Anda di halaman 1dari 11

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jf

KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI

Shofiyyatun Dzakiroh1*
1
Institut Agama Islam Ma’arif NU (IAIM NU) Metro, Indonesia
*Correspondence: shofiyya865@gmail.com

Abstract
The resilience of this family is studied to provide an overview of the problems that are currently being
faced. Starting from the COVID-19 pandemic that hit Indonesia and even the whole world, it has affected
various aspects of life. Economically, the impact is felt by most people, especially the lower class. Apart
from the economy, other aspects are also affected. Psychological, social, and even spiritual aspects.
Family resilience is the key. Family resilience includes economic resilience, social resilience,
psychological resilience and spiritual resilience. Economic resilience is the ability to meet the basic
needs of the family, namely clothing, food and housing. Social resilience is the ability to build positive
interactions with the environment. Psychological resilience is the ability to build a positive self-concept
so as to be able to take lessons from whatever events occur. Meanwhile, spiritual resilience is the ability
to carry out religious law and make religious values a fortress and a support for life in facing various
challenges.

Keywords: Family Resilience, Pandemic.

Abstrak
Ketahanan keluarga ini dikaji untuk memberikan gambaran terkait permasalahan yang banyak dihadapi
saaat ini. Berawal dari pandemi covid-19 yang melanda Indonesia bahkan seluruh dunia telah
mempengaruhi berbagai sendi kehidupan. Secara ekonomi dampak yang ditimbulkan sangat terasa bagi
sebagian besar masyarakat, khususnya kalangan bawah. Selain ekonomi, aspek lain juga terdampak.
Aspek psikologis, sosial, bahkan juga spiritual. Ketahanan keluarga menjadi salah satu kuncinya.
Ketahanan keluarga meliputi ketahanan ekonomi, ketahanan sosial, ketahanan psikologis dan ketahanan
spiritual. Ketahanan ekonomi merupakan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar keluarga, yakni
sandang, pangan dan papan. Ketahanan sosial merupakan kemampuan membangun interaksi positif
dengan lingkungannya. Ketahanan psikologis adalah kemampuan membangun konsep diri positif
sehingga mampu mengambil hikmah dari apapun peristiwa yang terjadi. Sedangkan ketahanan spiritual
adalah kemampuan menjalankan syariat agama dan menjadikan nilai-nilai agama sebagai benteng dan
sandaran hidup dalam menghadapi berbagai tantangan.
Kata Kunci: Ketahanan Keluarga, Pandemi

A. PENDAHULUAN
Keluarga sebagai unit sosial-ekonomi Selanjutnya, keluarga juga dipahami sebagai
kesatuan interaksi dan komunikasi yang terlihat dari keterlibatan semua orang dalam
memainkan peran, baik itu sebagai suami dan istri, orang tua dan anak, maupun anak dan
saudara. Dari proses interaksi dan komunikasi tersebut, keluarga diharapkan dapat berperan
penting dalam mempertahankan suatu kebudayaan bersama.1
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sebagai akibat meluasnya penyebaran virus di
tingkat dunia memaksa Pemerinta Republik Indonesia untuk melakukan berbagai kebijakan.

1
Amorisa Wiratri, “Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia,” Jurnal Kependudukan
Indonesia 13, No. 1 (2018): 15–26, Https://Doi.Org/10.14203/Jki.V13i1.305.
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Kebijakan ini dikeluarkan untuk menekan jumlah korban yang terjangkit virus corona. Adanya
dampak Covid-19 menganggap banyak terdapat sektor yang dirugikan, tertuma dalam keluarga.
Keluarga harmonis adalah keluarga yang selalu memahami kekurangan masingmasing dan juga
saling menghargai kepribadian satu sama lain. Tidak memiliki keturunan dalam pernikahan
adalah hal yang sulit.2
Pandemi Covid 19 ini jelas berdampak terhadap ketahanan keluarga Indonesia. Semakin
baik ketahanan keluarga, semakin baik pula kemampuan keluarga menghadapi perubahan akibat
pandemi dan pascapandemi. Kebijakan yang tepat dapat mencegah keluarga Indonesia berada
dalam situasi krisis sekaligus memastikan ketahanan keluarga tetap tangguh. Ketahanan
keluarga mencerminkan kecukupan dan kesinambungan akses suatu keluarga terhadap
pendapatan dan sumber daya agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti pangan, air
bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, partisipasi di dalam masyarakat, dan
integrasi sosial.
Ketahanan keluarga adalah elemen utama dalam menghadapi kerentanan terhadap
guncangan dari luar, baik guncangan kecil, sedang maupun besar. Pandemi Covid-19 yang
melanda dunia sejak Januari 2020 adalah guncangan besar yang dalam waktu singkat mengubah
dunia ke arah kerusakan: kematian, kehancuran ekonomi, kepanikan dan kekacauan. Lockdown
diterapkan di mana-mana di seluruh dunia yang menghasilkan dua dampak : mengurangi jumlah
orang terinfeksi namun di sisi sebaliknya semakin memperparah kerusakan ekonomi dan sosial.
WHO menyarankan dunia menerapkan New Normal, kondisi di nama kehidupan dijalankan
seperti sediakala namun dengan cara yang berbeda. Berhasil atau tidak berhasilnya New Normal
bergantung pada seberapa lenting ketahanan keluarga beradaptasi menghadapi guncangan
besar.3
Salah satu upaya yang penting dilakukan adalah dengan memperkokoh resiliensi keluarga.
Resiliensi keluarga merupakan kombinasi karakteristik individu, pola hubungan dan interaksi
antar anggota dalam keluarga sehingga resiliensi terbentuk dari relasi yang kuat dan positif
dalam keluarga. Untuk itu dibutuhkan adanya keluarga yang resilience. Keluarga yang resiliensi
akan memaknai “sulit” sebagai sebuah ujian dalam kehidupannya. Dengan demikian, keluarga
mampu memiliki harapan untuk melewati situasi krisis. Islam dengan landasan Alquran
memberikan alternatif solusi dalam menghadapi tantangan, kesulitan dan masalah kehidupan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Toha: 2 “Kami tidak menurunkan Alquran ini
kepadamu agar kamu menjadi susah”. Maksudnya adalah bahwa umat manusia yang mau

2
Khoirul Rochim and M Khoirul Hadi Al-Asy’ari, “Pandemi dan Keluarga: Implikasi Pandemi Covid-19
terhadap Harmonisasi Keluarga,” Alhamra: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (2021): 195–205.
3
Roma Megawanty and Dan Margaretha Hanita, “Ketahanan Keluarga Dalam Adaptasi New Normal Pandemi
Covid- 19 Di Indonesia,” Jurnal Kajian LEMHANAS RI 9, no. 1 (2021): 491–504.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 2


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
mengikuti petunjuk Alquran ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan
bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat.4
Berdasarkan berbagai persoalan tersebut di atas, maka dalam karya tulis ilmiah ini akan
berusaha membahas tentang ketahanan keluarga di masa pandemi covid-19.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk melihat ketahanan keluarga di masa pandemi dengan
menggunakan metode penelitian studi literature. Studi literature (library research) ini diambil
dari beberapa jurnal, buku, maupun berita terkait dengan isu-isu ketahanan keluarga di masa
pandemi. Pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat
dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan. Penelitian ini
dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-data sekunder.5
Penelitian kepustakaan tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau
buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini. Apa yang disebut
dengan penelitian kepustakaan atau sering juga disebut dengan studi pustaka, ialah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian

C. HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Menyelamatkan anggota keluarga menjadi kewajiban orangtua. Menyelamatkan diri dan
keluarga dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat agama, sehingga keluarga bisa
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS At-
Tahrim (66) ayat 6.
        
         
   
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6)6
Dalam upaya membangun ketahanan dalam keluarga, keluarga yang bahagia keinginan
semua insan. Yakni berusaha mencapai hal tersebut, maka seseorang akan menjalani kehidupan
secara psikologis dan biologis, karena adanya kebutuhan finansial dan spiritualnya yang
terpenuhi. Kemudian karena keluarga yang bahagia, semua anggota keluarga mampu
4
Burhan Nudin, Fuad Hasan, And Muhammad Iqbal, Ketahanan Keluarga Islami Dalam Multi Perspektif
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2021)., hlm.3
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial Lainnya
(Jakarta: Putra Grafika, 2012)., hlm. 266-267
6
Al-Qur’an [66]: 6

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 3


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
mengembangkan diri dan bakat sesuai dengan potensinya masing-masing. Secara konseptual,
keluarga yang bahagia mempunyai ketahanan keluarga yang cukup baik. Yang dimaksud ialah
suatu kondisi yang dinamis dalam keluarga yang memiliki kecukupan serta kemampuan baik
dari segi materil maupun psikis mental-spiritual untuk membangun keluarga yang harmonis
guna meningkatkan kesejahteraan secara lahir maupun batin.7
Ketahanan keluarga muslim ekonomi dibangun melalui tiga komponen kunci yang menjadi
dasar agar tetap resilience, yaitu Family Belief System; Organizational Processes;
Communication and Problem-Solving Processes yang dimanifestasikan ke dalam 12 upaya
yaitu: (1) Sabar, ikhlas dan tawakal dalam menghadapi kesulitan hidup, (2) Pandai bersyukur
‘Nrimo ing Pandum’ dengan hidup sederhana, (3) Hubungan yang fleksibel, (4) Kekuatan
mental pasangan yang terlatih (buah dari pengalaman hidup), (5) Mencari tambahan penghasilan
dan berhemat, (6) Mengambil hikmah adanya ‘Pagebluk/Pandemi’, (7) Memaksimalkan
kekuatan dan sumber daya yang ada dengan tidak memperkeruh masalah/kelemahan yang ada,
(8) Kelemahan dijadikan potensi untuk bangkit, (9) Meningkatkan pola komunikasi dan
interaksi, (10) Meningkatkan life skill ‘belajar hal baru yang bermanfaat untuk menopang
ekonomi keluarga’, (11) Semakin mendekatkan diri ‘taqarrub’ pada Allah SWT (komitmen
terhadap nilai-nilai keislaman), (12) Janji suci ‘mitsaqon ghalidza’. Peran dan tanggung jawab
anggota keluarga sedikit mengalami perubahan yang disebabkan karena efek pandemi. Namun
demikian, masing-masing anggota keluarga berusaha fleksibel untuk beradaptasi guna meraih
solusi atas krisis yang melanda. Strategi pengaturan cashflow keluarga cukup beragam, namun
mayoritas memilih untuk berhemat dan mencari penghasilan tambahan.8
Ketahanan keluarga sangat dibutuhkan disaat situasi seperti sekarang ini, yakni situasi
darurat akibat pandemi covid-19. Perlu digali berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, agar masyarakat mampu bertahan hidup dan melanjutkan tugas-tugas kehidupan
sebagaimana mestinya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ketahanan
keluar.
Pertama memperkuat ketahanan psikologis. Dampak bencana covid-19 bisa menjadikan
kehidupan terpuruk. Tekanan hidup yang tinggi bisa menimbulkan stress atau tekanan jiwa.
Kebutuhan yang terus menuntut, lapangan kerja yang semakin sempit, kemampuan IT yang
sangat diperlukan, kebutuhan kuota yang menggila dan berbagai tekanan hidup menjadikan
suasana hati semakin tertekan. Dibutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi diri guna
meningkatkan kematangan kepribadian. Mengembangakan pola pikir positif sangat diperlukan.
7
Fikry Fadhlillah et al., “Ketahanan Keluarga Dalam Meminimalisir Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19
di Kecamatan Cengkareng,” MIZAN Journal of Islamic Law 5, no. 2 (2021): 303–14,
https://doi.org/10.32507/mizan.v5i2.1046.
8
Burhan Nudin, Fuad Hasan, and Muhammad Iqbal, Ketahanan Keluarga Islami Dalam Multi Perspektif
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2021)., hlm. 29-30

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 4


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Sehingga orangtua mampu menyikapi segala situasi dan kondisi dengan jiwa yang tenang dan
pikiran yang lapang. Ketenangan hati menjadi awal yang baik untuk berpikir solusi lebih lanjut.
Bila pikiran kalut, hati tertekan maka persoalan yang kecilpun bisa bertambah ruwet dan dapat
menjadi pangkal persoalan keluarga yang lebih besar.
Kedua, Meningkatkan ketahanan ekonomi. Situasi pandemi saat ini berdampak pada
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi terus menurun, bahkan negatif. Jika hal ini terus
berkalanjutan maka akan terjadi resesi. Tekanan ekonomi menjadi semakin berat. Kondisi yang
dirasakan saat ini mendorong masyarakat untuk terus menggali, mengelola dan memanfaatkan
sekecil apapun sumber daya yang dimiliki. Kebutuhan dasar yakni kebutuhan makan dan
minum atau kebutuhan pangan menjadi tugas pertama untuk dipenuhi. Belum diketahui kapan
wabah ini akan berakhir. Maka perlu persiapan jangka panjang dalam mensikapinya. Sumber
penghasilan diupayakan harus ada. Tidak mesti menjadi pegawai negeri maupun swasta.
Berwira usaha di segala bidang memberikan peluang yang tak terbatas. Bisnis online lebih
memungkinkan di masa pandemi saat ini. Berjualan kebutuhan hidup sehari-hari dengan
layanan antar barang akan menjadi pilihan yang dicari.
Ketiga meningkatkan ketahanan sosial. Interaksi sosial perlu dijaga, walau dalam situasi
pandemi. Interaksi dapat dilakukan secara luring (luar jaringan) maupun daring (dalam
jaringan). Perjumpaan yang dilakukan di darat harus memperhatikan protokol kesehatan.
Komunikasi secara virtual bisa menjadi alternatif untuk dilakukan. Yang pasti silaturrahim antar
keluarga, saudara, teman jangan sampai terputus. Kebersamaan sosial perlu dikuatkan. Jiwa
gotong royong perlu dipupuk. Rasa kebersamaam perlu terus dikembangkan. Bila seseorang
memiliki kepedulian kepada masyarakat di sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang
lainpun akan ringan memberikan bantuan dan dukungan. Kesediaan untuk membantu saudara
dan tetangga tidak perlu menunggu kaya. Karena kaya itu sesungguhnya tidak pernah ada jika
manusia tidak merasa cukup, dan terus berburu kekayaan. Perlu menunda kebutuhan dan
keinginan yang bersifat sekunder, dialihkan untuk berbagi pada sesama. Hal itu akan
menjadikan kehidupan lebih bermakna.
Keempat meningkatkan ketahanan spiritual. Ajaran dan nilai agama adalah fondasi
kehidupan manusia, khususnya yang mengaku dirinya muslim. Keluarga muslim harus berupaya
dengan sungguh-sungguh untuk menjalankan syariat agama, dan menjadikan agama sebagai
rujukan dan muara dalam menghadapi berbagai persoalan. Siatuasi pandemi sat ini
menyarankan anggota keluarga banyak berada di rumah. Kondisi tersebut sangat baik untuk
dimanfaatkan memperkokoh pemahaman dan pengamalan keagamaan. Tiga kesempatan emas
yang perlu dijaga dalam keluarga, yaitu makan bersama, ibadah bersama dan santai bersama.
Tiga hal tersebut menjadi indikator utama untuk mengetahui seberapa bahagia sebuah keluarga.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 5


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Ibadah bersama perlu digerakkan, ditambah dengan belajar dan menambah pemahaman terkait
ilmu keagamaan. Faktor utama yang menyebabkan lemahnya ketahanan keluarga muslim adalah
kurangnya pemahaman Islam yang diterapkan dalam keluarga. 9
Menjalani kehidupan di tengah pandemi covid 19 tentu tidaklah seperti kehidupan normal
yang biasa mereka rasakan, tidak hanya masyarakat desa yang merasakan kesulitan dalam
segala sesuatu yang mereka jalankan, akan tetapi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia,
bahkan di luar Negeri ada juga yang merasakan hal yang sama.
Pemicu kesulitan yang pertama adalah kesulitan dalam hal perekonomian keluarga, dari
kalangan kelas menengah ke bawah yang serba pas-pasan, jika mereka tidak bekerja atau tidak
mendapat pemasukan, mereka tidaklah mempunyai uang simpanan atau tabungan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Dengan tetap berlangsungnya kebutuhan dan
pemasukan tidak ada keadaan emosional mereka sangatlah terganggu dan sering tidak
terkendali.
Dalam pelaksanaan Pembangunan Keluarga, Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyusun dan mengembangkan kebijakan
pelaksanaan dan kebijakan teknis yang berpedoman pada konsep Ketahanan dan Kesejahteraan
yang di dalamnya mencakup: a) landasan legalitas dan keutuhan Keluarga; b) Ketahanan fisik;
c) Ketahanan ekonomi; d) Ketahanan sosial psikologi; dan e) Ketahanan sosial budaya.10
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep ketahanan dan kesejahteraan keluarga mencakup
lima dimensi, yaitu:
1. Landasan legalitas dan keutuhan keluarga
Untuk mendapatkan status legal, maka perkawinan harus dicatatkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang mengatur tentang
pencatatan perkawinan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2019 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Jika
sebuah perkawinan berstatus legal, maka segala tindakan yang berakibat hukum yang terjadi
selama atau setelah terjadinya perkawinan akan dijamin Negara.11
Landasan legalitas lainnya yang dimilik oleh ketika keluarga diatas adalah legalitas
kelahiran. Legalitas kelahiran sangatlah penting, semua orang yang terlahir di dunia ini
berhak mendapatkan akta kelahiran sebagai identitas kepastian hukum dan alat perlindungan
hukum. Kepemilikan identitas seorang anak di atur dalam pasal 5 Undang-undang Nomor

9
Hibana, “Meningkatkan Ketahanan Keluarga Di Masa Pandemi Corona” (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2020).
10
“Permen No.6 Thn 2013 - Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.Pdf,” n.d.
11
“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” N.D.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 6


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memiliki
identitas diri dan status kewarganegaraan.12
2. Ketahanan fisik
Keterbebasan dari penyakit kronis menjadi penting sejalan dengan meningkatnya
umur harapan bangsa, hal ini termuat dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas.13 Jika dalam keluarga ada salah satu anggota keluarga yang
memiliki penyakit kronis, maka keluarga tersebut memiliki ketahanan yang rendah.
Ketahanan fisik juga bisa dilihat dari tercukupinya gizi keluarga, dalam pasal 40 Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi menyatakan bahwa
pemerintah akan menyusun dan melaksanakan kebijakan mengenai perbaikan gizi
masyarakat.14 Namun, yang terjadi di masyarakat masih banyak keluarga yang tidak
memenuhi kebutuhan gizi dalam makanan yang selalu mereka konsumsi, terlebih lagi bagi
masyarakat dari kalangan kelas menengah ke bawah.
3. Ketahanan ekonomi
Kecukupan pangan termasuk kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi selain
sandang dan papan. Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun
2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.15 Kecukupan papan merupakan bentuk ketahanan
keluarga yang sangat pentig juga, karena rumah adalah tempat yang aman, nyaman untuk
hidup tenang bersama keluarga. Seperti pada pasal 81 Kompilasi Hukum Islam:
a. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anakanaknya atau bekas istri
yang masih dalam iddah.
b. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
c. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya dari gangguan
pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan
mengatur alat-alat rumah tangga
d. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta
disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.16
4. Ketahanan sosial psikologi

12
“UU No.23 Tahun 2002 Ttg Perlindungan Anak.Pdf,” n.d.
13
“UU Nomor 8 Tahun 2016.Pdf,” n.d.
14
“PP No.17- 2015 Ketahanan Pangan Gizi.Pdf,” n.d.
15
“PP No.17- 2015 Ketahanan Pangan Gizi.Pdf.”
16
Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Dengan Pengertian Dalam Pembahasannya (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011)., hlm. 84

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 7


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Konsep ketahanan dan kesejahteraan keluarga, ketahanan sosial psikologi. Kegiatan
sosial sangat dibutuhkan agar bisa berinteraksi dengan baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Seperti yang termuat pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 6 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.17
5. Ketahanan sosial budaya
Konsep ketahanan dan kesejahteraan keluarga, ketahanan sosial budaya. Mengenai
sosial budaya seperti yang terjadi di lingkungan keluarga mereka, ikut serta dalam kegiatan
keagamaan di lingkungan ternilai sangat penting, karena untuk mengatur kehidupan sehari-
hari karena agama sangat detail untuk membahas semua yang dibutuhkan dari zaman dahulu
sampai zaman modern. Seperti yang termuat dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Pembangunan Keluarga.18
Ketahanan keluarga dari aspek fisik dan ekonomi, ketahanan keluarga menjadi rentan di
tengah pandemi Covid-19 karena pekerjaan menjadi terganggu hingga hilangnya mata
pencaharian. Tidak semua keluarga juga memiliki hunian layak untuk dapat isolasi mandiri
sehingga kesehatan anggota keluarga juga menjadi rentan. Akibat dari ketidaksiapan masyarakat
dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi
sosial di segala aspek kehidupan masyarakat. Berbagai ragam persoalan yang ada telah
menghadirkan desakan transformasi sosial di masyarakat yang berdampak pada perubahan
persepsi masyarakat terhadap dinamika sosial akibat pandemi serta kebijakan pemerintah terkait
pandemi Covid-19. Ketahanan sosial dan psikologis bahwa keluarga yang terdampak Covid-19
berada dalam kondisi yang rentan karena tidak semua siap untuk menerima situasi bencana non-
alam pandemi Covid-19 yang karakteristiknya berbeda dengan bencana alam. Meskipun
mendapat dukungan sosial dari pemerintah.19
Di saat situasi di tengah wabah Covid-19 saat ini sangat diperlukan ketahanan keluarga,
dan terlebih dahulu harus punya pondasi dasar dalam membentuk keluarga yaitu perasaan yang
penuh cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Untuk itu, ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk membangun resiliensi sakinah dalam keluarga:
1. Membangun ketahanan spiritual keluarga. Langkah paling utama yang harus dibangun
keluarga muslim ditengah pandemi covid-19 adalah harus berupaya dengan sungguh-
sungguh untuk menerapkan nilai agama, dan menjadikan agama sebagai muara dalam
menghadapi berbagai persoalan. Pandemi covid-19 yang menganjurkan semua ada di rumah
17
“Permen No.6 Thn 2013 - Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.Pdf.”
18
“Permen No.6 Thn 2013 - Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.Pdf.”
19
M Maryanti, H Heridadi, And Sri Sundari, “Ketahanan Keluarga Dalam Menghadapi Ancaman Bencana
Non-Alam Covid-19: Sebuah Studi Kasus Di Kota Bogor,” Jurnal Manajemen Bencana (Jmb) 7, No. 1 (2021): 19–26,
Https://Doi.Org/10.33172/Jmb.V7i1.671.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 8


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
dapat diambil sebagai kesempatan untuk meningkat kualitas dan kuantitas berjamaah dan
ibadah bersama keluarga sepanjang waktu. Anggota keluarga dapat diarahkan untuk
memahami nilai dan ajaran dasar agama. Selain itu juga perlu mengarahkan segala sikap dan
perilaku agar sesuai dengan syariat agama.
2. Membangun ketahanan psikologis. Situasi yang ada saat ini rentan menjadikan seseorang
mengalami tekanan batin, jika tidak mampu mengelola emosi diri. Dibutuhkan kesadaran
diri untuk meningkatkan kematangan kepribadian. memelihara, mengembangkan, dan
menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku positif. Menyadari bahwa kesulitan yang
dihadapi saat ini dirasakan setiap anggota keluarga. Siap beradaptasi dengan berbagai
perubahan ketika pandemi Covid-19 terjadi. Mensyukuri sekecil apapun nikmat yang
diterima. Hubungan keluarga yang harmonis menjadi landasan yang kuat dalam membangun
ketahanan psikologis. Dengan rasa cinta dan kasih sayang yang kokoh dalam interaksi
keluarga, maka ketentraman dan kedamaian akan dapat dicapai. Oleh karena itu harus
menjaga kesabaran dan selalu berbuat baik pada keluarga.
3. Membangun ketahanan ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin sulit mendorong
masyarakat untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber daya
yang ada. Kebutuhan hidup memang beragam. Minimal memenuhi kebutuhan dasar yang
perlu diupayakan, seperti kebutuhan pangan untuk hidup sehari-hari. Menghadapi wabah
yang belum tahu sampai kapan berakhir menjadi tantangan tersendiri. Membangun
ketahanan ekonomi di tingkat keluarga menjadi tugas pertama. Penghematan harus
dilakukan. pengelolaan keuangan perlu lebih hati-hati, dengan memprioritaskan kebutuhan
pokok terlebih dahulu.
4. Membangun ketahanan sosial. Keluarga perlu membangun kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat. Konsep pentingnya
kebersamaan sosial perlu dikuatkan, dan saling membantu dan saling menguatkan dalam
menghadapi situasi genting pandemi covid-19.20
Keempat hal tersebut sebagai solusi dalam upaya mencegah krisis keluarga. Dengan
keempat hal tersebut pula sangat berperan penting untuk menjaga resiliensi keluarga dalam
menghadapi pandemi. Ini bisa menjadi modal sosial dalam menghadapi pandemi dan
memulihkan kondisi pasca pandemi.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Ketahanan keluarga meliputi ketahanan ekonomi, ketahanan sosial, ketahanan psikologis
dan ketahanan spiritual. Ketahanan ekonomi merupakan kemampuan memenuhi kebutuhan
20
Isnu Harjo Prayitno And Edi Sofwan, “Konsep Ketahanan Keluarga Yang Ideal Untuk Menciptakan
Keluarga Yang Tangguh Dan Sejahtera Di Kota Tangerang Selatan” 1, No. 2 (2021): 70–85.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 9


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
dasar keluarga, yakni sandang, pangan dan papan. Ketahanan sosial merupakan kemampuan
membangun interaksi positif dengan lingkungannya. Ketahanan psikologis adalah kemampuan
membangun konsep diri positif sehingga mampu mengambil hikmah dari apapun peristiwa yang
terjadi. Sedangkan ketahanan spiritual adalah kemampuan menjalankan syariat agama dan
menjadikan nilai-nilai agama sebagai benteng dan sandaran hidup dalam menghadapi berbagai
tantangan.
Demikian beberapa hal yang dapat diuraiakn terkait upaya membangun ketahanan
keluarga. Tidak ada keluarga yang terlepas dari permasalahan dan dampak covid saat ini.
Namun tidak ada masalah yang tidak tersedia jalan keluarnya. Menjadi tugas bersama untuk
saling bahu membahu mencari solusi agar bisa minimal bertahan di masa yang serba terbatas
saat ini. Membangun ketahan keluarga menjadi salah satu fokus perhatian agar setiap keluarga
memiliki daya tahan dan daya juang dalam menghadapi tantangan saat ini. Semoga Allah beri
kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk segera keluar dari himpitan masalah covid dan bisa
segera bangkit membangun negeri.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Putra Grafika, 2012.
Fadhlillah, Fikry, Firdaus Hadi, Gilang Ramadhena, and Gina Fauziah. “Ketahanan Keluarga
Dalam Meminimalisir Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kecamatan
Cengkareng.” MIZAN Journal of Islamic Law 5, no. 2 (2021): 303–14.
https://doi.org/10.32507/mizan.v5i2.1046.
Hibana. “Meningkatkan Ketahanan Keluarga Di Masa Pandemi Corona.” Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2020.
Mahkamah Agung RI. Himpunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kompilasi hukum islam dengan pengertian dalam pembahasannya. Jakarta: Mahkamah
Agung RI, 2011.
Maryanti, M, H Heridadi, and Sri Sundari. “Ketahanan Keluarga Dalam Menghadapi Ancaman
Bencana Non-Alam Covid-19: Sebuah Studi Kasus Di Kota Bogor.” Jurnal Manajemen
Bencana (JMB) 7, no. 1 (2021): 19–26. https://doi.org/10.33172/jmb.v7i1.671.
Megawanty, Roma, and Dan Margaretha Hanita. “Ketahanan Keluarga Dalam Adaptasi New
Normal Pandemi Covid- 19 Di Indonesia.” Jurnal Kajian LEMHANAS RI 9, no. 1 (2021):
491–504.
Nudin, Burhan, Fuad Hasan, and Muhammad Iqbal. Ketahanan Keluarga Islami Dalam Multi
Perspektif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2021.
“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” n.d.
“Permen No.6 Thn 2013 - Pelaksanaan Pembangunan Keluarga.Pdf,” n.d.
“PP No.17- 2015 Ketahanan Pangan Gizi.Pdf,” n.d.
Prayitno, Isnu Harjo, and Edi Sofwan. “Konsep Ketahanan Keluarga Yang Ideal Untuk
Menciptakan Keluarga Yang Tangguh Dan Sejahtera Di Kota Tangerang Selatan” 1, no. 2
(2021): 70–85.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 10


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020
Shofiyyatun Dzakiroh
Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Rochim, Khoirul, and M Khoirul Hadi Al-Asy’ari. “Pandemi dan Keluarga: Implikasi Pandemi
Covid-19 terhadap Harmonisasi Keluarga.” Alhamra: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (2021):
195–205.
“UU No.23 Tahun 2002 Ttg Perlindungan Anak.Pdf,” n.d.
“UU Nomor 8 Tahun 2016.Pdf,” n.d.
Wiratri, Amorisa. “Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia.” Jurnal
Kependudukan Indonesia 13, no. 1 (2018): 15–26. https://doi.org/10.14203/jki.v13i1.305.

Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 11


Volume 5 Nomor 2, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai