Assalamualaikum wr .wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan kurnia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini demi memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dewasa.
Makalah ini dibuat dengan jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
karya yang bisa dipertanggung jawabkanhasilnya.Kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Terimakasih dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua.
Wasalammualaikum wr.wb.
Penulis
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar belakang.................................................................................... 3
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 3
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................5
2.1 Definisi Dialisis.................................................................................. 5
2.2 Etiologi............................................................................................. 5
2.3 Patofisiologi....................................................................................... 6
2.4 Pathway.......................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................. 10
2.6 Komplikasi...................................................................................... 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................17
3.1 Pengkajian....................................................................................... 17
3.1.1 Sebelum Dialisa..............................................................................17
3.1.2 Sesudah Dialisa..............................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................18
3.3 Intervensi........................................................................................ 18
3.4 Evaluasi.......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada gangguan
yang terjadi pada fungsi ginjal dengan membuang kelebihan cairan dan/atau
2
akumulasi toksin endogen atau eksogen. Yaitu mengeluarkan zat-zat toksi dan
limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskrsikan oleh ginjal yang
sehat. Dialisis juga dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang
membandel
(tidak
responsive
terhadap
terapi),
koma
hepetikum,
dari dialisis
ginjal.
e. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana Manifestasi Klinis dari
dialisis ginjal.
f. Dapat mengetahui dan memahami apa saja Komplikasi yang terjadi pada
dialisis ginjal.
g. Dapat mengetahui dan memahami apa saja Pemeriksaan Penunjangan
yang dilakukan pada dialisis ginjal.
h. Serta dapat mengetahui dan memahami bagaimana Asuhan Keperawatan
dialisis ginjal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Dialisis
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada gangguan yang terjadi
pada fungsi ginjal dengan membuang kelebihan cairan dan/atau akumulasi toksin
endogen atau eksogen (Doenges, 2012). Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan
air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membrane berpori dari suatu
kompaetemen cair menuju kompartemen cair lainnya (Sylvia & Lorraine, 1995). Dialisis
merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah
dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakn pross tersebut (Brunner &
Suddarth, 2002).
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD;
end-stage renal diseas) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan
glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang
terganggu fungsinya (Brunner & Suddarth, 2002).
Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian.
Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit
ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangya aktivitas metabolik atau endokrin
yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap
kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini arus menjalani terapi dialisis sepanjang
hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali
terapi), atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang
berhasil.
Pasien memerlukan terapi dialisis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.
(Brunner & Suddarth, 2002). Dialisis Peritoneal merupakan alternative dari
hemodialisis pada penanganan gagal ginjal akut dan kronik. Dialisis peritoneal
sering dipakai sebagai alternative hemodialisis pada penanganan gagal ginjal
kronik. Pasien penyakit gagal ginjal tahap akhir akhir kebanyakan menjalani
dialisis peritoneal.
2.2 Etiologi
Penyebab dilakukannya tindakan hemodialisis dan dialisis peritoneal :
a. Pembuangan cairan yang berlebihan, toksin atau obat karena tidak
adekuatnya gradient osmotic dialisat
b. Kehilangan darah aktual (heparinisasi sitemik atau pemutusan aliran
darah)
c. Distensi abdomen atau konstipasi
d. Penurunan area ventilasi dimana bunyi nafas adventisius menunjukkan
kelebihan cairan, tertahannya sekresi dan infeksi. dimana bunyi nafas
adventisius menunjukkan kelebihan cairan, tertahannya sekresi dan
infeksi.
e. Penggunaan dialisat hipertonik dengan pembuangan cairan yang
berlebihan dari volume sirkulasi.
2.3 Patofisiologi
Dua teknik utama yang paling sering digunakan dalam dialisis adalah dialisis
peritoneal dan hemodialisis. Hemodialisis dan dialisis peritoneal merupakan
dua teknik utama yang digunakan dalam dialisis dan prinsip dasar kedua
teknik itu sama yaitu difusi solute dan air dari plasma kelarutan dialisis
sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
1) Hemodialsis
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka panjang
(beberapa hari sampai beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
gagal ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang
atau terapi permanent. Sehelai membrane sintetik yang semipermeabel
menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter
bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu(Brunner & Suddarth, 2002).
Darah dialirkan melalui ginjal buatan (dialiser) untuk membuang toksin
atau kelebihan cairan dan kemudian dikembangkan ke sirkulasi vena.
Hemodialisis adalah metode yang lebih cepat dan lebih efisien dari pada
dialisis peritoneal untuk membuang area dan produk toksin lain, tetapi
memerlukan akses AV permanen (Doenges, 2013). Akses vaskuler
hemodialisis merupakan aspek yang paling peka pada hemodialisis oleh
karena adanya banyak komplikasi dan kegagalannya(Brunner & Suddarth,
2002).
Untuk melakukan dialisis intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan
masuk ke sistem vaskular penderita yang dapat diandalkan. Pada akses
vaskular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Akses vaskular Eksternal (sementara)
1. Keteter subklavikula dan femoralis
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis
darurat dicapai melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian
sementara. Kateter dwi-lumen atau multi lumen dimasukan
kedalam vena subklavia. Meskipun metoda akses veskular ini
6
adalah
perlindungan
terhadap
akses
sirkulasi
merupakan
alternatif
dari
hemodialisis
pada
penanganan gagal ginjal akut dan kronik. Kira-kira 15% pasien penyakit
ginjal tahap akhir menjalani dialisis peritoneal. Dialisis peritoneal sangat
mirip dengan hemodialsis, dimana pada teknik ini peritoneum berfungsi
sebagai membrane semi permeable (Brunner & Suddarth, 2002).
Akses terhadap rongga peritoneal dicapai melalui perisintesis memakai
trokar lurus, kaku untuk dialisis peritoneal yang akut dan lebih permanen,
sedangkan untuk yang kronik dipakai kateter Tenckoff yang lunak. Dialisis
peritoneal dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialisis kedalam
kavum peritoneal menggunakan kateter abdomen. Ureum dan kreatinin
yang merupakan hasil akhir metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal
dikeluarkan dari darah melalui difusi dan osmosis.
Ureum dikeluarkan dengan kecepatan 15-20 ml/ menit, sedangkan
kreatinin dikeluarkan lebih lambat (Brunner & Suddarth, 2002). Dialisis
peritoneal kadang-kadang dipilih karena menggunakan teknik yang lebih
sederhana dan memberikan perubahan fisiologis lebih bertahap dari pada
hemodialisis.
Macam-macam Dialisis Peritoneal :
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
2.4 Pathway
dah
ise
asm
lvo
isd
sui
ira
seil
sei
rns
li
s
k
e
a
k
l
n
t
n
r
k
r
t
e
a
Peritonitis
Penurunan tekanan darah (hipotensi)
Takikardi
Hiponatremia atau intoksikasi air
Turgor kulit buruk, dll.
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Hemodialisis
Dapat memperpanjang usia tapi tidak akan mengubah perjalanan alami
penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan
seluruh fungsi ginjal. Salah satu penyebab kematian diantara pasien-pasien
yang menjalani hemodialisis kronis adalah penyakit kardiovaskuler
arteriosklerotik.
Gangguan
metabolisme
lipid
(hipertrigliseridemia)
dan
muncul
sebagai
serangan
kejang.
Komplikasi
ini
kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.
Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.
Mual dan muntah merupakan peristiwa yang serius terjadi.
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama
tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi,
antara lain :
1) Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram
otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat
dengan volume yang tinggi.
2) Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3) Aritmia
11
pada
pasien
yang
mengalami
gangguan
fungsi
kardiopulmonar.
6) Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin
selama
hemodialisa
juga
merupakan
faktor
risiko
terjadinya
perdarahan.
7) Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering
disertai dengan sakit kepala.
8) Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9) Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin
yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
12
akan
13
b. Kebocoran
Kebocoran cairan dialysis melalui luka insisi atau luka pada
pemasangan kateter dapat diketahui sesudah kateter dipasang.
Kebocoran akan berhenti spontan jika terapi dialysis tertunda
selama beberapa hari untuk menyembuhkan luka insisi dan tempat
keluarnya kateter.
Kebocoran melalui tempat pemasangan kateter atau kedalam
abdomen dapat terjadi spontan beberapa bulan atau tahun setelah
pemasangan kateter tersebut. Kebocoran sering dapat dihindari
dengan melalui infuse cairan dialysis dengan volume kecil (100200 ml) dan secara bertahap meningkatkan cairan tersebut hingga
mencapai 2000ml.
c. Perdarahan
Cairan drainase (effluent) dialysis yang mengandung darah
kadang-kadang dapat terlihat khususnya pada pasien wanita yang
sedang haid (cairan hipertonik menarik darah dari uterus lewat
orifisium tuba falopi yang bermuara ke dalam kavum peritoneal).
Pada banyak kasus penyebab terjadinya perdarahan tidak
ditemukan. Pergeseran kateter dari pelvis kadang-kadang disertai
dengan perdarahan.
Perdarahan selalu berhenti setelah satu atau dua hari sehingga tidak
memerlukan intervensi yang khusus. Komplikasi lain yang
mencangkup hernia abdomen yang mungkin terjadi akibat
peningkatan tekanan intra abdomen yang terus menerus. Tipe
hernia yang pernah terjadi adalah tipe insisional, inguinal,
diafragmatik, dan umbilical.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Sebelum Dialisa
a. Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alasan perawatan di
rumah sakit.
15
Peningkatan berat badan 3 pon / lebih diatas berat badan pada tindakan
dialisa terakhir.
Rales, pernafasan cepat pada saat istirahat, peningkatan sesak nafas
3.3 Intervensi
16
TINDAKAN / INTERVENSI
MANDIRI:
Awasi konsumsi makanan/cairan dan
RASIONAL
kebutuhan terapi
Membantu pasien untuk menyadari
didentifikasi.
Mengkaji keadekuatan penggunaan
katabolisme jaringan.
Gejala angt menyertai akumulasi toksin
endogen yang dapat
mengubah/menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi
Dapat meningkatkan pemasukan oral
control/tanggung jawab
Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
kebutuhan dialisis
dialisat
Memberikan pengalihan dan
17
Kolaborasi
Rujuk ke ahli gizi
sama pasien.
Memberikan nutrient cukup untuk
elektrolit.
Menggantikan kehilangan vitamin
dialisi
Hiperalimentasi mungkin di perlukan
indikasi.
dikontraindikasikan
Indicator kebutuhan protein catatan :
dialysis peritoneal di hubungkan
Berikan
antiemetic,contohprokloperazin
muntah.
(compazine).
Masukan/pertahankan selang
18
3.4 Evaluasi
S: data yang di dapat dari pasien
O: data yang di dapat dari hasil penglihatan perawat & medical record
A: kesimpulan dari data yang di dapat
P: intervensi di lanjutkan atau di hentikan
Contoh :
S : pasien mengatakan setalah di lakukan hemodialisis merasa lebih nyaman
O: td = 110/80
S = 36,5
Nadi = 80
Rr = 20
A: kebutuhan akan rasa nyaman pasien terpenuhi
P: intervensi di hentikan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah (Alih bahasa :
Kuncara. Y, dkk). Jakarta : EGC
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C.,. 2002. Rencana
Asuhan Keperawatan (Edisi 3, Alih bahasa : I Made Kariasa,
dkk). Jakarta : EGC
Sylvia and Lorraine. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit (Edisi 4). Jakarta : EGC
Havens,
L.
&
Terra,
R.
P,
2005,
Hemodialysis.
Terdapat
pada:
http://www.kidneyatlas.org
Price, S. A. & Wilson, L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Tisher, C. C. & Wilcox, C. S., 1997, Buku saku nefrologi. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Johnson., Mass, 199, Nursing Outcomes Classification, Availabel on:
www.Minurse.com.
19
20