Disusun Oleh:
(2020035)
Serta perbaikan – perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa
laporan pendahuluan ini dinyatakan layak
1. Pengertian Lansia
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia bab i pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (azizah, 2011). Penuaan merupakan proses normal yang
berhubungan dengan waktu dimulai sejak lahir hingga berlanjut sepanjang hidupnya,
sedangkan usia tua yakni fase akhir dari rentang kehidupan (fatimah, 2010).
Penurunan kemampuan akal, fisik yang dimulai dengan beberapa perubahan
dalam hidup merupakan tahap akhir siklus kehidupan yang dialami oleh lansia. Usia
lanjut sebagai tahap akhir perkembangan normal yang akan terjadi dan dialami oleh
setiap individu serta tidak dapat dihindari. Usia lanjut yakni kelompok orang yang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap.
Lansia merupakan suatu masa transisi kehidupan terakhir yang sebetulnya masa
sangat istimewa karena tidak semua manusia mendapatkan kesempatan berada dalam
tahap ini (sutarti, 2014). Menua bukanlah suatu penyakit, tapi proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(padila, 2013).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut world health organization (who, 2013).
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Menurut depkes ri (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4) Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
4. Proses Menua
Menua atau proses menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan postur
tubuh yang tidak proporsional (nugroho, 2012).
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin berintegrasi dalam kehidupan. Lansia semakin
teratur dalam kegiatan beribadah. Lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap
konsep dan realitas kehidupan azizah dalam zulmi (2016).
4) Perubahan pola tidur dan istirahat
Penurunan aliran darah dan perubahan dalam mekanisme neurotransmitter dan
sinapsis memainkan peran penting dalam perubahan tidur dan terjaga yang
dikaitkan dengan faktor pertambahan usia. Faktor ekstrinsik seperti pensiun juga
dapat menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada kebutuhan untuk beraktivitas
dan kebutuhan energi sehari-hari serta mengarah perubahan pola tidur. Keadaan
sosial dan psikologis yang terkait dengan faktor predisposisi terjadinya depresi
pada lansia, kemudian mempengaruhi pola tidur lansia. Pola tidur dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, dan bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh penuaan
(maas, 2011).
1) Definisi kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan penahan
terhadap bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh
vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan jaringan subkutan (effendi, 1999)
a) Epidermis
Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang
tersusun atas dua lapisan tampak : selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis.
b) Dermis
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat longgar dan
terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut
kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis terenggang dan memiliki
daya tahan. Seluruh dermis terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang
berfungsi mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag yang memililki
fungsi memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme (corwin, 2009). Dermis terdiri dari dua
lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut kolagen,
serabut elastic, dan serabut retikulus (susanto dan ari, 2013)
c) Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di bawahnya.
Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan
nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (sloane, 1994). Sel lemak
berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan
jumlah antara laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker
atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot
(susanto dan ari, 2013).
3. Etiologi
Pruritus bukan sebuah penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit atau kondisi lain.
Pruritus terjadi ketika saraf penghantar sinyal gatal di kulit mengalami rangsangan dan
mengirimkan sinyal tersebut ke otak.
Ada beragam kondisi yang dapat merangsang timbulnya rasa gatal. Meski begitu, terkadang
penyebab pruritus sulit untuk diketahui.
Berdasarkan bagian tubuh yang terdampak, pruritus dapat terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Pruritus lokal
Pruritus lokal merupakan gatal yang terjadi di bagian tubuh tertentu saja. Pruritus jenis ini
umumnya terjadi akibat iritasi atau peradangan di area kulit tersebut. Selain rasa gatal, pruritus
biasanya akan menimbulkan ruam kulit. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
penyebab pruritus lokal:
a) Pruritus akibat kondisi kulit
pruritus lokal umumnya terjadi akibat adanya penyakit atau gangguan di kulit. Beberapa
penyakit kulit yang dapat menimbulkan pruritus, yaitu:
Kulit kering (xerosis)
Ketombe
Urtikaria (biduran)
Dermatitis
Miliaria (biang keringat)
2) Pruritus sistemik
Pruritus sistemik menyebabkan rasa gatal di seluruh tubuh. Pruritus jenis ini terjadi bukan
karena adanya gangguan pada kulit, melainkan akibat gangguan pada sistem di dalam tubuh.
Beberapa gangguan tersebut adalah:
a) Alergi terhadap obat, seperti aspirin dan opioid
b) Gangguan metabolisme, seperti gagal ginjal kronis dan penyakit hati
c) Kelainan darah, seperti anemia defisiensi besi dan polisitemia vera
d) Gangguan endokrin, seperti penyakit tiroid dan diabetes melitus
e) Perubahan hormon akibat kehamilan atau menopause
f) Gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, obsessive compulsive disorder
(ocd), dan trikotilomania
ada beragam faktor yang menjadi penyebab timbulnya rasa gatal di sekujur tubuh. Mulai
dari kulit kering akibat usia yang semakin menua atau kebiasaan buruk sehari-hari hingga
pertanda dari penyakit sistemik, termasuk gagal ginjal, kanker dan hiv/aids.
1) Kulit kering
kulit kering (xerosis) menjadi salah satu penyebab gatal seluruh tubuh yang paling
umum, terlebih di kalangan lansia. Lantaran semakin menua usia seseorang, aktivitas kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) yang dimilikinya pun akan semakin menurun.
Selain itu, terjadinya xerosis juga dapat dipicu oleh sejumlah alasan, seperti faktor lingkungan,
efek samping obat-obatan dan kebiasaan buruk seperti sering mandi dengan air hangat, kurang
minum, sering menggosok atau menggaruk kulit dengan kasar, dll.
timbulnya rasa gatal di seluruh tubuh juga dapat disebabkan oleh paparan terhadap
alergen atau iritan, seperti makanan, produk kosmetik atau perawatan tubuh sehari-hari, obat-
obatan (hipertensi, penurun kolesterol, opioid, dll.), udara, debu, gigitan serangga dan banyak
lagi.
Di samping gatal dan ruam kemerahan, reaksi yang timbul akibat paparan alergen/iritan dapat
disertai pula dengan pembengkakan pada area tubuh tertentu hingga reaksi anafilaksis yang
mengancam nyawa.
3) Penyakit kulit
ada banyak jenis penyakit kulit yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tubuh, misalnya
seperti eksim, psoriasis, skabies/kudis dan cacar air. Selama tidak terjadi infeksi sekunder, rasa
gatal yang timbul akibat penyakit kulit semacam ini hanya akan memengaruhi area tubuh
tertentu, tidak seluruhnya.
4) Gangguan saraf
gangguan saraf seperti multiple sclerosis, neuropati diabetik, saraf terjepit atau herpes
zoster termasuk salah satu penyebab gatal seluruh tubuh yang kurang begitu disadari.
Pada kasus ini, rasa gatal yang timbul biasanya akan disertai dengan gejala lain. Beberapa
diantaranya, yakni kelelahan yang parah, mati rasa pada area tertentu dan menurunnya
kemampuan kognitif juga motorik.
5) Penyakit sistemik
kemungkinan lain dari penyebab gatal seluruh tubuh dapat dipicu oleh penyakit sistemik,
seperti pada kasus gagal ginjal. Dimana akan terjadi peningkatan kadar ureum (hasil akhir
metabolisme protein) yang akan menyebar di dalam darah dan menimbulkan manifestasi gatal di
seluruh tubuh.
Beberapa penyakit sistemik lainnya yang dapat menimbulkan gejala serupa yakni gangguan
fungsi liver, penyakit tiroid, anemia defisiensi besi, kanker (terutama limfoma hodgkin) dan
hiv/aids.
6) Faktor psikis
faktor psikis, seperti stres, depresi dan gangguan kecemasan lainnya menjadi penyebab
gatal seluruh tubuh yang acap kali diabaikan. Ada banyak kasus seperti ini, dimana penderitanya
tak memiliki riwayat alergi ataupun penyakit fisik, namun mengeluh mengalami gatal di sekujur
tubuh yang tak kunjung pergi.
Setelah berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter, barulah diketahui bahwa keluhan yang
dialaminya tersebut bersumber dari masalah psikis yang terus-menerus disimpan. Jika merasakan
hal yang sama, segera singkirkan masalah psikis yang dialami melalui manajemen stres yang
baik.
7) Kehamilan
sebenarnya gatal yang didapat selama kehamilan bisa dibilang normal dan hanya bersifat
ringan. Kondisi yang dialami oleh sekitar 25% ibu hamil ini biasanya dipicu oleh perubahan
hormon serta peningkatan suplai darah ke kulit. Payudara, perut dan paha menjadi area tubuh
yang paling sering disinggahi rasa gatal.
Mengingat penyebab gatal seluruh tubuh begitu beragam, penting untuk segera memeriksakan
diri ke dokter, terlebih bila telah berlangsung lama atau disertai dengan gejala lain. Dengan
demikian rasa gatal yang dialami dapat ditangani berdasarkan penyebab yang mendasarinya.
7. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap
2) Tes darah biokimia (alkaline phosphatase, bilirubin, urea, kreatinin)
3) T4 (tiroksin), betis (tiroksinsvyazıvayusçiy globulin)
4) Tes darah untuk besi, feritin
5) Tes darah untuk protein total dan fraksi protein (a1, a2, beta, gamma)
6) Vic-serology (ifa-vic)
7) Tes darah okultisme tinja
8) Analisis tinja untuk telur cacing
9) Analisis urin (5-hydroxyindole acetic acid, 17-ketosteroids)
10) Biopsi kulit (histologi, imunofluoresensi, mikroskop elektron)
11) X-ray dan ultrasound
12) Endoskopi (fibroesofagogastroduodenoskopi, sigmoidoskopi, kolonoskopi, laparoskopi)
8. Penatalaksanaan
A. Farmakologi
1) Krim kortikosteroid, untuk meredakan gatal dan kemerahan di kulit
2) Obat antihistamin, untuk mengatasi pruritus yang disebabkan oleh urtikaria
3) Obat antidepresan golongan trisiklik, seperti doxepine, untuk mengatasi pruritus kronis
meski tidak ada gejala depresi
4) Terapi perilaku kognitif, untuk membantu pasien mengatasi stres atau masalah kesehatan
mental yang memicu pruritus
B. Non farmakologi
1) Menggunakan krim atau losion pelembap kulit, terutama yang mengandung calamine
atau menthol, untuk meredakan gatal dan mencegah kulit kering
2) Menggunakan sabun mandi dan deterjen yang lembut, untuk mencegah iritasi pada kulit
3) Mandi dengan air hangat (bukan air panas), untuk meredakan gatal
4) Menghindari bahan pakaian tertentu yang dapat menimbulkan gatal, misalnya kain wol
dan sintetis
5) Mengompres area kulit yang gatal dengan kain dingin atau es batu, untuk meredakan
gatal tanpa harus menggaruk kulit
6) Menahan diri untuk tidak menggaruk bagian yang gatal dengan menutup area tersebut
7) Memastikan tubuh mendapatkan waktu istirahat yang cukup
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy 1995, dalam Dermawan, 2012).
a. Data Subjektif
Berisi mengenai identitas pasien dan keluarga. Kemudian, keluhan utama pasien yang
mengarah ke tanda dan gejala munculnya luka dekubitus yang dirasakan pasien, seperti merasa
gatal, nyeri, dan panas. Riwayat kesehatan juga penting dikaji untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi proses terjadinya luka dan penyembuhan
luka, misalnya penyakit kardiovaskuler, diabetes, gagal ginjal, immunosuppresi, gastrointestinal,
trauma infeksi, dan yang lainnya. Pengkajian riwayat terjadi luka mencakup faktor-faktor yang
dapat memperberat atau mempercepat proses luka serta mendokumentasikannya secara lengkap.
b. Data Objektif
1) Berisi keadaan umum pasien meliputi tanda-tanda vital pasien. Pasien stroke umumnya
mengalami penurunan kesadaran dan kelemahan bahkan kelumpuhan anggota gerak. Kekuatan
otot juga mengalami penurunan. Suara bicara kadang mengalami gangguan, yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara, dan tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi
2) Pemeriksaan fisik
a) Vasculer ulcers, yaitu dengan mengevaluasi kulit (lembab atau kering), warna kuku, warna
rambut ekstremitas, capillary refill, akral, dan edema ekstremitas.
b) Arterial ulcers, ditandai dengan adanya kelemahan atau hilangnya denyut nadi, kulit, dan
hilangnya rambut pada ekstremitas.
c) Neuropathic ulcers dengan menggunakan skala Braden untuk menilai risiko luka dekubitus.
Skala Braden memiliki indakator – indikator, yaitu parameter persepsi sensori, kelembapan,
mobilitas, pola nutrisi, pergeseran dan pergesekan.
4) Tingkat Kesadaran Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran pasien stroke biasanya berkisar
pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila pasien sudah mengalami koma maka
penilaian Glasgos Coma Scale (GCS) sangat penting. Nilai GCS kesadaran composmentis (15-
14), apatis (13-12), delirium (11-10), somnolen (9-7), sopor (6-5), semi koma atau koma ringan
(4), dan koma (3).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan pasien yang
ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Diagnosa berhubungan yang mungkin muncul pada pasien stroke menurut Arif Muttaqin (2012)
yang sesuai SDKI tahun 2017, yaitu :
1) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan diseksi arteri, aneurisma serebri,
embolisme, dan hipertensi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi,
dan gangguan neuromuskular.
4) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, penurunan
mobilitas, faktor mekanis (gesekan dan penekanan), kelembaban, dan penekanan pada
tonjolan tulang.
3. Perencanaan Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya (respon subjektif dan
objektif). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap tindakan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah,
2011). Setelah diberikan tindakan keperawatan masase punggung selama 6 hari yang dilakukan
dengan mengaplikasikan minyak atau lotion pada area punggung pasien, dilakukan evaluasi
terhadap respon pasien. Respon yang akan diobservasi oleh penulis adalah respon subjektif dan
objektif. Respon subjektif didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pasien berupa
keluhan yang dirasakan. Respon objektif didapatkan dari hasil observasi menggunakan skala
Braden yang digunakan untuk menilai dan memonitor risiko luka dekubitus. Selain itu, hasil
observasi keadaan kulit sesuai SLKI tahun 2019, meliputi elastisitas meningkat, idrasi
meningkat, perfusi jaringan meningkat, kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit
menurun, perdarahan menurun, kemerahan menurun, hematoma menurun, pigmentasi abnormal
menurun, jaringan parut menurun, nekrosis menurun, suhu kulit membaik, dan tekstur membaik
DAFTAR PUSTAKA
asriani, t. (2018). karya tulis ilmiah. APLIKASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN
TEKNIK MASSAGE , 45.
Ni Made Ridla Nilasanti Parwata, D. N. (2022). nursing journal. Penerapan Posisi Lateral 30
Derajat dan Massage Menggunakan Virgin Cocunut Oil (VCO) Terhadap Risiko
Kerusakan Integritas Kulit Pada Pasien Stroke, vol 3, no 1.
Zuriati Rahmi. (2016). Tugas akhir. Asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
gangguan integritas kulit pada kaki melalui perawatan kaki foot care = Nursing of care
among elderly with impaired skin integrity on the foot through foot care / Zuriati Rahmi,
77.