Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan


rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini. Terimakasih kepada pembimbing yang telah membantu kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada seluruh panitia yang telah membantu kami, sehingga dapat
terselesainya makalah ini. Kami sebagai penulis sudah berusaha sebaik-baiknya
untuk menyelesaikan makalah ini, tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan
hanya milik Allah. Tiada usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha
yang kecil. Sebagai penanggung jawab atas makalah ini, kami mengharapkan
kritik dan saran, untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini. Akhirnya
penulis berharap, semoga hasil karya tulis ini memberikan manfaat.

Garut , 12 Nopember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
BAB 1...............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..................................................................................................v
C. Tujuan Masalah......................................................................................................v
BAB II...............................................................................................................................1
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN...................................................................1
A. Konsep Ketahanan Keluarga..................................................................................1
B. Keterkaitan Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran Islam...........................3
C. Meningkatkan Ketahanan Keluarga.......................................................................7
BAB IV............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada ahir tahun 2019 dunia di gemparkan dengan penyebaran wabah


Coronavirus Deseases 2019 ( Covid 19 ) yang mempengaruhi semua sektor baik
itu pendidikan, kesehatan, ekonomi, pariwisata dan transportasi. Peristiwa datang
terlalu tiba-tiba dan memaksa semua orang untuk menerima keadaan, wabah ini
begitu bahaya, semua kalangan dapat terkena mulai masyarakat bawah,
menengah, atas, pemerintah bahkan garda terdepan untuk menangulangi wabah ini
terkena juga, yaitu tenaga kesehatan. sehingga pemerintah dan masyarakat dipaksa
untuk berpikir solusinya.

Beberapa waktu ini pemerintah menghimbau masyarakat untuk WFH


(work from home), bekerja dari rumah, khususnya bagi orang-orang yang berada
di usia rentan. Anak-anak dan para siswa serta mahasiswa juga diarahkan untuk
belajar dari rumah (secara daring). Sebagian besar masyarakat menahan diri untuk
beraktivitas di luar. Bekerja, belajar dan beribadah dilakukan di rumah. Sebagian
masyarakat juga terkena dampak PHK, pemberhentian hubungan kerja. Kondisi
ini menambah berat dari sisi ekonomi. Sementara kebutuhan hidup sehari-hari
terus menuntut untuk dipenuhi. Kebutuhan makan tidak dapat ditunda. Semua ini
menjadi tantangan besar bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Selain itu juga tidak hanya sektor kesehatan, sektor ekonomi juga menjadi
yang paling parah dihantam pandemi. Era pandemi yang sudah berlangsung
hampir dua tahun ini telah banyak menambah keluarga miskin baru.

Dampak ekonomi akibat pandemi ini sangat terasa dan mempengaruhi


ketahanan keluarga. Dengan kondisi tersebut, kepala keluarga masih dituntut
untuk tetap memenuhi kebutuhan ekonomi, mempertahankan kualitas keluarga,
dan juga menjaga kesehatan dan pendidikan anak-anaknya.

iii
Kasus wabah virus corona ini adalah bagian dari bencana non alam. Dalam
perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa
menimpa kepada siapa saja, kapan dan di mana saja. Musibah adalah keniscayaan
yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah tegaskan dalam
alQur’an surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:

ِ ۗ ‫س َوالثَّ َم ٰر‬
‫ت‬ ِ ُ‫ال َوااْل َ ْنف‬ ٍ ‫ع َونَ ْق‬
ِ ‫ص ِّمنَ ااْل َ ْم َو‬ ْ ِ ْ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّمنَ ْال َخو‬
ِ ْ‫ف َوالجُو‬
ّ ٰ ‫َوبَ ِّش ِر ال‬
َ‫صبِ ِر ْين‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar “

Berdadsarkan uraian-uraian tersebut maka penulis tertarik menulis karya


ilmiah dengan judul “Meningkatkaan Ketahanan Keluarga Ditengah Masa
Pandemi Covid-19".

iv
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Ketahanan Keluarga?
2. Bagaimana Keterkaitan Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran
Islam?
3. Bagaimana Cara Meningkatkan Ketahanan Keluarga?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Konsep Ketahanan Keluarga.
2. Untuk Mengetahui Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran Islam.
3. Untuk Mengetahui Cara Meningkatkan Ketahanan Keluarga.

v
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Ketahanan Keluarga

Ketahanan Keluarga adalah kondisi dinamik keluarga dalam


mengelola sumber daya fisik maupun non fisik dan mengelola masalah
yang dihadapi, untuk mencapai tujuan yaitu keluarga berkualitas dan
tangguh.

Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience)


merupakan suatu keadaan keluarga yang memiliki kemampuan fisik dan
psikis untuk hidup mandiri dengan mengembangkan potensi diri pada tiap
individu dalam keluarga tersebut, agar mencapai kehidupan yang sejahtera
dan harmonis, serta lahir dan batin. (Lubis, 2018)

Keluarga yang memiliki kekuatan atau ketahanan akan mampu


menghadapi berbagai tantangan, masalah, tekanan baik yang datang dari
dalam maupun dari luar keluarga sehingga tujuan keluarga meraih
keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah dapat terwujud. (Syamsul,
et al., 2017)

Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience)


merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap
pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar
antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan
pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan
integrasi sosial (Frankenberger, 1998).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan ketahanan


keluarga yaitu sebagai proses penyembuhan keluarga setelah krisis yang
berfokus kepada kunci keluarga setelah beradaptasi.

1
Konsep ketahanan keluarga memiliki makna yang berbeda dengan
kesejahteraan keluarga, namun keduanya saling berkaitan erat. Keluarga
dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi memiliki potensi yang
lebih besar untuk dapat mencapai ketahanan keluarga yang lebih tangguh.
Dua konsep tersebut dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dalam
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yaitu pada Pasal 1 Ayat 11.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa ketahanan dan kesejahteraan keluarga
merupakan kondisi keluarga yang ulet dan tangguh serta memiliki
kemampuan fisik, materil dan mental untuk hidup secara mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. (“Relasi
Gender, Ketahanan Keluarga dan kualitas Pernikahan pada Keluarga
Nelayan dan Buruh Tani ‘Brondol’ Bawang Merah dalam Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konseling, 2019)

Dalam pandangan yang lain, ketahanan keluarga mencakup


kemampuan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah untuk
mencapai kesejahteraan, kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi
terhadap berbagai kondisi yang senantiasa berubah secara dinamis serta
memiliki sikap positif terhadap berbagai tantangan kehidupan keluarga.
Ketahanan keluarga didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk
menangkal atau melindungi diri dari berbagai permasalahan atau ancaman
kehidupan baik yang datang dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari
luar keluarga seperti lingkungan, komunitas, masyarakat, maupun negara.
Demikian ketahanan keluarga mengandung tujuan untuk menciptakan
keluarga dalam keadaan yang harmonis, bahagia, dan sejahtera.

Adapun upaya dalam merealisasikannya diperlukan fungsi, peran


dan tugas masing anggota keluarga. Menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), sejalan dengan PP Nomor 21 Tahun 1994,
fungsi keluarga meliputi: fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi

2
cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pembinaan lingkungan. (Lubis, 2018)

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tersebut


maka ketahanan keluarga dapat diidentifikasi menggunakan pendekatan
sistem yang meliputi komponen input terkait proses manajemen keluarga
(permasalahan keluarga dan mekanisme penanggulangannya), dan output
(terpenuhinya kebutuhan fisik dan psiko-sosial). Atas dasar pendekatan
ini, maka ketahanan keluarga merupakan ukuran kemampuan keluarga
dalam mengelola masalah yang dihadapinya berdasarkan sumber daya
yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian,
keluarga dikatakan memiliki tingkat ketahanan keluarga yang tinggi
apabila memenuhi beberapa aspek, yaitu ketahanan fisik, ketahanan sosial,
dan ketahanan psikologis.

Melihat realita yang tengah dihadapi masyarakat, adanya pandemi


Covid-19 mengharuskan keluarga untuk mampu beradaptasi dan bertahan.
Kunci ketahanan keluarga berada pada keadaan yang saling memberikan
kontribusi antar anggota keluarga serta mampu memelihara relasi keluarga
pada situasi yang positif. Ketahanan keluarga juga menyangkut
kemampuan untuk memaksimalkan perannya dalam menghadapi berbagai
permasalahan kehidupan, termasuk peran dalam mengelola keadaan pada
masa pandemi global terkait ekonomi atau fisik, sosial dan psikologis. Hal
tersebut didukung oleh konsep ketahanan keluarga. Pada konsep
ketahanan keluarga dijelaskan bahwa ketahanan keluarga dapat diukur
melalui kemahiran sebuah keluarga beradaptasi dalam menyelesaikan
kesulitan berupa tantangan (risiko dan tingkat stres) serta ancaman
terhadap kesejahteraan.

B. Keterkaitan Konsep Ketahanan Keluarga dengan Ajaran Islam


Bila melihat dari kacamata Islam, upaya dalam membangun
ketahanan keluarga selaras dengan tujuan pernikahan dalam Islam,
sebagaimana termuat dalam KHI Pasal 3, yakni menciptakan keluarga

3
yang saki>nah, mawaddah dan rah}mah. Begitupula dalam UU
Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 1 (2) yang menegaskan bahwa tujuan
pernikahan ialah membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Berdasar
hal tersebut, setiap pasangan harus menjaga mahligai rumahtangganya yakni
dengan membangun ketahanan keluarga agar tidak goyah. Ketahanan
keluarga merupakan salah satu faktor untuk mewujudkan keharmonisan
dalam keluarga. Oleh sebab itu, nilai-nilai ketahanan keluarga dengan
dilandasi nilainilai agama perlu difahami sebagai kebutuhan bersama
dalam keluarga sehingga apa yang menjadi tujuan keluarga yakni
menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia dapat terwujud.

Demikian akad nikah yang dilangsungkan oleh pasangan suami


istri adalah untuk selama-lamanya hingga akhir hayat, karena yang
diinginkan oleh Islam adalah langgengnya kehidupan pernikahan. Oleh
sebab itu, dikatakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang
paling suci, sakral dan kokoh, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
Surah al-Nisa’ (4:21) sebagai berikut :

Artinya: “Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,


padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan
pernikahan) dari kamu”.

Setiap usaha yang merusak hubungan pernikahan adalah hal yang


dibenci oleh Islam, karena dianggap telah merusak dan menghilangkan
kemaslahatan antara suami istri. Sebagaimana yang dideklarasikan dalam
fikih, yaitu menghadirkan segala kebaikan (jalb al-masalih) dan
menghindari segala keburukan (dar’u al-mafasid). Dalam konteks

4
pernikahan, kaidah tersebut harus diwujudkan dalam setiap tahapan
kehidupan rumah tangga, agar pernikahan tersebut dapat membahagiakan
setiap pasangan suami istri. Kedamaian, ketentraman, kesejahteraan, kasih
sayang, dan keselamatan merupakan impian setiap keluarga. Namun pada
kenyataannya kehidupan tidak semulus yang diimpikan, tidak dapat
dimungkiri berbagai problematika dapat menimpa rumah tangga, sehingga
harapan dan idaman tidak selalu dapat diraih. Tidak jarang timbul berbagai
masalah atau konflik dalam rumah tangga yang bila tidak segera diatasi
akan mengakibatkan perceraian atau putusnya perkawinan.

Atas dasar inilah setiap keluarga dituntut agar mampu menjaga


ketahanan keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep ketahanan keluarga,
bahwa keluarga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengelola
sumber daya dan berbagai masalah yang muncul di tengah kehidupan,
mampu bertahan dan beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang terus
berubah secara dinamis serta memiliki sikap positif terhadap berbagai
tantangan kehidupan keluarga.

Sehubungan dengan hal tersebut, agar pasangan suami istri dapat


membina keluarga sakinah yang diridai Allah SWT, maka pasangan
tersebut harus siap menjaga ketahanan keluarga sebagai upaya mencegah
runtuhnya rumah tangga. Langgengnya pernikahan sebagaimana yang
diharapkan oleh ajaran Islam menuntut keluarga untuk mampu
membangun dan menguatkan ketahanan keluarga. Menurut Faqihuddin
bila merujuk pada ayat-ayat alQur’an terdapat lima pilar sebagai tiang
dalam kehidupan berumah tangga, yaitu komitmen pada perkawinan,
prinsip berpasangan dan berkesalingan, saling memberi kenyamanan,
saling memperlakukan dengan baik dan musyawarah. Demikian apabila
kelimanya dipraktikkan secara kokoh dan kesinambungan, visi dan tujuan
keluarga untuk membentuk keluarga yang sakinah akan mudah untuk
dicapai.

5
Keluarga sakinah sebagai suatu kondisi yang ideal dalam rumah
tangga yang pada dasarnya lahir atas dasar iman serta teguh pada pedoman
ajaran agama yang di dalamnya terdapat cinta dan kasih sayang, adanya
ketentraman dan kesejahteraan, serta dapat memanajemen dan
menyelesaikan konflik yang terjadi dengan baik. (Keluarga Sakinah dan
Konstruksi Alat Ukurnya, 2019) Patuh dan taat pada ajaran agama Islam
memiliki efek yang penting serta berkorelasi positif dengan kebahagiaan
seseorang dalam suatu perkawinan. Demikian hal tersebut selaras dengan konsep
ketahanan keluarga yang menuntut keluarga untuk mampu mengelola dan
menghadapi berbagai masalah yang muncul untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin.

Adapun dalam mewujudkan keluarga sakinah dapat dicapai


melalui pembinaan ajaran Islam serta saling menghormati antar masing-
masing pasangan suami istri. Selain itu, faktor dalam mewujudkannya juga
dapat melalui kesetiaan, kecukupan ekonomi dan mengikuti pembinaan
bimbingan rumah tangga. Dengan kata lain, dalam pembentukan keluarga
sakinah dapat dicapai melalui dua aspek yaitu aspek habl min Allah dan
habl min al-na Sedangkan pada pendapat lain membaginya melalui empat
aspek yang melingkupi dua aspek tersebut, yaitu aspek agama, ekonomi,
sosial, dan psikologis (Peran Dosen Wanita UIN Alauddin dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah Perspektif Hukum Islam, 2016)

Pengupayaan dalam mewujudkan keluarga sakinah sebagai tujuan


perkawinan merupakan realisasi dalam membangun ketahanan keluarga.
Adapun pengupayaannya memungkinkan untuk meminimalisir atau
mencegah konflik yang terjadi dalam keluarga yang sering berujung pada
perceraian. Adapun penyebab perceraian disebabkan oleh 2 faktor, yaitu
internal meliputi ekonomi, tanggung jawab, dan disharmonisasi
(ketidakmampuan melahirkan sakinah dalam keluarga), serta eksternal
meliputi perselingkuhan. Pendapat lainnya menyatakan bahwa faktor
terjadinya perceraian disebabkan minimnya komunikasi yang sehat antar
pasangan dalam menyelesaikan konflik dan tidak memperhatikan hak dan

6
kewajiban antar keduanya masing-masing.Demikian rusaknya sebuah
hubungan dalam keluarga diartikan gagal dalam mencapai tujuan dari
pernikahan itu sendiri yakni menciptakan keluarga yang sakinah serta
tidak mampu dalam menjaga ketahanan keluarga.

C. Meningkatkan Ketahanan Keluarga

Menyelamatkan anggota keluarga menjadi kewajiban orangtua.


Menyelamatkan diri dan keluarga dari hal-hal yang tidak sesuai dengan
syariat agama, sehingga keluarga bisa mendapatkan keselamatan di dunia
dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS At-Tahrim (66) ayat 6.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Ketahanan keluarga sangat dibutuhkan disaat situasi seperti


sekarang ini, yakni situasi darurat akibat pandemi covid-19. Perlu digali
berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan keluarga, agar
masyarakat mampu bertahan hidup dan melanjutkan tugas-tugas
kehidupan sebagaimana mestinya. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk membangun ketahanan keluar.

1. Memperkuat ketahanan psikologis. Dampak bencana covid-19 bisa


menjadikan kehidupan terpuruk. Tekanan hidup yang tinggi bisa
menimbulkan stress atau tekanan jiwa. Kebutuhan yang terus

7
menuntut, lapangan kerja yang semakin sempit, kemampuan IT
yang sangat diperlukan, kebutuhan kuota yang menggila dan
berbagai tekanan hidup menjadikan suasana hati semakin tertekan.
Dibutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi diri guna
meningkatkan kematangan kepribadian. Mengembangakan pola
pikir positif sangat diperlukan. Sehingga orangtua mampu
menyikapi segala situasi dan kondisi dengan jiwa yang tenang dan
pikiran yang lapang. Ketenangan hati menjadi awal yang baik
untuk berpikir solusi lebih lanjut. Bila pikiran kalut, hati tertekan
maka persoalan yang kecilpun bisa bertambah ruwet dan dapat
menjadi pangkal persoalan keluarga yang lebih besar.
Diperlukan kesadaran dan latihan untuk mampu
mengendalikan diri dan menerima segala kondisi dengan ikhlas.
Ikhlas bukan berarti menyerah, namun tetap berusaha dan terus
berikhtiar untuk mencari solusi dan jalan keluar. Usaha diiringi
doa, disertai jiwa tawakkal berserah diri kepada Allah menjadi
sikap hidup yang sangat penting. Memelihara, mengembangkan,
dan menguatkan konsep diri perlu terus dibangun. Mensyukuri
setiap nikmat yang Allah berikan menjadi kata kunci dalam segala
keadaan, agar hati menjadi ikhlas dan tenang.
2. Meningkatkan ketahanan ekonomi. Situasi pandemi saat ini
berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
terus menurun, bahkan negatif. Jika hal ini terus berkalanjutan
maka akan terjadi resesi. Tekanan ekonomi menjadi semakin berat.
Kondisi yang dirasakan saat ini mendorong masyarakat untuk terus
menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber
daya yang dimiliki. Kebutuhan dasar yakni kebutuhan makan dan
minum atau kebutuhan pangan menjadi tugas pertama untuk
dipenuhi.
Belum diketahui kapan wabah ini akan berakhir. Maka
perlu persiapan jangka panjang dalam mensikapinya. Sumber

8
penghasilan diupayakan harus ada. Tidak mesti menjadi pegawai
negeri maupun swasta. Berwira usaha di segala bidang
memberikan peluang yang tak terbatas. Bisnis online lebih
memungkinkan di masa pandemi saat ini. Berjualan kebutuhan
hidup sehari-hari dengan layanan antar barang akan menjadi
pilihan yang dicari. Selain itu perilaku hemat juga perlu
digerakkan. Pengelolaan keuangan makin hati-hati. Kebutuhan
pokok harus didahulukan. Kepentingan pendidikan dan kesehatan
juga diprioritaskan. Kebutuhan sekunder bisa ditunda kemudian,
apalagi kebutuhan tersier. Beberapa hal sederhana juga bisa
dilakukan, seperti menanam tanaman hortikultura di sekitar rumah.
Menanam buah-buahan, sayuran dan ubiubian yang tidak
memerlukan waktu lama untuk memanen.
Setiap keluarga semestinya memanfaatkan sekecil apapun
lahan yang ada, untuk dimanfaatkan sebagai sumber gizi keluarga.
Bila lahan terbatas, maka menggunakan pola hidroponik juga dapat
dilakukan. Perlu dipikirkan untuk terselenggaranya gerakan
keluarga menanam tanaman hortikultura, minimal sejumlah
anggota dalam keluarga.
3. Meningkatkan ketahanan sosial. Interaksi sosial perlu dijaga, walau
dalam situasi pandemi. Interaksi dapat dilakukan secara luring
(luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan). Perjumpaan yang
dilakukan di darat harus memperhatikan protokol kesehatan.
Komunikasi secara virtual bisa menjadi alternatif untuk dilakukan.
Yang pasti silaturrahim antar keluarga, saudara, teman jangan
sampai terputus. Kebersamaan sosial perlu dikuatkan. Jiwa gotong
royong perlu dipupuk. Rasa kebersamaam perlu terus
dikembangkan. Bila seseorang memiliki kepedulian kepada
masyarakat di sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang
lainpun akan ringan memberikan bantuan dan dukungan.
Kesediaan untuk membantu saudara dan tetangga tidak perlu

9
menunggu kaya. Karena kaya itu sesungguhnya tidak pernah ada
jika manusia tidak merasa cukup, dan terus berburu kekayaan.
Perlu menunda kebutuhan dan keinginan yang bersifat sekunder,
dialihkan untuk berbagi pada sesama. Hal itu akan menjadikan
kehidupan lebih bermakna.
4. Meningkatkan ketahanan spiritual. Ajaran dan nilai agama adalah
fondasi kehidupan manusia, khususnya yang mengaku dirinya
muslim. Keluarga muslim harus berupaya dengan sungguh-
sungguh untuk menjalankan syariat agama, dan menjadikan agama
sebagai rujukan dan muara dalam menghadapi berbagai
persoalan. . Siatuasi pandemi sat ini menyarankan anggota
keluarga banyak berada di rumah. Kondisi tersebut sangat baik
untuk dimanfaatkan memperkokoh pemahaman dan pengamalan
keagamaan. Tiga kesempatan emas yang perlu dijaga dalam
keluarga, yaitu makan bersama, ibadah bersama dan santai
bersama. Tiga hal tersebut menjadi indikator utama untuk
mengetahui seberapa bahagia sebuah keluarga. Ibadah bersama
perlu digerakkan, ditambah dengan belajar dan menambah
pemahaman terkait ilmu keagamaan. Faktor utama yang
menyebabkan lemahnya ketahanan keluarga muslim adalah
kurangnya pemahaman Islam yang diterapkan dalam keluarga.
(Statistik, 2016)

Semoga di masa yang sulit ini keluarga muslim semuanya mampu


menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Selain itu juga diberi
kemampuan untuk memperkuat ketahanan diri dan ketahanan keluarga.
Semoga Allah memberikan bimbingan dan kekuatan untuk bangsa
Iandonesia.

10
11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ketahanan Keluarga adalah kondisi dinamik keluarga dalam mengelola


sumber daya fisik maupun non fisik dan mengelola masalah yang
dihadapi, untuk mencapai tujuan yaitu keluarga berkualitas dan tangguh.
ketahanan keluarga yaitu sebagai proses penyembuhan keluarga setelah
krisis yang berfokus kepada kunci keluarga setelah beradaptasi.
2. Pengupayaan dalam mewujudkan keluarga sakinah sebagai tujuan
perkawinan merupakan realisasi dalam membangun ketahanan keluarga.
Adapun pengupayaannya memungkinkan untuk meminimalisir atau
mencegah konflik yang terjadi dalam keluarga yang sering berujung pada
perceraian. Adapun penyebab perceraian disebabkan oleh 2 faktor, yaitu
internal meliputi ekonomi, tanggung jawab, dan disharmonisasi
(ketidakmampuan melahirkan sakinah dalam keluarga), serta eksternal
meliputi perselingkuhan.
3. Ketahanan keluarga sangat dibutuhkan disaat situasi seperti sekarang ini,
yakni situasi darurat akibat pandemi covid-19. Perlu digali berbagai
strategi untuk meningkatkan ketahanan keluarga, agar masyarakat mampu
bertahan hidup dan melanjutkan tugas-tugas kehidupan sebagaimana
mestinya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun
ketahanan keluar. yaitu dengan Memperkuat ketahanan psikologis,
Meningkatkan ketahanan ekonomi, Meningkatkan ketahanan sosial, dan
Meningkatkan ketahanan spiritual.

12
DAFTAR PUSTAKA

Puspita, Herien. 2019.


“Relasi Gender, Ketahanan Keluarga dan kualitas Pernikahan pada
Keluarga Nelayan dan Buruh Tani ‘Brondol’ Bawang Merah dalam Jurnal Ilmu
Keluarga. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia, Bogor , 2019,
Vol. 12 nomer 1.
Masyadi, Anisa Kumala and Tresnawaty, Yulistin. 2019. Keluarga Sakinah dan
Konstruksi Alat Ukurnya. s.l. : Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian
Empiris & Non-Empiris, 2019, Vol. 5 nomor 1.
Lubis, Amany. 2018. Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Islam. Jakarta :
Pustaka Cendikia, 2018.
Safriani, Laela. 2016. Peran Dosen Wanita UIN Alauddin dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Perspektif Hukum Islam. s.l. : Jurnal Diskursus Islam, 2016,
Vol. 04. no 02.
Statistik. 2016. Pembangunan Ketahanan Keluarga. Jakarta : CV Lintas
Khatulistiwa, 2016.
Syamsul, Mujahidin and Ernie, Amini Isis Aisyah. 2017. Penguatan Ketahanan
Keluarga . Nusa Tenggara Barat : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, 2017.
Frankenberger, T.R., dan M.K.McCaston. (1998). The Household Livelihood
Security Concept. Food, Nutrition, and Agriculture Journal. 22: 30-33.

Laela Safriani, dkk, “Peran Dosen Wanita UIN Alauddin dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Perspektif Hukum Islam,” Jurnal Diskursus Islam, Vol. 04, No.
02, 2016, 271

13

Anda mungkin juga menyukai