Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

a. Definisi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Ekasari (2018), lansia
adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya1. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas2. Lansia sendiri bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Effendi, 2009)3. Proses
tua tersebut alami terjadi dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap
orangakan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan akan mengalami
kemunduran fisik mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Berdasarkan UU
Kes. No. 23 1992 Pasal 19 ayat 1 menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial.4

b. Batasan Lansia

Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia dari
berbagai pendapat ahli (Azizah, 2011):

Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan usia lansia, yaitu:

a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun


b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

1
Sumber: Ekasari, M., Riasmini, N., dan Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media
2
Sumber: PP RI No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
3
Sumber: Effendi, F dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika
4
Sumber: UU Kes. No. 23 Tahun 1992 tantang Kesehatan
Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :
a) Pralansia, seseorang yang berusiaanatra 45-59 tahun.
b) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.5

2.2 Perubahan Pada Lansia

Terdapat banyak perubahan fisiologi yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut
tidak bersifst patologis, tetapi dapat membat lansia lebih rentan terhadap beberapa
penyakit. Perubahan fisiologis lansia menurut Effendi & Makhfudli (2009) antara lain6:

a. Sistem integument
Seiring proses penuaan, kulit akan kehilangan elastisitas dan kelembabannya.
Lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga mengecil da menjadi kaku. Kulit
menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,permukaan kulit kasar dan bersisik,
menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit
kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya
dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. Kesulitan mengatur suhu
tubuh karena penurunan ukuran, jumlah dan fungsi kelenjar kerigat serta kehilangan
lemak subkutan. Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35OC, hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil,
dantidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas
otot.

5
Sumber: Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
6
Sumber: Effendi, F dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika
b. Sistem muskuloskeletal
Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan rentang gerak
dan gerakan yang melambat. Perubahan ini merupakan contoh dari banyaknya
karakteristik normal lansia yang berhubungan dengan proses menua. Penurunan
massa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah. Columavertebralis
mengalami kompresi sehingga menyebabkan penurunan tinggi badan. Peningkatan
jaringan adiposa, penurunan pembentukan kolage dan massa otot serta penurunan
viskositas cairan sinovial, lebih banyakmembran sinovial yang fibrotik.
c. Sistem Neurologis
Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1 % per tahun setelah usia 50 tahun.
Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%. Akibat penurunan jumlah
neuron ini, fungsi neurotrasmiter juga berkurang. Transmisi saraf lebih lambat,
perubahan degeneratif pada saraf-saraf pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus
kurang efektif dalam mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks
kornea lebih lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur.
d. Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan menjadikaku, menurunnya aktivitas
dari silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik
napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas
menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan
kekuatan otot pernapasan.
e. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan, esofagus melebar,
sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asamlambung dan waktu pengosongan
lambung menurun, peristalik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
f. Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurunhingga 50%, fungsi tubulus berkurang,otot kandung kemih
melemah,kapsitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang
airkecilmeningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan
retensiurine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami
pembesaranprostat hingga ± 75% dari besar normalnya.
g. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal danmenjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan
oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
h. Sistem Sensori
Penurunan daya akomodasi mata, penurunan adaptasi terang-gelap, lensa mata
menguning, perubahan persepsi warna, pupil lebih kecil, kehilangan pendengaran
untuk frekuensi nada tinggi, penebalan membran timpani, kemampuan mengecap dan
menghidu biasanya menurun, penurunan jumlah reseptor kulit dan penurunan fungsi
sensasi akan posisi tubuh.

2.3 Kebutuhan Lansia

Menurut Darmojo (2001) dalam Maryam.,dkk (2008), ada 10 kebutuhan lansia


(10 needs of the elderly), yaitu sebagai berikut:

1. Makanan cukup dan sehat (healthy food).


2. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
3. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
4. Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
5. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (technical, judicial assistance).
6. Transportasi umum (facilities for public transportations).
7. Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).
8. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9. Rasa aman dan tentram (safety feeling).
10. Bantuan alat-alat pancaindra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana
dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).7

7
Sumber: Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
2.4 Situasi Lansia

a. Perkembangan Penduduk di Dunia Tahun 2017

Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66


juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia
tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun
2035 (48,19 juta). 8

b. Struktur Penduduk di Indonesia

8
Sumber: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2017
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas
tujuh persen (Soeweno). Gambar di bawah memperlihatkan persentase lansia di
Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Selain itu,
terlihat pula bahwa persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase
penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase penduduk produktif 10-44 tahun terbesar
jika dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing population).9

c. Usia Harapan Hidup

Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia


(ageing), dimana 10% penduduk akan berusia 60 tahun ke atas.10

9
Sumber: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2017
10
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
d. Persentase Penduduk Lansia di Indonesia

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi Indonesia


berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur
penduduk tua. Dari gambar di bawah dapat dilihaat tiga provinsi dengan persentase
lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur
(12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua
(3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%).11

e. Persentasi Penduduk Lansia Menurut Jenis Kelamin

11
Sumber: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2017
Bila dilihat lansia berdasarkan jenis kelamin, penduduk lansia yang paling
banyak adalah perempuan, seper tampak pada gambar di atas. Hal ini menunjukkan
bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.12

f. Angka Kesakitan Penduduk Lansia

Waktu yang diperlukan seseorang dalam rangka proses penyembuhan dari


sakitnya bervariasi. Tingkat keparahan penyakit dan daya tahan tubuh seseorang
mempengaruhi lamanya menderita sakit. Semakin lama seseorang menderita sakit
menunjukkan bahwa sakit yang dideritanya cukup parah, begitu pula sebaliknya.13

g. Lansia yang Merokok Menurut Tipe Daerah

12
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016
13
Sumber: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2017
Masa tua jika tidak dijaga dengan baik dapat mengakibatkan ancaman nyawa,
sehingga segala upaya memang harus dirubah, salah satunya dengan perilaku hidup
sehat (PHBS), yang merupakan program pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat terutama lansia adalah perilaku merokok. Persentase penduduk
lansia yang merokok pada tahun 2015 masih cukup tinggi yaitu sebesar 26,04. Bila
menurut tipe daerah, persentase merokok di daerah perdesaan (29,11%) lebih tinggi
disbanding perkotaan (22,54%). Sedangkan menurut jenis kelamin, persentase
penduduk lansia laki-laki yang merokok jauh lebih besar (52,47%) dari pada lansia
perempuan (2,47%).14

h. Masalah Kesehatan Lansia

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat


proses penuaan sehingga penyakit dak menular banyak muncul pada lanjut usia.
Selain itu masalah degeneraf menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena
infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia
adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artris, stroke, Penyakit
Paru Obstrukf Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).15
Menurut jurnal yang ditulis oleh Misnaniarti yang berjudul Analisis Situasi
Penduduk Lanjut Usia dan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial di Indonesia

14
Sumber: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi, 2017
15
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
tahun 2017, populasi lansia di Indonesia yang cenderung terus meningkat
menimbulkan permasalahan kesehatan seperti berbagai penyakit tidak menular,
penyakit kronik dan degeneratif.16

2.5 Kebijakan tentang Lansia

a. Tujuan Kebijakan Lansia


1) Tujuan Umum
Menurut Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), tujuan umum
dari kebijakan lansia adalah untuk meningkatkan derajat lansia sehat, aktif,
mandiri, produktif, dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.
2) Tujuan khusus
Menurut Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), tujuan khusus
dari kebijakan lansia adalah untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
kesehatan satuan lansia, meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas
sektor, organisasi profesi, dan pihak terkait lainnya, meningkatkan ketersediaan
data dan informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatkan peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan lansia dalam upaya peningkatan
kesahatan lansia, meningkatkan peran serta lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat.17
b. Undang-Undang terkait Lansia
Menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2013), daftar perundang-
undangan terkait kelanjutusiaan adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Kategori program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia
menurut UU Nomor 13 tahun 1998 antara lain:
a) Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk
memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar
b) Bantuan Sosial adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tetap agar
lanjut usia potensial dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya

16
Sumber: Misnaniarti. (2017). “Analisis Situasi Penduduk Lanjut Usia dan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Sosial di Indonesia”. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 8:2
17
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
c) Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial adalah upaya perlindungan dan
pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar
d) Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental
spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap
didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial para lansia
ini, seperti yang tertulis dalam PP Nomor 43 tahun 2004, yaitu:
a) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual
b) Pelayanan kesehatan
c) Pelayanan kesempatan kerja
d) Pelayanan pendidikan dan pelatihan
e) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
f) Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
g) Perlindungan sosial
h) Bantuan sosial
3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi
5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6) Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut
Usia
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanganan Lanjut Usia di Daerah18
8) Permenkes Nomor 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di
Rumah Sakit merupakan pedoman dalam pelayanan geriatri di Rumah Sakit. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan
keselamatan pasien geriatri di Rumah Sakit, serta memberikan acuan dalam
penyelenggaraan dan pengembangan pelayanan geriatri di Rumah Sakit.
Pelayanan geriatri diberikan kepada pasien lansia dengan kriteria memiliki lebih

18
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013
dari satu penyakit fisik dan/atau psikis; atau memiliki satu penyakit dan
mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi
dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Mengingat penyakit
yang dialami oleh lansia tersebut lebih dari satu, maka konsep pelayanan geriatri
terpadu bagi lansia perlu dikembangkan di Rumah Sakit, sehingga lansia
mendapatkan pelayanan one stop service yang melibatkan beberapa spesialis pada
satu tempat yang sama.19

2.6 Pelayanan Kesehatan Lansia

Menurut Pusat Data dan Informasi (2013), upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan
dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok lansia melalui program Puskesmas Santun
Lanjut Usia. Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kepada lansia dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif di
samping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro-aktif, baik dan sopan serta
memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia.20

(Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016)

19
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
20
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013
Menurut Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), bentuk
pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang diberikan di Puskesmas yaitu:
1) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas
2) Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang
aman dan mudah diakses
3) Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dan keluarga secara
berkesinambungan
4) Melakukan pelayanan secara pro-aktif untuk dapat menjangkau sebanyak
mungkin sasaran lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas
5) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup
6) Melakukan kerjasama dengan lintas sektor, termasuk organisasi masyarakat.

Hasil pengembangan program sampai tahun 2015, jumlah Puskesmas yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan lansia sebanyak 824 Puskesmas dengan
rincian per provinsi sebagai berikut:

Hasil statistika di atas menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas Santun Lansia


terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 158 Puskesmas.21

21
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
b. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Poliklinik
Geriatri di Rumah Sakit.
c. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi usia
lanjut. Program kesehatan lansia adalah upaya kesehatan berupa promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan status kesehatan lansia.
Kegiatan program kesehatan lansia terdiri dari:
1) Kegiatan promotif penyuluhan tentang Perilaku Hidup Sehat dan Gizi Lansia
2) Deteksi Dini dan Pemantauan Kesehatan Lansia
3) Pengobatan ringan bagi lansia
4) Kegiatan rehabilitatif berupa upaya medis, psikososial dan edukatif22

Kelompok lansia atau dikenal juga dengan sebutan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah suatu wadah
pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk
lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat
bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menik beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Selain pelayanan kesehatan, upaya lain
juga memberikan manfaat besar bagi lansia, yaitu pelayanan sosial, agama, pendidikan,
keterampilan, olah raga, seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Pusat Data dan Informasi, 2016). Menurut jurnal yang ditulis oleh
Moniaga.,dkk yang berjudul Pengaruh Senam Bugar Lansia terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah tahun 2013, terjadi penurunan
tekanan darah pada lansia yang melakukan aktivitas fisik senam bugar lansia.23

22
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013
23
Sumber: Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016
Menurut Infodatin Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), sampai tahun
2015, jumlah kelompok lansia (Posyandu Lansia) yang memberikan pelayanan promotif
dan preventif tersebar di 23 provinsi di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Hasil statistika di atas menunjukkan bahwa jumlah Posyandu Lansia terbanyak terdapat
di provinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 54.522 Posyandu.24

24
Sumber: Infodatin Sumber Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016

Anda mungkin juga menyukai