Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era
globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat
menimbulkan perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual
dan sosial. Individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun
psikologi. (Depkes RI, 2000).
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh,
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan
perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai
saat ini sering diidentikan dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa
yang stabil tak terlalu banyak diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang
sebelah mata. Pasalnya, selain tak terlihat kasat mata pada awal gejalanya,
belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan
jiwa. Akibatnya, penyakit jiwa seringkali dideteksi terlambat sehingga baru
ditangani setelah kondisinya terlanjur parah, sebagian besar masyarakat belum
menyadari bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harus
diperhatikan seperti halnya kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki
kesinambungan antara sakit dan sehat, indikator sehatnya kondisi psikis
seseorang adalah hidup yang produktif dan berkualitas. (www.pdpersi.co.id).
Menurut WHO potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa
memang tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak
permasalahn jiwa, saraf maupun perilaku. (www.pikiran-rakyat.com). Di
Amerika Serikat prevalensi skizoprenia dilaporkan bervariasi dari 1 sampai
1,5 persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun.
(http://psikologi.infogue.com).

Sedangkan di Indonesia jumlah penduduk

yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat, bahkan khusus


untuk gangguan jiwa berat, jumlahnya bisa mencapai 6 juta orang, data
tersebut berdasar riset kesehatan dasar, menurut riset itu, jumlah penduduk
Indonesia yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 persen diantara
total penduduk, jika penduduk indonesia diasumsikan sekitar 200 juta, 3

persen

dari

jumlah

itu

adalah

juta

orang.

(http://www.gamexeon.com/forum/).
Sementara di DKI Jakarta angka kecenderungan kejadian gangguan
kejiwaan adalah 1 persen dari jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah
penduduk Jakarta 9 juta orang maka terdapat 9.000 orang yang menderita
gangguan jiwa. (www.pdpersi.co.id).
Berdasarkan catatan medik yang didapatkan dari ruangan cendrawadi
rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heedjan Jakarta, terhitung dari bulan januari
sampai juli 2009.terdapat 79 klien dengan kasus halusinasi sebanyak 69 klien
(87,35 %), isolasi sosial klien ( 7,59 % ) harga diri rendah sebanyak 2 klien
( 2,5 % ) rersiko perilakukekerasan sebanyak 2 klien ( 2,35 % ). Halusinasi
merupakan ketidak mampuan klien menilai dan berespon pada rialita dan
merespon pada realitas, klien tidak dapat membedakan keadaan dengan
kenyataan. Sadangkan dampak yang akan terjadi adalah klien sering
menyendiri, melamun dan menjadi pendiam. Derajat bahaya halusinasi
tergantung pada isi, frekuensi, dan intensitas halusinasi yang dapat
mengakibatkn ancaman baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
sampai menimbullkan kematian.
Dilihat dari permasalahan di atas, maka peran perawat dalam
menanggulangi halusinasi sangat penting dilihat dari aspek prepentif yaitu
upaya pencegahan degan mengajarkan upayacara

mengatasi

masalah

individu dan keluarga, aspek promotif yaitu peningkatan kesehatan dengan


memberikan pendidikan kesehan kepada klien dan keluarga, aspek kuratif
yaitu merencanakan dan ngimplementasikan rencana tindakan keperawatan
dan pemberian pengobatan sesuai indikasi dan aspek rehabilitatif yaitu
perawat berperan dalam menikdak lanjut klien dengan halusinasi melalui
Home visit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
Asuhan keperawatan sebagai bentuk aplikasi langsung pada klien. Oleh karena
itu, makalah ilmiah ini berjudul Asuhan keperawatan pada Tn. I dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran di ruang cendrawasih
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heedjan Jakarta. Lalu yang menjadi
permasalahan sekarang, bagai mana asuhan keperawatn pada klien gangguan

sensori persepsi halusinasi pendengaran dengan Tn. I yamh di laksanakan di


Rumah Sakit jiwa Soeharto Heerdjan, Jakarta.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman/gambaran nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan sensori persefsi halusinasi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan Sensori persepsi
halusinasi
b. Menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
d.

persepsi halusinasi
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori

persepsi halusinasi
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada
klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencapai solisinya pemecahan masalah pada klien dengan gangguan
sensori persepsi halusinasi

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidak mampuan indipidu dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di
terima melalui panca indra.
( Dep. Kes. RI 2000 ).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya

mungkin

organic,

fungsional,

psikotik

ataupun

histerik

(Maramis,2000).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana
tidak terdapat stimulus (varcarolis,2006).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsang dari luar. Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang
muncul dari berbagai indera. (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang
sesuatu tanpa ada objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan
manusia untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsang
eksternal (dunia luar).
B. Etiologi
Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa
seperti emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan persepsi berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya yang
berbeda.

Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu
tentang sesuatu, padahal kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau
tidak terjadi sesuatu apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa
objetivitas pengindraan tidak di sertai stimulus fisik yang adekuat.
C. Jenis jenis halusinasi

a.Halusinasi pendengaran
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek , menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadangkadang hal yang berbahaya).
Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber
suara, berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat kamit, dan ada gerakan tangan.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar,
orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang
menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
c. Halusinasi penciuman
Tercium bau busuk, amis dan bau yang menjijikan, seperti bau
darah, urine atau feses atau bau harum seperti parfum.
Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium
dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat
tertentu, menutup hidung.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan,
seperti rasa darah, urine atau feses.
Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti
gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
e. Halusinasi perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang.
Merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang
kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau
meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan
seperti merasakan sesuatu rabaan.
f. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan
arteri, makanan yang dicerna atau pembentukan urine, perasaan
tubuhnya melayang diatas permukaan tanah.
Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya
sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.

D. Fase Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas Indonesia
fase-fase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku yang di
tampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah :
a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan..
Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)
5)

Tersenyum atau tertawa sendiri


Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan berkonsentrasi

b. Fase II
1)Menyalahkan
2)Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa
antipast
Karakteristik ( non verbal )
1)Pengalaman sensori menakutkan
2)Merasa di lecahkan oleh pengalaman sensoritersebut
3)Mulai merasa kehilangan control
4)Menarik diri dari orang lain
Perilaku klien
1)Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
2)Perhatian dengan lingkungan berkurang
3)Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
4)Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
c. Fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak

Karakteristik (psikotik )
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi )
2) Isi halusinasi menjadi atraktik
3) Kesepian bila pengalaman social berakhir
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)

Perintah halusinasi di tandai


Sulit berhubungan dengan orang lain
Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik
Tidak tau mengikuti perintah dari perawa, tampak tremor dan berkeringat

d. Fase IV
Menguasai tingkat kecerdasan, panik

secara umum, diatur dan di

pengaruhi oleh halusinasi.


Karakteristik (psikotik)
1. Pengalaman sensori menjadi mengancam
2. Halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari
Perilaku klien
1. Perilaku panik
2. Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
3. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
E. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
c. Respon neurologis individu dapat di identifikasi sepanjang rentan
respon adaptif sampai maladaptive, menurut Stuart dan Laraia, 1998
adalah sebagai berikut:
Respon adaptif
Pikiran logis

Psikologis
Pikiran kadang menyimpang

Persepsi akurat

Ilusi

Emosi konsisten dengan

Reaksi emosional

Respon maladaptif
Gangguan proses pikir
Ketidakmampuan untuk
mengalami emosi
ketidakteraturan

pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan social harmonis

berlebihan/kurang
Perilaku ganjil
Menarik diri

Isolasi sosial
Halusinasi

Keterangan table:
1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.respon
adaptif adalah :
a. Pikiran logis
Pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat
Pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten
Dengan pengalaman perasaan yang timbul dari pengalama ahli
d. Perilaku sosial
Sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial
Proses suatu intreraksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon psikososial meliputi
a. Proserpikir adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah intepretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata ) karena rangsangan panca
indra.
c. Emosi berlebuhan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang lain.
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sisial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari


hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilakuyang tidak teratur
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan di terima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negative mengancam.

BAB III
Asuhan Keperawatan

PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.

2.Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress adalah merupakan salah satu tugas perkembangan yang terganggu.
3. Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkunganya akan merasa disingkirkan,
kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
4. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersulfat halusnogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimetytransferase
(DMP).terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
5. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas, overprotektif,
dingin, tidak sensitive, pola asuh tidak adekuat, konflik perkawinan, koping tidak
adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
6.Faktor Genetika
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
b. Faktor Presipitasi
1.Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respons neurobiologik
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan adanya abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif


menanggapi rangsangan.
2.Pemicu Gejala
Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit yang biasanya terdapat pada respons neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
a. Kesehatan, seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat system syaraf
pusat, gangguan proses informasi, kurang olahraga, alam perasaan abnormal dan
cemas
b. Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam hubungan
interpersonal, masalah perumahan, stress, kemiskinan, tekanan terhadap
penampilan, perubahan dalam kehidupan dan pola aktifitas sehari-hari, kesepian
(kurang dukungan) dan tekanan pekerjaan
c. Perilaku, seperti konsep diri rendah, keputusan, kehilangan motivasi, tidak mampu
memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak berbeda dari orang lain, kurang
keterampilan social, perilaku agresif dan amuk.

Menurut Rawlins dan Heacokck (dalam Yosep,2010), penyebab halusinasi dapat


dilihat dari lima dimensi berikut:
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti kekelahan yang
luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga derilium, intoksikasi alcohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut, sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual
Bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan

kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi social
Klien mengalami interaksi social dalam fase awal dan comforting, klien manggap
bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi social, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya tau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan menguapayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan
klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hlangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu karena sering tidur larut malam
dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
c. Perilaku
berikut ini adalah berbagai gangguan fungsi yang akan berpengaruh pada perilaku
klien halusinasi :
1. Fungsi kognitif

Terjadi perubahan daya ingat


Sukar untuk menilai dan menggunakan memorinya, sehingga terjadi gangguan

daya ingat jangka panjang atau pendek.


Menjadi pelupa dan tidak berminat
Cara berpikir magis dan primitif
Perhatian terganggu, yaitu tidak mampu mempertahankan perhatian, mudah
beralih dan konsentrasi buruk.

Isi pikiran terganggu, yaitu tidak mampu memproses stimulus internal dan

eksternal dengan baik


Tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaran yang logis dan koheren,

seperti berikut :
o Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya
o Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
o Inkoheren yaitu pembicaraan yang tidak nyambung
o Sirkumstansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan
o Flight of ideas, yaitu pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke topic lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan
o Blocking yaitu pembicaraan yang berhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian di lanjutkan kembali
o Perseverasi yaitu pembicaraan yang di ulang berkali-kali

2. Fungsi Emosi (mood dan efek)

Mood adalah suasana emosi yang mempengaruhi kepribadian dan fungsi

kehidupan.
Afek adalah ekspresi emosi, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan tangan,

nada suara.
Afek yang maladaptif adalah :
Afek tumpul yaitu kurang respon emosional terhadap pikiran/pengalaman orang

lain, seperti klien apatis


Afek datar yaitu tidak tampak ekspresi, suara monoton, tidak ada keterlibatan

emosi terhadap stimulus menyenangkan atau menyedihkan


Afek tidak sesuai yaitu emosi yang tidak sesuai/bertentangan dengan stimulus

yang ada
Afek labil yaitu emosi yang cepat berubah-ubah.
Reaksi berlebihan yaitu reaksi emosi berlebihan terhadap suatu kejadian
Ambivalensi yaitu timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada waktu
bersamaan.
3.Fungsi Motorik

Agitasi adalah gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan


Tik adalah gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol

Grimasen adalah gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat

dikontrol klien
Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetaran ketika klien menjulurkan tangan

dan merentangkan jari-jari.


Kompulsif adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti berulang-ulang
mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya.
4. Fungsi Sosial

Kesepian : seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan merasa putus asa,

sehingga individu terpisah dengan orang lain.


Isolasi Sosial : terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari
lingkungan. Isolasi klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang
berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Pengalaman hubungan yang
tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat ini
membahayakan. Individu merasa terancam setiap ditemani orang lain karena
menganggap orang lain akan mengontrolnya, mengancam atau menuntutnya. Oleh
sebab itu individu memilih tetap mengisolasi daripada pengalaman yang

menyedihkan terulang kembali.


Harga Diri Rendah : individu mempunyai perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan sehingga akan mempengaruhi hubungan
interpersonal.
d. Tanda dan Gejala
menurut Stuart & Sundeen (1998) dan Caepenito (1997), data subyektif dan
obyektif klien halusinasa adalah sebagai berikut :

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai


Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata cepat
Respon verbal lamban atau diam
Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
Terlihat bicara sendiri
Menggerkakan bola mata dengan cepat
Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain
Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
Perubahan perilaku dan pola komunikasi

Gelisah, ketakutan, ansietas


Peka rangsangan
Melaporkan adanya halusinasi.

e. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan persepsi
sensori Halusinasi
pendengaran/
penglihatan/penciuman/
perabaan/pengecapan

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Ketidakberdayaan

Koping Individu tidak efektif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. gangguan persepsi sensorik halusinasi,


pendengaran/penglihatan/penciuman/pengecapan
b. Isolasi Sosial
c. Harga Diri Rendah
d. Ketidakberdayaan
e. Koping Individu Tidak Efektif
f. Defisit Perawatan Diri
3. INTERVENSI
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol halusinasinya
b. Tujuan Khusus
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :

Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat


Menunjukkan rasa sayng
Ada kontak mata
Mau berjabat tangan
Mau menjawab salam
Mau menyebut nama
Mau berdampingan dengan perawat
Mau mengutarakan maslah yang dihadapi
Tindakan Keperawatan :

Bina hubungan saling percaya dengna prinsip teraupetik


Sapa klien dengan ramah
Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang disukai
Jelaskan tujuan pertemuan
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Hasil :

Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi


Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
Tindakan Keperawatan :

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku isolasi sosial dan tanda-tandanya.


Adanya kontak singkat dan sering secara bertahap
Observasi perilaku verbal dan nonverbal
Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat
Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan

frekuensi timbulnya halusinasi


Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya saat terjadi halusinasi
Diskusikan dengan klien saat terjadi halusinasi
Berikan reinforcement positif atau pujian terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :

Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan

halusinasinya
Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasinya.
Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya
Klien dapat memilih cara mengendalikan halusinasinya
Tindakan keperawatan :

Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan jika halusinasinya

muncul
Beri pujian dan penguatan terhadap tindakan yang positif
Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah timbulnya halusinasi
Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar
Diskusikan bersama klien hasil upaya yang telah dilakukan
4. klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem pendukung untuk
mengendalikan halusinasinya
Kriteria hasil :

Bina hubungan saling percaya dengan perawat


Keluarga dapat menjelaskan perasaannya
Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien halusinasi
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawat klien halusinasi dirumah
Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien halusinasi
Tindakan keperawtan :

Bina

hubungan

saling

percaya

dengan

keluarga

(ucapkan

slam,perkenalan,sampaikan tujuan,buat kontrak dan eksplorasi perasaan)


Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku halusinasi
Akibat yang akan terjadi jika perilaku halusinasi tidak ditanngggapi
Cara keluarga menghadapi klien halusinasi
Cara keluarga merawt klien halusinasi
Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk

mengontrol halusinasinya.
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal

satu minggu sekali


Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria hasil :

Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat


Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
Klien mendapat nformasi tentang efek samping obat dan akibat berhenti minum

obat
Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat
Tindakan keperawatan :

Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum obat
Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
Berikan reinforcement positif atau pujian.
4. IMPLEMENTASI
1. Bina Hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dioertimbangkan agar pasien


merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
Tindakan yang harus dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a. mengucapkan salam teraupetik setiap kali berinteraksi dengan klien.
b. berjabat tangan
c. berkenalan dengan klien : perkenalkan nama panggilan yang disukai, tanyakan
nama dan nama pangggilan klien.
d. menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
e. membuat kontak : apa yang akan lakukan bersama klien, berapa lama akan
dikerjakan dan tempatnya dimana
f. menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi.
g. setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien.
h. penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
Dalam membina hubungan saling percaya, perawat harus konsisten bersikap
teraupetik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan menumbuhkan hasil. Bila pasien
sudah percaya dengan perawat, maka asuhan keperawatan akan mudah
dilaksanakan.
2. melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi,perawat dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.
Keempat cara tersebut adalah :

a.

Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul, sehingga halusinasi yang muncul
tersebut terputus. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidfak memperdulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya

Tahapan tindakan meliputi :

Menjelaskan tujuan menghardik halusinasi


Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang.
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

b.

Bercakap-cakap dengan orang lain


Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut, sehingga halusinasi yang muncul akan terputus dan
juga di cegah untuk tidak muncul lagi. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tahapan tindakan meliputi :

Menjelaskan tujuan menemui orang lain dan bercakap-cakap


Menjelaskan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap
Memperagakan cara menemui orang lain dan bercakap-cakap
Meminta pasien memperagakan ulang
Mamantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

c.

Melakukan aktivitas yang terjadwal


Untuk mengurangi resikohalusinasi muncul lagi adalah denganmenyibukkan diri
dengan aktivitas yang teratur, karena aktivitas yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi.
Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bias di bantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam, 7 hari dalam seminggu
Tahapan intervensinya sebagai berikut :

Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.


Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Melatih pasien melakukan aktivitas

Menyusun jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7

hari dalam seminggu


Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku
pasien yang positif.

d. Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi, pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai program. Pasien gangguan jiwa yang
dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien
mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi
seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat :

Menjelaskan guna obat


Menjelaskan akibat bila putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat
Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar ( benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis )

Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perawat perlu


membuat strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarganya seperti
berikut (strategi pelaksanaan tindakan dengan menggunakan komunikasi
teraupetik )
A. Tindakan Keperawatan pada Klien
SP 1
a. Mengidentifikasikan jenis halusinasi klien
b. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi

h. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


SP II
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. mMelatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengedalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa dilakukan klien )
c. Manganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP IV
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


SP I
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses
terjadinya Halusinasi.
c. Menjelaskan cara merawat klien dengan Halusinasi
SP II
a. Melatih keluarga memperhatikan cara merawat klien dengan Halusinasi.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien Halusinasi
SP III
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah
diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung yang penting.

a. Apakah klien dapat mengenal halusinasi, yaitu isi halusinasi, situasi, waktu dan
frekuensi munculnya halusinasi.
b. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.
c. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan menggunakan empat cara
baru, yaitu menghardik, menemui orang lain dan bercakap-cakap, melaksanakan
aktivitas yang terjadwal dan patuh minum obat.
d. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaanya mempraktikkan empat cara
mengontrol halusinasi.
e. Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarganya
untuk mengontrol halusinasinya.
f. Apakah klien dapat memenuhi minum obat.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenali halusinasi, menjelaskan
cara- cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasinya dengan cara
pertama : menghardik halusinasi
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Mulyani, saya lebih senang

dipanggil Yani, saya perawat atau mahasiswa yang dinas di ruangan Shinta ini.
Saya mahasiswa dari Stikes Al Ishyad Cilacap. Hari ini saya dinas pagi dari

jam 07.00- 14.00. saya yang akan merawat ibu selama di rumah sakit ini.
Nama ibu siapasenangnya dipanggil apa..??
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu S saat ini ?
Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu S dibawa ke rumah sakit ini ? apakah
sekarang ini ibu S masih suka mendengar suara- suara tersebut ?
c. Kontrak (topik, waktu, tempat)

Baiklah sekarang kita akan berbin-cang-bincang tentang suara- suara yang

sering didengar ibu S tetapi tidak tam-pak wujudnya.


Berapa lama ibu S mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit

saja?
Bagaimana enaknya kita duduk untuk berbincang- bincang ibu S? bagaimana
kalau disini saja?

FASE KERJA

Tadi ibu S mengatakan mendengar suara- suara ya? Selain ini apakah ibu S juga
melihat sesuatu? Seperti bayangan orang, binatang atau gambar padahal tidak ada.
Siapa- siapa? Apakah ibu S juga sering merasa mencium bau sesuatu yang tidak enak

atau merasakan seperti ada binatang yang berjalan dikulit ibu S?


Saya percaya ibu S mendengar suara- suara tersebut. Tapi saya sendiri tidak
mendengarnya, perawat lain juga yang ada diruangan ini tidak mendengarnya.
Keluarga ibu S juga dirumah tidak mendengarnya. Tetapi selain ibu S ada juga pasien

sini yang sama dengan ibu S yaitu suka mendengar suara- suara.
Suara- suara yang Ibu dengar itu namanya halusinasi pendengaran. Halusinasi adalah
suara- suara yang membisiki atau yang didengar ibu S tetapi tidak ada orangnya atau

tidak tampak wujudnya.


Tapi ibu S jangan khawatir, karna saya dan perawat ruangan ini akan membantu ibu S

untuk menghilangkan suara- suara tersebut.


Apa yang dikatakan suara itu? Apakah suara- suara itu terdengar sewaktu- waktu atau
terusmenerus? Kapan yang paling sering ibu S dengar suara- suara itu? Berapa kali
sehari ibu S alami? Pada keadaan atau kondisi apa suara itu terdengar? Apakah pada

waktu ibu S sendiri?


Apa yang ibu S rasakan pada saat mendengarkan suara itu?
Terus apa yang ibu S lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara- suaranya menghilang? Jadi menurut ibu S cara yang dilakukan tersebut

bermanfaat tidak?
Bagaimana kalau sekarang kita belajar cara- cara untuk mencegah suara- suara itu

muncul dan menghilangkan suara- suara tersebut?


Ibu S, ada 4 cara untuk mencegah suara- suara itu muncul. Peratama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara menemui orang lain dan bercakap-

cakap. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum

obat dengan teratur.


Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik.
Tujuan dari menghardik ini adalah untuk memutus suara- suara dan untuk mengusir
suara- suara yang ibu S dengar.

Caranya sebagai berikut: saat suara- suara itu muncul, langsung ibu S bilang, dengan
suara pelan tapi tegas dan hanya terdengar oleh telinga ibu S sendiri, yaitu pergi saya
tidak mau mendengar,kamu suara palsu. Begitu diulang- ulang samapi suara-

suara itu tak teerdengar lagi.


Coba ibu S peragakan! Nah begitubagus! Coba lagi! Ya bagus ibu S sudah bisa.
FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon
Evaluasi subjektif :
-bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang- bincang tentang halusinasi?

Juga setelah berlatih cara menghardik?


Evaluasi objektif :
-coba ibu S sebutkan kembali suara- suara yang ibu S dengar itu namanya
apa..suara itu mengatakan apa..berapa kali muncul dalam sehari..dalam
keadaan apa suara itu terdengar..yang ibu S rasakan...dan yang ibu lakukan
-coba ibu S sebutkan lagi 4 cara untuk mencegahnya, yaituya bagus.
-nah sekarang coba ibu S praktekkan lagi cara menghardik. Iya bagus sekali.

b. Rencana Tindak Lanjut


Coba nanti ibu S ingat- ingat lagi suara- suara apa lagi yang sering terdengar.

Dan ibu S jangan lupa latihan menghardiknya ya bu.


Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau berlatih
menghardik, jam berapa saja bu? Coba tulis disini. Oh jadi mau tiga kali ya

bu.
Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihannya dan
kalau suara- suara itu muncul lagi, ibu S langsung praktikkan ya!

c. Kontrak yang akan datang


Baik bu S sekarang bincang- bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam
lagi sekitar jam 11 saya datang kesini untuk berbincang- bincang atau latihan

cara mencegah halusinasi.


Yaitu menemui orang lain dan bercakap- cakap.

Waktunya mau berapa lama bu? Iya 10 menit saja dan tempatnya mau
dimana? Ya bagaimana kalau disini saja ya!

Baiklah saya permisi dulu ya bu jangan lupa ibu S

berlatih terus ya,

assalamualaikum
SP 2 Pasien :
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua menemui orang lain
dan bercakap- cakap.
a. Evaluasi latihan cara menghardik.
b. Latih cara kedua : menemui orang lain dan bercakap- cakap.
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua.

FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik:
1. Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi. Ibu S maasih ingat kan dengan saya? Coba siapa? Iya bagus
dengan saya? Coba siapa? Iya bagus.
2. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/ mengontrol
halusinasi yang kedua.
b. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana perasaan ibu S saat ini, apakah suara- suara itu masih terdengar?
Apakah ibu S sudah berlatih cara menghardik sesuai jadwal yang dibuat dan
apakah ibu S mempraktikkannya?
Coba ibu S praktikkan lagi cara menghardik halusinasi tersebut. ya bagus.
c. Kontrak (topik, waktu, tempat):
Baik sekarang kita akan belajar cara mencegah atau mengontrol halusinasi

halusinasi yang ke 2 yaitu menemui orang lain dan bercakap- cakap.


Mau berapa lama bincang- bincangnya bu S? bagaimana kalau 10 menit.
Dimana tempatnya? Disini saja ya?

FASE KERJA
Tujuan dari menemui orang lain dan bercakap- cakap ini ibu S adalah untuk
memutus suara- suara yang ibu dengar dan untuk mencegah suara- suara itu

datang lagi.
Ibu S, cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi yang lain adalah
menemui orang lain dan bercakap- cakap. Jadi kalau ibu S mulai mendengar

suara- suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.


Contohnya beginisuster tolong, saya mulai mendengar suara- suara. Ayo
ngobrol dengan saya, karna kalau ngobrol suara- suara itu akan hilang! Atau

kalau ada orang di rumah misalnya kakak S katakan: kak ayo ngobrol dengan

S saya sedang dengar suara- suara.


Begitu ibu S, coba sekarang ibu S praktikkan seperti yang saya lakukan tadi.
Ya, begitu.bagus! coba sekali lagi bagus! Nah, latihanm terus ya bu S.

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon:
- Subjektif:
a. Bagaimana perasaab ibu S setelah kita berlatih cara yang kedua, yaitu
menemui orang lain dan bercakap- cakap?
-

Objektif
a. Coba ibu praktikkan lagi cara yang baru saya ajarkan. Ya bagus bu. Jadi
sudah berapa cara yang sudah kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya bagus,
jadi sudah dua yaitu menghardik dan bercakap- cakap dengan orang lain.
b. Rencana tindak lanjut
Mari sekarang kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu
S mau jam berapa berlatihannya bu? Bagaimana tiga kali sehari
baik dari jam 05.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.00 sore jangan

lupa dilatih terus ya bu.


Jadi kalau ibu S mendengar suara- suara itu ibu S bisa
praktikkan ke2 cara yang sudah kita latih ya.

c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


Besok pagi kita bertemu lagi ya bu, kita akan berlatih cara
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu melaksanakan aktivitas

terjadwal.
Mau jam berapa bu? Baik jam 9 pagi. Waktunya berapa lama? Ya

10 menit.
Baik tempatnya dimana? Baiklah disini saja ya.
Kalau begitu saya permisi ya?

SP 3 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktifitas terjadwal.
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara yang sudah di ajarkan: menghardik dan
bercakap- cakap dengan orang lain.
b. Latihan melaksanakan aktifitas terjadwal.
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik.

1. Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya


datang lagi.
2. Ibu S masih ingat dengan saya? Coba siapa? Iya bagus.
3. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol halusinasi yang
ketiga.
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu S saat ini, apakah suara itu masih muncul?
Ibu S masih ingat apa yang sudah kita latih? Ada berapa cara? Ya bagus!
Ada dua cara ya bu yaitu menghardik dan bercakap- cakap dengan orang

lain .
Apakah ibu S sudah berlatih cara menghardik dan bercakap- cakap orang
lain sesuai jadwal yang dibuat? Coba mana lihat jadwalnya dan apakah ibu
S sudah mempraktekkannya? Ya bagus. Apa yang dirasakan ibu S setelah

melakukan latihan secara teratur.


Coba ibu praktikkan lagi dua cara yang sudah akita latih. Ya bagus!

c. Kontrak (topik, waktu, tempat)


Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang ketiga yaitu melaksanakan aktifitas terjadwal.


Mau berapa lama berlatihnya? Bagaimana kalau 30 menit.
Dimana tempatnya? Baik disini saja.

FASE KERJA
Tujuan melaksanakan aktifitas terjadwal ini ibu S adalah untuk mencegah

suara- suara itu datang lagi.


Apasaja yang biasa ibu S lakukan disini? Pagi- pagi apa kegiatannya?
Terus jam berikutnya apalagi? Coba tulis disini lembar kegiatan ini ya?
Tulis dari bangun tidur sampai malam mau tidur lagi. Setelah itu apalagi?
(terus disebutkan atau ditulis sampai didapat kegiatannya sampai malam

hari)
Wah bagus. Banyak sekali kegiatannya ya bu. Sekarang kita latih satu
kegiatan yang sudah ibu S tulis ya. Ibu S mau berlatih kegiatan yang
mana? Bagaimana kalau sesuai jam sekarang? Sekarang jam berapa bu? Ya

sekarang jam 9 pagi, jadi kegiatannya adalah..ya bagus bu.


Caranya menyapu bagaimana bu? Ya bagus, caranya menyapu adalah..
(sebutkan). Sekarang kita lakukan ya bu. Bagus sekali ibu S bisa
melakukannya. Nah menurut ibu S kegiatan menyapu ini bisa dilakukan di
rumah tidak? Ya bisa. Jadi nanti kalau ibu S pulang ibu harus bisa
melakukannya dirumah ya?

Kegiatan ini dapat ibu S lakukan untuk mencegah suara- suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi ya bu, supaya dari pagi
sampai malam ibu S selalu ada kegiatan.

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon :
Subjektif
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berlatih melakukan
kegiatan?

Objektif
-coba ibu S sebutkan jadwal kegiatan hariannya, ya bagus.coba sekarang
sebutkan lagi bagaimana cara menyapu yang barusan saya ajarkan. Ya
bagus. Jadi sudah berapa cara yang kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya
bagus bu jadi sudah 3 cara yang kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya
bagus bu jadi sudah 3 cara, yaitu menghardik, bercakap- cakap dengan
orang lain dan melaksanakan aktifitas terjadwal.

b. Rencana tindak lanjut:


Jangan lupa kegitan yang terjadwal ini dilakukan ya bu, juga
berlatih cara menghardik dan bercakap- cakap dengan orang

lainnya sesuai jadwal.


Jadi kalau ibu S mendengar suara- suara itu lagi, ibu S bisa

praktikkan ketiga cara yang sudah kita latih ya bu.


c. Kontrak yang akan datang tutup (topik, waktu, tempat)
Baik ibu S sekarang bincang- bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau
dua jam lagi sekitar jam 11 saya datang kesini untuk bincangbincangatau latihan cara mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu minum

obat.
Waktunya mau berapa lama bu, ya 10 menit saja tempatnya mau dimana?

Ya bagaimana kalau disini lagi ya bu!


Baiklah bu saya permisi dulu ya, jangan lupa ibu berlatih ya.

SP 4 Klien :
Latihan mengontrol halusinasi dengan menggunakan obat secara teratur.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk mencegah/ mengontrol halusinasi
yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai
penjelasan tentang guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c. Susun jadwal minum obat secara teratur.


FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
Assalamualaikum bu S, sesuai dengan janji saya tadi, sekarang saya

datang lagi
Ibu S masih ingatkan dengan saya? Coba siapa? Iya bagus
Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol

halusinasi dengan dengan minum obat.


b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu S saat ini, apakah suara- suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Coba lihat jadwalnya ya. Ya

bagus.
Ibu S masih ingat kan apa yang sudah kita latih?? Ya bagus! Coba

praktikkan! Ya bagus bu.


Apakah ibu S pagi ini sudah minum obat? Nama obatnya apa saja?
Oh ibu S belum tahu ya nama obatnya.

c. Kontrak (topik, waktu, tempat)


Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol atau mencegah

halusinasi dengan minum obat.


Mau berapa lama bincang- bincangnya? Bagaimana kalau 15 menit.
Dimana tempatnya? Disini saja bu.

FASE KERJA
Ibu S sudah minum obat hari ini ya? Berapa macam obat yang ibu S
minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa saja ibu minum?
Bagus! Ibu S sudah tahu nama obat yang diminumnya? Oh belum ya.

Baiklah saya akan jelaskan ya!


Ibu S apakah ada bedanya setelah minum obat teratur? Apakah suarasuara tersebut berkurang atau hilang? Ya, minum obat sangat penting
supaya suara- suara yang ibu S dengar dan mengganggu selama ini

tidak muncul lagi.


Obat yang ibu S minum ada tiga macam bu, yang warnanya orange
namanya CPZ atau Celorpromazine, yang merah jambu ini namanya
HLP atau Haloperidol, sedangkan yang putih ini namanya THP atau
Trihexiphenidil.

Semuanya harus ibu S minum 3 kali sehari, yaitu CPZ 3X1 tablet,
HLP 3X1 tablet dan THP 3X1 tablet,diminumnya pagi jam 7, siang

jam 1, dan sore jam 5.


Bu S manfaat obat ini, yang orange atau CPZ dan yang merah muda
atau HLP gunanya adalah untuk menenangkan rasa gelisah, membuat
S bisa tidur dengan nyaman, untuk menghilangkan suara- suara yang
ibu S dengar, membantu ibu S untuk bersemangat lagi. Sedangkan
yang putih atau THP adalah untuk merileksasikan otot- otot tubuh
ibu supaya tidak kakudan gemetar, dan mencegah dampak akibat dari
minum obat CPZ dan HLP, seperti hipersaliva dan ngences, badan

kaku, pusing.
Jadi ibu S jangan merasa takut untuk minum obat CPZ dan HLP ya
bu..karena dampaknya yang tadi tidak akan terjadi pada ibu, kalau

ibu S minum THP.


Bagaimana bu S..ibu sudah mengerti belum..ya bagus sekali ibu S

sudah mengerti ya.


Menurut ibu, boleh tidak berhenti minum obat sebelum diijinkan
dokter? Ya betul tidak boleh. Akibatnya apa bu kalau berhenti minum
obat tanpa ijin dokter? Ya betul karena akan mengakibatkan ibu S
perasaannya tidak tenang, merasa gelisah, suara- suaranya akan
muncul lagi dan sulit tidur ya bu, juga sakitnya akan kambuh lagi ya

bu.
Ibu S sebelum minum obat ini,baik disini maupun nanti dirumah ,ibu
S harus cek dulu, yaitu perhatikan prinsip lima benar minum obat.
Jadi sebelum minum obat, yang pertama ibu S harus lihat dulu
apakah betul obat ini buat ibu, jadi lihat labelnya benar tertulis nama
ibu S, yang kedua lihat apakah benar yang diminumnya itu HPL
warna merah muda, CPZ warna orange dan THP warna putih, kalau
beda warna atau nama obat beda, ibu S harus tanyakan ke
perawatnya ya. Yang ketiga obat ini diminumnya 3 kali sehari 1
tablet, HLP 1 tablet, CPZ 1 tablet, THP 1 tablet, jadi kalau dikasih
setengah ibu harus tanyakan lagi ke perawatnya. Yang keempat obat
ini diminumnya harus tepat waktu yaitu jam 7 pagi setelah makan
pagi, jam 1 siang setelah makan siang dan jam 5 sore setelah makan

sore. Yang kelima semua obat ini harus langsung diminum ya bu,

jangan disimpan dibawah lidah atau dibuang.


Bagaimana bu S. ibu sudah mengerti? Ada yang mau ibu tanyakan

kepada saya?
Nanti setelah minum obat ini, mulut ibu S akan terasa kering,
ngantuk, dan lemas. Untuk membantu mengatasinya ibu S harus
banyak minum air putih, minimal 8 gelas, dan setelah minum obat

ibu S juga jangan jalan- jalan tetapi tidur saja.


Apabila sudah waktunya ibu S minum obat, langsung saja minta pada
perawat ruangan ya bu, begitu juga nanti dirumah, jadi ibu S jangan

nunggu disuruh.
Terus apabila ibu S setelah minum ketiga obat ini kepalanya terasa
pusing , badan sempoyongan, tangan gemetar, maka ibu harus segera

lapor atau bilang kepada perawat ruangan atau dokter.


Bagaimana ibu S, apakah sudah mengerti? Ya bagus sekali kalau ibu
S sudah mengerti.

FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon
Subjektif :
-bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat

obat yang ibu minum?


Objektif :
-coba
ibu
sebutkan

lagi

nama-nama

obat

yang

diminumnya..manfaatnya apa saja..berapa kali minumnya dalam


sehari..(sebutkan)..apa efek samping dari obat- obatan tersebut..apa
kerugiannya bila berhenti minum obatapa yang harus dilakukan
kalau ibu mau minum obat.ya bagus bu. Ibu S sekarang sudah tau
ya tentang obat- obat yang harus diminumnya. Jadi sudah berapa cara
yang kita latih untuk mengontrol halusinasi? Coba sebutkan lagi. Ya
bagus bu, jadi ada 4 yaitu menghardik, bercakap- cakap dengan
orang lain, melaksanakan aktifitas terjadwal dan patuh minum obat.
b. Rencana tindak lanjut :
Mari sekarang kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu S ya.
Berapa kali dalam sehari minum obatnya bu. Jam berapa saja. Coba
tulis ya bu, ya jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 5 sore. Bagus bu, jadi

kalau sudah jamnya ibu S minum obat, langsung minta kepada


perawatnya ya bu, jangan sampai nunggu di panggil.
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Baik ibu S sekarang bincang- bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau 2 jam lagi sekitar jam 11 saya datang kesini untuk berbincangbincang tentang penyebab ibu sering menyendiri dan tidak mau

bergaul dengan otrang lain.


Waktunya mau berapa lama bu? Iya 10 menit saja dan tempatnya

mau dimana? Ya bagaumana kalau disini saja ya!


Baiklah bu saya permisi dulu ya, jangan lupa ibu berlatih dan
mempraktikknanya ya,,

BAB IV
Penutup
Kesimpulan
halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada
objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan rangsang eksternal (dunia luar).

Perencanaan keperawatan dengan masalah utama halusinasi berfokus pada intervensi


-

membina hubungan saling percaya


Dapat mengenali halusinasi
Dapat mengontrol halusinasinya
Mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan system pendukung untuk

mengendalikan halusinasinya
Dapat memanfaatkan obat dengan baik
Keluargha merupakan factor pendukung utama dalam membantu klien mengatasi
masalahnya baik selama di rumah sakit maupun selama di rumah

Daftar Pustaka
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: TIM.
Keliat,B.A & dkk.(2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai