Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MASALAH SOSIAL DAN TERAPI SOSIAL PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

SEPTIA NANDA SARI 175140016


YUSI ANGGRAINI 175140053
PUTRI AMELIA 175140031
MELLY SURYANI 175140001
YOSUA WINATA 175140015
DANDY RINALDI AZMI 175140017
DAMAR PANYOBO 175140029
I KOMANG BAGAS T 175140020
YANBADU 175140049
FAJAR DWI SULISTYO 175140030

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH MASALAH SOSIAL DAN TERAPI SOSIAL PADA LANSIA ini tepat dengan
waktunya. Sholawat beserta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabat, keluarga dan semoga tercurah kepada kita semua selaku umatnya.

Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi dalam bidang keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah
ini selanjutnya dapat lebih baik. Akhir kata kami berharap semoga makalah masalah sosial dan
terapi sosial pada lansia ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Bandar Lampung, 3 November 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. II

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….... 4


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 5
C. Tujuan …………………………………………………………………………. 5
D. Manfaat ..…………………………………………………………….………… 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian lansia ……………………………………………………………… 7


B. Definisi social ………………………………………………………………… 8
C. Interaksi social ………………………………………………………………... 8
D. Peran lansia dalam social masyarakat ………………………………………… 9
E. Perubahan lansia dalam peran social di masyarakat ………………………….. 9
F. Permasalahan social terkait kesejahteraan lansia …………………………….. 10
G. Hubungan social budaya dengan lansia ………………………………………. 11
H. Mata rantai antara kebudayaan dengan kesehatan lansia ……………………... 12
I. Permasalahan aspek social budaya …………………………………………… 13
J. Tujuan terapi social pada lansia ………………………………………………. 13
K. Jenis terapi social pada lansia ………………………………………………… 14
L. Prinsip terapi social pada lansia ………………………………………………. 17
M. Manfaat terapi social bagi lansia ……………………………………………… 18

BAB III PENUTUP

A. Saran …………………………………………………………………………... 19
B. Kesimpulan ….……………………………………………………………….... 19

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 20


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini
biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya (Wahyunita dan Fitrah 2010). Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2008).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin
berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia (Nugroho, 2008).
Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang
yang sakit-sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus
lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu
saja tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja
dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, lanjut usia
harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan
spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis. Perubahan yang terjadi pada lansia itu
mengarah pada kemunduran, perubahan dari segi biologi seperti menurunnya cairan
tulang sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar
dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tedon mengerut, dan mengalami sklerosis,
dan lain-lain.
Dari sisi sosial, kehilangan pasangan hidup dan teman-teman yang akhirnya lansia
tersebut merasakan kesepian. Dari sisi psikologi Perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi short term memory, frustasi, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan 3 keinginan, depresi, kecemasan dan kesepian akibat dari
kehilangan orangorang terdekatnya serta kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat
seperti keluarga. (Nugroho, 2008).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis,
fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang,
mulai lelah, gerakan mulai lamban, dan kurang lincah. Masalah tersebut akan berpotensi
pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).
Adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada fisik,
psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stress
(Azizah, 2011).
Factor yang mempengaruhi stress pada lansia ada dua yaitu, factor internal dan
eksternal. Factor internal adalah sumber stress yang berasal dari diri seseorang sendiri
seperti penyakit dan konflik. Sedangkan factor eksternal adalah sumber stress yang
berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stress juga dapat
menimbulkan dampak negative misalnya pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah,
sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan berubah, tidak bias tidur ataupun merokok terus
menerus (Niken, 2014).

B. Rumusan Masalah
Setelah meninjau latar belakang diatas dapat kita ambil suatu masalah yang dapat
kita angkat sesuai dengan judul makalah ini :

1. Apa definisi lansia ?


2. Apa definisi sosial ?
3. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial ?
4. Bagaimana peran lansia dalam social masyarakat ?
5. Apa saja perubahan lansia dalam peran social di masyarakat ?
6. Apa permasalahan social terkait kesejahteraan lansia ?
7. Apa hubungan social budaya dengan lansia ?
8. Bagaimana mata rantai antara kebudayaan dengan kesehatan lansia ?
9. Bagaimana permasalahan aspek social budaya ?
10. Apa tujuan terapi social pada lansia ?
11. Apa saja jenis terapi social pada lansia ?
12. Apa prinsip terapi social pada lansia ?
13. Apa manfaat terapi sosial bagi lansia ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pengertian lansia
2. Mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pengertian sosial
3. Mahasiswa/i mampu mengetahui interaksi social
4. Mahasiswa/i mampu mengetahui peran lansia dalam social masyarakat
5. Mahasiswa/i mampu mengetahui perubahan lansia dalam peran social di masyarakat
6. Mahasiswa/i mampu mengetahui permasalahan social terkait kesejahteraan lansia
7. Mahasiswa/i mampu mengetahui hubungan social budaya dengan lansia
8. Mahasiswa/i mampu mengetahui mata rantai antara kebudayaan dengan kesehatan
lansia
9. Mahasiswa/i mampu mengetahui permasalahan aspek social budaya
10. Mahasiswa/i mampu mengetahui tujuan terapi social pada lansia
11. Mahasiswa/i mampu mengetahui jenis terapi social pada lansia
12. Mahasiswa/i mampu mengetahui prinsip terapi social pada lansia
13. Mahasiswa/i mampu mengetahui manfaat terapi social pada lansia

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/i lebih memahami
dan mendalami pokok bahasan tentang masalah social dan terapi social pada lansia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam ber7bagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang
mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera,
serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentangkehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini
dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi
di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).

B. Definisi Sosial
Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat
kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga
bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat
atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang
menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda
membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa,
menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang
tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba anda
ingat-ingat situasi dimana anda betul-betul sendirian. Pada saat itu anda tidak sedang
dalam pengaruh siapapun. Bisa dipastikan anda akan mengalami kesulitan menemukan
situasinya. Jadi, memang benar kata Aristoteles, sang filsuf Yunani, tatkala mengatakan
bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan manusia
berada dalam situasi sosial.

C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling
berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai dari saling
melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan, mengobrol, sampai
bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial adalah chatting di internet dan
bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya.
Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan menjadi dua,
yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang bersifat non-personal
atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat keakraban yang tinggi dan
adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu mencakup interaksi antara orangtua dan
anaknya yang saling menyayangi, interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara
suami dengan istri, atau interaksi antar teman dekat dan saudara.
Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab.
Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab. Termasuk juga
ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antar sesama
penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual
dan pembeli, dan sebagainya.

D. Peran Lansia Dalam Sosial Masyarakat


Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan
kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk
menyesuaiakan diri dengan menurunkan kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara
bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah
dilakukan didalam maupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari
kegiatan untuk menganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu
dikala masih muda dahulu.
Bagi beberapa lansia berkewajiban mengikuti rapat yang meyangkut kegiatan
sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan
pendapatan yang menurun setelah mereka pensiun. Akibat dari menurunnya kesehatan
dan pendapatan, maka mereka perlu menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup
yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang berbeda dengan masa lalu.

E. Perubahan Lansia Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur
dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi
akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.
Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

F. Permasalahan Sosial Terkait Kesejahteraan Lansia


Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut :
a. Permasalahan umum
 Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
 Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil.
 Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang
lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung
merugikan kesejahteraan lanjut usia.
 Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut
usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
 Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lanjut usia
b. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan
khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:
 Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan
penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung
kepada pihak lain.
 Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
 Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja
muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan
mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa
menganggur.
 Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
 Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi
terlantar.
 Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,
polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.

G. Hubungan Sosial Budaya Dengan Lansia


Kebudayaan merupakan sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang
dipelajari secara turun temurun , tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang
resiko bagi timbulnya suatu penyakit . Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan
tertentu yang sempit , tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan
perkembangan dari masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk di
rubah, tantangannya adalah mampukah seorang perawat memberikan penjelasan dan
informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan asuhan keperawatan yang akan di
berikan kepada lansia .
Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam
terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional warga
usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh atau Ketua
Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat istiadatnya, sehingga warga usia lanjut
dalam masyarakat ini masih terus memperlihatkan perhatian dan partisipasinya dalam
masalah - masalah kemasyarakatan. Hal ini secara tidak langsung berpengurah kondusif
bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental mereka.
Sebaliknya struktur kehidupan masyarakat modern sulit memberikan peran
fungsional pada warga usia lanjut,posisi mereka bergeser kepada sekedar peran formal,
kehilangan pengakuan akan kapasitas dan kemandiriannya. Keadaan ini menyebabkan
warga usia lanjut dalam masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap tema - tema
kehilangan dalam perjalanan hidupnya. Era globalisasi membawa konsekuensi
pergeseran budaya yang cepat dan terus – menerus , membuat nilai - nilai tradisional sulit
beradaptasi. Warga usia lanjut yang hidup pada masa sekarang,seolah-olah dituntut untuk
mampu hidup dalam dua dunia yakni : kebudayaan masa lalu yang telah membentuk
sebagian aspek dari kepribadian dan kekinian yang menuntut adaptasi perilaku. Keadaan
ini merupakan ancaman bagi integritas egonya, dan potensial mencetuskan berbagai
masalah kejiwaan .

H. Mata Rantai Antara Kebudayaan Dengan Kesehatan Lansia


Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk
mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai
kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang
bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern
tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan.
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-
penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana
penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap
penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja.
Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi
seperti cacar dan TBC.
Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supranatural atau magis, maka digunakan pengobatan
secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah
faktor ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran secara medis.

I. Permasalahan Aspek Sosial Budaya


Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu
masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin
melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan
keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya
kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada
individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan
efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya
kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana
pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan
melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

J. Tujuan Terapi Sosial Pada Lansia


Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara lain
adalah :
1. Mengembangkan stimulasi persepsi
2. Mengembangkan orientasi realitas
3. Mengembangkan stimulasi sensoris
4. Mengembangkan sosialisasi
Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia termasuk kelompok
usia lansia. Yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang
memiliki rentang usia 60 tahun keatas. Pada masa lanjut usia, akan mulai terjadi proses
menghilangkan kemampuan jaringan yang digunakan untuk memperbaiki diri serta
mempertahankan fungsi normalnya dengan perlahan sehingga nantinya tidak bias
bertahan lagi pada infeksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.

K. Jenis Terapi Sosial Pada Lansia


Berikut ini terdapat beberapa jenis terapi yang bias diterapkan sebagai aktivitas
social para lansia, diantaranya :
1. Stimulus Sensori (Musik)
Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian, baik itu bagi pendengar
maupun bagi pemusik. Kualitas dari music sendiri memiliki andil terhadap fungsi-
fungsi untuk mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada struktur dan urutan
matematis yang mana mampu untuk menunjukan pada ketidakberesan di dalam
kehidupan seseorang. Peran dan sertanya akan Nampak dalam sebuah pengalaman
musical misalnya menyanyi, menghasilkan integrasi pribadi yang dapat
mempersatukan fisik, fikiran, dan roh. Ada beberapa manfaat yang diberikan music di
dalam proses stimulasi ini, antara lain adalah :
a. Music memberikan banyak pengalaman yang ada didalam struktur
b. Music memberikan pengalaman untuk mengorganisasi diri
c. Music memberikan kesempatan yang digunakan untuk pertemuan kelompok yang
mana didalamnya individu telah mengutamakan kepentingan kelompok
disbanding kepentingan individu.
2. Stimulus Persepsi
Didalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara mempersepsikan
stimulus yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah dialami. Kemampuan
untuk mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan ditingkatkan di dalam setiap
sesinya.
Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan persepsi. Ada
beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca majalah, menonton televise,
pengalaman dari masa lalu, dan masih banyak lagi.
3. Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di sekitarnya
mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada disekitar klien, hingga lingkungan yang
memiliki hubungan dan kaitannya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada orientasi
waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa depan. Aktivitas yang
dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat, waktu, benda, serta kondisi yang
nyata.
4. Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-individu di
sekitar klien. Sosialisasi akan dilakukan secara bertahap secara interpersonal,
kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa latihan sosialisasi
yang ada di dalam kelompok.
5. Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan,
serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
semisal penanaman kangkung, Lombok, bayam, dan lainnya.
6. Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih saying serta
mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang. Semisal
memiliki peliharaan kucing, berternak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini merupakan
cara pencegahan gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
7. Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang dimiliki
lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk
membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya
membuat kipas, membuat bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
8. Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat
seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan cerdas cermat, mengerjakan tebak-tebakan, puzzle, mengisi TTS, dan
lainnya.
9. Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta harga diri.
Prosesnya dengan menceritakan berbagai pengalaman-pengalaman di dalam
hidupnya. Misalnya menceritakan tentang masa mudanya.
10. Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang mana digunakan
sebagai cara mengatasi stress dan depresi. Ada beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan mulai dari mengikuti senam lansia, posyandu lansia, rekreasi ke kebun
raya, mengunjungi saudara dan masih banyak lagi.
11. Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan, memberikan rasa
kenyamanan, bahkan persiapan untuk menjelang kematian. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya dapat berupa pengajian, sholat berjamaah, dan lainnya.
12. Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh anggota
keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari terapi keluarga ini adalah
untuk mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai keluarga. Sasaran utama dari
terapi ini adalah keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi, tidak dapat
melaksanakan fungsi yang mana di tuntut oleh anggotanya.

L. Prinsip Terapi Sosial Pada Lansia


Prinsip di dalam memilih pasien yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok adalah
dengan homogenitas, yang dijelaskan pada poin-poin berikut ini :
1. Gejala yang sama
Setiap terapi social tentunya memiliki tujuan masing-masing yang spesifik untuk
anggotanya. Setiap tujuan tersebut tentunya dapat dicapai jika pasien-pasien di
dalamnya memiliki gejala atau masalah yang sama. Sehingga nantinya pasien-pasien
di dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama dalam proses terapi.
2. Kategori sama
Disini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hamper sama dari kategorisasi.
Pasien yang dapat diikutkan ke dalam terapi social merupakan pasien yang akut
dengan skor rendah hingga pasien pada tahap pro motion.
3. Jenis kelamin sama
Pengalaman dalam terapi social yang dijalani pasien dengan memiliki gejala yang
sama, biasanya laki-laki akan mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan
sehingga akan lebih baik jika dibedakan.
4. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan lebih memudahkan interaksi
yang terjadi antara pasien satu sama lainnya.
5. Jumlah anggota yang efektif
Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya harus efektif. Jumlah yang
efektif biasanya sekitar 7-10 orang di dalamnya. Jika terlalu banyak pasien di
dalamnya maka tujuan terapi akan terasa sulit untuk dicapai karena kondisinya akan
terlalu ramai dan kurangnya perhatian terapis untuk pasien. Namun jika terlalu sedikit
maka tentu saja interaksi yang terjadi akan terasa sepi dan tujuan menjadi sulit
tercapai.

M. Manfaat Terapi Sosial Bagi Lansia


Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti terapi
social antara lain :
1. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya dalam kelompok.
2. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya dan
merubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destruktif
3. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalaman serta saling memantau
satu sama lainnya yang dipertuntutkan untuk menemukan solusi menyelesaikan
masalah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan pasien lansia biasanya dipelajari
pada masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara hidup mereka tidak berubah selama
beberapa generasi, walaupun mereka merupakan sumber data-data bilogis yang penting
dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana
mengubah kebudayaan mereka itu.
Perawat harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat
‘pasien’dengan selalu mengadakan komunikasi efektif demi meningkatkan status
kesehatan lansia dan mendukung keberhasilan pemerintah dalam bidang kesehatan
berbasis publik .

B. Saran
Makalah dibuat berdasarkan kebutuhan seorang mahasiswa sebagai tanggung
jawabnya dalam menyelesaikan tugas sebuah mata kuliah. Diperlukan bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing sehingga kiranya makalah tersebut dapat menjadi sesuatu
yang lebih berguna di masa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Basford, Lynn & Oliver Slevin. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan : Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
 Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
 Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories,
Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies.
 McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
 NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
 Nugroho,Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Jakarta;EGC.
 Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 14
Oktober 2006.
 Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta; EGC. 

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai