Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN RESIKO GANGGUAN


INTEGRITAS KULIT
DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN SURABAYA

Disusun Oleh:

Sikhah Ayu Damayanti

(2020035)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021 – 2022


LEMBAR PENGESAHAN

Setelah kami periksa dan amati selaku pembimbing mahasiswa:


Nama : Sikhah Ayu Damayanti
Prodi : D3 Keperawatan
Nim : 2020035
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Resiko Gangguan
Integritas Kulit Di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.

Serta perbaikan – perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa
laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Surabaya, 23 Juni 2022


Mahasiswa

Sikhah Ayu Damayanti


Nim. 2020035

Mengetahui Pembimbing Ruangan


Dosen Pembimbing Institusi UPTD Griya Werdha

Lela Nurlela, S. Kp., M. Kes Ajeng Nawang Wulan S. Kep., Ns


A. KONSEP LANSIA

1. Pengertian Lansia
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia bab i pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (azizah, 2011). Penuaan merupakan proses normal yang
berhubungan dengan waktu dimulai sejak lahir hingga berlanjut sepanjang hidupnya,
sedangkan usia tua yakni fase akhir dari rentang kehidupan (fatimah, 2010).
Penurunan kemampuan akal, fisik yang dimulai dengan beberapa perubahan
dalam hidup merupakan tahap akhir siklus kehidupan yang dialami oleh lansia. Usia
lanjut sebagai tahap akhir perkembangan normal yang akan terjadi dan dialami oleh
setiap individu serta tidak dapat dihindari. Usia lanjut yakni kelompok orang yang
mengalami suatu proses perubahan secara bertahap.
Lansia merupakan suatu masa transisi kehidupan terakhir yang sebetulnya masa
sangat istimewa karena tidak semua manusia mendapatkan kesempatan berada dalam
tahap ini (sutarti, 2014). Menua bukanlah suatu penyakit, tapi proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(padila, 2013).

2. Klasifikasi Lansia
Menurut world health organization (who, 2013).
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Menurut depkes ri (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4) Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

3. Masalah – Masalah Kesehatan Yang Terjadi Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem,
antara lain (azizah, 2011)
1) Lansia dengan masalah kesehatan pada system pernafasan, antara lain penyakit
paru obstruksi kronik, tuberkulosis, influenza dan pneumonia.
2) Lansia dengan masalah kesehatan pada system kardiovaskuler, antara lain
hipertensi dan penyakit jantung koroner.
3) Lansia dengan masalah kesehatan pada system neurologi, seperti cerebro vaskuler
accident.
4) Lansia dengan masalah kesehatan pada system musculoskeletal, antara lain:
faktur, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gout artritis, osteporosis.
5) Lansia dengan masalah kesehatan pada system endokrin, seperti dm.
6) Lansia dengan masalah kesehatan pada system sensori, antara lain: katarak,
glaukoma, presbikusis.
7) Lansia dengan masalah kesehatan pada system pencernaan, antara lain: gastritis,
hemoroid, konstipasi.
8) Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan, antara
lain: menoupause, inkontinensia
9) Lansia dengan masalah kesehatan pada system integument, antara lain: dermatitis
seborik, pruitis, candidiasis, herpes zoster, ulkus ekstremitas bawah, pressure
ulcers.
10) Lansia dengan masalah kesehatan jiwa, seperti demensia.

4. Proses Menua
Menua atau proses menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan postur
tubuh yang tidak proporsional (nugroho, 2012).

5. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Berikut ini merupakan beberapa perubahan yang terjadi pada lansia menurut aspiani
(2014).
1) Perubahan fisiologi pada lansia
a) Perubahan system kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningkat
b) Perubahan system pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar
dan jumlahnya berkurang, kemampuan batuk berkurang.
c) Perubahan system persyarafan
Berat otak menurun 10-20%, lambat dalam merespon dan waktu,
mengecilna saraf panca indera, kurang sensitif terhadap sentuhan.
d) Perubahan system gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esophagus melebar, lambung:
rasa lapar menurun, peristaltic lemah, fungsi absorbsi melemah dan liver
makin mengecil dan menurun.
e) Perubahan system urinaria
Fungsi ginjal menurun, otot-otot vesika urinaria lemah, kapasitasnya
menurun.
f) Perubahan system endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi parathyroid dan
sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya bmr
(basal metabolic rate).
g) Perubahan system indera
1) Sistem pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pendengaran), membrane timpani menjadi
atropi, terjadinya pengumpulan serumen, pendengaran menurun.
2) Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, lensa keruh, daya adaptasi
terhadap kegelapan. Lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
3) Sistem perabaan
Indera peraba mengalami penurunan
4) Sistem pengecap dan penghidu
Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang
asin dan banyak berbumbu, penciuman menurun.
h) Perubahan system integumen
Kulit mengkerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, pertumbuhan kuku
lebih lambat, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
i) Perubahan system musculoskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) makin rapuh dan osteoporosis, kifosis,
discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar
dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis.
j) Perubahan system reproduksi
Pada perempuan frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara
bertahap, menciutnya ovary dan uterus, atrofi payudara, selaput lendir
vagina menurun, produksi estrogen dan progesterone oleh ovarium
menurun saat menopause. Pada laki-laki penurunan produksi spermatozoa,
dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun. Dorongan dan
aktivitas seksual berkurang tetapi tidak hilang sama sekali.

2) Perubahan psikososial pada lansia


A. Pensiun
Nilai seseorang diukur oleh produktivitas dan identitas dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaannya. Jika seseorang pensiun, maka akan
mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
B. Merasakan atau sadar terhadap kematian.
C. Perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih
sempit).
D. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat dan penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
E. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
F. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
G. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
H. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga.
I. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri

3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin berintegrasi dalam kehidupan. Lansia semakin
teratur dalam kegiatan beribadah. Lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap
konsep dan realitas kehidupan azizah dalam zulmi (2016).
4) Perubahan pola tidur dan istirahat
Penurunan aliran darah dan perubahan dalam mekanisme neurotransmitter dan
sinapsis memainkan peran penting dalam perubahan tidur dan terjaga yang
dikaitkan dengan faktor pertambahan usia. Faktor ekstrinsik seperti pensiun juga
dapat menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada kebutuhan untuk beraktivitas
dan kebutuhan energi sehari-hari serta mengarah perubahan pola tidur. Keadaan
sosial dan psikologis yang terkait dengan faktor predisposisi terjadinya depresi
pada lansia, kemudian mempengaruhi pola tidur lansia. Pola tidur dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, dan bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh penuaan
(maas, 2011).

B. KONSEP PENYAKIT KULIT


1. Anatomi Fisiologi Kulit

1) Definisi kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan penahan
terhadap bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh
vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan jaringan subkutan (effendi, 1999)
a) Epidermis
Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang
tersusun atas dua lapisan tampak : selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis.
b) Dermis
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat longgar dan
terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut
kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis terenggang dan memiliki
daya tahan. Seluruh dermis terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang
berfungsi mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag yang memililki
fungsi memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme (corwin, 2009). Dermis terdiri dari dua
lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars
retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabutserabut; serabut kolagen,
serabut elastic, dan serabut retikulus (susanto dan ari, 2013)
c) Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di bawahnya.
Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung pada area tubuh dan
nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf (sloane, 1994). Sel lemak
berbentuk bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan
jumlah antara laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker
atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot
(susanto dan ari, 2013).

2) Bagian – bagian kulit


Kulit pada manusia mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari:
 Hipodermis
 Kelenjar keringat
 Kelenjar sebasea
 Appendises (meliputi rambut dan kuku)
 Rambut
 Kuku
3) Fungsi kulit
 Kulit pada manusia mempunyai banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostatis
tubuh:
 Fungsi absorps
 Fungsi ekskresi
 Fungsi pengaturan suhu tubuh
 Fungsi pelindung
 Fungsi peraba

2. Definisi Penyakit Gatal


Gatal adalah sensasi kulit yang memicu refleks untuk menggaruk area tertentu pada
tubuh. Penyebabnya bisa bermacam-macam, dari kulit kering hingga yang diakibatkan dari
beberapa penyakit. Sementara kasus gatal-gatal ringan dan menengah dapat dengan mudah
diatasi dengan menggunakan krim atau salep penghilang rasa gatal, beberapa kasus yang parah
yang melibatkan area luas pada tubuh memerlukan perawatan serius.
pruritus adalah istilah medis untuk rasa gatal yang menimbulkan keinginan untuk
menggaruk. Pruritus umumnya bukan merupakan kondisi yang serius, tetapi bisa menimbulkan
rasa tidak nyaman dan memicu timbulnya luka serta infeksi.
Pruritus merupakan gejala di kulit akibat suatu penyakit atau kondisi tertentu. Walau terjadi di
kulit, pruritus tidak hanya disebabkan oleh penyakit kulit, tetapi juga dapat disebabkan oleh
masalah pada organ atau sistem organ lain.

3. Etiologi
Pruritus bukan sebuah penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit atau kondisi lain.
Pruritus terjadi ketika saraf penghantar sinyal gatal di kulit mengalami rangsangan dan
mengirimkan sinyal tersebut ke otak.
Ada beragam kondisi yang dapat merangsang timbulnya rasa gatal. Meski begitu, terkadang
penyebab pruritus sulit untuk diketahui.
Berdasarkan bagian tubuh yang terdampak, pruritus dapat terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:

1) Pruritus lokal
Pruritus lokal merupakan gatal yang terjadi di bagian tubuh tertentu saja. Pruritus jenis ini
umumnya terjadi akibat iritasi atau peradangan di area kulit tersebut. Selain rasa gatal, pruritus
biasanya akan menimbulkan ruam kulit. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
penyebab pruritus lokal:
a) Pruritus akibat kondisi kulit
pruritus lokal umumnya terjadi akibat adanya penyakit atau gangguan di kulit. Beberapa
penyakit kulit yang dapat menimbulkan pruritus, yaitu:
 Kulit kering (xerosis)
 Ketombe
 Urtikaria (biduran)
 Dermatitis
 Miliaria (biang keringat)

b) Pruritus akibat infeksi


Infeksi kulit juga dapat menimbulkan pruritus lokal. Ada beberapa penyebab infeksi pada
kulit, yaitu:
 Infeksi virus, seperti herpes zoster
 Infeksi parasit, seperti kudis, kutu, dan cutaneous larva migrans
 Infeksi jamur, seperti kutu air, candidiasis, dan kurap
 Infeksi bakteri, seperti folikulitis dan impetigo

c) Pruritus akibat alergi atau iritasi


Pruritus lokal dapat timbul akibat alergi atau iritasi pada kulit. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan alergi atau iritasi kulit adalah:
 Sabun mandi dengan kandungan bahan kimia yang keras, seperti pewangi dan detergen
 Bahan kosmetik, seperti parfum, pewarna rambut, dan cat kuku
 Logam pada perhiasan
 Bahan pakaian, seperti kain wol
 Penggunaan obat oles
d) Pruritus akibat paparan tertentu
Pruritus lokal juga dapat terjadi akibat paparan dari lingkungan sekitar, antara lain:
 Sinar matahari langsung
 Udara kering
 Hawa dingin
 Goresan (menyebabkan dermatographia)
 Gigitan serangga
Pruritus lokal juga dapat terjadi tanpa adanya masalah yang tampak pada kulit. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh gangguan pada saraf penghantar sinyal gatal di area tersebut atau di
sepanjang perjalanan saraf tersebut ke tulang belakang. Contoh kondisi yang dapat menyebabkan
pruritus jenis ini adalah multiple sclerosis dan saraf terjepit.

2) Pruritus sistemik
Pruritus sistemik menyebabkan rasa gatal di seluruh tubuh. Pruritus jenis ini terjadi bukan
karena adanya gangguan pada kulit, melainkan akibat gangguan pada sistem di dalam tubuh.
Beberapa gangguan tersebut adalah:
a) Alergi terhadap obat, seperti aspirin dan opioid
b) Gangguan metabolisme, seperti gagal ginjal kronis dan penyakit hati
c) Kelainan darah, seperti anemia defisiensi besi dan polisitemia vera
d) Gangguan endokrin, seperti penyakit tiroid dan diabetes melitus
e) Perubahan hormon akibat kehamilan atau menopause
f) Gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, obsessive compulsive disorder
(ocd), dan trikotilomania

4. Tanda Dan Gejala Kulit Gatal


1) Gejala utama penyakit ini adalah gatal di area tertentu, seperti di tangan, kaki, atau di
seluruh tubuh. Kulit yang gatal dapat terjadi tanpa disertai dengan perubahan atau
kelainan yang tampak di kulit. Kelainan kulit yang biasanya disertai dengan gatal atau
pruritus adalah:
2) Kulit kemerahan
3) Benjolan, bintik atau lepuhan
4) Kulit kering dan pecah-pecah
5) Kulit bersisik
6) Terkadang gatal dapat bertahan lama dan terasa memburuk. Ketika penderita menggaruk
atau menggosok, area tersebut menjadi lebih gatal. Semakin area tersebut gatal, maka
penderita akan semakin menggaruknya. Siklus gatal dan menggaruk ini dapat merusak
kulit, bahkan bisa menyebabkan infeksi.

5. Woc (web of caution)


6. Manifestasi klinis

ada beragam faktor yang menjadi penyebab timbulnya rasa gatal di sekujur tubuh. Mulai
dari kulit kering akibat usia yang semakin menua atau kebiasaan buruk sehari-hari hingga
pertanda dari penyakit sistemik, termasuk gagal ginjal, kanker dan hiv/aids.

1) Kulit kering

kulit kering (xerosis) menjadi salah satu penyebab gatal seluruh tubuh yang paling
umum, terlebih di kalangan lansia. Lantaran semakin menua usia seseorang, aktivitas kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) yang dimilikinya pun akan semakin menurun.

Selain itu, terjadinya xerosis juga dapat dipicu oleh sejumlah alasan, seperti faktor lingkungan,
efek samping obat-obatan dan kebiasaan buruk seperti sering mandi dengan air hangat, kurang
minum, sering menggosok atau menggaruk kulit dengan kasar, dll.

2) Alergen & iritan

timbulnya rasa gatal di seluruh tubuh juga dapat disebabkan oleh paparan terhadap
alergen atau iritan, seperti makanan, produk kosmetik atau perawatan tubuh sehari-hari, obat-
obatan (hipertensi, penurun kolesterol, opioid, dll.), udara, debu, gigitan serangga dan banyak
lagi.

Di samping gatal dan ruam kemerahan, reaksi yang timbul akibat paparan alergen/iritan dapat
disertai pula dengan pembengkakan pada area tubuh tertentu hingga reaksi anafilaksis yang
mengancam nyawa.

3) Penyakit kulit

ada banyak jenis penyakit kulit yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tubuh, misalnya
seperti eksim, psoriasis, skabies/kudis dan cacar air. Selama tidak terjadi infeksi sekunder, rasa
gatal yang timbul akibat penyakit kulit semacam ini hanya akan memengaruhi area tubuh
tertentu, tidak seluruhnya.

4) Gangguan saraf

gangguan saraf seperti multiple sclerosis, neuropati diabetik, saraf terjepit atau herpes
zoster termasuk salah satu penyebab gatal seluruh tubuh yang kurang begitu disadari.
Pada kasus ini, rasa gatal yang timbul biasanya akan disertai dengan gejala lain. Beberapa
diantaranya, yakni kelelahan yang parah, mati rasa pada area tertentu dan menurunnya
kemampuan kognitif juga motorik.

5) Penyakit sistemik

kemungkinan lain dari penyebab gatal seluruh tubuh dapat dipicu oleh penyakit sistemik,
seperti pada kasus gagal ginjal. Dimana akan terjadi peningkatan kadar ureum (hasil akhir
metabolisme protein) yang akan menyebar di dalam darah dan menimbulkan manifestasi gatal di
seluruh tubuh.

Beberapa penyakit sistemik lainnya yang dapat menimbulkan gejala serupa yakni gangguan
fungsi liver, penyakit tiroid, anemia defisiensi besi, kanker (terutama limfoma hodgkin) dan
hiv/aids.

6) Faktor psikis

faktor psikis, seperti stres, depresi dan gangguan kecemasan lainnya menjadi penyebab
gatal seluruh tubuh yang acap kali diabaikan. Ada banyak kasus seperti ini, dimana penderitanya
tak memiliki riwayat alergi ataupun penyakit fisik, namun mengeluh mengalami gatal di sekujur
tubuh yang tak kunjung pergi.

Setelah berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter, barulah diketahui bahwa keluhan yang
dialaminya tersebut bersumber dari masalah psikis yang terus-menerus disimpan. Jika merasakan
hal yang sama, segera singkirkan masalah psikis yang dialami melalui manajemen stres yang
baik.

7) Kehamilan

sebenarnya gatal yang didapat selama kehamilan bisa dibilang normal dan hanya bersifat
ringan. Kondisi yang dialami oleh sekitar 25% ibu hamil ini biasanya dipicu oleh perubahan
hormon serta peningkatan suplai darah ke kulit. Payudara, perut dan paha menjadi area tubuh
yang paling sering disinggahi rasa gatal.

Mengingat penyebab gatal seluruh tubuh begitu beragam, penting untuk segera memeriksakan
diri ke dokter, terlebih bila telah berlangsung lama atau disertai dengan gejala lain. Dengan
demikian rasa gatal yang dialami dapat ditangani berdasarkan penyebab yang mendasarinya.
7. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap
2) Tes darah biokimia (alkaline phosphatase, bilirubin, urea, kreatinin)
3) T4 (tiroksin), betis (tiroksinsvyazıvayusçiy globulin)
4) Tes darah untuk besi, feritin
5) Tes darah untuk protein total dan fraksi protein (a1, a2, beta, gamma)
6) Vic-serology (ifa-vic)
7) Tes darah okultisme tinja
8) Analisis tinja untuk telur cacing
9) Analisis urin (5-hydroxyindole acetic acid, 17-ketosteroids)
10) Biopsi kulit (histologi, imunofluoresensi, mikroskop elektron)
11) X-ray dan ultrasound
12) Endoskopi (fibroesofagogastroduodenoskopi, sigmoidoskopi, kolonoskopi, laparoskopi)

8. Penatalaksanaan
A. Farmakologi
1) Krim kortikosteroid, untuk meredakan gatal dan kemerahan di kulit
2) Obat antihistamin, untuk mengatasi pruritus yang disebabkan oleh urtikaria
3) Obat antidepresan golongan trisiklik, seperti doxepine, untuk mengatasi pruritus kronis
meski tidak ada gejala depresi
4) Terapi perilaku kognitif, untuk membantu pasien mengatasi stres atau masalah kesehatan
mental yang memicu pruritus

B. Non farmakologi
1) Menggunakan krim atau losion pelembap kulit, terutama yang mengandung calamine
atau menthol, untuk meredakan gatal dan mencegah kulit kering
2) Menggunakan sabun mandi dan deterjen yang lembut, untuk mencegah iritasi pada kulit
3) Mandi dengan air hangat (bukan air panas), untuk meredakan gatal
4) Menghindari bahan pakaian tertentu yang dapat menimbulkan gatal, misalnya kain wol
dan sintetis
5) Mengompres area kulit yang gatal dengan kain dingin atau es batu, untuk meredakan
gatal tanpa harus menggaruk kulit
6) Menahan diri untuk tidak menggaruk bagian yang gatal dengan menutup area tersebut
7) Memastikan tubuh mendapatkan waktu istirahat yang cukup

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy 1995, dalam Dermawan, 2012).

a. Data Subjektif

Berisi mengenai identitas pasien dan keluarga. Kemudian, keluhan utama pasien yang
mengarah ke tanda dan gejala munculnya luka dekubitus yang dirasakan pasien, seperti merasa
gatal, nyeri, dan panas. Riwayat kesehatan juga penting dikaji untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi proses terjadinya luka dan penyembuhan
luka, misalnya penyakit kardiovaskuler, diabetes, gagal ginjal, immunosuppresi, gastrointestinal,
trauma infeksi, dan yang lainnya. Pengkajian riwayat terjadi luka mencakup faktor-faktor yang
dapat memperberat atau mempercepat proses luka serta mendokumentasikannya secara lengkap.

b. Data Objektif

1) Berisi keadaan umum pasien meliputi tanda-tanda vital pasien. Pasien stroke umumnya
mengalami penurunan kesadaran dan kelemahan bahkan kelumpuhan anggota gerak. Kekuatan
otot juga mengalami penurunan. Suara bicara kadang mengalami gangguan, yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara, dan tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi

2) Pemeriksaan fisik

a) Vasculer ulcers, yaitu dengan mengevaluasi kulit (lembab atau kering), warna kuku, warna
rambut ekstremitas, capillary refill, akral, dan edema ekstremitas.
b) Arterial ulcers, ditandai dengan adanya kelemahan atau hilangnya denyut nadi, kulit, dan
hilangnya rambut pada ekstremitas.

c) Neuropathic ulcers dengan menggunakan skala Braden untuk menilai risiko luka dekubitus.
Skala Braden memiliki indakator – indikator, yaitu parameter persepsi sensori, kelembapan,
mobilitas, pola nutrisi, pergeseran dan pergesekan.

3) Data hasil pemeriksaan laboratorium perlu diperhatikan, meliputi : Pemeriksaan kultur


drainase apabila terdapat luka, dikerjakan untuk menentukan apakah luka mengalami infeksi atau
tidak serta untuk mengetahui organisme penyebab infeksinya. Infeksi dapat diketahui dari
adanya peningkatan jumlah leukosit. Penurunan leukosit mengindikasikan risiko terhadap
infeksi. Pemeriksaan albumin dilakukan untuk menentukan perkembangan penyembuhan luka.
Pemeriksaan laboraturium : Hb, produksi cairan luka, leukosit, koagulasi, protein, dan glukosa.

4) Tingkat Kesadaran Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran pasien stroke biasanya berkisar
pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila pasien sudah mengalami koma maka
penilaian Glasgos Coma Scale (GCS) sangat penting. Nilai GCS kesadaran composmentis (15-
14), apatis (13-12), delirium (11-10), somnolen (9-7), sopor (6-5), semi koma atau koma ringan
(4), dan koma (3).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan pasien yang
ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Diagnosa berhubungan yang mungkin muncul pada pasien stroke menurut Arif Muttaqin (2012)
yang sesuai SDKI tahun 2017, yaitu :

1) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan diseksi arteri, aneurisma serebri,
embolisme, dan hipertensi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi,
dan gangguan neuromuskular.
4) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, penurunan
mobilitas, faktor mekanis (gesekan dan penekanan), kelembaban, dan penekanan pada
tonjolan tulang.
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang


merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012)

N DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)


O (SDKI) (SLKI)
1 D.0054 L.14125 Integritas Kulit dan I.08251 Terapi
Gangguan Jaringan Ekspektasi: meningkat Pemijatan/Masase
mobilitas fisik Kriteria hasil: Observasi :
berhubungan 1. Elastisitas meningkat 1. Identifikasi
dengan 2. Hidrasi meningkat kontraindikasi masase
penurunan 3. Perfusi jaringan meningkat (misal. penurunan
kekuatan otot, 4. Kerusakan jaringan menurun trombosit , gangguan
kekakuan sendi, 5. Kerusakan lapisan kulit menurun integritas kulit, deep vein
dan gangguan 6. Perdarahan menurun thrombosis, area lesi,
neuromuskular. 7. Kemerahan menurun kemerahan atau radang,
8. Hematoma menurun tumor, dan
9. Pigmentasi abnormal menurun hipersensitivitas terhadap
10. Jaringan parut menurun sentuhan
11. Nekrosis menurun 2. Identifikasi kesediaan
12. Suhu kulit membaik dan penerimaan dilakukan
13. Tekstur membaik masase. 3. Monitor respon
terhadap masase.
Terapeutik:
1. Tetapkan jangka waktu
untuk masase.
2. Pilih area tubuh yang
akan dimasase
3. Cuci tangan dengan air
hangat.
4. Siapkan lingkungan
yang hangat, nyaman, dan
privasi. 5. Buka area yang
akan dimasase,sesuai
kebutuhan. 6. Tutup area
yang tidak terpajan (mis.
dengan selimut, seprai,
handuk mandi)
7. Gunakan lotion atau
minyak untuk mengurangi
gesekan (perhatikan
kontraindikasi penggunaan
lotion atau minyak tertentu
pada tiap individu)
8. Lakukan masase secara
perlahan
9. Lakukan masase dengan
teknik yang tepat.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan.
2. Anjurkan rileks selama
dimasase.
3. Anjurkan beristirahat
setekah dilakukan masase.
2 D.0139 Risiko L.14125 Integritas Kulit dan Jaringan I.11353 Perawatan
gangguan Ekspektasi: meningkat Integritas
integritas kulit Kriteria hasil: Kulit
berhubugan 1. Elastisitas meningkat Observasi:
dengan 2. Hidrasi meningkat 1. Identifikasi penyebab
perubagan 3. Perfusi jaringan meningkat gangguan integritas kulit
sirkulasi, 4. Kerusakan jaringan menurun (misalnya perubahan
penurunan 5. Kerusakan lapisan kulit menurun sirkulasi, perubahan
mobilitas, faktor 6. Perdarahan menurun status nutrisi, penurunan
mekanis (tirah 7. Kemerahan menurun kelembaban, suhu
baring yang lama 8. Hematoma menurun lingkungan ekstrem,
menimbulkan 9. Pigmentasi abnormal menurun penurunan mobilitas).
penekanan dan 10. Jaringan parut menurun Terapeutik :
gesekan), 11. Nekrosis menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam
kelembaban, dan 12. Suhu kulit membaik jika tirah baring
penekanan pada 13. Tekstur membaik 2. Lakukan masase pada
tonjolan tulang. area penonjolan tulang
3. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama periode
diare.
4. Gunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk
berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif.
6. Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion,
minyak).
2. Anjurkan minum air
yang cukup.
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur.
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem.
6. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah.
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.


Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Implementasi keperawatan dilakukan pada pasien stroke dengan risiko
kerusakan integritas kulit selama 7 hari. Penulis akan melakukan observasi respon pasien
terhadap pemberian tindakan masase punggung. Masase melibatkan gerakan menggosok,
menepuk, dan meremas yang akan menghasilkan panas pada permukaan kulit. Hal ini
menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah sehingga akan meningkatkan sirkulasi darah
sehingga terjadi suplai darah ke daerah yang tertekan. Masase dilakukan dengan
mengaplikasikan minyak atau lotion pada bagian punggung yang diindikasi mengalami luka
dekubitus dengan menggunakan telapak tangan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya (respon subjektif dan
objektif). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap tindakan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah,
2011). Setelah diberikan tindakan keperawatan masase punggung selama 6 hari yang dilakukan
dengan mengaplikasikan minyak atau lotion pada area punggung pasien, dilakukan evaluasi
terhadap respon pasien. Respon yang akan diobservasi oleh penulis adalah respon subjektif dan
objektif. Respon subjektif didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pasien berupa
keluhan yang dirasakan. Respon objektif didapatkan dari hasil observasi menggunakan skala
Braden yang digunakan untuk menilai dan memonitor risiko luka dekubitus. Selain itu, hasil
observasi keadaan kulit sesuai SLKI tahun 2019, meliputi elastisitas meningkat, idrasi
meningkat, perfusi jaringan meningkat, kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit
menurun, perdarahan menurun, kemerahan menurun, hematoma menurun, pigmentasi abnormal
menurun, jaringan parut menurun, nekrosis menurun, suhu kulit membaik, dan tekstur membaik
DAFTAR PUSTAKA

asriani, t. (2018). karya tulis ilmiah. APLIKASI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN
TEKNIK MASSAGE , 45.

Ni Made Ridla Nilasanti Parwata, D. N. (2022). nursing journal. Penerapan Posisi Lateral 30
Derajat dan Massage Menggunakan Virgin Cocunut Oil (VCO) Terhadap Risiko
Kerusakan Integritas Kulit Pada Pasien Stroke, vol 3, no 1.

widiyanti, l. n. (2018). e-journal keperawatan. RISIKO KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT


PADA KLIEN STROKE DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA, vol 11, no
3.

Zuriati Rahmi. (2016). Tugas akhir. Asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
gangguan integritas kulit pada kaki melalui perawatan kaki foot care = Nursing of care
among elderly with impaired skin integrity on the foot through foot care / Zuriati Rahmi,
77.

Anda mungkin juga menyukai