Dosen :
Disusun Oleh:
Jl. Terusan Jend. Sudirman, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi,
Jawa Barat 40633
2020-2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kita diberi kesempatan yang luar biasa
ini, yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah dari Mata Kuliah
“Keperawatan Gerontik” dengan membahas “asuhan keperawatan gerontik
dengan penyakit imsomnia”. Kami juga tetap berharap dengan sungguh-sungguh
supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan kami dalam mengenal sistem informasi kesehatan.
Di akhir kami berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak
yang membacanya. Kami pun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Kelompok 8
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organization (1999), usia lanjut adalah usia
60 tahun ke atas yang terdiri dari (1) usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, (2)
usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun (Sulistyarini, 2016). Populasi penduduk lansia di Indonesia menurut
BPS (2016) mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2000,
penduduk lansia berjumlah 14,45 juta jiwa (7,18 %) dari seluruh penduduk
Indonesia. Jumlah tersebut meningkat menjadi 18,04 juta jiwa (7,56 %)
pada tahun 2010. Pada tahun 2020, kemungkinan populasi lansia di
Indonesia akan meningkat hingga 27,7 juta jiwa (9,99 %) dari seluruh
penduduk Indonesia.
Seiring dengan tingginya jumlah lansia, masalah yang terjadi pada lansia
pun beragam, diantaranya gangguan kardiovaskuler, nyeri atau
ketidaknyamanan, gangguan eliminasi, gangguan ketajaman penglihatan,
gangguan pendengaran serta gangguan tidur (Sulistyarini, 2016). Dari
beberapa masalah kesehatan tersebut, yang sering dialami oleh lansia
adalah gangguan tidur.
Menurut Foerwanto (2016), gangguan tidur di Indonesia
menyerang sekitar 50 % orang yang berusia 65 tahun keatas. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Prevalensi
insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Berdasarkan hasil
penelitian Foerwanto (2016) tentang pengaruh pemberian aromaterapi
mawar terhadap 2 kualitas tidur lansia di BPSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul, setelah dilakukan screening PSQI pada masing – masing
satu lansia dari sepuluh wisma yang diambil secara acak, didapatkan hasil
bahwa 9 dari 10 lansia tersebut memiliki masalah gangguan tidur. Hal ini
membuktikan bahwa masalah gangguan tidur di BPSTW Unit Budi Luhur
2
Kasongan cukup tinggi. Apabila masalah tersebut tidak segera ditangani,
bisa berdampak lebih lanjut terhadap keseharian dan kesehatan lansia.
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara mengatasi insomnia pada lansia
C. Tujuan studi kasus
a. Mengetahui gangguan tidur yang terjadi pada lansia
b. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tidur lansia
c. Mengetahui gambaran musik yang disukai lansia
d. Mengetahui kualitas tidur lansia
D. Manfaat studi kasus
a. Bagi Lansia Meningkatkan kualitas tidur melalui pemberian terapi
musik.
b. Bagi Perawat Mengetahui kemampuan melaksanakan terapi musik
pada lansia dengan gangguan tidur.
c. Bagi Panti Menambah teknik terapi yang dapat menunjang
kebutuhan tidur lansia.
d. Bagi Penulis Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
menerapkan terapi musik pada asuhan keperawatan lansia dengan
gangguan tidur.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Maryam (2008) mendefinisikan usia lanjut sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan (dalam Maryam, 2008) dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun. Menurut Kholifah (2016), lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahap ini akan terjadi proses
penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh.
WHO (1999, dalam Kholifah, 2016) menyebutkan batasan lansia menjadi
tiga, yaitu usia lanjut (elderly) antara 60 – 74 tahun, usia tua (old) antara
75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia > 90 tahun.
Sedangkan Depkes RI (2005, dalam Kholifah, 2016) mengklasifikasikan
lansia ke dalam tiga kategori, yaitu usia lanjut presenilis yaitu antara usia
45 – 49 tahun, usia lanjut yaitu usia 60 tahun keatas, usia lanjut berisiko
yaitu usia 79 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan.
4
kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang
besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).
5
kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
kemampuan indera pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun).
7) Sistem perkemihan Banyak fungsi yang mengalami
kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
8) Sistem saraf Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovarium dan uterus serta atropi payudara
pada wanita. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi 8
spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsurangsur.
4. Kebutuhan tidur lansia
a. Pengertian tidur
Menurut Aspiani (2014), tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indera atau rangsangan yang cukup. Spencely (2003, dalam Maas,
2011) menjelaskan bahwa tidur adalah keadaan saat terjadinya
proses pemulihan bagi tubuh dan otak serta sangat penting
terhadap pencapaian kesehatan yang optimal.
b. Jenis jenis tidur
Menurut Aspiani (2014), tidur diklasifikasikan dalam dua kategori
yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye
Movement (REM) dan tidur degan gerakan bola mata lambat atau
Non Rapid Eye Movement (NREM).
5. Gangguan tidur lansia
a. Pengertian Insomnia
Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, 2000), Insomnia adalah kesulitan individu dalam
memulai, mempertahankan dan merasakan kualitas tidur yang
buruk. Nevid (2003) menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata
6
In artinya tidak, dan Somnus yang berarti tidur. Selanjutnya Nevid
menjelaskan insomnia mempunyai karakteristik kesulitan berulang
untuk tidur atau untuk tetap tidur, gangguan tidur tersebut
mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan menyebabkan
timbulnya tingkat stress pribadi yang signifikan atau kesulitan
untuk tertidur, tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat
orang merasa segar dan berenergi.
Di dalam buku “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ III” (2001) juga menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu
kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas
yang berlangsung untuk suatu kurun waktu tertentu. Sedangkan
Joewana (1988) mengatakan bahwa insomnia adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak dapat tidur seperti yang diharapkan.
Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil kesimpulan
insomnia adalah kesulitan untuk memulai dan mempertahankan
tidur, mendapatkan kualitas tidur yang buruk dan terganggunya
aktifitas sehari-hari penderitanya karena tidur yang terganggu.
b. Kriteria Insomnia
Pada penelitian ini, kriteria-kriteria insomnia menggunakan
kriteriakriteria insomnia athens (Soldatos, 2003) yang dirancang
untuk mengukur kesulitan tidur berdasarkan kriteria sistem
klasifikasi terbaru dari ICD-10 (1992), DSM-IV-TR (2000), ICSD
(2001) yang dimodifikasi dengan insomnia pada mahasiswa yang
terdiri dari delapan aitem, yaitu:
1) Induksi tidur
2) Terbangun dimalam hari
3) Bangun lebih awal dari yang diinginkan
4) Total durasi tidur
5) Kualitas tidur secara keseluruhan
6) Rasa nyaman disiang hari
7) Fungsi fisik dan mental disiang hari
7
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia
Menurut Alimul (2006), ada beberapa penyebab insomnia sebagai berikut:
a. Penyakit Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang.
Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya
penyakit yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan
memrlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan.
Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan
tidak bisa tidur.
b. Keletihan dan kelelahan Keletihan akibat aktifitas yang tinggi
c. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu
tidur lebih banyak dari normal, namun demikian keadaan sakit juga
bisa menjadikan seseorang kurang tidur atau tidak dapat tidru,
seperti asma, bronchitis, asam lambung, penyakit kardiovaskuler,
dan penyakit persarafan.
d. Kecemasan Pada keadaan cemas, seseorang mungkin
meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidur.
e. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
gangguan tidur
7. Pencegahan
a. Olahraga teratur. Sebaiknya lakukan minimal 4 jam sebelum tidur.
Hindari berolahraga mendekati waktu tidur karena dapat mengga
nggu kualitas tidur.
b. Hindari kafein, nikotin, dan alkohol, terutama pada sore dan mala
m hari.
c. Buatlah diri Anda terpapar sinar matahari pada sore hari. Hal ini d
apat membantu tubuh melepaskan melatonin untuk regulasi ritme
sirkadian tubuh. Ini merupakan penentu jam biologis tubuh Anda.
d. Latihan teknik melepas stres, seperti yoga, meditasi, atau relaksas
i.
8
8. Pengobatan
a. Pembatasan waktu tidur.
Pasien akan diminta menghindari tidur siang, agar waktu tidur di
malam hari dapat meningkat secara bertahap.
b. Teknik relaksasi.
Pasien akan diajari cara mengontrol napas, guna mengurangi kece
masan tidak bisa tidur.
c. Terapi kontrol stimulus.
Pasien akan dilatih untuk hanya menggunakan kamar tidur untuk t
idur atau berhubungan seks. Pasien juga dianjurkan meninggalkan
kamar tidur bila tidak bisa tidur dalam 20 menit, dan hanya kemb
ali bila sudah mengantuk.
d. Paradoxical intention.
Terapi ini bertujuan mengurangi rasa cemas dan khawatir tidak b
isa tidur, justru dengan cara tetap terbangun di tempat tidur dan ti
dak berharap untuk tertidur.
e. Fototerapi. Fototerapi bertujuan menormalkan jam tidur, pada pas
ien yang tidur terlalu cepat di malam hari, dan bangun terlalu dini
di pagi hari. Dalam fototerapi, pasien akan disinari dengan sinar
UV selama 30-40 menit setelah bangun tidur.
9
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.M
Umur : 68 Tahun
Alamat : sidoluhur, godean, sleman
Pendidikan : SD
Tanggal masuk ke BPSTW : Sabtu, 19 Mei 2018
Jenis Kelamin : perempuan
Suku : Indonesia
Agama : katholik
Status Perkawinan :
Tanggal Pengkajian : Sabtu, 19 Mei 2018
6. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Compos mentis GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)
Tanda- tanda vital :
- TD = 110/70 mmHg
- Nadi = 86 x/m
-P = 18 x/m
- Suhu = 36,7 C
b. Pemeriksaan Fisik :
1) Kepala
a) Rambut : Bentuk kepala bulat, rambut sudah beruban , tidak
terdapat benjolan, rambut bersih, tidak ada ketombe.
b) Mata : Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak
anemis,sklera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil isokor, reflek cahaya
(+/+), Ukuran pupil 2 ml.
c) Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak
ada serumen, telinga bersih, cairan pada telinga tidak
ada,pendengaran klien masih baik
d) Hidung : Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung,
pasien tidak terpasang O2, penciman normal
e) Mulut dan gigi : Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering,
gigi klien kelihatan bersih , tidak ada kelainan pada bibir
seperti bibir sumbing.
2) Leher
Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan
tidak ada pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi
3) Thorax
a) Paru- paru
11
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada
Palpasi : tidak teraba nyeri tekan , tidak a
pembengkakan
Perkusi : Terdengar bunyi sonor disemua lapang
paru
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler
b) Jantung
Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas
luka, tidak ada pembesaran pada jantung.
Palpasi : tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi : Bunyi suara jantung redup
Auskultasi : bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II
(dup), tidak ada bunyi tambahan, Teratur dan tidak ada
bunyi tambahan seperti mur-mur dan gallop.
1) Abdomen
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi,
warna kulit sama, tidak ada terdapat lesi
Auskultasi : bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah
abdomen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : terdengar bunyi timpani
2) Punggung
Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi
pada punggung, dan juga tidak ada dukubitus pada punggung.
3) Ekstremitas
Ekstremitas Bagian Bawah : Kaki kiri terdapat luka,
terdapat edema dikaki sebelah kanan.
Kulit : Ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian
sela sela kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan
4) Genetalia :
12
Klien mengatakan tidak ada keluhan pada genetalia
5) Integumen
Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di
bagian sela sela kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan
6) Persyarafan
No Nervus Hasil pemeriksaan
1. Olfaktorius Baik, tidak ada gangguan penciuman
2. Optikus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
13
dan dapat diterima oleh orang dilingkungan sekitarnya. Pasien merasa
bangga bisa diterima dengan baik di lingkungan sekitarnya.
b. Indentifikasi Masalah Emosional :
Pada saat dilakukan pengkajian emosional didapatkan hasil pada
pertanyaan tahap pertama, klien mengatakan sulit tidur, Pada tahap 2
keluhan itu terjadi kurang lebih selama 1 minggu yang lalu.
c. Spiritual :
Pasien beragama khatolik dan secara rutin melakukan ibadah nya
sesuai kepercayaannya, pasien meyakini bahwa kematian merupakan
berakhirnya amal ibadahnya selama didunia, pasien berharap bisa
meninggal dengan tenang di sisi tuhan yesus.
8. Pengkajian Fungsional Klien. J
a. KATZ Indeks :
Pasien masuk kategori mandiri karena dapat melakukan makan,
BAB, BAK, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
mandi sendiri tanpa pengarahan/bantuan dari orang lain.
b. Modifikasi dari Barthel Indeks
NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x
sehari
Jumlah: 1 porsi
Jenis: nasi putih,
tempe, tahu
2. Minum 5 10 Frekuensi : 8 kali
Jumlah: 7-8 gelas
Jenis: air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2 kali
menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
14
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2 kali
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x
seminggu
Konsistensi :
normal
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 5-6
kali
Warna : kuning
12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi :
sebulan 2x
Jenis : jalan
santai
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10
luang
Keterangan :
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan mandiri tanpa
ketergantungan
15
9. Pengkajian Status Mental
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
BENAR SALAH No. PERTANYAAN
31
Rabu
Kp ciburial
65 tahun
1956
Bapak Jokowi
Bapak Soekarno
Ibu Tuti
16
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun.
17, 14, 11
= 10 =0
Keterangan :
- Score total = 10
- Interpertasi hasil : Fungsi Intelektual Utuh
Tahun (2021)
Musim (hujan)
Tanggal (31)
Hari (Rabu)
Bulan (No.)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
Negara No.
Propinsi Jawa Barat
Kota Cimahi
PSTW Muara Kasih
Wisma …….
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk
17
disebutkan)
Obyek Tas
Obyek Pulpen
Obyek Kursi
93
86
79
72
65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada No. 2 (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 point untuk masing-
masing obyek.
18
perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah :
19
1. Bangun dari kursi Tidak bangun dari 1
(dimasukkan dalam duduk dengan satu kali
analisis) gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke
atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian
depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama
kali.
20
berdiri pada ujung-
ujung jari kaki, tidak
stabil, memegang
sesuatu untuk
dukungan.
6. Membungkuk Tidak mampu 0
membungkuk untuk
mengambil obyek-
obyek kecil (misal
pulpen) dari lantai,
memegang obyek untuk
bisa berdiri lagi,
memerlukan usaha-
usaha multiperl untuk
bangun.
21
samping klien) konsisten, memulai
mengangkat satu kaki
sementara kaki yang
lain menyentuh lantai.
Kesimetrisan langkah
(lebih baik diobservasi
dari samping pasien)
Tidak berjalan dalam
garis lurus,
bergelombang dari sisi
ke sisi.
4. Penyimpangan jalur Tidak berjalan dalam 1
pada saat berjalan garis lurus,
(lebih baik bergelombang dari sisi
diobservasi dari ke sisi.
belakang klien).
5. Berbalik Berhenti sebelum mulai 1
berbalik, jalan
sempoyongan;
bergoyang; memegang
obyek untuk dukungan
Intervensi Hasil : 9 : No. jatuh sedang
22
B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
untuk tidur
Perbaikan pola tidur
pasien mengatakan ingin
meningkatkan tidur
Kesiapan peningkatan
tidur
23
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur bd kurangnya control tidur di buktikan dengan
mengeluh sulit tidur
2. Kesiapan peningkatan tidur b.d kurangnya control tidur
24
No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
25
Pasien (mis.pencahayaan, kebisingan, suhu,
mengeluh sulit matras, dan tempat tidur), jika perlu
tidur -Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan
atau Tindakan untuk menunjang siklus
tidur terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan atau minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
26
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(mis.psikologis, gaya
hidup, sering berubah sip
bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot
auto genik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Kesiapan peningkatan tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi aktivitas/istirahat
kurangnya control tidur keperawatan selama 2x24
pola tidur membaik dengan Observasi :
DS kriteria hasil : - identifikasi kesiapan dan kemampuan
• Sejak +/- satu minggu - Keluhan sulit tidur menerima informasi
yang lalu sering kesulitan meningkat (5)
memulai tidur - Keluhan sering Terapeutik :
• Pasien mengatakan terjaga meningkat - sediakan materi dan media Pengaturan
27
Tidak mengonsumsi obat tidur. (5) aktivitas dan istirahat
DO - Keluhan tidak puas - jadwalkan pemberian pendidikan
• pasien mengatakan tidur meningkat (5) kesehatan sesuai kesepakatan
tidak punya obat tidur - Keluhan polatidur - berikan kesempatan kepada pasien dan
• pasien mengatakan berubah meningkat keluarga untuk bertanys
kesulitan untuk tidur (5)
• pasien mengatakan - Keluhan istirahat Edukasi:
ingin meningkatkan tidur tidak cukup - jelaskan pentingnya melakukan
meningkat (5) aktivitas fisik atau olahraga secara rutin
- anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
- anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
- ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat misal kelelahan,
sesak kenapa saat aktivitas
- anjurkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
28
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal DIAGNOSA Waktu IMPLEMENTASI EVALUASI
29
tidak punya gangguan A : Masalah sudah tertasi
- mengidentifikasi obat P : intervensi dihentikan
tidur yang dikonsumsi
R: pasien mengatakan
tidak menggunakan
obat tidur
Terapeutik :
- Memodifikasi lingkunga
08.30 (mis.pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur), jika perlu
R: pasien mengatakan tidak ada
gangguan
- memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
R: pasien mengatakan lebih tenang
- metapkan jadwal tidur rutin
R: pasien mengatakan pola tidur
sangat menjaganya dan istirahat yang
cukup
Edukasi :
30
- menganjurkan
menepati kebiasaan
waktu tidur
R: pasien mengatakan
akan mengatur pola
tidur sangat teratur
- menganjurkan
menghindari makanan
atau minuman yang
mengganggu tidur
R: pasien mengatakan
sangat menjaga pola
makanannya
- Ajarkan factor faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur
(mis.psikologis, gaya
hidup, sering berubah
sip bekerja)
31
R: pasien
menyebutkan dalam
kenyamanan saat tidur
- Ajarkan relaksasi otot auto genik
atau cara nonfarmakologi lainnya.
R: Pasien mengatakan semakin
membaik
2. Sabtu, 19 Mei 10.00 Edukasi aktivitas/istirahat S : - pasien mengatakan sudah
2018 Observasi lebih tau tenanng aktivitas dan
: tidur
- mengidentifikasi kesiapan dan - Pasien mengatakan akan
kemampuan menerima informasi mengatur pola tidur dan
R: pasien mengatakan sudah meneima menjaga kesehatannya
informasi dengan baik - Pasien mengatakan akan
berolahraga supaya lebih
Terapeutik : bugar
- menyediakan materi dan media O : - pasien tambak lebih bisa
Pengaturan aktivitas dan istirahat mengatur pola tidurnya
R: psien mengatakn akan mengatur - Pasien sudah ingin
pola tidurnya berolahraga dan menjga
32
- menjadwalkan pemberian kesehatnnya
pendidikan kesehatan sesuai A : masalah teratasi
kesepakatan P : implementasi dihentikan
R: pasien mengatkan akan menjaga
kesehatannya
- memberikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk bertanya
R: pasien menyebutkan keadannya
pada keluarga
Edukasi:
- menjelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik atau olahraga secara
rutin
R: pasien menyebutkan kesehatannya
dan melakukan olahraga supaya biar
lebih bugar
- menganjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok aktivitas bermain
atau aktivitas lainnya
33
R: Pasien mengatakan sangat
membaik dan nyaman
- menganjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
R: pasien mengatakn akan
Menyusun jadwal beristriahat
- mengajurkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
R: pasien mengatakn sudah mulai
beraktivitas kembali dan menjaga
kesehatannya
34
DAFTAR PUSTAKA
https://www.klikdokter.com/penyakit/insomnia
http://repository.uin-suska.ac.id/13803/7/7.%20BAB%20II_2018150PSI.pdf
https://www.alodokter.com/insomnia/pengobatan
35