sakit BUMN.
Contoh : RS Pusat Pertamina.

Rumah Sakit Non Pemerintah (Non Goverment Hospital)


merupakan rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat. Dibagi menjadi
dua yaitu :
a) Rumah sakit hak milik, merupakan rumah sakit bisnis yang tujuan
utamanya adalah mencari laba (profit).
Contoh : RS Wava Husada.
b) Rumah sakit nirlaba, adalah rumah sakit yang berafiliasi dengan
organisasi keagamaan yang pada umumnya bukan untuk maksud
membuat laba tetapi lebih bersifat nirlaba. Rumah sakit ini mencari
laba sewajarnya dan laba yang diperoleh oleh rumah sakit digunakan
sebagai modal peningkatan sarana fisik, perluasan dan
penyempurnaan mutu pelayanan untuk kepentingan pasien.
Contoh : RS PKU Muhammadiyah.

2. Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur


Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
tempat tidur sesuai dengan pola sebagai berikut.
1. Dibawah 50 tempat tidur.
2. 50-99 tempat tidur.
3. 100-199 tempat tidur.
4. 200-299 tempat tidur.
5. 300-399 tempat tidur.

12
6. 400-499 tempat tidur.
7. 500 tempat tidur atau lebih.

3. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanan


Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan yaitu.
1. Rumah sakit umum (General Hospital), merupakan rumah sakit yang
memberikan berbagai jenis perawatan untuk berbagai penyakit antara
lain penyakit dalam, penyakit kulit, kandungan dan pediatrik.
2. Rumah sakit khusus (Special Hospital), adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan dan perawatan terhadap penyakit tertentu
seperti TBC, kanker, jantung, mata dan Rumah Sakit Jiwa (Siregar dan
Amalia, 2004).

4. Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan


Rumah sakit dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan afiliasi
pendidikan, yaitu :
a. Rumah sakit pendidikan, adalah rumah sakit yang melaksanakan
program pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan
spesialis lain. Dalam rumah sakit ini, residen melakukan pelayanan
atau perawatan pasien di bawah pengawasan staf medik rumah
sakit.
b. Rumah sakit non pendidikan, merupakan rumah sakit yang tidak
memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah
sakit dengan universitas.

5. Klasifikasi Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit


Berdasarkan lama tinggal di rumah sakit, rumah sakit dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
a. Rumah sakit perawatan jangka pendek, yaitu rumah sakit yang
merawat pasien selama rata-rata kurang dari 30 hari, misalnya
pasien dengan kondisi penyakit akut dan kasus darurat.

13
b. Rumah sakit perawatan jangka panjang, adalah rumah sakit yang
merawat pasien dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.

6. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi


Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit oleh pemerintah atau badan yang berwenang karena rumah
sakit telah memenuhi standar yang ditentukan.
Tujuan akreditasi secara umum adalah untuk meningkat mutu
pelayanan rumah sakit dan sarana rumah sakit lainnya. Pelaksanaan
rumah sakit dilakukan tiap tiga tahun, dengan aspek yang dinilai
dilakukan secara bertahap dimulai dengan struktur, struktur proses dan
kemudian struktur proses dan outcome.
Tahapan pelaksanaan akreditasi rumah sakit terdiri dari 3 tahap :
Tahap I : akreditasi 5 pelayanan disebut akreditasi tingkat dasar yang
meliputi : administrasi manajemen, pelayanan medik, gawat darurat,
keperawatan dan rekam medik.
Tahap II : akreditasi 12 pelayanan disebut akreditasi tingkat lanjut.
Meliputi : lima pelayanan tahap I ditambah 7 pelayanan yaitu : kamar
operasi, laboratorium, radiologi, farmasi, K3, pengendalian infkesi,
perinatal resiko tinggi.
Tahap III : akreditasi lengkap meliputi 16 pelayanan, meliputi : 12
pelayanan tahap II ditambah 4 paelayanan yaitu : pelayanan
rehabilitasi medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan pelayanan
darah. Penetapan status akreditasi oleh direktur jendral pelayanan
medik. Hasil status akreditasi rumah sakit terdiri dari :
1. Tidak akreditasi (gagal)
2. Akreditasi bersyarat
3. Akreditasi penuh
4. Akreditasi istimewa.
Proses akreditasi berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit.
Untuk melakukan penilaian terhadap mutu, pelayanan rumah sakit
diperlukan suatu standar system manajemen mutu, salah satunya

14
adalah ISO. ISO adalah suatu standar sistem manajemen mutu yang di
keluarkan oleh organisasi internasional bernama The Internastional
Organization For Standarization. Adapun macam-macam ISO adalah :
1. ISO 9000 : 2000
Berisi dasar dan fundamental dan pembendarahan kata.
2. ISO 9001 : 2000
Berisi persyaratan sistem manajemen mutu yang dapat diterapkan
dalam organisasi atau untuk sertifikasi dan kontraktual.
3. ISO 9004 : 2000
Berisi pedoman untuk peningkatan berkesinambungan.

7. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah


Klasifikasi rumah sakit umum pemerintah didasarkan pada unsur
pelayanan, ketenagaan, fisik, dan peralatan. RSU pemerintah dibagi
dalam empat kelompok yaitu :
1. RSU kelas A, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik
luas. Contoh RSUP Dr. Sardjito, RSU Cipto Mangunkusumo,
RSUD Dr. Soetomo, RSU Adam Malik dan RSU Dr. Wahidin.
2. RSU kelas B, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik
dan subspesialistik terbatas. RSU tipe B dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan fungsinya sebagai tempat pendidikan tenaga medis
yaitu RSU Pendidikan dan RSU non pendidikan.
3. RSU kelas C, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4. RSU kelas D, adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar dan Amalia, 2004).

15
8. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta
Mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang klasifikasi RSU swasta sebagai
berikut :
1. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit
berdasarkan pembedaan bertingkat dan kemampuan pelayanannya.
2. RSU Swasta adalah RSU yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
3. Klasifikasi RSU swasta, adalah
a. RSU swasta pratama, yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum.
b. RSU swasta madya, yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum dan spesialistik dalam empat cabang.
c. RSU swasta utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum, spesialistik, dan subspesialistik (Anonim, 1987).

2.5 Defini Teknologi Informasi dan Komunikasi


Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan
teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi
Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah adanya
perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun
perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.
Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang
teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami
berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

16
BAB III

PEMBAHASAN

Salah satu contoh isue keperawatan yang terkait dengan penggunaan teknologi
informatika adalah penggunaan sarana berikut:

3.1 Telenursing
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dari perawat ke pasien , atau dari perawat ke perawat
lain dari jarak jauh. Telenursing menunjukkan penggunaan teknologi
komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan pasien. Telenursing
menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim
suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai
komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optik antara
manusia dan atau komputer. Telenursing diartikan sebagai pemakaian
telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-
jauh. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth (Maulana
Irfan 2011).
3.1.1 Ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
a) Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek,ruang
gawat darurat, rumah sakit dan nursing home).
b) Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
c) Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal
di rumah sakit.
d) Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian
dan monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak.
Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.

17
e) Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan
meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan
sumber.

Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan


keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan
berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus
dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance
Learning.

3.1.2 Aplikasi Telenursing


Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat
telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care
berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care
perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti
tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet.
Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu
untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai
contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi
tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan
dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management
penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi
yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas
perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara
pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien
dan keluarganya.
3.2 Telemedicine
Telemedicine adalah pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan medis jarak-jauh. Aplikasi telemedicine saat ini, menggunakan
dua negara teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-
fasilitas kesehatan dan memakai peralatan video conference. Dapat kita

18
pahami bahwa cakupan telemedicine cukup luas, meliputi penyediaan
pelayanan kesehatan (termasuk klinis, pendidikan dan pelayanan
administrasi) jarak jauh, melalui transfer informasi (audio, video, grafik),
dengan menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi (audio-video
interaktif dua arah, komputer, dan telemetri) dengan melibatkan dokter,
pasien dan pihak-pihak lain. Secara sederhana, telemedicine sesungguhnya
telah diaplikasikan ketika terjadi diskusi antara dua dokter membicarakan
masalah pasien lewat telepon.

3.2.2 Manfaat Telemedicine


Manfaat telemedicine mencakup kedalam 3 aspek yang saling terkait satu
sama lain yaitu pasien, dokter dan rumah sakit. Manfaat langsung bagi
pasien adalah:
a) Mempercepat akses pasien ke pusat-pusat rujukan.
b) Mudah mendapatkan pertolongan sambil menunggu pertolongan
langsung dari dokter-dokter pribadi.
c) Pasien merasakan tetap dekat dengan rumah dimana keluarga dan sahabat
dapat memberikan dukungan langsung.
d) Menurunkan stres mental atau ketegangan yang dirasakan di tempat
kerja.
e) Menseleksi antara pasien-pasien yang perlu dibawa ke rumah sakit dan
pasien yang tidak perlu perawatan di rumah sakit akan tetap tinggal di
rumah.

3.2.3 Aplikasi Telemedicine


1. Skala Mikro
Dilaksanakan oleh salah satu intansi layanan kesehatan dalam skala
terbatas.
2. Skala Makro
a) Aplikasi Sektoral
Terbatas untuk satu subdisiplin ilmu kedokteran/ bidang layanan
kesehatan.

19
b) Aplikasi Regional
Mencakup keseluruhan bidang layanan kesehatan terbatas pada
wilayah tertentu dalam satu negara.

c) Aplikasi Nasional
Mencakup seluruh bidang layanan kesehatan di seluruh wilayah
suatu Negara.

3.3 Telehealth
Definisi e-Health adalah memanfaatkan internet untuk transmisi informasi
kesehatan. Telemedicine adalah penggunaan teknologi informasi dan
telekomunikasi untuk pertukaran informasi kesehatan. Jadi Telehealth adalah
hasil dari pertukaran tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, telehealth
mencakup pula pengertian terpisahnya jarak dan/atau waktu antara pesien dan
dokter yang mendiagnosis atau mengobati.
Teknologi telehealth umumnya dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan,
antara lain:
1. Mengirim pelayan kesehatan ke pasien yang berjarak jauh.
2. Mendidik provider, admisnistrator, pasien, dan keluarganya.
3. Untuk mengakumulasi data atau memonitor insidensi penyakit sebagai
bagian dari kesehatan masyarakat, epidemiologik, atau biodefense
network.

Teknologi telehealth memiliki potensi untuk memperbaiki akses pelayanan


kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi kesalahan medis,
mengurangi biaya kesehatan, dan lebih mendistribusikan informasi kesehatan.

3.3.1 Telehealth Dalam Keperawatan


Istilah seperti telehealth atau telemedicine, digunakan secara bergantian
untuk merujuk pada pelayanan menggunakan tehnologi elektronik pada
pasien dalam keterbatasan jarak. Pada dunia keperawatan dikenal telehealth
dalam keperawatan atau telenursing. Telenursing adalah penggunaan

20
tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi pasien
(Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi dalam
keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi
berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik)
dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau
dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer.

Aplikasi telehealth bisa dilakukan di Rumah sakit , klinik, rumah dan mobile
center. Aplikasi telehealth berupa telepon triage dan home care adalah yang paling
banyak dikembangkan secara luas untuk saat ini.

1. Tekhnologi dalam Telehealth


Pada telehealth secara umum ada dua tekhnologi yang dalam pelayanan:
store forward dan real time tekhnologi.
Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward) misalnya : gambar
yang didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan
pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah
pindah.Radiologi, dermatologi, patologi adalah contoh spesialisasi yang
sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini.
2. Contoh Telehealth
Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah
dan komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja
social, perawat) sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang
menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth. Salah satu contoh
program tlehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan
video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth
perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan
menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan
melakukan kunjungan ke pasien.

21
Daftar Pustaka

1. Bumulo, Mohammad. Hendro Bidjuni. Jeavery Bawotong,. (2017).


Pengaruh Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Bangsal Pria RSUD
Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow, 1-6.
2. Siregar, C. J. P dan Amalia, L., (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori
dan Penerapannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
3. Nursalam, (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
4. Maulana, Irfan. (2011). Telenursing Sebagai trend dan issue pelayanan
keperawatan Indonesia di tahun 2020, 2-12.
5. Basuki & Endang. (2008). Komunikasi antar petugas kesehatan.
Majalah Kedokteran Indonesia: Vol.58. No.9.
6. As’id. A, Sidin.I, Kapalawi. (2013). Kepuasan kerja dengan kinerja
perawat di unit rawat inap rumah sakit universitas hasanuddin. Diambil
20 April 2014, dari http://www.unhas.ac.id
7. Rahmawati, & Purwanti. (2008). Hubungan komunikasi perawat-
dokter dengan stress kerja perawat di instalasi rawat inap (irna)
penyakit dalam rumah sakit umum daerah sragen. Jurnal Keperawatan,
Vol.1 No.3. Diambil 10 Januari 2015, dari
http://publikasiilmiah.ums.ac.id

22

Anda mungkin juga menyukai