PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta era
globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat, serta lingkungan yang padat
menimbulkan perubahan kesehatan pada manusia baik fisik, mental, spiritual
dan sosial. Individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan baik fisik maupun
psikologi. (Depkes RI, 2000).
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh,
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan
perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Sampai
saat ini sering diidentikan dengan raga yang prima, sementara, kondisi jiwa
yang stabil tak terlalu banyak diperhatikan, kesehatan jiwa masih dipandang
sebelah mata. Pasalnya, selain tak terlihat kasat mata pada awal gejalanya,
belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan
jiwa. Akibatnya, penyakit jiwa seringkali dideteksi terlambat sehingga baru
ditangani setelah kondisinya terlanjur parah, sebagian besar masyarakat belum
menyadari bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harus
diperhatikan seperti halnya kesehatan fisik, psikis seseorang pun memiliki
kesinambungan antara sakit dan sehat, indikator sehatnya kondisi psikis
seseorang adalah hidup yang produktif dan berkualitas. (www.pdpersi.co.id).
Menurut WHO potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa
memang tinggi. Setiap saat, 450 juta orang diseluruh Dunia terkena dampak
permasalahn jiwa, saraf maupun perilaku. (www.pikiran-rakyat.com). Di
Amerika Serikat prevalensi skizoprenia dilaporkan bervariasi dari 1 sampai
1,5 persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang per tahun.
(http://psikologi.infogue.com).
persen
dari
jumlah
itu
adalah
juta
orang.
(http://www.gamexeon.com/forum/).
Sementara di DKI Jakarta angka kecenderungan kejadian gangguan
kejiwaan adalah 1 persen dari jumlah penduduknya, sehingga jika jumlah
penduduk Jakarta 9 juta orang maka terdapat 9.000 orang yang menderita
gangguan jiwa. (www.pdpersi.co.id).
Berdasarkan catatan medik yang didapatkan dari ruangan cendrawadi
rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heedjan Jakarta, terhitung dari bulan januari
sampai juli 2009.terdapat 79 klien dengan kasus halusinasi sebanyak 69 klien
(87,35 %), isolasi sosial klien ( 7,59 % ) harga diri rendah sebanyak 2 klien
( 2,5 % ) rersiko perilakukekerasan sebanyak 2 klien ( 2,35 % ). Halusinasi
merupakan ketidak mampuan klien menilai dan berespon pada rialita dan
merespon pada realitas, klien tidak dapat membedakan keadaan dengan
kenyataan. Sadangkan dampak yang akan terjadi adalah klien sering
menyendiri, melamun dan menjadi pendiam. Derajat bahaya halusinasi
tergantung pada isi, frekuensi, dan intensitas halusinasi yang dapat
mengakibatkn ancaman baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
sampai menimbullkan kematian.
Dilihat dari permasalahan di atas, maka peran perawat dalam
menanggulangi halusinasi sangat penting dilihat dari aspek prepentif yaitu
upaya pencegahan degan mengajarkan upayacara
mengatasi
masalah
persepsi halusinasi
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi
f. Mengidentipikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada
klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencapai solisinya pemecahan masalah pada klien dengan gangguan
sensori persepsi halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan ketidak mampuan indipidu dalam
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di
terima melalui panca indra.
( Dep. Kes. RI 2000 ).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya
mungkin
organic,
fungsional,
psikotik
ataupun
histerik
(Maramis,2000).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana
tidak terdapat stimulus (varcarolis,2006).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsang dari luar. Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang
muncul dari berbagai indera. (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang
sesuatu tanpa ada objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan
manusia untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsang
eksternal (dunia luar).
B. Etiologi
Gambaran otak karena keracunan, obat halusinogeni, gangguan jiwa
seperti emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan persepsi berbeda atu orang yang berasal dari sosial budaya yang
berbeda.
Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan tertentu
tentang sesuatu, padahal kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau
tidak terjadi sesuatu apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa
objetivitas pengindraan tidak di sertai stimulus fisik yang adekuat.
C. Jenis jenis halusinasi
a.Halusinasi pendengaran
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek , menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadangkadang hal yang berbahaya).
Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber
suara, berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat kamit, dan ada gerakan tangan.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar,
orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang
menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,
menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
c. Halusinasi penciuman
Tercium bau busuk, amis dan bau yang menjijikan, seperti bau
darah, urine atau feses atau bau harum seperti parfum.
Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium
dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat
tertentu, menutup hidung.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan,
seperti rasa darah, urine atau feses.
Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti
gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
e. Halusinasi perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang.
Merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang
kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau
meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan
seperti merasakan sesuatu rabaan.
f. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan
arteri, makanan yang dicerna atau pembentukan urine, perasaan
tubuhnya melayang diatas permukaan tanah.
Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya
sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.
D. Fase Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa fakultas kedoktreran universitas Indonesia
fase-fase halusinasi tahun (2009 hal 20), karakteristik dan perilaku yang di
tampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah :
a. Fase I
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan..
Karakteristik (non verbal )
1) Mengalami ansietas,kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)
5)
b. Fase II
1)Menyalahkan
2)Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa
antipast
Karakteristik ( non verbal )
1)Pengalaman sensori menakutkan
2)Merasa di lecahkan oleh pengalaman sensoritersebut
3)Mulai merasa kehilangan control
4)Menarik diri dari orang lain
Perilaku klien
1)Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
2)Perhatian dengan lingkungan berkurang
3)Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
4)Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
c. Fase III
1) Mengontrol
2) Tingkat kecemasan berat
3) Pengalaman sensori ( halusinasi ) tidak dapat di tolak
Karakteristik (psikotik )
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi )
2) Isi halusinasi menjadi atraktik
3) Kesepian bila pengalaman social berakhir
Perilaku klien
1)
2)
3)
4)
d. Fase IV
Menguasai tingkat kecerdasan, panik
Psikologis
Pikiran kadang menyimpang
Persepsi akurat
Ilusi
Reaksi emosional
Respon maladaptif
Gangguan proses pikir
Ketidakmampuan untuk
mengalami emosi
ketidakteraturan
pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan social harmonis
berlebihan/kurang
Perilaku ganjil
Menarik diri
Isolasi sosial
Halusinasi
Keterangan table:
1. Respon adaptif adalah : Respon yang dapat di terima oleh norma-norma social
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.respon
adaptif adalah :
a. Pikiran logis
Pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat
Pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten
Dengan pengalaman perasaan yang timbul dari pengalama ahli
d. Perilaku sosial
Sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial
Proses suatu intreraksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon psikososial meliputi
a. Proserpikir adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah intepretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata ) karena rangsangan panca
indra.
c. Emosi berlebuhan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang lain.
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sisial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
BAB III
Asuhan Keperawatan
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
2.Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress adalah merupakan salah satu tugas perkembangan yang terganggu.
3. Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkunganya akan merasa disingkirkan,
kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
4. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersulfat halusnogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimetytransferase
(DMP).terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
5. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas, overprotektif,
dingin, tidak sensitive, pola asuh tidak adekuat, konflik perkawinan, koping tidak
adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
6.Faktor Genetika
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
b. Faktor Presipitasi
1.Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respons neurobiologik
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan adanya abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi social
Klien mengalami interaksi social dalam fase awal dan comforting, klien manggap
bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi social, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya tau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan menguapayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalam interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan
klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hlangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu karena sering tidur larut malam
dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
c. Perilaku
berikut ini adalah berbagai gangguan fungsi yang akan berpengaruh pada perilaku
klien halusinasi :
1. Fungsi kognitif
Isi pikiran terganggu, yaitu tidak mampu memproses stimulus internal dan
seperti berikut :
o Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya
o Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
o Inkoheren yaitu pembicaraan yang tidak nyambung
o Sirkumstansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan
o Flight of ideas, yaitu pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke topic lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan
o Blocking yaitu pembicaraan yang berhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian di lanjutkan kembali
o Perseverasi yaitu pembicaraan yang di ulang berkali-kali
kehidupan.
Afek adalah ekspresi emosi, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan tangan,
nada suara.
Afek yang maladaptif adalah :
Afek tumpul yaitu kurang respon emosional terhadap pikiran/pengalaman orang
yang ada
Afek labil yaitu emosi yang cepat berubah-ubah.
Reaksi berlebihan yaitu reaksi emosi berlebihan terhadap suatu kejadian
Ambivalensi yaitu timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada waktu
bersamaan.
3.Fungsi Motorik
Grimasen adalah gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
dikontrol klien
Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetaran ketika klien menjulurkan tangan
Kesepian : seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan merasa putus asa,
e. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan persepsi
sensori Halusinasi
pendengaran/
penglihatan/penciuman/
perabaan/pengecapan
Isolasi Sosial
Ketidakberdayaan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kriteria Hasil :
halusinasinya
Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasinya.
Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya
Klien dapat memilih cara mengendalikan halusinasinya
Tindakan keperawatan :
muncul
Beri pujian dan penguatan terhadap tindakan yang positif
Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah timbulnya halusinasi
Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar
Diskusikan bersama klien hasil upaya yang telah dilakukan
4. klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem pendukung untuk
mengendalikan halusinasinya
Kriteria hasil :
Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
keluarga
(ucapkan
mengontrol halusinasinya.
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
obat
Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat
Tindakan keperawatan :
Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum obat
Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
Berikan reinforcement positif atau pujian.
4. IMPLEMENTASI
1. Bina Hubungan saling percaya
a.
Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul, sehingga halusinasi yang muncul
tersebut terputus. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidfak memperdulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya
b.
c.
Menyusun jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah
diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan
sistem pendukung yang penting.
a. Apakah klien dapat mengenal halusinasi, yaitu isi halusinasi, situasi, waktu dan
frekuensi munculnya halusinasi.
b. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.
c. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan menggunakan empat cara
baru, yaitu menghardik, menemui orang lain dan bercakap-cakap, melaksanakan
aktivitas yang terjadwal dan patuh minum obat.
d. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaanya mempraktikkan empat cara
mengontrol halusinasi.
e. Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarganya
untuk mengontrol halusinasinya.
f. Apakah klien dapat memenuhi minum obat.
dipanggil Yani, saya perawat atau mahasiswa yang dinas di ruangan Shinta ini.
Saya mahasiswa dari Stikes Al Ishyad Cilacap. Hari ini saya dinas pagi dari
jam 07.00- 14.00. saya yang akan merawat ibu selama di rumah sakit ini.
Nama ibu siapasenangnya dipanggil apa..??
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu S saat ini ?
Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu S dibawa ke rumah sakit ini ? apakah
sekarang ini ibu S masih suka mendengar suara- suara tersebut ?
c. Kontrak (topik, waktu, tempat)
saja?
Bagaimana enaknya kita duduk untuk berbincang- bincang ibu S? bagaimana
kalau disini saja?
FASE KERJA
Tadi ibu S mengatakan mendengar suara- suara ya? Selain ini apakah ibu S juga
melihat sesuatu? Seperti bayangan orang, binatang atau gambar padahal tidak ada.
Siapa- siapa? Apakah ibu S juga sering merasa mencium bau sesuatu yang tidak enak
sini yang sama dengan ibu S yaitu suka mendengar suara- suara.
Suara- suara yang Ibu dengar itu namanya halusinasi pendengaran. Halusinasi adalah
suara- suara yang membisiki atau yang didengar ibu S tetapi tidak ada orangnya atau
bermanfaat tidak?
Bagaimana kalau sekarang kita belajar cara- cara untuk mencegah suara- suara itu
cakap. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum
Caranya sebagai berikut: saat suara- suara itu muncul, langsung ibu S bilang, dengan
suara pelan tapi tegas dan hanya terdengar oleh telinga ibu S sendiri, yaitu pergi saya
tidak mau mendengar,kamu suara palsu. Begitu diulang- ulang samapi suara-
bu.
Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihannya dan
kalau suara- suara itu muncul lagi, ibu S langsung praktikkan ya!
Waktunya mau berapa lama bu? Iya 10 menit saja dan tempatnya mau
dimana? Ya bagaimana kalau disini saja ya!
assalamualaikum
SP 2 Pasien :
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua menemui orang lain
dan bercakap- cakap.
a. Evaluasi latihan cara menghardik.
b. Latih cara kedua : menemui orang lain dan bercakap- cakap.
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua.
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik:
1. Assalamualaikum ibu S, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi. Ibu S maasih ingat kan dengan saya? Coba siapa? Iya bagus
dengan saya? Coba siapa? Iya bagus.
2. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/ mengontrol
halusinasi yang kedua.
b. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana perasaan ibu S saat ini, apakah suara- suara itu masih terdengar?
Apakah ibu S sudah berlatih cara menghardik sesuai jadwal yang dibuat dan
apakah ibu S mempraktikkannya?
Coba ibu S praktikkan lagi cara menghardik halusinasi tersebut. ya bagus.
c. Kontrak (topik, waktu, tempat):
Baik sekarang kita akan belajar cara mencegah atau mengontrol halusinasi
FASE KERJA
Tujuan dari menemui orang lain dan bercakap- cakap ini ibu S adalah untuk
memutus suara- suara yang ibu dengar dan untuk mencegah suara- suara itu
datang lagi.
Ibu S, cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi yang lain adalah
menemui orang lain dan bercakap- cakap. Jadi kalau ibu S mulai mendengar
kalau ada orang di rumah misalnya kakak S katakan: kak ayo ngobrol dengan
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon:
- Subjektif:
a. Bagaimana perasaab ibu S setelah kita berlatih cara yang kedua, yaitu
menemui orang lain dan bercakap- cakap?
-
Objektif
a. Coba ibu praktikkan lagi cara yang baru saya ajarkan. Ya bagus bu. Jadi
sudah berapa cara yang sudah kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya bagus,
jadi sudah dua yaitu menghardik dan bercakap- cakap dengan orang lain.
b. Rencana tindak lanjut
Mari sekarang kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu
S mau jam berapa berlatihannya bu? Bagaimana tiga kali sehari
baik dari jam 05.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.00 sore jangan
terjadwal.
Mau jam berapa bu? Baik jam 9 pagi. Waktunya berapa lama? Ya
10 menit.
Baik tempatnya dimana? Baiklah disini saja ya.
Kalau begitu saya permisi ya?
SP 3 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktifitas terjadwal.
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara yang sudah di ajarkan: menghardik dan
bercakap- cakap dengan orang lain.
b. Latihan melaksanakan aktifitas terjadwal.
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik.
lain .
Apakah ibu S sudah berlatih cara menghardik dan bercakap- cakap orang
lain sesuai jadwal yang dibuat? Coba mana lihat jadwalnya dan apakah ibu
S sudah mempraktekkannya? Ya bagus. Apa yang dirasakan ibu S setelah
FASE KERJA
Tujuan melaksanakan aktifitas terjadwal ini ibu S adalah untuk mencegah
hari)
Wah bagus. Banyak sekali kegiatannya ya bu. Sekarang kita latih satu
kegiatan yang sudah ibu S tulis ya. Ibu S mau berlatih kegiatan yang
mana? Bagaimana kalau sesuai jam sekarang? Sekarang jam berapa bu? Ya
Kegiatan ini dapat ibu S lakukan untuk mencegah suara- suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi ya bu, supaya dari pagi
sampai malam ibu S selalu ada kegiatan.
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon :
Subjektif
Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berlatih melakukan
kegiatan?
Objektif
-coba ibu S sebutkan jadwal kegiatan hariannya, ya bagus.coba sekarang
sebutkan lagi bagaimana cara menyapu yang barusan saya ajarkan. Ya
bagus. Jadi sudah berapa cara yang kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya
bagus bu jadi sudah 3 cara yang kita latih bu? Coba sebutkan lagi. Ya
bagus bu jadi sudah 3 cara, yaitu menghardik, bercakap- cakap dengan
orang lain dan melaksanakan aktifitas terjadwal.
obat.
Waktunya mau berapa lama bu, ya 10 menit saja tempatnya mau dimana?
SP 4 Klien :
Latihan mengontrol halusinasi dengan menggunakan obat secara teratur.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk mencegah/ mengontrol halusinasi
yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar, disertai
penjelasan tentang guna obat dan akibat berhenti minum obat.
datang lagi
Ibu S masih ingatkan dengan saya? Coba siapa? Iya bagus
Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol
bagus.
Ibu S masih ingat kan apa yang sudah kita latih?? Ya bagus! Coba
FASE KERJA
Ibu S sudah minum obat hari ini ya? Berapa macam obat yang ibu S
minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa saja ibu minum?
Bagus! Ibu S sudah tahu nama obat yang diminumnya? Oh belum ya.
Semuanya harus ibu S minum 3 kali sehari, yaitu CPZ 3X1 tablet,
HLP 3X1 tablet dan THP 3X1 tablet,diminumnya pagi jam 7, siang
kaku, pusing.
Jadi ibu S jangan merasa takut untuk minum obat CPZ dan HLP ya
bu..karena dampaknya yang tadi tidak akan terjadi pada ibu, kalau
bu.
Ibu S sebelum minum obat ini,baik disini maupun nanti dirumah ,ibu
S harus cek dulu, yaitu perhatikan prinsip lima benar minum obat.
Jadi sebelum minum obat, yang pertama ibu S harus lihat dulu
apakah betul obat ini buat ibu, jadi lihat labelnya benar tertulis nama
ibu S, yang kedua lihat apakah benar yang diminumnya itu HPL
warna merah muda, CPZ warna orange dan THP warna putih, kalau
beda warna atau nama obat beda, ibu S harus tanyakan ke
perawatnya ya. Yang ketiga obat ini diminumnya 3 kali sehari 1
tablet, HLP 1 tablet, CPZ 1 tablet, THP 1 tablet, jadi kalau dikasih
setengah ibu harus tanyakan lagi ke perawatnya. Yang keempat obat
ini diminumnya harus tepat waktu yaitu jam 7 pagi setelah makan
pagi, jam 1 siang setelah makan siang dan jam 5 sore setelah makan
sore. Yang kelima semua obat ini harus langsung diminum ya bu,
kepada saya?
Nanti setelah minum obat ini, mulut ibu S akan terasa kering,
ngantuk, dan lemas. Untuk membantu mengatasinya ibu S harus
banyak minum air putih, minimal 8 gelas, dan setelah minum obat
nunggu disuruh.
Terus apabila ibu S setelah minum ketiga obat ini kepalanya terasa
pusing , badan sempoyongan, tangan gemetar, maka ibu harus segera
FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon
Subjektif :
-bagaimana perasaan ibu S setelah kita bercakap-cakap tentang obat
lagi
nama-nama
obat
yang
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada
objek/rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan rangsang eksternal (dunia luar).
mengendalikan halusinasinya
Dapat memanfaatkan obat dengan baik
Keluargha merupakan factor pendukung utama dalam membantu klien mengatasi
masalahnya baik selama di rumah sakit maupun selama di rumah
Daftar Pustaka
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: TIM.
Keliat,B.A & dkk.(2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC