DI SUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
T.A 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH MASALAH SOSIAL DAN TERAPI SOSIAL PADA LANSIA ini tepat dengan
waktunya. Sholawat beserta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabat, keluarga dan semoga tercurah kepada kita semua selaku umatnya.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi dalam bidang keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah
ini selanjutnya dapat lebih baik. Akhir kata kami berharap semoga makalah masalah sosial dan
terapi sosial pada lansia ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………… 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Saran …………………………………………………………………………... 19
B. Kesimpulan ….……………………………………………………………….... 19
A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini
biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya (Wahyunita dan Fitrah 2010). Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2008).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai
beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin
berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya
masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia (Nugroho, 2008).
Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang
yang sakit-sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus
lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu
saja tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja
dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, lanjut usia
harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan
spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis. Perubahan yang terjadi pada lansia itu
mengarah pada kemunduran, perubahan dari segi biologi seperti menurunnya cairan
tulang sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar
dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tedon mengerut, dan mengalami sklerosis,
dan lain-lain.
Dari sisi sosial, kehilangan pasangan hidup dan teman-teman yang akhirnya lansia
tersebut merasakan kesepian. Dari sisi psikologi Perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi short term memory, frustasi, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan 3 keinginan, depresi, kecemasan dan kesepian akibat dari
kehilangan orangorang terdekatnya serta kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat
seperti keluarga. (Nugroho, 2008).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis,
fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang,
mulai lelah, gerakan mulai lamban, dan kurang lincah. Masalah tersebut akan berpotensi
pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).
Adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada fisik,
psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stress
(Azizah, 2011).
Factor yang mempengaruhi stress pada lansia ada dua yaitu, factor internal dan
eksternal. Factor internal adalah sumber stress yang berasal dari diri seseorang sendiri
seperti penyakit dan konflik. Sedangkan factor eksternal adalah sumber stress yang
berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stress juga dapat
menimbulkan dampak negative misalnya pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah,
sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan berubah, tidak bias tidur ataupun merokok terus
menerus (Niken, 2014).
B. Rumusan Masalah
Setelah meninjau latar belakang diatas dapat kita ambil suatu masalah yang dapat
kita angkat sesuai dengan judul makalah ini :
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pengertian lansia
2. Mahasiswa/i mampu mengerti dan memahami pengertian sosial
3. Mahasiswa/i mampu mengetahui interaksi social
4. Mahasiswa/i mampu mengetahui peran lansia dalam social masyarakat
5. Mahasiswa/i mampu mengetahui perubahan lansia dalam peran social di masyarakat
6. Mahasiswa/i mampu mengetahui permasalahan social terkait kesejahteraan lansia
7. Mahasiswa/i mampu mengetahui hubungan social budaya dengan lansia
8. Mahasiswa/i mampu mengetahui mata rantai antara kebudayaan dengan kesehatan
lansia
9. Mahasiswa/i mampu mengetahui permasalahan aspek social budaya
10. Mahasiswa/i mampu mengetahui tujuan terapi social pada lansia
11. Mahasiswa/i mampu mengetahui jenis terapi social pada lansia
12. Mahasiswa/i mampu mengetahui prinsip terapi social pada lansia
13. Mahasiswa/i mampu mengetahui manfaat terapi social pada lansia
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/i lebih memahami
dan mendalami pokok bahasan tentang masalah social dan terapi social pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam ber7bagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang
mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera,
serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentangkehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini
dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi
di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
B. Definisi Sosial
Sosial dapat berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat
kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga
bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat
atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang
menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Pun bahkan setiap kali anda
membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa,
menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang
tingkah laku buruk di depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba anda
ingat-ingat situasi dimana anda betul-betul sendirian. Pada saat itu anda tidak sedang
dalam pengaruh siapapun. Bisa dipastikan anda akan mengalami kesulitan menemukan
situasinya. Jadi, memang benar kata Aristoteles, sang filsuf Yunani, tatkala mengatakan
bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan manusia
berada dalam situasi sosial.
C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling
berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai dari saling
melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan, mengobrol, sampai
bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial adalah chatting di internet dan
bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya.
Berdasarkan sifat interaksi antara pelakunya, interaksi sosial dibedakan menjadi dua,
yakni interaksi yang bersifat akrab atau pribadi dan interaksi yang bersifat non-personal
atau tidak akrab. Dalam interaksi sosial akrab terdapat derajat keakraban yang tinggi dan
adanya ikatan erat antar pelakunya. Hal itu mencakup interaksi antara orangtua dan
anaknya yang saling menyayangi, interaksi antara sepasang kekasih, interaksi antara
suami dengan istri, atau interaksi antar teman dekat dan saudara.
Sebagian besar interaksi sosial manusia adalah interaksi sosial tidak akrab.
Umumnya interaksi dalam situasi kerja adalah interaksi tidak akrab. Termasuk juga
ketika anda mengobrol dengan orang yang baru saja anda kenal, interaksi antar sesama
penonton sepakbola di stadion, interaksi dalam wawancara kerja, interaksi antara penjual
dan pembeli, dan sebagainya.
A. Kesimpulan
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan pasien lansia biasanya dipelajari
pada masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara hidup mereka tidak berubah selama
beberapa generasi, walaupun mereka merupakan sumber data-data bilogis yang penting
dan model antropologi yang berguna , lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana
mengubah kebudayaan mereka itu.
Perawat harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat
‘pasien’dengan selalu mengadakan komunikasi efektif demi meningkatkan status
kesehatan lansia dan mendukung keberhasilan pemerintah dalam bidang kesehatan
berbasis publik .
B. Saran
Makalah dibuat berdasarkan kebutuhan seorang mahasiswa sebagai tanggung
jawabnya dalam menyelesaikan tugas sebuah mata kuliah. Diperlukan bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing sehingga kiranya makalah tersebut dapat menjadi sesuatu
yang lebih berguna di masa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn & Oliver Slevin. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan : Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories,
Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
Nugroho,Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Jakarta;EGC.
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 14
Oktober 2006.
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta; EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC