Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional.
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan
secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan
masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu,
sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang
penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik,
meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan
bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal.
2. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan modifikasi
dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat
harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis
kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan
dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi
risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
3. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal, memelihara
kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator
yakni dengan
mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/
penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
4. Sebagai Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber
dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh
klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Secara khusus, hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang dilindungi oleh
perawat meliputi hal-hal yang termaksud dalam American hospital Ascociation Bill of Right yang
dinyatakan pada tahun 1973.
5. Sebagai Konselor
Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku
hidup sehat.
Fungsi Perawat Gerontik
Menurut Eliopoulous tahun 2005 fungsi dari perawat gerontology adalah :
1. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
2. Menghilangkan perasaan takut tua.
3. Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama.
4. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.
5. Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
6. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.
7. Mendengarkan dan memberi dukungan.
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
penyakit/peradangan mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan
dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan
gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur
serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi
atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan
dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih
dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh
waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai
dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.
Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan
keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan
masyarakat.
Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan
mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes).
Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi
yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai
kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah
kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat
digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk
melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan
direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan
individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan
dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya
kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh
aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di
pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
kepada klien.
Fungsi fisiologis
Fungsi absorbsi dan traktus
gastrointestinal
Distribusi
Pemanjangan waktu
pengosongan
lambung
dan
penurunan
fungsi
peristaltik usus
Penurunan
aliran
darah di saluran cerna
Berkurangnya
kandungan air tubuh
Meningkatnya
proporsi lemak tubuh
Konsekuensi klinis
-
Peningkatan
efek
samping
saluran
cerna
terkait
penggunaan
obat
yang
dapat
mengurangi gerakan
peristaltik, misalnya
opioid
Berkurangnya
distribusi obat yang
larut dalam air
yang mengakibatkan
obat yang larut dalam
lemak
akan
terakumulasi
Metabolisme Hepar
Konsentrasi protein
plasma yang lebih
rendah
dan
meningkatnya fraksi
bebas obat yang akan
cenderung berikatan
dengan protein
Meningkatnya potensi
interaksi obat
Berkurangnya aliran
darah hepatik
Berkurangnya
metabolisme
yang efektif
Ekskresi Renal
Perubahan Farmakodinamik
lemak
akan
cenderung mengalami
penambahan waktu
paruh
Berkurangnya massa
hepar dan jumlah sel
hepatosit
yang
fungsional
Menurunnya
darah renal
aliran
Menurunnya fi ltrasi
glomerulus
Menurunnya
tubulus
Berkurangnya
densitas reseptor
Meningkatnya
nitas reseptor
Proses
konjugasi
biasanya tetap, efek
individual
sulit
diprediksi
Menurunnya ekskresi
renal pada obat yang
metabolitnya secara
alami diekskresikan
melalui
renal,
berakibat akumulasi
dan efek memanjang
Peningkatan
sensitivitas terhadap
obat dan potensi efek
samping
sekresi
afi
obat
Referensi :
05_226CME-Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri pada Lanjut Usia.pdf Adobe reade
http://dianhusadadewianggraini.blogspot.co.id/p/blog-page_2924.html
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK.pdf Adobe Reader