Penulis
DAFTAR ISI
i
BAB 1...............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..................................................................................................v
C. Tujuan Masalah......................................................................................................v
BAB II...............................................................................................................................1
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN...................................................................1
A. Konsep Ketahanan Keluarga..................................................................................1
B. Keterkaitan Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran Islam...........................3
C. Meningkatkan Ketahanan Keluarga.......................................................................7
BAB IV............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain itu juga tidak hanya sektor kesehatan, sektor ekonomi juga menjadi
yang paling parah dihantam pandemi. Era pandemi yang sudah berlangsung
hampir dua tahun ini telah banyak menambah keluarga miskin baru.
iii
Kasus wabah virus corona ini adalah bagian dari bencana non alam. Dalam
perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa
menimpa kepada siapa saja, kapan dan di mana saja. Musibah adalah keniscayaan
yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah tegaskan dalam
alQur’an surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:
ِ ۗ س َوالثَّ َم ٰر
ت ِ ُال َوااْل َ ْنف ٍ ع َونَ ْق
ِ ص ِّمنَ ااْل َ ْم َو ْ ِ َْولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّمنَ ْال َخو
ِ ْف َوالجُو
ّ ٰ َوبَ ِّش ِر ال
َصبِ ِر ْين
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar “
iv
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Ketahanan Keluarga?
2. Bagaimana Keterkaitan Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran
Islam?
3. Bagaimana Cara Meningkatkan Ketahanan Keluarga?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Konsep Ketahanan Keluarga.
2. Untuk Mengetahui Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran Islam.
3. Untuk Mengetahui Cara Meningkatkan Ketahanan Keluarga.
v
BAB II
1
Konsep ketahanan keluarga memiliki makna yang berbeda dengan
kesejahteraan keluarga, namun keduanya saling berkaitan erat. Keluarga
dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi memiliki potensi yang
lebih besar untuk dapat mencapai ketahanan keluarga yang lebih tangguh.
Dua konsep tersebut dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dalam
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yaitu pada Pasal 1 Ayat 11.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa ketahanan dan kesejahteraan keluarga
merupakan kondisi keluarga yang ulet dan tangguh serta memiliki
kemampuan fisik, materil dan mental untuk hidup secara mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. (“Relasi
Gender, Ketahanan Keluarga dan kualitas Pernikahan pada Keluarga
Nelayan dan Buruh Tani ‘Brondol’ Bawang Merah dalam Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konseling, 2019)
2
cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pembinaan lingkungan. (Lubis, 2018)
3
yang saki>nah, mawaddah dan rah}mah. Begitupula dalam UU
Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 1 (2) yang menegaskan bahwa tujuan
pernikahan ialah membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Berdasar
hal tersebut, setiap pasangan harus menjaga mahligai rumahtangganya yakni
dengan membangun ketahanan keluarga agar tidak goyah. Ketahanan
keluarga merupakan salah satu faktor untuk mewujudkan keharmonisan
dalam keluarga. Oleh sebab itu, nilai-nilai ketahanan keluarga dengan
dilandasi nilainilai agama perlu difahami sebagai kebutuhan bersama
dalam keluarga sehingga apa yang menjadi tujuan keluarga yakni
menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia dapat terwujud.
4
pernikahan, kaidah tersebut harus diwujudkan dalam setiap tahapan
kehidupan rumah tangga, agar pernikahan tersebut dapat membahagiakan
setiap pasangan suami istri. Kedamaian, ketentraman, kesejahteraan, kasih
sayang, dan keselamatan merupakan impian setiap keluarga. Namun pada
kenyataannya kehidupan tidak semulus yang diimpikan, tidak dapat
dimungkiri berbagai problematika dapat menimpa rumah tangga, sehingga
harapan dan idaman tidak selalu dapat diraih. Tidak jarang timbul berbagai
masalah atau konflik dalam rumah tangga yang bila tidak segera diatasi
akan mengakibatkan perceraian atau putusnya perkawinan.
5
Keluarga sakinah sebagai suatu kondisi yang ideal dalam rumah
tangga yang pada dasarnya lahir atas dasar iman serta teguh pada pedoman
ajaran agama yang di dalamnya terdapat cinta dan kasih sayang, adanya
ketentraman dan kesejahteraan, serta dapat memanajemen dan
menyelesaikan konflik yang terjadi dengan baik. (Keluarga Sakinah dan
Konstruksi Alat Ukurnya, 2019) Patuh dan taat pada ajaran agama Islam
memiliki efek yang penting serta berkorelasi positif dengan kebahagiaan
seseorang dalam suatu perkawinan. Demikian hal tersebut selaras dengan konsep
ketahanan keluarga yang menuntut keluarga untuk mampu mengelola dan
menghadapi berbagai masalah yang muncul untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin.
6
kewajiban antar keduanya masing-masing.Demikian rusaknya sebuah
hubungan dalam keluarga diartikan gagal dalam mencapai tujuan dari
pernikahan itu sendiri yakni menciptakan keluarga yang sakinah serta
tidak mampu dalam menjaga ketahanan keluarga.
7
menuntut, lapangan kerja yang semakin sempit, kemampuan IT
yang sangat diperlukan, kebutuhan kuota yang menggila dan
berbagai tekanan hidup menjadikan suasana hati semakin tertekan.
Dibutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi diri guna
meningkatkan kematangan kepribadian. Mengembangakan pola
pikir positif sangat diperlukan. Sehingga orangtua mampu
menyikapi segala situasi dan kondisi dengan jiwa yang tenang dan
pikiran yang lapang. Ketenangan hati menjadi awal yang baik
untuk berpikir solusi lebih lanjut. Bila pikiran kalut, hati tertekan
maka persoalan yang kecilpun bisa bertambah ruwet dan dapat
menjadi pangkal persoalan keluarga yang lebih besar.
Diperlukan kesadaran dan latihan untuk mampu
mengendalikan diri dan menerima segala kondisi dengan ikhlas.
Ikhlas bukan berarti menyerah, namun tetap berusaha dan terus
berikhtiar untuk mencari solusi dan jalan keluar. Usaha diiringi
doa, disertai jiwa tawakkal berserah diri kepada Allah menjadi
sikap hidup yang sangat penting. Memelihara, mengembangkan,
dan menguatkan konsep diri perlu terus dibangun. Mensyukuri
setiap nikmat yang Allah berikan menjadi kata kunci dalam segala
keadaan, agar hati menjadi ikhlas dan tenang.
2. Meningkatkan ketahanan ekonomi. Situasi pandemi saat ini
berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
terus menurun, bahkan negatif. Jika hal ini terus berkalanjutan
maka akan terjadi resesi. Tekanan ekonomi menjadi semakin berat.
Kondisi yang dirasakan saat ini mendorong masyarakat untuk terus
menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber
daya yang dimiliki. Kebutuhan dasar yakni kebutuhan makan dan
minum atau kebutuhan pangan menjadi tugas pertama untuk
dipenuhi.
Belum diketahui kapan wabah ini akan berakhir. Maka
perlu persiapan jangka panjang dalam mensikapinya. Sumber
8
penghasilan diupayakan harus ada. Tidak mesti menjadi pegawai
negeri maupun swasta. Berwira usaha di segala bidang
memberikan peluang yang tak terbatas. Bisnis online lebih
memungkinkan di masa pandemi saat ini. Berjualan kebutuhan
hidup sehari-hari dengan layanan antar barang akan menjadi
pilihan yang dicari. Selain itu perilaku hemat juga perlu
digerakkan. Pengelolaan keuangan makin hati-hati. Kebutuhan
pokok harus didahulukan. Kepentingan pendidikan dan kesehatan
juga diprioritaskan. Kebutuhan sekunder bisa ditunda kemudian,
apalagi kebutuhan tersier. Beberapa hal sederhana juga bisa
dilakukan, seperti menanam tanaman hortikultura di sekitar rumah.
Menanam buah-buahan, sayuran dan ubiubian yang tidak
memerlukan waktu lama untuk memanen.
Setiap keluarga semestinya memanfaatkan sekecil apapun
lahan yang ada, untuk dimanfaatkan sebagai sumber gizi keluarga.
Bila lahan terbatas, maka menggunakan pola hidroponik juga dapat
dilakukan. Perlu dipikirkan untuk terselenggaranya gerakan
keluarga menanam tanaman hortikultura, minimal sejumlah
anggota dalam keluarga.
3. Meningkatkan ketahanan sosial. Interaksi sosial perlu dijaga, walau
dalam situasi pandemi. Interaksi dapat dilakukan secara luring
(luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan). Perjumpaan yang
dilakukan di darat harus memperhatikan protokol kesehatan.
Komunikasi secara virtual bisa menjadi alternatif untuk dilakukan.
Yang pasti silaturrahim antar keluarga, saudara, teman jangan
sampai terputus. Kebersamaan sosial perlu dikuatkan. Jiwa gotong
royong perlu dipupuk. Rasa kebersamaam perlu terus
dikembangkan. Bila seseorang memiliki kepedulian kepada
masyarakat di sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang
lainpun akan ringan memberikan bantuan dan dukungan.
Kesediaan untuk membantu saudara dan tetangga tidak perlu
9
menunggu kaya. Karena kaya itu sesungguhnya tidak pernah ada
jika manusia tidak merasa cukup, dan terus berburu kekayaan.
Perlu menunda kebutuhan dan keinginan yang bersifat sekunder,
dialihkan untuk berbagi pada sesama. Hal itu akan menjadikan
kehidupan lebih bermakna.
4. Meningkatkan ketahanan spiritual. Ajaran dan nilai agama adalah
fondasi kehidupan manusia, khususnya yang mengaku dirinya
muslim. Keluarga muslim harus berupaya dengan sungguh-
sungguh untuk menjalankan syariat agama, dan menjadikan agama
sebagai rujukan dan muara dalam menghadapi berbagai
persoalan. . Siatuasi pandemi sat ini menyarankan anggota
keluarga banyak berada di rumah. Kondisi tersebut sangat baik
untuk dimanfaatkan memperkokoh pemahaman dan pengamalan
keagamaan. Tiga kesempatan emas yang perlu dijaga dalam
keluarga, yaitu makan bersama, ibadah bersama dan santai
bersama. Tiga hal tersebut menjadi indikator utama untuk
mengetahui seberapa bahagia sebuah keluarga. Ibadah bersama
perlu digerakkan, ditambah dengan belajar dan menambah
pemahaman terkait ilmu keagamaan. Faktor utama yang
menyebabkan lemahnya ketahanan keluarga muslim adalah
kurangnya pemahaman Islam yang diterapkan dalam keluarga.
(Statistik, 2016)
10
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Laela Safriani, dkk, “Peran Dosen Wanita UIN Alauddin dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Perspektif Hukum Islam,” Jurnal Diskursus Islam, Vol. 04, No.
02, 2016, 271
13