Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA LANSIADENGAN PERUBAHAN FISIOLOGIS


(RHEUMATOID ARTHRITIS)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen : Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Andika Rantelino Andini Rizki Rahmayanti


(202001001) (202001002)
Cindy Nurul Faradilla Dinda Fradina Putri
(202001006) (202001008)
Dzia Ulhikmah Ram Habib
(202001009) (202001033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri teladan bagi umat
manusia.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Lansia Dengan Perubahan Fisiologis” guna memenuhi tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Selain itu, kami juga berharap semoga ini bisa memberikan sumbang
pemikiran sekaligus pengetahuan untuk kita semua tentang bagaimana Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Perubahan Fisiologis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan Kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Dan apabila
terdapat kata-kata yang salah, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian makalah ini dibuat, sekian dan terima kasih.

Palu, 04 Oktober 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori.......................................................................................................... 3
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan.................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya,
pada tahun 2010 terdapat sekitar 18 juta jiwa (7,56%), angka tersebut berubah
menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan pada tahun 2035
akan naik menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Proses penuaan manusia adalah hal yang
wajar dan semua orang yang berumur panjang akan mengalaminya, namun
kecepatan prosesnya tergantung pada masing-masing orang. Secara individu, pada
usia diatas 60 tahun terjadi proses penuaan secara ilmiah.
Penuaan adalah proses alami yang tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh
faktor biologis dan terjadi secara terus menerus dan berkelanjutan. Proses penuaan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada jaringan tubuh
yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh dan jiwa. Pada
orang dewasa yang lebih tua, sistem seperti sistem visual, saraf, dan sensorik yang
mempengaruhi keseimbangan (Irliani et al., 2021).
Perubahan fisiologis terjadi seiring dengan penuaan pada seluruh sistem organ.
Sebagai contoh penurunan curah jantung (cardiac output) dan peningkatan tekanan
darah. Perubahan degeneratif terjadi pada sejumlah sendi dan kombinasi dengan
penurunan massa pada otot, menjadikan masalah pergerakan pada lansia. Oleh
karenanya sejumlah penelitian yang berfokus pada pada perubahan fisiologis yang
terjadi seiring dengan penuaan banyak dilakukan.
Kekhawatiran akan masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari
meningkatnya jumlah lansia telah mendorong berbagai gerakan dan inisiatif sosial
dalam masyarakat di Indonesia. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia merupakan salah satu indikatordari keseriusan pemerintah
terhadap lansia. Terdapat beberapa program nasional yang berhubungan dengan
pemberdayaan lansia seperti program asistensi sosial lanjut usia terlantar atau
dikenal sebagai ASLUT yang merupakan program dari kementerian sosial, yang
telah diimplementasikan sejak 2006, dan program lain seperti program puskesmas
santun lansia.

1
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan fisiologis pada lansia ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan perubahan fisiologis ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada lansia
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan perubahan fisiologis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Definisi Lanjut Usia
Menurut badan kesehatan dunia (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seseorang untuk
mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologinya, lansia
juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Pada proses
menua fungsi tubuh akan mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya atau
rusaknya sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Masalah yang sering terjadi pada lansia diantaranya mudah jatuh, mudah
lelah, dan sesak nafas saat beraktivitas fisik serta nyeri pada persendian yang
dapat mengakibatkan lansia menjadi susah bergerak. Rheumatoid arthritis
merupakan salah satu radang sendi yang dialami oleh lansia.

2. Perubahan Fisiologis pada lansia


Menjadi tua atau menua akan mengakibatkan turunya fungsi tubuh atau
terjadinya perubahan fisiologis. Pada lansia perubahan fisiologis terjadi secara
menyeluruh, baik fisik, social, mental, dan spiritual. Perubahan fisiologis yang
umum terjadi pada lansia yakni perubahan pada sistem kardiovaskular, system
gastrointestinal, system respiratori system endokrin, system integument, system
neurologi, system sensori, dan system musculoskeletal.
a. Perubahan pada sistem sensoris
1) Penglihatan
Penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil,
akibat penuaan ada perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu
katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar
kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di
antara iris dan sklera.

3
2) Pendengaran
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Pada telinga
bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensori neural, hal ini terjadi
karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan
baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah
kehilangan pendengaran secara bertahap, ketidakmampuan untuk
mendeteksi volume suara, ketidakmampuan dalam mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l)
Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran
timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi
lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
Pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit
menjadi lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal
ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan
konduksi suara
3) Perabaan
Perabaan atau sistem sensor pertama yang menjadi fungisional apabila
terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan
kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan
orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu dulu dan
tidak mengundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat
umum terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik
dengan lansia.
4) Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat
seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu
kenikmatan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan
akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau
kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas
terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.
5) Penciuman
Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua yaitu
penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia.
Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya

4
kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, merokok, obstruksi hidung,
dan faktor lainnya. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas
terhadap bau.
b. Perubahan pada sistem integumen
Pada lansia epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih
menonjol.
c. Perubahan pada sistem muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot,
ukuran otot mengecil, sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan
lemak, kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambah usia, serta kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40%
atara usia 30 sampai 80 tahun.
Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan diskus
intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini
adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest.
Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini
adalah nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi dan deformitas. Kekakuan
ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera.
d. Perubahan pada sistem kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural
maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan
kebutuhan darah yang teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada
orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum
yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan
jantung dibawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia
70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit. Pada lansia terjadi perubahan ukuran
jantung yaitu hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun
e. Perubahan pada sistem pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplian paru dan dinding dada
turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60
tahun. Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran

5
alveoli. Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan untuk
difusi gas.
f. Perubahan pada sistem endokrin
Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
Kelenjar tiroid menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3
dan T4 tetap stabil.
g. Perubahan pada sistem urinaria
Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan
volume residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak
di sadari, dan atopi pada otot kandung kemih secara umum. Implikasi dari hal
ini adalah peningkatan risiko inkotinensia.

3. Definisi Rheumatoid arthritis


Penyakit tulang yang umum dijumpai pada lanjut usia adalah rheumatoid
arthritis. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
atau penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis memiliki karakteristik
terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankiolosis dan deformitas. Lansia yang
menderita rheumatoid arthritis umumnya mengeluh nyeri, kaku pada pagi hari,
serta sulit untuk menggerakan ekstremitas.
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi kronis yang menyerang
berbagai system organ. Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun
yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi
merupakan target utama.Rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik
terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

6
4. Patofisiologi
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan
komponen self dan non-self. Pada kasus rheumatoid arthritis system imun tidak
mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan synovial serta
jaringan penyokong lain. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Imflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti
vascular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
synovial menjadi menebal, terutama pada sendi articular kartilago dari sendi.Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler, sehingga
kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Keadaan
seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi),
nyeri hebat dan deformitas.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi ini tidak harus timbul secara bersamaan.Oleh karenanya penyakit ini
memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun,
dan demam
b. Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di
tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal,
hampir semua sendi diartrodial dapat terangsang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis

7
dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas
dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan
tanda nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat
pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang
hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata
terutama menyerang sendi-sendi.
e. Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada gambaran
radiologic. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang
dan dapat dilihat pada radiogram.
f. Deformitas, kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit
g. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita rheumatoid arthritis. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku) atau di
sepanjang permukaan ekstanor dari lengan, walaupun demikian nodul-
nodul ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.
h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga dapat menyerang
organ- organ lain diluar sendi. Jantung (pericarditis), paru-paru (pleuritis),
mata, dan rusaknya pembuluh darah.

6. Dampak Rheumatoid arthritis


Rheumatoid arthritis ditandai dengan peradangan kronis sinovium, yang
dari waktu ke waktu mengakibatkan kerusakan sendi, menyebabkan rasa sakit
dan kecacatan. Rheumatoid arthritis dikaitkan dengan peningkatan angka
kematian, terutama pada wanita yang lebih tua.
Yang paling ditakuti dari penyakit rheumatoid arthritis adalah akan
menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi maupun berat
seperti kelumpuhan. Hal ini mungkin akan menyebabkan berkurangnya
kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas dan terjadinya
depresi.Dampak dari rheumatoid arthritis juga menimbulkan kegagalan organ
bahkan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, sulit untuk
beraktivitas, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri, serta resiko tinggi akan
terjadinya cidera.

8
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional dan untuk menentukan pola
respon pasien.

2. Analisa Data

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.
Berikut beberapa diagnosa keperawatan yang dapat terjadi :
a. (Dx I. 0078) Nyeri Kronis
b. (Dx II. 0054) Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Nyeri

4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah kumpulan rencana tindakan yang dibuat oleh
perawat yang nantinya akan di implementasikan dalam tindakan yang nyata
dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan
kesehatan pasien yang lebih baik dari sebelumnya
Luaran Keperawatan Intervensi
Diagnosa
(SLKI) (SIKI)
Setelah dilakukan
Dx II. Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Gangguan intervensi Observasi
1. Identifikasi Adanya Nyeri
Mobilitas Fisik keperawatan selama
Atau Keluhan Fisik
Berhubungan 5 x kunjungan, maka
Lainnya.
Dengan Nyeri Mobilitas Fisik
meningkat, dengan 2. Identifikasi Toleransi
Kriteria hasil : Fisik Melakukan
Pergerakan.
1. Pergerakan
Ekstremitas 3. Monitor Kondisi Umum
Meningkat. Selama Melakukan
2. Kekuatan

9
Otot Mobilisasi.
Meningkat. Terapeutik
3. Nyeri Menurun.
1. Fasilitasi Aktivitas
4. Kecemasan
Menurun. Mobilisasi Dengan

5. Kaku Sendi Alat Bantu (Misalnya


Menurun. Tongkat).
6. Gerakan Tidak 2. Fasilitasi Melakukan
Terkoordinasi Pergerakan, Jika
Menurun.
Perlu.
7. Gerakan Terbatas
Edukasi
Menurun
Kelemahan Fisik 1. Jelaskan Tujuan Dan
Menurun Prosedur Mobilisasi
2. Anjurkan Melakukan
Mobilisasi Dini.
3. Informasikan Kepada
Keluarga Untuk Memberi
Dukungan Kepada Klien.
4. Berikan Terapi
Komplementer
a. Pemberian Boreh Jahe
Pada Sendi Yang Sakit.
b. Kompres Hangat Pada
Sendi Yang Kaku.

5. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
perawat. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk keberhasilan. Bila hasil dan
evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

10
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola
pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan
masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penuaan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis
pada jaringan tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh dan jiwa. Menjadi tua atau menua akan mengakibatkan turunya fungsi tubuh
atau terjadinya perubahan fisiologis. Pada lansia perubahan fisiologis terjadi secara
menyeluruh, baik fisik, social, mental, dan spiritual. Perubahan fisiologis yang
umum terjadi pada lansia yakni perubahan pada sistem kardiovaskular, system
gastrointestinal, system respiratori system endokrin, system integument, system
neurologi, system sensori, dan system musculoskeletal.

B. Saran
Saran dari pembahasan ini adalah kedepannya dalam pembelajaran gerontik
ini bisa berkembang menjadi lebih baik lagi khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga mahasiswa dan tenaga keperawatan semakin kompeten dalam melakukan
asuhan keperawatan gerontik yang kompeten dan tepat sehingga banyak lansia yang
merasa nyaman dan terawat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Nasrullah, Dede. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. Jakarta : CV. Trans
Info Media

Sarida, dkk. (2020). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Medan : Universitas Imelda
Medan

Nanang, Prasetyo. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan


Fisiologis. Jakarta

SK, Mujiadi. (2022). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jawa Timur : Stikes Majapahit
Mojokerto

13

Anda mungkin juga menyukai