Anda di halaman 1dari 24

ROLE PLAY SENAM LANSIA (HIPERTENSI )

Disusun oleh :

Dwi utami (0117064)

Maulidiya dwi astanti (0117053)

Sinta ayu defira (0117064)

Sofia krismunika (0117065)

Sofiari nur fadhilatul R (0117066)

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES DIAN HUSADAMOJOKERTO

2020

1
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang biasa saya reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi,serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk saya.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik,saya bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Mojokerto, 23 oktober 2020

NAMA NIM TANDA TANGAN


Dwi utami 0117064

Maulidiya dwi astanti 0117053

Sinta ayu defira 0117064

Sofia krismunika 0117065

Sofiari nur fadhilatul R 0117066

KATA PENGANTAR

2
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidanyah-
Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul “ROLE PLAY SENAM
LANSIA (HIPERTENSI )’’makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam
mata kuliah keperawatan gerontik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto.

Saya mohon maaf dalam penulisan ini saya merasa banyak kekurangan dan baik
pada teknis penulisan maupun materinya,mengingat akan kemampuan yang saya
miliki.Untuk itu,kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

3
Daftar isi

Cover....................................................................................................................................1
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

Daftar isi.....................................................................................................................................4

BAB 1.....................................................................................................................................5

PENDAHULUAN..................................................................................................................5

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................5

B. Rumusan Masalah...................................................................................................6

C. Tujuan.....................................................................................................................6

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

A. KONSEP DASAR LANSIA..................................................................................7

1. Pengertian Lansia...............................................................................................7

2. Klasifikasi Lansia...............................................................................................8

3. Perubahan Fisik Lansia................................................................................................8

B. KONSEP TEKANAN DARAH........................................................................................9

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI........................................................................12

D. KONSEP SENAM.................................................................................................17

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

A. SIMPULAN..........................................................................................................21

B. SARAN.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

BAB 1

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin
bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia
meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari
seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup
meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan
pada tahun 2020 akan menjadi 29 jutaorang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.

Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor resiko terjadinya
berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami para lansia adalah rentannya
kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis,
oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai penyakit.

Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat menjadi suatu
kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler. Terdapat beberapa
macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus,
jatung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Macam-macam masalah kesehatan
tersebut yang sering menimpa lansia yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai
masalah kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat.

Prevalensi kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada usia diatas 65
tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit hipertensi pada lansia adalah hal biasa.
Sehingga mayoritas masyarakat menganggap remeh penyakit ini. Hipertensi dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal jantung dan stroke (Muhammad,
2010).

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olah raga pada usia lanjut dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional, bahkan latihan yang teratur dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Penelitian yang telah dilakukan di Jepang memberikan salah satu bukti bahwa olahraga yang

5
teratur sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah (Williams & Wilkins, 2001). Salah
satu olahraga yang mudah dilakukan adalah senam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa hubungan senam
dengan tekanan darah pada lansia”

C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep tentang lansia;

2. Untuk mengetahui konsep tentang tekanan darah;

3. Untuk mengetahui konsep tentang hipertensi;

4. Untuk mengetahui konsep tentang senam;

5. Untuk mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR LANSIA

6
1. Pengertian Lansia
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika
kondisi hidup berubah, seseorang akan mengalami penurunan tugas dan fungsi ini dan
memasuki tahap lanjut, kemudian meninggal.

Pengertian Lansia menurut UU No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lian (Wahyudi,2000). Sedangkan menurut UU No. 12 tahun
1998 tentang kesejahteraan Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Depos,1999).

Pada Lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap suatu penyakit (Constantinides,1994).

Secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk Lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk Lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di Negara
barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari
keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi, di Indonesia
penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.

2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, Lansia di golongkan menjadi 4, yaitu :

7
1) Usia pertengahan 45-59 tahun

2) Lanjut Usia 60-74 tahun

3) Lanjut Usia Tua 75-90 tahun

4) Lansia sangat tua >90 tahun

3. Perubahan Fisik Lansia


Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat proses menua. Menurut
Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:

1) Perubahan fisik dan fungsi

Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi sel, sistem
syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan
suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem endokrin, dll.

2) Perubahan mental

Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum ditemukan pada lansia
adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan
hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada
lansia diantaranya :

- Perubahan anatomi

- Perubahan fisiologi

- Kesehatan umum

- Tingkat pendidikan

- Keturunan

- Lingkungan

Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga Intelegensi Quotion
(IQ).

8
3) Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan antara lain :

- Kehilangan fungsional

- Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan mengalami penurunan
fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi, pengertian, pemahaman,dll. Sehingga dapat
mengakibatkan reaksi dan perilaku lansia menjadi lambat.

Sementara fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan gerak.

- Kehilangan yang berkaitan dengan pekerjaan. Perubahan dapat diawali dengan masa
pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar para lansia menikmati hari tua, namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, jabatan, peran,
kegiatan, dll.

- Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya fungsi indera, gerak fisik, dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional pada lansia.

Tindakan untuk mengurangi fungsional pada lansia sebaiknya di cegah dengan selalu
mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa dipisahkan.

B. KONSEP TEKANAN DARAH

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah
tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan

9
untuk meujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi arterial maksimum saat
terjadi kontraksi pada lobus ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadi kontraksi
disebut systole. Tekanan diastole adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang
berkontraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung tekanan diastole adalah tekanan
darah yang digambarkan pada rentang diantara grafik denyut jantung. Tekanan darah adalah
tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap
dinding pembuluh darah (James,2008).

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan tekanan systole
pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastole pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada
orang dewasa pada normalnya berkisar antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara
berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi.

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan
tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan
lain (Smeltzer & Bare, 2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri
yaitu yeri inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,
perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah manusia tidak konstan, namun dipengaruhi banyak faktor secara kontinu
sepanjang hari. Fakto-faktor yang mempengaruhi tekanan adarah menurut Perry & Potter
yaitu :

1) Usia

10
Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal tersebut berhubungan
dengan berukuran elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin kaku,
sehingga pertahanan pada arteri akan semakin besar dan meningkatkan tekanan darah.
Kemampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan
elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigen.

2) Stress

Stress akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan meningkatnya
frekuensi darah.

3) Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang terdapat pada laki-
laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa pubertas, laki-laki cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah perempuan.
Pada wanita setelah menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
pada laku-laki pada usia tersebut.

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa

Kategori Systolic, mmhg Diastolic, mmhg


Hypotensi < 90 Atau <60
Normal 90-119 Dan 60-79
Prahipertensi 120-139 Atau 80-89
Tahap 1 hipertensi 140-159 Atau 90-99
Tahap 2 hipertensi ≥160 Or ≥100

Tabel diatas menunjukan klasifikasi tekanan darah yang berlaku bagi orang dewasa berusia
>18 tahun.

11
Kategori tekanan darah sistole dan diastole

- Normal : 120 mmHg – 130 mmHg

85 mmHg – 95 mmHg

Untuk lansia tekanan diastole 140 mmHg masih dianggap normal.

- Tingkat Hipertensi pada manusia

Ø Stadium 1 (Hipertensi ringan) : 90-99 mmHg dan 140-159 mmHg

Ø Stadium 2 (Hipertensi sedang) : 100-109 mmHg dan 160-179 mmHg

Ø Stadium 3 (Hipertensi berat) : 110-119 mmHg dan 180-209 mmHg

Ø Stadium 4 (Hipertensi maligna) : >120 mmHg atau >210 mmHg

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan diastilik,yaitu:

· Hipertensi derajat I : Jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg

· Hipertensi derajat II : Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg

· Hipertensi derajat III : Jika tekanan diastolic >120 mmHg

4. Mengukur Tekanan Darah

Mengukur tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmanometer dan stetoskop
yang dilakukan pada arteri brikialis yang diletakan disiku. Bunyi detak jantung dapat di
dengar pada arteri briakialis, tempat bunyi pertama sebagai tekanan sistole dan diastole pada
darah.

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi

12
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yangdibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan
pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyaipenyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun;

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku;

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur


20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya;

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas


pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

13
3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua,
yaitu :

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90 % dari
kasus hipertensi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi
esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari penyakit lain dan
menyangkut ± 10 % dari kasus hipertensi.

4. Gejala Klinis Hipertensi

Gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

14
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.

5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:

1) Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang menderita hipertensi mempunyai
resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan,
2003).

2) Faktor jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita pramenopause
(sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama.
Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses terosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price &
Wilson, 2006).

Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani,
2007).

15
3) Faktor usia

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur
lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi.

b. Faktor yang dapat diubah

1) Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi
(Rohendi, 2008).

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.

3) Kebiasaan Merokok

Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok
lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak
merokok yang diduga penyebabnya adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin
oleh sistem saraf otonom.

4) Mengkonsumsi garam berlebih

16
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,
termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.

7) Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

D. KONSEP SENAM

1. Pengertian Senam

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan
secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional
raga untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas
fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh.

17
Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana
pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar
keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan,
kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot)
mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan
tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)
merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin
bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti
wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan
tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh
orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga
untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia
pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).

Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang
terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

18
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah
volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin
hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit
hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia
efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih
nyenyak, pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh
juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut
jantung sewaktu istirahat harus menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila
senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang
berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan
stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle
akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal.
Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan
licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan
perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi
termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus
fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya
sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim
untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003)
olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah
kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan
kesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

19
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi
pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh
agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda
bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak
jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.

b. Kondisioning

Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan
berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.

c. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan
mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian
gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah
diotot kaki dan tangan.

20
21
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latihan olahraga
secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung. Jantung yang
merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan
pada jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi,
berawal dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya
dapat menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara
untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang
mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan
melakukan senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama
hipertensi pada oang lansia.

B. SARAN

Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga senam secara rutin,
beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

· Jika kelebihan bobot badan, kurangilah

· Kurangi asupan natrium (sodium)

· Usahakan cukup asupan kalium (potasium)

22
· Batasi konsumsi alkohol

DAFTAR PUSTAKA

Aji Subekti, Insan. 2012. Olahraga Bagi Usia Lanjut.

http://insanajisubekti.wordpress.com/2012/04/17/olahraga-bagi-usia-lanjut/ ,

diakses 26 November 2013

Arumdita. 2010. Klasifikasi Tekanan Darah.

http://arumdita.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-tekanan-darah.html ,

diakses 26 November 2013.

Departemen Kesehatan. 2012. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Buku Saku.

http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,

diakses 26 November 2013.

23
Fhajar Pranama, Vendyik. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada
Lansia Hipertensi Di Desa Pomahan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo, Karya Tulis,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-abstrak-i.pdf ,

diakses 21 November 2013.

24

Anda mungkin juga menyukai