Anda di halaman 1dari 7

Assalamualaikum

.




.

,






Bapak Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 29 Sawangan yang kami muliakan
Para dewan guru yang kami muliakan
Serta para penuntut ilmu sekalian yang berbahagia

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja puji syukur kita atas kehadirat Allah Swt,
karena berkat rahmatnya kita semua dapat berkumpul di tempat yang mulia ini.
Solawat dan salam mari kita persembahkan kepada baginda alam, nabi akhir zaman,
rasulul amin, nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga
zaman yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Baiklah, hadirnya saya disini akan membawakan sebuah pidato yang berjudul :

KEUTAMAAN menjaga WUDHU

Islam itu adalah suci, maka Islam sangat mementingkan sekali masalah kesucian.
Sebagaimana manusia yang setiap hari pasti mensucikan dirinya dengan mandi
ataupun dengan hal lainnya. Begitupun ketika hendak beraktivitas terutama dalam
melaksanakan shalat, maka diwajibkan pula untuk berwudhu, yaitu mensucikan anggota
tubuh dari segala najis.

Yang lebih bagus lagi adalah apabila wudhu itu kita jadikan sebagai perbuatan keseharian
kita, yangmana tiap kali kita melakukan aktivitas kita mulai dengan berwudhu, seperti hendak
pergi ke sekolah, hendak pergi ke masjid dsb. Orang yang berwudhu mukanya akan
memancarkan cahaya di yaumil mahsyar nanti. Disamping itu adapula doa yang diajarkan
rasulullah Saw, saat kita selesai berwudu, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Umar
bin Khattab ra, dari rasulullah Saw bersabda, yang artinya :
Apabila salah seorang, di antara kamu selesai dari wudhunya, maka hendaknya ia
mengucapkan Asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah wa anna Muhammadan
abduhu wa rasuluh.
(HR. Muslim)

Kawanku sekalian
Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan wudhu yang tidak bisa saya beberkan satu
persatu. Maka, marilah kita perbaiki wudhu kita selama ini, jangan sampai kita
mengabaikan masalah sepele padahal itu masalah besar di mata Allah.
Demikianlah pidato dari saya, semoga ada hikmahnya, kurang dan lebihnya saya
mohon maaf, saya akhiri
Wassalam
Keutamaan Selalu Menjaga Wudhu
Apr 09, 2015Muhammad Abduh Tuasikal, MScThoharoh5

Ada keutamaan jika seseorang terus menerus dalam keadaan suci atau
berwudhu. Yaitu tatkala wudhu batal, kemudian kembali berwudhu lagi.
Keadaan seperti itu akan mudah bagi kita untuk melakukan ibadah. Kala ingin
membaca Al Quran dan memegang mushaf, maka bisa langsung membaca.
Kala ingin laksanakan shalat sunnah, maka dengan mudah pula bisa
melakukannya. Inilah yang didapat dari orang yang selalu menjaga wudhu.
Keutamaan orang yang selalu menjaga wudhu disebutkan dalam hadits
berikut tentang Bilal yang disebutkan bahwa suara sandal beliau sudah
terdengar di surga.
Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam di pagi hari
memanggil Bilal lalu berkata,













Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk
surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku.
Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di
hadapanku.
Bilal menjawab,








Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikit
pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani
diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu. (HR. Tirmidzi no. 3689 dan
Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits
tersebut hasan)
Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus Sunnah lin Nisaa (hal. 49) menyatakan
bahwa disunnahkan berwudhu setiap kali wudhu tersebut batal karena
adanya hadats.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, Disunnahkan menjaga wudhu atau
diri dalam keadaan suci. Termasuk juga kala tidur dalam keadaan suci.
(Kitab Matan Al Idhoh, hal. 20).
Semoga dimudahkan dalam menjaga wudhu. Hanya Allah yang memberi
taufik.

Sumber : https://rumaysho.com/10767-keutamaan-selalu-menjaga-
wudhu.html

Keutamaan Selalu Menjaga Wudhu

Ada keutamaan jika seseorang terus menerus dalam keadaan suci atau
berwudhu. Yaitu tatkala wudhu batal, kemudian kembali berwudhu lagi.
Keadaan seperti itu akan mudah bagi kita untuk melakukan ibadah. Kala
ingin membaca Al Quran dan memegang mushaf, maka bisa langsung
membaca. Kala ingin laksanakan shalat sunnah, maka dengan mudah
pula bisa melakukannya. Inilah yang didapat dari orang yang selalu
menjaga wudhu.
Keutamaan orang yang selalu menjaga wudhu disebutkan dalam hadits
berikut tentang Bilal yang disebutkan bahwa suara sandal beliau sudah
terdengar di surga.

Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam di pagi hari


memanggil Bilal lalu berkata,

Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk
surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di
hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara
sendalmu di hadapanku.

Bilal menjawab,

Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikit
pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani
diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu.

(HR. Tirmidzi no. 3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits tersebut hasan)
Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus Sunnah lin Nisaa (hal. 49) menyatakan
bahwa disunnahkan berwudhu setiap kali wudhu tersebut batal karena
adanya hadats.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, Disunnahkan menjaga wudhu atau


diri dalam keadaan suci. Termasuk juga kala tidur dalam keadaan suci.
(Kitab Matan Al Idhoh, hal. 20).

Semoga dimudahkan dalam menjaga wudhu. Hanya Allah yang memberi


taufik.

Referensi:
Fiqhus Sunnah lin Nisaa, Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid Saalim,
terbitan Al Maktabah At Taufiqiyyah, cetakan tahun 1422 H.

Kitab Matan Al Idhoh fil Manasik, Syaikh Muhyiddin An Nawawi Asy Syafii,
terbitan Darul Kutub Al Ilmiyyah, cetakan pertama, tahun 1405 H.

Sumber: http://rumaysho.com/
Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology
berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudlu. Ia
mengemukakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka yaitu sebelah dahi,
tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari
sini ia menghubungkan hikmah wudlu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut.
Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat
Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.

Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka
berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada
akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar
Rolf Ehrenfels.

Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk
memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu,
seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak
bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau
daerah itu yang harus dibasuh.

Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-


daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita
tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak
pancaindera tersimpul di bagian muka.

Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong,
memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum.
Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja
yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari?
Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudlu ialah daerah yang paling riskan
untuk melakukan dosa.

Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6,
adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Dalam hadis riwayat
Muslim juga dijelaskan bahwa, air wudlu mampu mengalirkan dosa-dosa yang
pernah dilakukan oleh mata, penciuman, pendengaran, tangan, dan kakinya,
sehingga yang bersangkutan bersih dari dosa.

Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena dalam
redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai tetesan terakhir
dari air wudlu itu (maa akhir qathr al-ma).

Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah (penyucian rohani), seperti
halnya tayammum, syarth, dan mandi junub. Tidak disebutkan Bab al-
Nadhafah (pembersihan secara fisik). Rasulullah SAW selalu berusaha
mempertahankan keabsahan wudlunya.

Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa
percaya diri sebagai orang yang bersih dan sewaktu-waktu dapat menjalankan
ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat, menyentuh atau membaca
mushaf Alquran. Wudlu sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang
secara spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan
wudlu.

Anda mungkin juga menyukai