Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan Allah SWT kemuka bumi ini sebagai khalifah
(pemimpin), oleh karena itu maka manusia tidak terlepas dari
perannya sebagai pemimpin.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta
dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok
besar maupun dalam kelompok kecil.
Seiring berkembangnya zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah
yang lebih dikenal dengan ilmu memimpin. Hal ini terlihat dari
banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan
berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak
hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat diihat dari penyiapan
sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak dahulu kala kerja sama
dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban
manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial
masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk
mempertahankan kehidupan, menentang kebuasan biantang dan
menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama
tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur
kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok
tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga
ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang
pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani,
ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai

1
sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak
ringan, karena pemimpin sebagai ujung tompak kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu
sosial-sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Dengan berjiwa
pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif
pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Kita sekarang dihadapkan kepada dua dimensi kepemimpinan,
antara kepemimpinan Islam dan kepemimpinan modern yang
berkiblatkan peradaban barat (western). Islam sendiri telah
memberikan gambaran nyata akan keberhasilnnya dalam memimpin
sebuah organisasi sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi kita
Muhammad SAW. Namun, bukan hanya kepemimpinan Nabi
Muhammad saja yang patut kita teladani, begitupula dengan Nabi-
nabi lain sebelum beliau. Akan tetapi disisi lain, para pemuka-pemuka
barat dengan berbagai teorinya yang ilmiah mencoba untuk
mengalihkan perhatian masyarakat dari kepemimpinan Islam, dan
berpaling ke kepemimpinan barat yang banyak bertentangan dengan
Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kepemimpinan ?
2. Bagaimana wewenang kepemimpinan ?
3. Bagaiman kriteria pemimpin ?
4. Bagaimana pendekatan kepemimpinan ?
5. Bagaimana gaya kepemimpinan ?
6. Bagaimana figur kepemimpinan ?
7. Bagaimana kepemimpinan dalam keperawatan ?

2
8. Bagaimana kepemimpinan pada zaman Nabi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui wewenang kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui criteria pemimpin.
4. Untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan.
5. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan.
6. Untuk mengetahui figur kepemimpinan.
7. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam keperawatan.
8. Untuk mengetahui kepemimpinan pada zaman Nabi.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara
lain: untuk memberikan informasi seputar Kepemimpinan dan
kepemimpinan di zaman Nabi, diharapkan juga dapat
bermanfaat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan
penulis sendiri.
2. Bagi penulis sendiri, dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas
dan pengetahuan dalam membuat tugas makalah yang baik dan
dapat berguna bagi kelangsungan hidup masyarakat dan tentunya
lebih meningkatkan motivasi pengetahuan penulis dalam
pembuatan tugas makalah lainnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai makalah ini, penulis
menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari, :
1. BAB I PENDAHULUAN : Meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJUAN TEORI : Berisi tentang teori-teori tentang
kepemimpinan secara umum dan kepemimpinan di zaman Nabi.

3
3. BAB III PEMBAHASAN: Berisi tentang perbandingan kedua jenis
teori kepemimpinan yaitu kepemimpinan secara umum dan
kepemimpinan dengan integrasi nilai-nilai islam.
4. BAB IV CONTOH KASUS : Berisi tentang sebuah kasus dalam
kepemimpinan.
5. DAFTAR PUSTAKA : Berisi judul dari literatur-literatur yang
digunakan dalam membantu penyusunan makalah ini.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN DASAR KEPEMIMPINAN
Manajer adalah seseorang yang mempunyai wewenang untuk
memerintah orang lain. Seseorang manajer dalam menjalankan
pekerjaan dan tanggungjawabnya menggunakan bantuan orang lain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
seorang manajer perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja atau
apapun sebutannya. Tidak setiap orang yang ditunjuk untuk menjadi
pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Selain itu,
tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.
Kepemimpinan pada dasarnya bersifat subjektif, dalam arti sempit
“tidak dapat diukur secara objektif”, dalam arti yang sangat luas “tidak
didapat dari atau diajarkan disekolah”. Kepemimpinan adalah
kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama
sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai tujuan umum.
Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-
hari. Pengertian lain tentang kepemimpinan ialah segala hal yang
bersangkutan dengan pemimpin dan menggerakkan, membimbing dan
mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan
sasaran yang ditetapkan (LAN RI, 1996).
Banyak pendapat, yang kadang berbeda-beda, tentang apa yang
dimaksud dengan pemimpin yang baik. Demikian juga tentang apa
yang menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikian, dapat
diambil inti persamaannya, yaitu bahwa setiap pemimpin mempunyai
kewajiban untuk mencapai tujuan organisasi/institusi dan memberi
perhatian terhadap kebutuhan para karyawan bawahannya. R.L.Khan
mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya
dengan baik bila :

5
1. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para
bawahannya;
2. Menyusun jalur pencapaian tujuan;
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan;
4. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna
secara organisatoris.
Robert C. Millus menyebutkan tanggung jawab para pemimpin
secara rinci, yaitu:
1. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis, dalam artian
kuantitas, kualitas, keamanan, dan lain sebagainya;
2. Melengkapi para karyawan/pegawai dengan sumber-sumber dana
yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya;
3. Mengomunikasikan kepada para karyawan tentang apa yang
diharapkan dari mereka;
4. Memberikan reward/insentif yang sepadan untuk mendorong
prestasi;
5. Mendeklarasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang
partisipasi apabila memungkinkan;
6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerja yang efektif;
7. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengomunikasikan hasilnya;
8. Menunjukkan perhatian kepada para karyawan/karyawati.
Pendapat lain menyebutkan tugas seorang pemimpin adalah:
1. Mewujudkan sasaran atau menyelesaikan tugas yang dibebabnkan
kepadanya secara tuntas;
2. Menegakkan disiplin;
3. Membina anggotanya;
4. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

6
Pada intinya, kepemimpinan perlu kita latih pada diri masing-
masing. Yang lebih penting lagi tentu saja kepemimpinan pada
seorang atasan yang membawahkan para staf atau pegawai.
Selanjutnya, untuk lebih mempertajam dan meningkatkan jiwa
kepemimpinan yang perlu dimiliki seorang pemimpin, adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara
kuantitas;
2. Memiliki kecerdasan, kepandaian dan pengetahuan mengenai
pekerjaan yang ditangani;
3. Sejak kecil sudah tampak berbakat sebagai pemimpin;
4. Memiliki sifat-sifat adil, cerdas, baik, realistis, dll;
5. Memiliki keyakinan untuk berhasil;
6. Selalu tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan;
7. Mengetahui tugasnya;
8. Pandai mengawasi dan menganalisis;
9. Sanggup mendelegasikan wewenang;
10. Menetapkan standar yang cukup tinggi;
11. Mempunyai prestasi tinggi;
12. Dapat menetapkan dan meraih tujuan ambisi dan sasaran;
13. Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain;
14. Dapat menemukan dan menggunakan sumber daya secara tepat;
15. Dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan;
16. Belajar dari pengalaman langsung;
17. Memahami penggunaan kekuasaan.
B. WEWENANG KEPEMIMPINAN
Agar seorang pemimpin bisa mencapai tujuan secara efektif, ia
harus mempunyai wewenang untuk memimpin para staf/bawahan
dalam usaha mencapai tujuan tersebut. Wewenang ini disebut

7
wewenang kepemimpinan, yaitu hak untuk bertindak atau
memengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang
kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu.
Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang
kepemimpinan dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari bawah.
Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang
direktur rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu
untuk menjadi kepala bagian perawatan dan kemudian diberi
wewenang untuk memerintah. Cara demikian ini disebut “top-down
authority”, atau kewenangan dari atas ke bawah.

Manajemen puncak

Manajer yang lebih bawah

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai

Top-down authority (kewenangan dari atas ke bawah)

Manajer

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai

Bottom-up authority (kewenangan dari bawah ke atas).

8
Konsep yang kedua adalah “bottom-up authority”, atau
kewenangan dari bawah keatas, yang berdasarkan pada teori
penerimaan (receptance theory). Pada konsep ini, pemimpin dipilih
oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila seseorang
diterima sebagai pemimpin dan diberi wewenang untuk memimpin,
maka para bawahan akan menghargai wewenang tersebut. Pemimpin
tersebut bisa juga merupakan seorang wakil yang mewakili nilai-nilai
yang mereka anggap penting.
Sesuai dengan teori pembinaan, para staf atau bawahan mengakui
bahwa bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan
atau kewenangan berkonsep bottom-up authority.
Meskipun kedua konsep ini tampaknya saling bertentangan, tetapi
masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-down
authority diperlukan bila tingkat koordinasi dan pengawasan layak dan
perlu dicapai. Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat
diperlukan untuk mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan
yang diperlukan.
Dalam pandangan bottom-up authority, pemimpin formal dapat
menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat
dukungan dan diterima oleh staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai
menghargai atau menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan
mengikuti pimpinan dengan kooperatif dan gembira. Dengan
demikian, hubungan atasan-bawahan akan menjadi lebih erat dan
harmonis.
C. KRITERIA PEMIMPIN
Dari daftar kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin, paling sedikit ia harus mampu untuk memimpin para
pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan harus mampu

9
untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal rel;ations).
Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab;
2. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi
introspektif;
3. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas;
4. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
D. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Secara umum, dikenal tiga pendekatan kepemimpinan untuk
memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat
(traits theory), pendekatan berdasarkan perilaku kepemimpinan
(behaviour theory), dan pendekatan berdasarkan situasi (contingency
theory).
1. Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat
dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang menjadi pemimpin
dan mereka yang bukan pemimpin,
b. Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang efektif dan
pemimpin yang tidak efektif.
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini
antara lain:
a. Selalu antusias;
b. Mengenal dirinya sendiri;
c. Waspada;
d. Mempunyai rasa percaya diri yang kuat;
e. Merasa bertanggung jawab;
f. Mempunyai rasa humor.
2. Berdasarkan perilaku

10
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku
seperti dibawah ini:
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat
seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
b. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan
cara-cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya,
dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang
efektif, memotivasi bawahannya, dan melaksanankan kontrol.
3. Berdasarkan situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan
situasi. Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu
gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu:
a. Hubungan atasan dengan bawahan,
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan,
c. Posisi kewenangan seseorang.
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut:
a. Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan,
b. Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan,
c. Menaati peraturan,
d. Disiplin,
e. Mendengarkan informasi dari bawahan,
f. Tanggap terhadap situasi,
g. Membantu bawahan.
E. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk
mencapai suatu tujuan. Dasar yang sering digunakan untuk
mengelompokkan gaya kepemimpinan adalah (1) tugas yang harus

11
dilakukan oleh pemimpin, (2) kewajiban pemimpin, (3) falsafah yang
dianut oleh pemimpin.
Harris membagi gaya kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu (1)
kepemimpinan otokratik (autocratic leadership), (2) kepemimpinan
partisipatif (participative leadership), dan (3) kepemimpinan free reign
(free reign leadership).
1. Kepemimpinan otokratik
Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan
otokratik (autocratic) menganggap bahwa semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan,
memberikan motivasi, dan mengawasi bawahannya berpusat
ditangannya. Pemimpin seperti ini merasa bahwa hanya ia yang
berkompeten untuk memutuskan dan menganggap bahwa
bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri.
Di lain pihak, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk
mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan berinisiatif.
Seorang otokrat juga mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan
maksud untuk meminimalkan penyimpangan dari arahan yang ia
berikan.
2. Kepemimpinan partisipatif
Seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya
secara konsultatif adalah pemimpin yang menggunakan gaya
partisipatif. Artinya, ia tidak mendeklarasikan wewenangnya untuk
membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan
tertentu kepada staf/bawahannya. Akan tetapi, ai memcari
berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahan mengenai
keputusan yang akan diambil. Pemimpin dengan gaya partisipatif
akan secara serius mendengarkan dan menilai pemikiran para
bawahannya dan menerima sumbabngan pemikiran mereka,

12
sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin seperti itu
akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para
staf/bawahannya. Selain itu, ia juga mendorong staf agar
meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima
tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi lebih
suportif dalam kontak dengan para staf/bawahan dan bukan
bersikap diktator. Meskipun, tentu saja wewenang terakhir dalam
pengambilan keputusan ada pada pemimpin.
3. Kepemimpinan free reign
Dalam gaya kepemimpinan free reign, pemimpin
mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada
para bawahan dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pemimpin
akan mengatakan, “inilah pekerjaan yang harus anda lakukan.
Saya tidak perduli bagaimana anda mengerjakannya, asalkan
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik”. Disini
pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan tersebuit kepada para staf/bawahan dapat
mengendalikan diri mereka masing-masing dalam menyelesaikan
tugas tersebut.
Pada akhirnya, tentu saja, di antara ketiga gaya
kepemimpinan di atas terdapat campurandari gaya-gaya
kepemimpinan tersebut.
Di lain pihak, Gilles mengemukakan ada empat gaya
kepemimpinan yaitu otokratis, demokratis, partisipasi, dan laissez
faire. Gaya kepemimpinan otokratis dan partisipatif telah dijelaskan
sebelumnya. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis adalah
gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan
kemampuan seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan
kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan untuk menarik gagasan

13
dari para pegawai dan memotivasi anggota kelompok kerja untuk
menentukan tujuan mereka sendiri, mengembangkan rencana
mereka, dan mengontrol praktik mereka sendiri. Lalu, gaya
kepemimpinan laissez faire atau gaya “membiarkan” adalah gaya
mengatur atau mengkoordinasi, dan memaksa bawahan untuk
merencanakan, melakukan, dan menilai pekerjaan mereka sendiri.
Selain beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula
beberapa gaya kepemimpinan yang lain, yaitu:
1. Gaya/tipe militeristik, yaitu gaya kepemimpinan di mana seorang
pemimpin menuntut disiplin yang tinggi dan baku dari bawahan,
senang pada formalitas, dan menerapkan sistem perintah untuk
mengerahkan bawahan.
2. Gaya/tipe paternalistik, yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang
pemimpin sering bersikap mahatahu, menganggap bawahan belum
dewasa, dan jarang memberi kesempatan pada bawahan untuk
mengambil keputusan dan inisiatif, maupun mengembangkan
kreativitas.
3. Gaya/tipe karismatik, yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang
pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib, umumnya
keturunan raja/bangsawan, beribawa, berkemampuan menjadi
teladan, serta bersikap objektif.
Selain itu, dalam buku Creative Edge, William C. Miller
menguraikan lima gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Memerintah (tell). Contoh: “berdasarkan keputusan saya, ini
adalah apa yang saya ingin anda lakukan”.
2. Membujuk (sell). Contoh: “berdasarkan keputusan, saya ingin anda
lakukan, karena...”
3. Berkonsultasi (consult). Contoh: “sebelum saya membuat
keputusan, saya menginginkan masukan dari anda”.

14
4. Meminta partisipasi (participative). Contoh: “kita perlu membuat
suatu keputusan bersama.”
5. Mendelegasikan (delegate). Contoh: “anda saja yang membuat
keputusan.”
Dalam penggunaannya sehari-hari, gaya kepemimpinan William C.
Miller tersebut dimodifikasikan menjadi tiga gaya saja, yaitu tell,
participative, dan delegate. Gaya tersebut dapat digunakan oleh
pemimpin dalam menilai staf/bawahannya satu persatu, apakah si A
termasuk jenis “tell”, pegawai yang setiap saat harus diarahkan
secara detail dalam melakukan tugas. Bila demikian, pemimpin akan
menggunakan “tell” kepada si A tersebut. Akan tetapi bila si B adalah
pegawai yang dapat memberikan masukan-masukan pada pemimpin,
maka si B termasuk dalam golongan “participative” sehingga
pemimpin dapat menggunakan gaya partisipatif dalam memberikan
tugas kepada si B, dan seterusnya.
F. FIGUR KEPEMIMPINAN
Figur kepemimpinan dalam hal ini diistilahkan harus mempunyai
karakter “rajapandita”. Bila diartikan, raja artinya memiliki ilmu dan
wawasan keagamaan/moralitas. Untuk menjadi “raja pandita” seorang
pemimpin harus mempunyai karakter sebagai berikut:
1. Berpendidikan dan berpengalaman dalam substansi tugas dan
tanggung jawabnya. Hal ini juga dikuatkan dalam sebuah hadis
bahwa, “jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancurannya”.
2. Berbudi luhur:
a. Tidak sombong
b. Mampu membaca keadaan dan mendengarkan aspirasi serta
keluh kesah anggotanya.
c. Menjunjung tinggi hukum dan konstitusi negara

15
d. Demokratis
e. Tegas dalam bertindak dan menegakkan kebenaran
f. Arif dan bijaksana
G. KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Keperawatan biasanya di dalam daftar kepemimpinan kurang
menyolok. Pemakaian jasa tingkat nasional tidak menerima bahwa
kepemimpinan perawat mempunyai kekuasaan. Pandangan Cutler
pada tenaga-tenaga pendidik keperawatan dan pelayanan kesehatan
adalah bahwa mereka merupakan produk dari kepemimpinan yang
bersifat mengarahkan dan otoriter. Millo percaya bahwa perawat
mempunyai kapasitas kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan
masyarakat dan menganjurkan untuk mempersiapkan langkah-
langkah berikut :
1. Mengatur
2. Melakukan pekerjaan : Belajar mengerti proses politik, kelompok-
kelompok masyarakat dan kerjadian tertentu.
3. Merangsang perdebatan masyarakat.
4. Membuat kedudukan perawat di media massa.
5. Bertindak padaa saat yang tepat.
6. Mendukung dan memperkuat kedudukan pembuat keputusan yang
tidak mantap.
H. KEPEMIMPINAN NABI DAUD AS
Nabi Daud AS adalah nabi ketujuh belas. Ia diutus Allah untuk
berdakwah pada Bani Israil. Selain menjadi seorang nabi, Daud juga
seorang raja yang adil dan bijaksana. Ia adalah seorang raja yang
sukses memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Nabi Daud
wafat di Baitul Maqdis, Palestina.
Di dalam Al-Quran, nama Nabi Daud disebutkan sebanyak 18 kali.
Beliau memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan akal, mengerti bahasa

16
burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan tangan
kosong. Juga kepadanya diturunkan kitab Zabur. Allah SWT berfirman:


Terjemahnya :
“… dan Kami berikan Zabur kepada Daud”. (Q.S.An-Nisaa (4) ; 163)
Zabur adalah sebuah kitab masyhur. Dalam kitab tafsir, disebutkan
sebuah hadist yang diriwayatkan Ahmad dan lainnya, Zabur turun pada
bulan Ramadhan, yang didalamnya berisi tentang nasihat-nasihat dan
hikmah-hikmah yang familiar bagi yang membacanya.
Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari sebagian ahlul ilmi, dari
Waha bin Munabbih: Daud bertubuh pendek, bermata biru, jarang
bulunya, berhati suci dan bersih 1.
Nabi Daud awalnya merupakan salah seorang pasukan dari Raja
Thalut (pemimpin dari Bani Israi) yang ikut serta dalam peperangan
melawan Raja Jalut dan pasukannya yang pada masa itu merupakan
pasukan yang suka menindas kaum. Dan di dalam peperangan
tersebut, Raja Jalut tewas karena dibunuh oleh Daud yang
melontarkan tiga bongkahan batu dengan ketapel ke kepala Jalut
hingga pecah. Kemudian, Raja Thalut menyerahkan kekuasan kepada
Daud. Allah berfirman di dalam ( Q.S.Al-Baqarah (2) ; 251) :
   
   
  
     
  
   
    

Terjemahnya:

1
(Tarikh Ath-Thabari I/336).

17
“Maka mereka mengalahkannya (Jalut) dengan izin Allah, dan Daud
membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan, dan
hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah
tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya
rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-
Nya) atas seluruh alam.’ (Q.S.Al-Baqarah (2);251).
Arti dari “Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini” yaitu andai Allah
tidak mengangkat raja-raja sebagai penguasa untuk memimpin rakyat,
tentu yang kuat diantara mereka memakan yang lemah. Karena itu
dalam sebagian Atsar disebutkan, “ Sultan adalah naungan Allah di
muka bumi-Nya”.
Nabi Daud dikenal sebagai raja yang adil, bijaksana, pemersatu dan
penegak hukum yang baik. Allah berfirman dalam (Q.S.Shaad
(38);20):
 
 
  
Terjemahnya :
“ dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah
(kenabian) dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.”
(Q.S.Shaad (38):20).
Mengenai ayat tersebut, Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Allah
menganugerahi Daud dengan kerajaan yang sempurna dari segala
kebutuhan kerajaaan. Ibnu Abu Najh meriwayatkan dari Mujahid
bahwa Daud adalah penduduk dunia yang memiliki kekuasaan paling
kuat. As-Suddi berkata, "Kerajaannya setiap hari dijaga oleh 4000
pasukan."

18
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ada
dua orag mengajukan perkara di hadapan Daud terakit seekor sapi
betina, alah satu di antara keduanya mengaku bahwa yang satunya
lagi merampas sapi tersebut, namun pihak yang tertuduh mengingkari
hal itu. Daud menunda putusan perkara hingga malam hari. pada
malam harinya, Allah mewahyukan agar si penuduh dibunuh. Pagi
harinya, Daud berkata,” Allah mewahyukan padaku untuk
membunuhmu, aku akan membunuhmu. Kenapa kau menuduh seperti
itu? Si penggugat pun berkata, "Wahai Nabi Allah, kenapa engkau
justru akan membunuhku padahal orang lain telah merampas sapiku?"
Nabi Daud menjawab, "Sungguh, Allah memerintahku untuk
membunuhmu dan aku pasti akan membunuhmu." Penggugat tersebut
berkata, "Demi Allah, wahai Nabi, Allah tidak memerintahkanmu untuk
membunuhku karena perkara ini; aku berkata jujur bahwa sapiku telah
dirampasnya. Akan tetapi, perintah Allah untuk membunuhku itu
karena aku telah membunuh ayahnya tanpa sepengetahuan seorang
pun." Nabi Daud lalu memerintahkan untuk membunuhnya. Ibnu
Abbas melanjutkan bahwa setelah kejadian itu kedudukan Nabi Daud
semakin kukuh dikalangan bani Israil2.
Allah juga berfirman dalam (Q.S.Shaad (38) ; 26):







Terjemahnya :

2
(Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, jilid IV, hlm. 33).

19
“ Wahai Daud! Sesungguhnya engkau telah Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu,
karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-
orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan”. (Q.S.Shaad (38):26).
Allah memerintahkan Nabi Daud untuk berlaku adil. Begitu pula
dengan para pemimpin manusia yang lain, Allah memerintahkan
mereka untuk berlaku adil, mengikuti kebenaran yang diturunkan
Allah, bukan pendapat dan hawa nafsu. Allah mengancam siapa pun
yang menempuh selain jalan kebenaran dan memutuskan perkara
tanpa menggunakan hukum Allah.

20
BAB III
PEMBAHASAN
Kepemimpinan berasal dari kata pimpim yang memuat dua hal
pokok, yaitu pemimpin sebagai subje dan yang dipimpin sebagi objek.
Secara umum kepemimpinan berarti segala hal yang bersangkutan
dengan pemimpin dan menggerakkan, membimbing dan mengarahkan
orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang
ditetapkan.
Kiblatnya peradaban masa kini adalah ke dunia barat (western).
Apapun yang berasal dari dunia barat selalu dianggap sesuatu yang
modern. Termasuk didalamnya pemikiran-pemikiran tentang
kepemimpinan. Karena kesuksesan dari peradaban barat, membuat
semua teori kepemimpinan berkiblat ke arah sana.
Kesimpulan dari pembahasan teori kepemimpinan secara umum di
bab sebelumnya, ada dua hal pokok dalam konsep kepemimpinan
secara umum atau yang bisa kita sebut kepemimpinan di era sekarang,
yaitu mempengaruhi orang lain dan mencapai tujuan. Kepemimpinan
merupakan sarana untuk mencapai tujuan dari seorang pemimpin.
Sedangkan, proses pencapaian tujuan tersebut adalah dilakukan
dengan memberikan pengaruh kepada orang lain.
Konsep kepemimpinan pada zaman Nabi sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan konsep kepemimpinan sekarang. Bahkan sebenarnya,
konsep kepemimpinan sekarang ini bisa dikatakan mengadaptasi dari
konsep kepemimpinan orang-orang dahulu, yaitu para Nabi.
Seperti pada masa kepemimpinan Nabi Daud yang diangkat
menjadi Raja ketika berhasil mengalakan Raja Jaluth. Di dalam
beberapa ayat Al-Qur`an telah dijelaskan bahwa Nabi Daud adalah
seorang raja yang adil, bijaksana, pemersatu, dan penegak hukum
yang baik. Tidak dipungkiri bahwa beberapa dari pemimpin-pemimpin

21
saat ini,baik itu dari tahap daerah hingga ke tahap mendunia, bahwa
mereka juga ada yang berlaku adil, bijaksana, pemersatu dan penegak
hukum. Namun, tidak dapat pula dipungkiri bahwa para pemimpin-
pemimpin saat ini lebih mengutamakan masalah duniawinya, dan
melupakan masalah akhirat.
Sebagai contoh, telah dibahas di bab sebelumnya bahwa pada
zaman Nabi Daud, ketika ada dua orang yang bermasalah dan
menghadap kepadanya, dia dengan sangat hati-hati dan bijaksana
serta berlaku adil dalam mengatasi masalah tersebut. Dan meminta
pertolongan dari Allah SWT agar diberi kemudahan. Dan akhirnya,
ketika solusi telah ada dua orang yang berseteru tersebut sama-sama
menerima keputusan dengan baik dari Raja Daud. Sedangkan dilihat
dari pemimpin saat ini, banyak yang ketika mendapati masalah dari
dua atau lebih orang/organisasi, mereka lebih terburu-buru untuk
memutuskan penyelesaian masalah tanpa diproses secara hati-hati dan
bijaksana. Dan tentu saja, selalu meninggalkan masalah dibelakang
yang belum terselesaikan.
Pada dasarnya kepemimpinan sekarang masih banyak melupakan
tanggung jawabnya sebagai seorang pemimppin, mereka terkesan
buru-buru dan bahkan ada yang lari ketika ada permasalahan yang
muncul. Sedangkan pada zaman Nabi tanggung jawab penuh
pemimpin sangat tinggi. Setiap permasalahan yang ada selalu
diselesaikan dengan adil dan bijaksana, dan selalu menegakkan hukum
yang baik.

22
BAB IV
CONTOH KASUS
A. MASALAH :
Di rumah sakit X terdapat 11 ruang. Ruang A untuk poli, dan ruang B,
C, D, E untuk rawat inap. 5 ruang lainnya untuk penunjang. Di
bangsal B ada 1 perawat PA yang suka membolos. Perawat PA 2 yang
lainnya suka membangkang. Ka tim 1 sering terlambat datang. Karu
sibuk dengan agenda rapat. Tentukan konsep leadership untuk
menyelesaikan masalah bangsal
B. IDENTIFIKASI MASALAH :
1. Perawat PA 1 yang suka membolos
2. Perawat PA 2 yang suka membangkang
3. Ka tim 1 sering terlambat datang
4. Karu sibuk dengan agenda rapat
C. PEMECAHAN MASALAH :
Penyelesaian masalah berdasarkan teori pada bab sebelumnya :
Kepala ruang harus mengidentifikasi dirinya sendiri terlebih dahulu, dia
harus menyadari apa tugas seorang kepala ruang. Apabila dia terus
sibuk dengan agenda rapat, tentunya anggota yang dipimpinnya
merasa tidak diperhatikan, sehingga meraka bertingkah seenaknya.
Yang harus dilakukan oleh kepala ruang tersebut adalah :
1. Harus pandai membagi waktu antara rapat dengan tanggung
jawabnya di dalam ruangan.
2. Harus bisa menempatkan diri pada situasi dan kondisi.
3. Harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anggotanya
4. Membuat peraturan yang tegas dan memberikan sanksi yang tegas
terhadap anggotanya yang melanggar peraturan tersebut

23
5. Untuk menghadapi Ka tim 1, kepala ruang harus menggunakan
pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku, agar Ka tim dapat
menjadi pemimpin yang efektif.
6. Untuk menghadapi perawat Pa 1, kepala ruang harus
menggunakan pendekatan kepemimpinan berdasarkan situasi, yaitu
menggunakan peluang hubungan antara atasan dengan bawahan,
yang dapat memberikan perintah yang akan dilaksanakan, menaati
peraturan, dan disiplin.

24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu
bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki
orang lain.
Saat ini, konsep kepemimpinan yang berlaku adalah
kepemimpinan peradaban barat. Walaupun tidak terlalu jauh
berbeda dengan konsep kepemimpinan Islam, namun pada
dasarnya konsep kepemimpinan sekarang cenderung lebih
mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
Dan kepemimpinan zaman Nabi justru sebaliknya, Nabi slelau
mementingkan kepentingan kaumnya daripada kepentingan
pribadinya. Nabi juga selalu berlaku adil, bijaksana, dan penegak
hukum yang baik.
B. Saran
Pemimpin yang ada saat ini sebagian besar telah
mengadaptasi model kepemimpinan western, entah itu pemimpin

25
yang non muslim bahkan yang muslim sekalipun. Padahal, untuk
seorang muslim sudah sepantasnya harus selalu meneladani dan
mengadaptasi konsep kepemimpinan para Nabi utusan Allah SWT.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh
tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik,
cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu
kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

26
27

Anda mungkin juga menyukai