Anda di halaman 1dari 122

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Metodologi Studi Islam.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali
mengingat keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang
ditulis masih sangat jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan
tertulisnya tugas ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya
kepada Dosen, apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat
berharap atas kritik dan saran-sarannya yang sifatnya membangun
tentunya.

Metro, November 2017

Mahasiswa HESY

Metodologi Studi Islam |ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I ISLAM DAN AGAMA


A. PENGERTIAN AGAMA................................................. 1
B. MACAM-MACAM AGAMA.......................................... 4
C. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA....... 8
D. PENGERTIAN ISLAM.................................................... 10
E. KEKURANGAN ISLAM DIBANDING AGAMA LAIN 13

BAB II SEJARAH AGAMA ISLAM


A. KOTA MEKAH................................................................ 15
B. NABI MUHAMMAD SAW............................................. 17
C. PERKEMBANGAN ISLAM............................................ 25

BAB III SUMBER HUKUM ISLAM


A. AL-QUR’AN.................................................................... 36
B. AL-HADITS..................................................................... 41
C. IJMA’................................................................................ 46
D. QIYAS.............................................................................. 48

BAB IV KEILMUAN YANG ADA DI AGAMA ISLAM


A. ULUMUL QUR’AN......................................................... 52
B. ILMU FAROID................................................................ 57
C. ILMU HIKMAH............................................................... 61
D. ILMU FALAK.................................................................. 63
E. ILMU TASAWUF............................................................ 68

BAB V ISLAM DAN EKONOMI


A. EKONOMI DAN ISLAM................................................ 70
B. EKONOMI ISLAM DI INDONESIA.............................. 76
C. MANFAAT EKONOMI ISLAM DI INDONESIA......... 81

Metodologi Studi Islam |iii


BAB VI ISLAM NUSANTARA
A. PENGERTIAN ISLAM NUSANTARA.......................... 83
B. SEJARAH ISLAM DINUSANTARA............................. 83
C. ISLAM DAN KEBUDAYAAN....................................... 89

BAB VII TOKOH-TOKOH ISLAM


A. IBNU BATUTOH............................................................ 92
B. ABU NAWAS.................................................................. 96
C. KH HASYIM ASY’ARI................................................... 99
D. RADEN INTAN............................................................... 108

Metodologi Studi Islam |iv


BAB I
ISLAM DAN AGAMA

A. PENGERTIAN AGAMA
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata agama.
Namun akan sedikit sulit mendefenisikan pengertian agama itu sendiri.
Hal tersebut diakui sendiri oleh Mukti Ali, salah seorang pakar ilmu
perbandingan agama di Indonesia yang mengatakan; “Barangkali tak
ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain
dari kata agama.”
Menurut Mukti Ali, terdapat tiga argumentasi yang dapat
dijadikan alasan dalam menanggapi statemen tersebut. Pertama karena
pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali
tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada
membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan
emosi yang kuat dan yang  ketigakonsepsi tentang agama akan
dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.
Mohammad Natsir pernah mengatakan agama adalah hal yang
disebut sebagai problem of ultimate concern, suatu problem
kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan soal
agamanya maka ia tidak dapat tawar menawar. Namun begitu bukan
berarti agama tidak dapat diberikan pengertian secara umum. Dalam
memberikan defenisi tersebut, para ahli menempuh beberapa
cara; Pertama dengan menggunakan analisis etimologis, yaitu
menganalisis konsep bawaan dari kata agama atau kata lainnya yang
digunakan dalam arti yang sama. Kedua, analisis deskriptif,
menganalisis gejala atau fenomena kehidupan manusia secara nyata.
1. Agama secara bahasa
Berbicara mengenai agama maka terdapat tiga padanan kata
yang semakna dengannya yaitu religi, al-din dan agama. Walaupun
sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa ketiganya berbeda
satu sama lainnya seperti pendapat Sidi Gazalba dan Zainal Arifin
Abbas yang mengatakan al-din lebih luas pengertiannya daripada
religi dan agama. Agama dan religi hanya berisi hubungan manusia
dengan Tuhan saja sedangkan al-din berisi hubungan manusia

Metodologi Studi Islam |1


dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan
menurut Zainal Arifin Abbas, kata al-din (memakai awalan al-
ta’rif) hanya ditujukan kepada Islam saja.
Sedangkan pendapat yang mengatakan ketiga kata diatas
mempunyai makna sama seperti
pendapat Endang Saifuddin Anshari dan Faisal Ismail. Perbedaan
hanya terletak pada segi bahasanya saja. Kemudian secara
etimologis agama berasal dari bahasa sanskerta, masuk dalam
perbendaharaan bahasa Melayu (nusantara) dibawa oleh agama
Hindu dan Budha. Pendapat yang lebih ilmiah, agama berarti jalan.
Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh
manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan
antara sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan yang
menunjukkan darimana, bagaimana dan hendak kemana hidup
manusia di dunia ini.
Religi berasal dari kata religie (bahasa Belanda)
atau religion (bahasa Inggris), masuk dalam perbendaharaan
bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang menjajah
bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan
akan adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan
mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati
dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat
agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang
telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
Din berasal dari bahasa Arab yang berarti undang-undang atau
hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan mengabaikannya
berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan dan akan
mendapat hukuman atau balasan jika ditinggalkan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution
mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-
istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai
pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan
ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.

Metodologi Studi Islam |2


Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil
pengertian bahwa agama (religi, din): (1) merupakan jalan hidup
yang harus ditempuh oleh manusia  untuk mewujudkan kehidupan
yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan hidup tersebut
berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia
yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus
diikuti dan ditaati. (3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang
bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia,
masyarakat dan budaya.
2. Agama secara istilah
Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia,
agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan
hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.  Dalam al-Qur’an
agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan
istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan
makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada
pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada
istilah agama dan religi.
Konsep din dalam Al-Qur’an diantaranya  terdapat pada surat
Al-Maidah ayat 3 yang mengungkapkan konsep aturan, hukum
atau perundang-undangan hidup yang harus dilaksanakan oleh
manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama itu Islam.
Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah
manusia dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat
As-Syura ayat 13 mengungkapkandin sebagai sesuatu yang
disyariatkan oleh Allah. Dalam surat As-Syura ayat 21 Din juga
dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang dianggap
Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena din dalam
ayat tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka
konsep dinberkaitan dengan konsep syariat. Konsep syariat pada
dasarnya adalah “jalan” yaitu jalan hidup manusia yang ditetapkan
oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan atau
undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana
ditetapkan oleh Tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat
30, konsep agama juga berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu
konsep yang berhubungan dengan penciptaan manusia.

Metodologi Studi Islam |3


Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang
agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat
diberi defenisi sebagai berikut :
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai
manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu.
e. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di
kekuatan ghaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia.
h. Ajaran yang berikan Tuhan kepada manusia melalui seorang
rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan
atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci
dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi
manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang
didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa
kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan
yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.

B. MACAM-MACAM AGAMA
Di Indonesia banyak di kenal bermacam-macam kepercayaan
atau agama, akan tetapi agama yang diakui di Indonesia (saat penulisan
makalah ini ) hanya ada lima, antara lain Islam, Kristen
Protestan dan Katolik, Hindu,Buddha dan Kong Hu Cu.

Metodologi Studi Islam |4


1. Islam
Islam adalah Agama yang mengimani satu tuhan, Islam secara
bahasa (secara lafadz) memiliki beberapa makna. Islam terdiri dari
huruf dasar (dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam", dan "Mim".
Beberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki huruf dasar yang
sama dengan "Islam", memiliki kaitan makna dengan Islam.
Islam secara bahasa adalah : Islamul wajh (menundukkan
wajah), Al istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As
Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian),
dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj).
Secara istilah, Islam berarti wahyu Allah, diin para nabi dan
rasul, pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di
dalam Al Qur'an dan As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang
lurus, untuk keselamatan dunia dan akhirat.
a. Nama kitab suci Agama Islam    : Al-Qur'an.
b. Nama pembawa Ajarannya     : Nabi Muhammad SAW (570
– 632 M )
c. Permulaan                           : Kurang/lebih 1400 tahun
lalu.
d. Nama tempat peribadatan   : Masjid.
e. Hari besar keagamaan         : Tahun Baru Hijriah, 10
‘Asyura, Maulud Nabi, Isra'
Mi'raj, Nuzulul Qur' an, Idul
Fitri dan Idul Adha.

2. Kristen Protestan dan Katolik


Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasarkan pada
ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus
Kristus atau Isa Almasih. Agama kristen ini meyakini Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat
manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di
gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus
Kristuspertama kali dipanggil Kristen di Antiokia.
Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen.
Mazhab atau denominasi ini muncul setelah protes Martin
Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalil nya.

Metodologi Studi Islam |5


Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang
menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik.
Kata Katolik sebenarnya bermakna "universal" atau
"keseluruhan" atau "umum" (dari ajektiva Bahasa Yunani
(katholikos) yang menggambarkan sifat gereja yang didirikan oleh
Yesus Kristus.
a. Nama kitab suci Kristen Protestan dan Katolik   : Injil/alkitab
1) Katolik dan Ortodoks
Alkitab (termasuk Deuterokanonika)
2) Protestan
Alkitab
b. Nama pembawa Ajaranya  : Isa / Yesus Kristus. (6 SM – 30 M)
c. Permulaan : Kurang/lebih 2.000 tahun lalu.
d. Nama tempat peribadatan : Gereja.
e. Hari besar keagamaan : Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan
Isa Almasih, dan Pantekosta.

3. Hindu
Agama Hindu Adalah agama tertua di dunia yang masih
bertahan hingga kini, Hindu dalam Bahasa Sanskerta
artinya : Sanatana Dharma "Kebenaran Abadi", dan Vaidika-
Dharma (Pengetahuan Kebenaran). Hindu adalah sebuah agama
yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan
dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan
bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara
tahun 3102 SM sampai 1300 SM.
a. Nama kitab suci Hindu   : Weda, biasa juga disebut dengan
nama Catur Veda, terdiri dari:
1) Rgveda
2) Yajurveda
3) Samaveda
4) Atharvaveda
b. Nama pembawa Ajaran : - (3102 SM - 1300 SM)
c. Permulaan  : Kurang lebih 5000 tahun lalu (Masa prasejarah).
d. Nama tempat peribadatan   : Pura.

Metodologi Studi Islam |6


e. Hari besar keagamaan : Nyepi, Saraswati, Pagerwesi,
Galungan, dan Kuningan.

4. Buddha
Buddha dalam Bahasa Sansekerta adalah : Mereka yang
Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan
Sansekerta: "Budh", untuk mengetahui, Buddha merupakan gelar
kepada individu yang menyadari potensi penuh untuk memajukan
diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan
kontemporer, sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama,
guru agama dan pendiri Agama Buddha dianggap "Buddha bagi
waktu ini". Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan
contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta
Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara
teknis, Buddha, seseorang yang menemukan  Dharma  atau 
Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya,
akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada
kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus
(tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak
mahir ditinggalkan).
a. Nama kitab suci Buddha: Tri Pitaka.
b. Nama pembawa Ajarannya : Sidharta Gautama. (563 SM - 483
SM)
c. Permulaan    : Kurang/lebih 2.500 tahun lalu.
d. Nama tempat peribadatan : Vihara.
e. Hari besar keagamaan  : Waisak dan Katina.

5. Kong Hu Cu
Kong Hu Cu atau Konfusius, adalah seorang guru atau orang
bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok, terkadang
sering hanya disebutKongcu (Hanzi, hanyu pinyin:
Kongfuzi/Kongzi) (551 SM - 479 SM). Filsafahnya mementingkan
moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena
asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para
pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi.

Metodologi Studi Islam |7


a. Nama Kitab suci Kong Hu Cu        :
1) Empat Kitab: Kitab Ajaran Besar, Kitab Tengah
Sempurna,  Kitab Sabda Suci, dan Kitab Meng Zi
2) Lima Sutra: Kitab Sanjak, Kitab Hikayat, Kitab Perubahan 
(Yi Jing),Kitab Kesusilaan, dan Kitab Chun Qiu
3) Kitab Bakti
b. Nama Pembawa Ajarannya : Kong Hu Cu (551 SM - 479 SM)
c. Permulaan     : Kurang/lebih 2.500 tahun lalu.
d. Nama Tempat Ibadahnya   : Klenteng/Vihara
e. Hari besar Keagamaannya   : Sembayang kepada arwah
leluhur, Tahun Baru Imlek, Ca Go Mek, Twan Yang, Twan
Yang, Hari Tangcik / Sembayang Ronde dll .

C. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA


Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain
karena agama merupakan : 1) sumber moral, 2) petunjuk kebenaran, 3)
sumber informasi tentang masalah metafisika, dan 4) bimbingan rohani
bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.
1. Agama Sumber moral
Dapat dimengerti, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan
disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal
moral bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral,
karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan
akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
2. Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran?
Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Tuhan telah mengutus
manusia pembawa agama dan dalam ajaran agama samawi
pembawa agama tersebut di utus di berbagai masa dan tempat,
sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu
Nabi Muhammad SAW. Para pembawa agama ini ajaran agama
untuk disampaikan kepada manusia. Dan hal ini sesungguhnya
kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu
kebenaran yang mutlak dan universal.
Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam
kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-cari oleh manusia

Metodologi Studi Islam |8


sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang
dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk
kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang
mutlak dan universal.
3. Agama Sumber Informasi Metafisika
Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah
agama tau iman, dan hanya Tuhan saja yang mengetahuinya. Dan
Tuhan Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-
batas yang dianggap perlu telah disampaikan kepada pembawa
agama melalui firman Tuhan. Dengan demikian agama adalah
sumber infromasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya
dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika.
Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan
alam setelah kematian, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia
(dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal,
dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia
metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab
agama adalah sumber informasi tentang metafisika.
4. Agama pembimbing rohani bagi manusia
Dalam Islam Nabi Muhammad SAW mengajarkan, hendaknya
orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh
sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu
ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala suka dan
sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu
dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman
selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan
bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti
yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik.
Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman
itu bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi”
, kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang
beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di
kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti
pengampunan dari dosa-dosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau

Metodologi Studi Islam |9


bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya. Bahkan
ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan
menjalankan agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater,
Dr. A.A. Brill, “Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama,
tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah
risau yang terus-menerus.

D. PENGERTIAN ISLAM
Pengertian islam menurut bahasa (etimologi) atau secara
lughawi, menurut H.M Syafaat, bahwa agama berarti “tidak kacau”.
Kata agama itu berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a = tidak, gama =
kacau (tidak kacau). Pengertian agama secara istilah adalah sesuatu
yang membawa peraturan yang merupakan hukum yang harus
dipatuhi, menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh
kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran itu, membawa kewajiban-
kewajiban yang kalau tidak dijalankan menjadi utang.kewajiban dan
kepatuhan membawa faham pembalasan, menjalankan mendapat baik,
mengingkarinya memperoleh balasan buruk.
Pengertian Islam secara etimologi adalah sebagai berikut : Islam
itu berasal dari bahsa Arab, dari bentuk masdar (isim masdar, dalam
istilah ilmu sharaf) yaitu “penyerahan diri (menyerahkan diri)”.
Sedangkan pengertian Islam secara istilah adalah sebagai berikut :
Islam adalah agama yang mengatur manusia agar menjadi selamat,
sejahtera, aman, damai, dan menyerahkan diri kepada Allah, patuh dan
tunduk kepada-Nya serta mau beribadah dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan. Secara kongkrit pengertian agama Islam menurut istilah
adalah sebagai berikut : Agama Islam yang diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW yang disiarkan dengan dakwah ke
seluruh penjuru dunia, memberikan petanda bahwa Islam
diperuntukkan bagi semua manusia yang berada di muka bumi.
Kesempurnaan, keuniversilan dan kecocokan ajaran Islam dalam
kehidupan manusia baik kehidupan masa lalu, masa sekarang, maupun
masa yang akan datang jelas memberikan pandangan yang luas kepada
manusia bahwa Islam mempunyai konsepsi yang matang, terarah dan
sesuai dengan perkembangan zaman yang sebagian besar ditandai
dengan akselerasi peradaban, rekayasa industri dan teknologi.aksioma

Metodologi Studi Islam |10


yang dapat diterima bahwa Islam pada prinsipnya adalah agama yang
mengatur manusia di dunia agar memenuhi perintah Tuhannya dan
selalu mentaatinya, dan tunduk serta tawakal untuk mencapai tingkatan
takwa yang sesungguhnya.
1. Pengertian Agama Islam Secara Bahasa dan Istilah Islam
Secara bahasa pengertian islam bermakna berserah diri,
tunduk, patuh dan ta'at. Maksudnya mengenai kalimat tersebut
yaitu kepatuhan dan ketundukan yang ditunjukkan kepada Allah
SWT. Definisi islam menurut Muhammad bin Abdul Wahab yaitu
Menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya tunduk
kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan berlepas diri dari
kesyirikan dan orang-orang musyrik.
Islam merupakan agama yang Allah turunkan kepada semua
Rasul-Nya dari sejak Rasul pertama hingga yang terakhir, agar ia
menjadi rahmat bagi seluruh makhluk alam ini.  Islam datang
dalam bentuk konsep, aturan, undang-undang, prinsip serta
ideologi yang harus diberlakukan kepada setiap manusia agar
manusia meraih kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
Secara Istilah pengertian islam lebih luas dari apa yang
didefinisikan oleh para ulama. Yang demikian itu karena adanya
hadits Rasullah SAW yang menjelaskan makna Islam, diantaranya
adalah sebagai berikut ini :
a. Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya tiada illah
melainkan Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat,
melaksanakan shaum dibulan Ramadhan dan pergi Haji ke
baitullah jika mampu. (Potongan hadits Jibril yang
diriwayatkan oleh Muslim)
b. Islam itu memiliki delapan saham; Islam itu sendiri merupakan
saham, shalat juga termasuk saham, zakat adalah saham, shaum
adalah saham, Haji termasuk saham, amar ma'ruf termasuk
saham, nahi munkar termasuk saham, berjihad termasuk saham,
maka celakalah orang yangn tidak memiliki saham itu. (HR. Al
Bazzar)

Metodologi Studi Islam |11


2. Keunggulan Islam Dibanding Agama Lain
‫ُه َو الَّ ِذي َْأر َس َل َر ُسولَهُ بِاهْلَُدى َو ِدي ِن احْلَ ِّق لِيُظْ ِهَرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِر َه‬
‫الْ ُم ْش ِر ُكو َن‬
“Dia Yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar dimenangkan atas seluruh agama
yang lainnya meskipun orang-orang musyrikin membencinya.”
(Qs. At-Taubah : 33 dan Ash-Shoff : 9)

ُ ‫اِإل ْس‬
‫ َي ْعلُو َو ال يُ ْعلَى‬+‫الم‬
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkannya.” (HR.
Bukhori)
‘AQIDAH KETUHANAN ISLAM
Di dalam agama Islam masalah ‘aqidah ketuhanan terli-hat jelas
pada prinsip ajaran Tauhid, yaitu hanya Alloh semata Tuhan seluruh
alam semesta, sehingga yang ber-hak untuk disembah pun hanya
Alloh semata.
YAHUDI
Agama Yahudi meyakini keesaan Alloh dalam ketuhanan Nya,
namun umat Yahudi meyakini bahwa Alloh memili ki putera, yaitu
Uzair. Sehingga dalam peribadatannya se lain menyembah Alloh,
mereka juga menyembah Uzair atau Ezra.
KRISTEN
(Protestan)
Agama Kristen Protestan adalah sempalan dari agama Ka tholik.
Umat Protestan mengaku mengesakan Tuhan, na-mun dalam
keesaan yang berbilang, yaitu Tuhan itu Esa namun terdiri dari 3
oknum, yaitu Alloh (Tuhan Bapa), ‘Isa atau Yesus (tuhan anak) dan
Roh Qudus, yang ke-mudian disebut dengan Trinitas atau
Tritunggal. Sehing-ga dalam peribadatannya mereka menyembah
kepada se-mua oknum tuhan tersebut.
KATHOLIK
Agama Katholik adalah sempalan dari agama Ortodox. Umat
Katholik mengaku mengesakan Tuhan dengan kee-saan yang
berbilang yang tercermin dalam ajaran Trinitas atau Tritunggal,

Metodologi Studi Islam |12


yaitu : Tuhan Bapa, tuhan anak dan Roh Qudus. Selain itu mereka
juga menyembah Bunda Maria.
HINDU
Agama Hindu menetapkan Tuhan tertingginya adalah Is-wara atau
Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa
Ciwa. Namun dalam peribadatannya umat Hindu
terbelah-bagi, sebagian ada aliran yang me-nyembah Brahma, ada
yang menyembah Wisnu dan ada pula yang menyembah Ciwa.
Agama Hindu Bali ( Gama Bali ) termasuk yang menyembah Ciwa.
Selain itu mere-ka juga menyembah dewa-dewi lainnya yang
jumlahnya sangat banyak.
BUDHA
Agama Budha pada asalnya hanya merupakan ajaran fil-safat
kehidupan. Namun sepeninggal Sidharta Gautama agama Budha
mulai berbicara mengenai ketuhanan. Tu-han tertinggi menurut
Umat Budha adalah Sang Hyang Adhi Budha. Selain itu, umat
Budha mengimport pula de wa-dewi yang lainnya baik yang berasal
dari agama Hin-du atau dari ajaran Animisme China. Dan
dalamperkem-bangannya, Shidarta Gautama dan orang-orang suci
yang dianggap telah mencapai derajat kebudhaan ikut pula di-
sembah.

E. KEKURANGAN ISLAM DIBANDING AGAMA LAIN


Berbagai jawaban mengusik dikepala saya, panjangxlebar (luas)
ustadz menjelaskan seolah tak ada cukupnya, lalu dengan sedikit
bingung saya mencoba menyimpulkan bahwa, kelemahan kita saat ini
adalah pola pikir kita yang masih sangat pendek dan terbatas pada hal-
hal tertentu saja, kok bisa? Sebagai salah satu contoh mengenai sebuah
hukum-hukum islam yang ada seperti wajib, sunnah, haram, makruh
mubah, fardu a’in, fardu kifayah dan sebagainya.
Fardu kifayah adalah hukum islam yang menjelaskan bahwa
hukum yang diwajibkan pada semua umat muslim namun kewajiban
tersebut akan gugur jika telah dilakukan oleh salah satu umat islam.
Pernahkah anda mendengar seorang mengucap perkataan ini mengenai
shalat jenazah.
A”tidak ikut shalat ?”

Metodologi Studi Islam |13


B”tidak, sudah cukup ada yang sudah menshalatkan..”
Kalimat tersebut kelihatannya sangat biasa dan lumrah untuk
diucapkan, tapi hal inilah yang menyebabkan kita saat ini terjerumus
kedalam arus air yang kencang tadi, kita mudah merasakan cukup
dengan ibadah kita, kita sudah merasa lebih ketika kita sudah merasa
semuanya telah kita laksanakan padahal hal tersebut sangat lah kurang
bukankah semakin banyak jamaah yang menyolatkan akan semakin
baik dan manfaat nya bagus untuk simayit?
Artinya, allah mengajarkan kepada kita sebuah jiwa kesadaran
dan semangat untuk selalu dalam perbaiakan menjadi sempurna karena
seberapapun kuat kita dalam berusaha kita tak kan pernah dapat
mencapai kesempurnaan itu sama halnya dengan jiwa konsumtif kita
yang tak pernah puas  (L).
Kembali pada urusan duniawi, jika rasa tidak puas konsumtif
kita, kita alihkan sebagai rasa untuk selalu beribadah alangkah
indahnya dunia ini akhi wa ukhti dan yakinlah allah tak hanya menyeru
kita untuk fardu kifayah dalam menjalankan shalat jenazah juga, tetapi
membangun tempat pendidikan, mendirikan perusahaan yang besar,
membuat teknologi, membangun kampung halaman, membentuk
stasiun televisi dan sebagainya yang jelas yang berkaitan dengan ajaran
islam serta kepentingan umat islam dan dakwah adalah kewajiban bagi
kita semua.
Sungguh penyampaian materi yang ini sangat membelalakan
mata saya, saya sangat mersa bahwa apa yang di ucapkan oleh sang
ustadz adalah kehidupan saya sehari – hari sangat dengan kualitas yang
rendah, saya selalu berfikir apakah bisa seorang anak kampung yang
kemampuannya masih dibilang kelas teri Dan bahkan tak layak pakai
bisa melakukan hal-hal tersebut? Terkadang saya merasa bahwa begitu
sayangnya seorang yang memiliki potensi untuk melakukan hal
tersebut malah tidak pernah mengetahui hal tersebut dan bahkan
mengabaikannya

Metodologi Studi Islam |14


BAB II
SEJARAH AGAMA ISLAM

A. KOTA MEKAH
1. Geografi Kota Mekkah
Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota
Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota
ini merupakan lembah sempit yang dikelilingi gunung-gunung
dengan bangunan ka'bah sebagai pusatnya. Dengan demikian, pada
masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum
akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan
merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota kota di wilayah
Arab Saudi, kota ini beriklim gurun.1

2. Sosiologi Kota Mekkah


a. Jahiliyah
Konteks sosial masyarakat Makkah Pra Islam yaitu
Jahiliyah. Bagi sebagian kalangan jailiyah di artikan sebagai
komunitas orang yang bodoh. Namun Muhammad al Jabiry
membantah pandangan tersebut, karena masyarakat pra islam
sudah mempunyai kebudayaan sendiri.
Masyarakat jahiliyah hidup sebagaimana layaknya
masyarakat yang lain. hanya saja sistem hidupnya ditentukan
sejauhmana otoritas kesukuan dan kekuasaan ekonomi
mempengaruhi sebuah tatanan sosial. Tidak adanya norma
hukum dan nabi di tengah-tengah kalangan Quraysh telah
menyebabkab munculnya konflik diantara mereka. Maka pada
saat itu dikenal dengan istilah Ayyam al-‘Arab (Hari-hari orang
arab). Menurut Hitti, tradisi ini mengisahkan tentang
permusuhan antar suku yang disebabkan oleh persengketaan
dalam soal hewan ternak, padang rumput dan mata air.
Ada 3 kelompok masyarakat jahiliyah yaitu : Pertama,
masyarakat pagan yang nomaden. Mereka adalah kelompok
yang kaya dan mempunyai tradisi keberagaman yang amat
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Mekkah, diakses pada tanggal 8 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |15


beragam. Tradisi mereka yang nomaden masih memberikan
ruang untuk mencari agam yang memberikan mereka solusi
terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.
Kedua, masyarakat pagan yang menetap, jika
dibandingkan dengan masyarakat pagan yang nomaden, mereka
yang menetap ini lebih religius. Dari segi keyakinan mereka
dikenal sebagai penyembah berhala. Kelompok ketiga yaitu
mereka yang meyakini adanya tuhan tetapi mereka tidak
menafikan keberadaan kelompok lain.2
Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup
dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial
berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang
luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk Kabilah.
Beberapa kelompok Kabilah membentuk Suku dan dipimpin
oleh seorang Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan
kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi
sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka
berperang oleh karena itu peperngan antar suku sering sekali
terjadi. Sikap ini tampaknya sudah menjadi tabiat yang
mendarah daging dalam diri masyarakat Arab. Karena itu
perang antar suku sering terjadi. Dalam masyarakat yang suka
berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Dunia
Arab ketika itu merupakan kancah peperangan yang terus
menerus.3
b. Pusat perdagangan
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang
Arab adalah perdagangan dan bisnis. Orang-orang Arab di masa
jahiliyah sangat dikenal dengan bisnis dan perdagangannya.
Perdagangan menjadi darah daging orang-orang Arab.4

2
Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci,Kekuasaan dan Teladan Ibrahim, (Jakarta:
Kompas, 2009), hal 103
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993),
hal. 11
4
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Isalam sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX,
(Jakarta : Akbar Media, 2003), hal. 72

Metodologi Studi Islam |16


Ada Tiga alasan yang menyebabkan Makkah menjadi
salah pusat perdagangan : Pertama, Ka’bah sebagai tempat suci
yang membuat setiap orang terkesanuntuk mengunjunginya.
Kedua, air Zamzam, kita tahu timur tengah adalah tempat yang
tandus, yang tidak mudah untuk mendapatkan air. Maka,
keberadaaan sumber air zamzam dengan nilai kesejarahannya
yang sangat luar biasa menjadi pemikat banyak orang untuk
mendatanginya. Ketiga, Makkah adalah tempat yang menjamin
keamanan dan kenyamanan. Mereka yang datang ke Makkah
dilarang untuk menumpahkan darah. Untuk memuliakan dan
menghormati Ka’bah.5
c. Pusat peradaban
Kultur yang berkembang pada masyaakat Arab pada
umumnya adalah kultur klenik. Dan dikenal dengan ilmu
pengetahuan dan filsafatnya. Bahasa merupakan yang penting
dalam pembentukan kebudayaan orang-orang Makkah Pra-
Islam. Karena dengan bahasa mereka mampu menjalin
kerjasama dengan masyarakat Arab lainnya diluar Makkah.
Disamping itu Syair merupakan salah satu kekuatan tersendiri,
karena hal tersebut sebagai cara untuk mengekspresikan
perasaan orang Arab. Para penyair di anggap sebagai salah satu
kelompok yang menyuarakan perasaan mereka. Karya sastra
Pra-Islam yang sangat populer antara lain al-Muallaqaat, karya
Abu Tamam, al-Aghani, Mukhtaridat karya Ibnu al-Syajari dan
karya lain-lainnya.6

B. NABI MUHAMMAD SAW


1. Lahirnya Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabi’ul Awal 570
M. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim seorang
kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah
Aminah binti Wahab bin Bani Zuhrah. Selagi nabi Muhammad
SAW masih dalam kandungan ibunya, Ayahnya telah meninggal

5
Zuhairi Misrawi, Op.Cit., hal. 113-114
6
Ibid.., hal 117

Metodologi Studi Islam |17


dunia di kota Yatsrib (Madinah).7 Muhammad kemudian diserahkan
kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhannya
Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setalah berusia
enam tahun Beliau menjadi Yatim piatu karena ditinggal oleh
ibunya.
Setelah aminah meninggal. Abdul muthalib mengambil alih
tanggungjawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian
Abdul Muthalib meninggal dunia. Tanggungjawab selanjutnya
beralih kepada panamnya, Abu Thalib. Seperti juga Abdil Muthalib,
dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk
Makkah, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai pengembala
kambing. Melalui pengembalaan ini dia menemukan tempat berpikir
dan termenung. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh
dari segala pemikiran nafsu duniawi. Sehingga ia terhindar dari
segala macam noda yang yang dapat merusak namanya, karena itu
sejak muda ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah
dagang ke Syiria dalam usia 12 tahun. Dalam perjalanan ini, di
Busra sebelah selatan Syiria ia bertemu dengan pendeta kristen
bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad. Pada usia yang ke 25, Muhammad berangkat ke Syiria
membawa barang dagangan saudagar wanita kaya yang telah
menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini Muhammad
memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya,
lamaran itu diterima dan pernikahannya segera dilaksanakan.
Khadijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan banyak
membentu nabi Muhammad dalam perjuangan menyebarkan islam.
Dalam pernikahan itu mereka dikaruniai enam orang anak, dua
putra empat putri: Qasyim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kulsum, dan fatimah.8

7
Rus’an, Lintasan Sejarah islam di Zaman Rasulullah SAW, (Semarang:
Wicaksana, 1981), hal 19
8
Badri Yatim, Op.Cit., hal. 16-18

Metodologi Studi Islam |18


2. Masa Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Beberapa kilometer di Utara Mekkah, pada tanggal 17
ramadhan 611 M, Di Gua Hira malaikat Jibril muncul di hadapan
Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu Allah yang pertama.
Pada usia Nabi yang menjelang 40 tahun itu Allah telah memilih
Muhammad sebagai Nabi. Pada wahyu kedua Nabi di perintahkan
untuk menyeru manusia kepada satu agama.9
a. Fase Mekkah
Fanatisme bangsa quraisy terhadap agama nenek moyang
telah membuat Islam sulit berkembang di Mekkah walaupun
Nabi Muhammad sendiri berasal dari suku yang sama. Secara
umum pada periode Mekkah, kebijakan dakwa yang dilakukan
Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan
kepemimpinannya bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwa
dengan stategi politik yang memunculkan aspek-aspek
keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan
social(egalitarisme) lebih tepat di bandingkan oleh aspek
kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.10 Ada dua cara
dakwa Rasulullah saw ialah :
1) Dakwa Secara Diam-Diam
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah
berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara
diam- diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-
rekannya. Karena itulah, orang pertama kali yang menerima
dakwanya adalah keluarga dan sahabat. Seorang demi
seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan
hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang
dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman
adalah:
a) Istri beliau sendiri, Khadijah
b) Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn
Harits.
c) Dari kalangan budak, Bilal.
9
Ibid., hal. 18-19
10
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 12-13

Metodologi Studi Islam |19


d) Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.11
Setelah Abu bakar masuk islam, banyak orang-orang
yang mengikuti untuk masuk agama islam. Orang-orang ini
tekenal dengan julukan Al-Sabiqun al-Awwalun, orang yang
terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair
Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab,
Arqam Ibn Abd. Al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu
mendapat agama islam langsung dari Rasulullah sendiri.12
2) Dakwa Secara Terbuka
Setelah beberapa lama berdakwa secara individual
turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwa secara
terbuka dan langkah berikutnya ialah berdakwa secara
umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat
kepada islam secara terang-terangan. Setelah dakwa terang-
teranggan itu, pemimpin quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwa Rasul. Semakin bertambahnya jumlah
pengingkut Nabi semakin keras tantangan yang di lancarkan
kaum quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang
mendorong orang-orang quraisy menentang seruan Islam
ialah:
a) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dengan
kekuasaan.
b) Nabi muhammmad menyeruh kepada hak bangsawan
dengan hambah sahaya.
c) Para quraisy tidak dapat menerima ajara tentang
kebangkita kembali dan pembalasan di akhirat
d) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang
berurat berakar pada bangsa arab
e) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai
penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin quraisy
untuk mencegah dakwa Nabi Muhammad dari cara
diplomatik di sertai bujuk rayu hingga tindakan kekerasan di
lancarkan untuk menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi
11
Badri Yatim, Op.Cit., hal. 19
12
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 66

Metodologi Studi Islam |20


Muhammad tetap pada pendirian untuk menyiarkan agama
islam.13

b. Fase Madinah
Pada lain pihak situasi Madinah sangat menggembirakan
madinah adalah sebuah oasis pertanian . Sebagaimana Mekkah,
Madinah juga dihuni oleh beberapa clan dan tidak oleh sebuah
kesukuaan yang tunggal, Madinah adalah perkampungan yang
diributkan oleh permusuhan yang sangat sengit dan anarkis
antara kelompok kesukuaan terpandang –suku aws dan khazraj.
Permusuhan yang berkepanjangan mengancam rakyat kecil dan
mendukung timbulnya permasalahan eksistensi. Berbeda dengan
masyarakat badui warga Madinah telah hidup saling
bertentangga dan tidak berpindah dari tempat satu ke tempat
yang lain.
Madinah juga senangtiasa mengalami perubahan social
yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolute model
badui. Kehidupan social Madinah secarah berangsur- angsur di
warnai oleh unsur kedekatan ruang dari pada kedekatan
kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga yahudi
yang mana sebagian besar penduduknya lebih simpatik terhadap
monotheisme.14
Penduduk Yatsrib (Madinah) sebelum Islam terdiri dari
dua suku bangsa yaitu Arab dan yahudi yang keduanya ini saling
bermusuhan. Karena kegiatan dagang di Yatsrib dikuasai atau
berada di bawah kekuasaan yahudi. Waktu permusuhan dan
kebencian antara kaum yahudi dan Arab semakin tajam, kaum
yahudi melakukan siasat memecah belah dengan melakukan
intrik dan menyebarkan permusuhan dan kebencian diantara
suku Aus dan Khazraj. Siasat ini berhasil dengan baik, dan
mereka merebut kembali posisi kuat terutama dibidang ekonomi.
Bahkan siasat yahudi itu mendorong suku khazraj bersekutu
dengan bani qainuqah (yahudi), sedangkan suku aus bersekutu
13
Badri Yatim, Op.Cit., hal. 20-21
14
M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1999), hal. 38

Metodologi Studi Islam |21


dengan bani quraizah dan bani nadir. Klimaks dari permusuhan
dua suku tersebut adalah perang Bu’as pada tahun 618 M seusai
perang baik kaum aus maupun khazraj menyadari, akibat dari
permusuhan mereka, sehingga mereka berdamai.
Setelah kedua suku berdamai dan suku khazraj pergi ke
Makkah, dan setelah di Makkah Nabi Muhammad SAW
menemui rombongan mereka pada sebuah kemah. Beliau
memperkenalkan islam dan mengajak mereka agar bertauhid
kepada Allah SWT karena sebelumnya mereka telah mendengar
ajaran taurat dari kaum yahudi dan mereka tidak merasa asing
lagi dengan ajaran Nabi maka mereka menyatakan masuk islam
dan berjanji akan mengajak penduduk Yastrib masuk islam.
Setibanya di Yatsrib meraka bercerita kepada penduduk tentang
Nabi Muhammad SAW, dan agama yang dibawanya serta
mengajak mereka masuk islam. Sejak itu nama Nabi dan Islam
menjadi bahan pembicaraan masyarakat Arab di Yatsrib.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ada suatu
perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam.
Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yatsrib
(Madinah) yang berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari
suku ‘Aus dan Khajraj. Gejala-gejala kemenangan di Yatsrib
(Madinah) telah di depan mata Nabi menyuruh para sahabatnya
untuk berpindah ke sana. Dalam waktu dua bulan hampir semua
kaum muslimin kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan
kota makkah untuk mencari perlindungan kepada kaum
muslimin yang baru masuk di Yatsrib.    
Kaum Quraisy sangat terperanjat sekali setelah mereka
mengetahui bahwa Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum
Yatsrib sehingga mereka khawatir kalau-kalau Muhammad
dapat bergabung dengan pengikut-pengikutnya di Madinah dan
dapat membuat markas yang kuat di sana. Kalau demikian
terjadi, maka soalnya bukan hanya mengenai soal agama
semata-mata, tetapi juga menyinggung soal ekonomi yang
mungkin saja mengakibatkan kehancuran perniagaan dan
kerobohan rumah tangga mereka karena kota Yatsrib terletak
pada lin perniagaan mereka antara Mekah dengan Syam.

Metodologi Studi Islam |22


Bila penduduk Yatsrib bermusuhan dengan mereka maka
perniagaan mereka dapat saja mengalami keruntuhan. Oleh
karena itu salah satu jalan yang harus mereka tempuh ialah
melakukan sesuatu tindakan yang menentukan agar dapat
menumpas “keadaan buruk ini” yang akan mendatangkan
bencana bagi agama dan pintu-pintu rizki mereka.
Setelah melihat dampak yang sangat besar yang dapat
merugikan ekonomi dan perniagaan mereka maka mereka
melakukan sidang untuk permasalahan tindakan apa yang harus
mereka lakukan. Setelah melakukan persidangan akhirnya jalan
satu-satunya ialah dengan membunuh Muhammad, tetapi
bagaimana membunuhnya?. Kaum keluarga Muhammad tentu
tidak akan diam begitu saja mereka tentu saja akan membunuh
pula siapa yang membunuh Muhammad.
Akhirnya Abu Jahal menemukan ide yang paling aman
yaitu: masing-masing kabilah harus memilih seorang pemuda
yang akan membunuh bersama-sama. Dengan demikian seluruh
kabilah bertanggung jawab atas kematian Muhammad dan Bani
Abu Manaf tidak mampu menuntut bela terhadap seluruh
kabilah. Akirnya Bani Abu Manaf akan menerima saja
pembayaran yang dibayarkan oleh seluruh kabilah kepada
mereka.
Nabi memberitahukan akan hal ini kepada Abu Bakar,
dan Abu Bakar meminta kepada Nabi, supaya diizinkan
menemani beliau dalam perjalanan ke Yatsrib. Nabi setuju, dan
Abu Bakar mempersiapkan untuk perjalanannya. Kemudian
Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib menempati tempat tidur
beliau, supaya kaum musyrikin mengira bahwa beliau masih
tidur. Kepada Ali diperintahkan juga, supaya mengembalikan
barang-barang yang ditumpangkan kepada beliau, kepada
pemiliknya masing-masing. Ketika Nabi dan Abu Bakar keluar
dari rumah, Nabi menserakkan pasir ke hadapan para kafir
qurais dengan berkata: “Alangkah kejinya mukamu” seketika

Metodologi Studi Islam |23


kafir Quraisy tak sadarkan diri dan mereka tidak mengetahui
bahwa Nabi dan Abu Bakar telah keluar rumah.15
Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya pada malam
27 Shafar tahun ke-14 dari kenabian atau 12 September 622 M.
Peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah
merupakan kehendak dan perintah Allah Swt dengan tujuan agar
penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Rasulullah Saw
menjadi lebih pesat lagi. Selama 13 tahun Rasulullah berdakwa
ajaran Islam di mekkah, Nabi Muhammad telah banyak
mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun Madinah
merupakan kota yang penduduknya lebih mudah menerima
ajaran Rasulullah dari pada penduduk Mekkah. Masyarakat
Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammmad dengan
suka cita, orang-orang Madinah berbondong-bondong memeluk
Islam.Oleh karena itu islam lebih cepat berkembang di
madinah.16

3. Wafatnya Nabi Muhammad SAW


Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 Hijriyah
Rasulullah saw. menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di
Baqi’. Ketika kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan
pusing dan panas mulai merambat disekujur tubuh. Nabi shalat
bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama 11 hari,
sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.
Rasulullah saw. wafat pada saat waktu Dhuha sedang panas-
panasnya, yaitu pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11
Hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih empat
hari.
Rasulullah saw. hidup tiga tahun lamanya setelah memakan
kambing yang telah diracuni di Khaibar sampai beliau jatuh sakit
yang mengantarkan kepada kematian.17 Dari Aisyah r.a., dia berkata:
15
ernaerlina1.blogspot.com/2014/.../sejarah-peradaban-islam-masa-nabi, diakses
pada tanggal 8 Oktober 2017
16
M. Rusli Amin, Hijrah; Rahasia Sukses Rasulullah Saw, (Jakarta: Al- Mawardi
Prima, 2010), hal. 33-34
17
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Pesan-pesan Rasulullah Menjelang Wafat,
(Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. 131

Metodologi Studi Islam |24


Nabi saw bersabda pada saat sakitnya yang mengantarkan beliau
pada kematian, “Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya
makanan yang telah aku makan di Khaibar. Maka inilah saatnya
aku merasakan aortaku mulai berhenti disebabkan racun
tersebut”.” (H.R. Bukhari)

C. PERKEMBANGAN ISLAM
1. Eropa18
Keberhasilan Tariq bin Ziyad memasuki Spanyol mendorong
keinginan Musa bin Nusair untuk menyusulnya, dengan membawa
tambahan pasukan sebanyak 10.000 orang dia datang ke Spanyol. Di
Toledo keduanya bertemu, saat itu sempat terjadi perselisihan, tetapi
dapat didamaikan oleh khalifah. Keduanya selanjutnya bahu-
membahu melanjutkan memasuki Kota Aragon, Castylia, Saragosa,
dan Barcelona hingga sampai ke Pegunungan Pyrenia. Dalam waktu
hanya tujuh tahun hampir seluruh Andalusia sudah berada dalam
genggaman kaum muslimin, kecuali Glacia Pada masa
pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus, Andalusia dipimpin
oleh beberapa amir (gubernur) di antaranya oleh putra Musa sendiri,
yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayyah di
Damaskus dengan berdirinya daulah Bani Abbasyah di bawah
pimpinan Abdul Abbas as-Safah yang berpusat di Bagdad,
menyebabkan seluruh keluarga kerajaan Bani Umayyah ditumpas.
Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayyah, yaitu Abdur
Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana
dia mendirikan kerajaan Bani Umayyah yang mampu bertahan sejak
tahun 193–458 H (756–1065 M).
Masyarakat Spanyol sebelum Islam memeluk agama Katolik
dan sesudah Islam tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang
memeluk agama Islam secara sukarela. Hubungan antaragama
selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang
berkuasa memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-
masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di sana telah
terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yang berbahasa
18
http://www.lollipopnetblog.com/2017/02/makalah-perkembangan-islam-
dunia_24.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |25


Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek
moyang mereka. Islam di Eropa sangat berkembang. Perkembangan
itu terjadi dalam berbagai bidang seperti kebudayaan, pendidikan,
politik, dan keagamaan.
a. Bidang Kebudayaan
Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol sungguh
merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan peradaban.
Ketika itu ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan
kembali. Selain itu, Spanyol menjadi pusat kebudayaan, karena
banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok
dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville,
dan Toledo. Di kota-kota tersebut banyak melahirkan ilmuwan
terkemuka, seperti Abdur Rabbi (sastrawan terkemuka), Ali ibn
Hazn (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, dan adat
istiadat), Al-Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat
yang terkenal dengan bukunya ”Muqaddimah”), Al-Bakri dan
Al-Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta adalah pengembara
terkenal yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia.
Selanjutnya, lahir pula seorang ahli filsafat yang lain, yakni
Solomon bin Gabirol, Abu BakarMuhammad, Ibnu Bajjah (ahli
filsafat abad XII pentafsir karya-karya Aristoteles), dan Ibnu
Rusyd (ahli bintang, sekaligus seorang dokter dan ahli filsafat).
Adapun sumbangan utama Ibnu Rusyd di bidang pengobatan
yaitu buku ensiklopedi dengan judul Al-Kuliyat fit at-Tibb, serta
buku filsafat ”Tahafut at-Tahafut”.
b. Bidang Pendidikan
Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita
muslim di Spanyol saat itu tidak hanya mengurus dapur mereka,
tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang
kesusastraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-
Kalayyah, Safia, dan Marian dari Seville (adalah seorang guru
terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter-dokter wanita,
seperti Aisyah, Hasanah at-Tamiyah dan Ummul Ula serta masih
banyak lagi. Pada abad XII di Spanyol didirikan pabrik kertas
pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu, yaitu kata ”Rim”
melalui kata ”Ralyme” (Perancis Selatan) diambil dari bahasa

Metodologi Studi Islam |26


Spanyol ”Risma” dari bahasa Arab ”Rizma” artinya bundel.
Pada masa sekarang ini, Islam di Spanyol masih dianut oleh
banyak penduduknya meskipun jauh berkurang dari masa
kejayaannya dahulu. Kaum muslimin di Spanyol belum begitu
mendapat tempat di panggung kehidupan masyarakat Spanyol.
Perkembangan menggembirakan dalam bidang
pendidikan Islam terjadi di Jerman. Di Jerman pelajaran agama
Islam sudah disetujui pemerintah untuk dimasukkan dalam
kurikulum sekolah negeri. Namun demikian, masih banyak
kendala untuk penerapan pelajaran agama Islam di sekolah
negeri. Kendala utamanya karena di Jerman belum ada
organisasi keagamaan Islam yang diakui oleh pemerintah,
sedangkan pemerintahan mensyaratkan hal itu untuk menjadi
mitra bicara tunggal guna membahas materi atau pelajaran
agama Islam.
Perkembangan pendidikan Islam juga terjadi di Inggris.
Saat ini umat Islam di Inggris menjalin kerja sama dengan umat
Islam Indonesia. Jadwal programnya adalah pertukaran imam
dan khatib yang disepakati dalam kesepakatan Forum Kelompok
Penasihat Keulamaan Indonesia-Inggris atau RI UK Islamic
Advisory Group (UK-IAG) yang dibentuk atas kesepakatan
Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dan Presiden Susilo
Yudhoyono, saat berkunjung ke Indonesia Maret 2006. Selain
itu, terdapat tiga program lain yang disepakati, yaitu
penerjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa Inggris,
dialog antaragama, dan aneka kegiatan mengisi waktu luang
pelajar.
c. Bidang Politik
Secara umum, dalam bidang politik umat Islam belum
dapat berperan serta secara maksimal di Eropa. Hal ini terjadi
karena memang secara jumlah penduduk kaum muslimin di
negara-negara Eropa belum dapat bersaing secara signifikan.
Hal ini dipersulit lagidengan adanya sentimen negatif dari
kalangan masyarakat Eropa terhadap pemeluk agama Islam
terkait dengan isu terorisme. Meskipun demikian, saat ini mulai
muncul para tokoh Islam di panggung politik Eropa.

Metodologi Studi Islam |27


Pengangkatan sejumlah intelektual dan teknokrat muslim dalam
jabatan-jabatan publik serta terpilihnya politisi muslim sebagai
wakil di berbagai dewan perwakilan rakyat di negara-negara
Eropa.
d. Bidang Keagamaan
Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang memang
cukup sulit dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika
karena masyarakatnya telanjur sekuler. Namun demikian,
dengan kegigihan para mubalig berdakwah, perkembangan
agama Islam semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Apalagi setelah Paus Paulus II membuka dialog antarumat
beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim
khususnya dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus
II pernah mengundang Menteri Agama RI untuk menjelaskan
praktik kerukunan hidup beragama di tanah air.
Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok
pemuda masuk Islam, mereka mendirikan masyarakat muslim di
Cordova. Selanjutnya, pada tahun 1978 mereka dapat
melaksanakan Salat Idul Adha di Kathedral (bekas masjid)
setelah memohon izin Uskup Cordoba, Monseigneur Infantes
Floredo. Bahkan, Walikota Tulio Anguila melaksanakan teori
kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan
taman kota dengan diberi kemah besar untuk melaksanakan salat
Idul Adha dan berjamaah. Di sana terdapat madrasah yang
dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar bahasa Arab,
ilmu Al-Qur’an, tafsir, fiqih, dan hadis.
Di Belgia berdiri pula gedung Islamic Center sebagai
pusat kegiatan dakwah Islam. Jumlah umat Islam di sana sekitar
150.000 orang. Pada tahun 1980 di Brussel diselenggarakan
Muktamar Islam Eropa. Di Austria, Islam masuk pada awal abad
15 H. Pada tahun 1979 dibuka Islamic Centerdi Kota Wina yang
dapat menampung 30.000 jamaah, dilengkapi masjid jami’,
perpustakaan Muslim’s Social Service, madrasah, dan
perumahan imam. Agama Islam diakui agama resmi setelah
Kristen.

Metodologi Studi Islam |28


Di Belanda tepatnya di Kota Almelo telah dibangun
sebuah masjid yang megah. Di kota ini pula telah dibentuk
federasi organisasi Islam dipimpin Abdul Wahid Van Bomel
(warga Belanda asli). Bomel memperjuangkan agar buruh-buruh
muslim yang umumnya dari Asia Selatan dan Afrika supaya
diberi kesempatan melakukan salat lima waktu. Dakwah Islam
di Inggris intensif dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu
dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Di pusat Kota London dibangun Central Mosque (Masjid
Agung) yang selesai pembangunannya pada tahun 1977 terletak
di Regents Park dan mampu menampung 4.000 jamaah,
dilengkapi perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan
sosial. Selain itu, orang-orang Islam Inggris juga membeli
sebuah gereja seharga 85.000 pound sterling di pusat Kota
London yang akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama
Islam. Pemeluk agama Islam di sini selain bangsa Inggris sendiri
juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia, dan
lainnya (menurut catatan The Union of Moslem Organization),
dan di sini agama Islam merupakan agama nomor dua setelah
Kristen.
Roma merupakan negeri pusat agama Katolik, di sana
berdiri 917 gereja Katolik, Protestan, ortodoks, Yunani maupun
sinagog. Perkembangan Islam di negeri itu tidak seperti negara-
negara Eropa lainnya. Selama ini umat Islam di Italia baru
memiliki masjid di Kota Catania Sicilia dan pertengahan tahun
1995 masjid bantuan Arab Saudi itu telah diresmikan
pemakaiannya. Jumlah umat Islam di Roma sekitar 30.000
orang, sedang di Italia (selain Roma) berjumlah 29.000 jamaah.

2. Asia19
Asia merupakan tempat lahir Islam. Saat ini Islam telah
tersebar ke seluruh Asia dan berkembang dengan baik meskipun di
berbagai negara terlibat gejolak yang berkepanjangan. Irak dan
Afganistan masih bergejolak dengan masuknya Amerika Serikat ke
19
http://www.lollipopnetblog.com/2017/02/makalah-perkembangan-islam-
dunia_24.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |29


tanah Irak dan Afganistan. Ketegangan yang tidak kalah
mengganggu terjadi antara Iran dengan Amerika Serikat yang
menuduh Iran sedang mengembangkan teknologi nuklir untuk
membuat bom nuklir. Tuduhan itu dibantah oleh Iran yang
mengklaim bahwa nuklir yang mereka kembangkan mempunyai
tujuan damai, yaitu menjadi sumber energi alternatif bagi rakyat
Iran. Perselisihan ini belum juga menunjukkan tanda-tanda surut.
Islam di Asia dapat berkembang dan perkembangan itu dalam
berbagai bidang berikut ini.
a. Bidang Kebudayaan
Pada abad XIII–XV agama Islam berkembang dengan
pesat di India, dengan bukti adanya kerajaan-kerajaan Islam di
India dan bangunan-bangunan tempat ibadah. Pada waktu kritis
Kerajaan Moghul, para pedagang Belanda, Prancis, Inggris, dan
Portugis masuk India. Pada perkembangan selanjutnya India
resmi dijajah Inggris. Pada tahun 1947 Inggris memberi
kemerdekaan kepada India dan sekaligus berakhirnya kejayaan
Islam di India. Pada tahun itu juga umat Islam kemudian
mendirikan negara baru yang terpisah dari India, yaitu Pakistan.
b. Bidang Politik
Arti penting negara ini dalam sejarah dan perkembangan
Islam terutama disebabkan dua hal. Perkembangan yang
pertama, perjuangan politiknya berlangsung pada waktu yang
sama dengan perjuangan orang Hindu di India. Perjuangan itu
bertujuan mendirikan negara tersendiri bagi umat Islam. Ide
tentang pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam, bermula
dari Sayid Ahmad Khan, kemudian dicetuskan oleh Muhammad
Iqbal dan akhirnya direalisasi oleh Muhammad Ali Jinnah Pada
tahun 1947 Inggris menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan
konstitusi, yaitu tanggal 14 Agustus 1947 untuk Pakistan dan
tanggal 15 Agustus bagi India. Sejak itulah Pakistan lahir
sebagai negara Islam. Muhammad Ali Jinnah diangkat sebagai
gubernur jenderal dengan gelar ”Quaidi-Azam” atau pemimpin
besar. Pakistan mempunyai kekuatan militer yang juga telah
diperhitungkan oleh dunia dengan adanya dugaan bahwa negara
Pakistan mempunyai kemampuan persenjataan nuklir. Bahkan,

Metodologi Studi Islam |30


Amerika menilai Pakistan, sebagai negara ”Bom Islam” (Islamic
Bomb).
Di negara lain, utamanya kawasan Timur Tengah, isu
Palestina masih menjadi isu sentral. Pertikaian antara bangsa
Palestina dan penjajah Israel masih terus bergerak dalam damai
dan perang. Irak dan Afganistan pun tidak kalah hangat menjadi
sorotan sejak kebijakan invasi diterapkan oleh Presiden George
W. Bush di Irak. Pertikaian terus berlangsung bahkan hingga
saat ini.
c. Bidang Pendidikan dan Keagamaan
Bidang pendidikan dan keagamaan Islam berkembang
dengan baik di Asia. Hal ini terlihat dengan makin maraknya
upaya pengembangan keilmuan di dalam negara-negara Islam di
Asia. Di Rusia terdapat hampir 400 masjid dan 190 madrasah
sebagai pusat syiar dan pendalaman ajaran Islam. Studi Islam
dan bahasa Arab kini menjadi bagian kurikulum pendidikan
Islam di Rusia. Para sarjana Islam lulusan perguruan tinggi luar
negeri menjadi ujung tombak Islam di Rusia. Oleh karena
perkembangan Islam di Rusia masih menghadapi sejumlah
masalah, digelarlah berbagai seminar untuk mencari jalan
keluarnya.
Perkembangan dan kemajuan Islam semakin tampak
nyata dan bisa dirasakan lagi setelah RRC merdeka pada tanggal
10 November 1911. Perkembangan tersebut semakin baik
dengan hancurnya paham komunis di beberapa belahan dunia.
Bahkan di negeri Cina inilah terdapat dua masjid khusus wanita
yang berada di Peking (Beijing). Di Cina berdiri beberapa
organisasi Islam, antara lain General Moslem Association of
Cina. Selain itu, berkembang pula organisasi Islam yang lain dan
lembaga pendidikan yang tersebar di beberapa wilayah Republik
Rakyat Cina. Meskipun demikian, sejarah perkembangan Islam
di Cina ternodai oleh tindakan represif yang dilakukan oleh
pemerintah Komunis Cina kepada kaum muslim Uighur pada
bulan Juli 2009 yang menyebabkan tewasnya sekitar dua ratus
orang dan melukai ratusan yang lain.

Metodologi Studi Islam |31


Islam juga dapat berkembang dengan pesat di Singapura.
Perkembangannya antara lain di bidang pendidikan, yaitu
penerbitan buku-buku agama berbahasa Arab. Madrasah juga
banyak didirikan. Islam di Singapura telah mendapat pengakuan
dari pemerintah sebagai agama yang berkembang di negeri itu.
Di Singapura terdapat Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS)
yang memiliki otoritas bagi pembangunan kehidupan
masyarakat Islam di Singapura. MUIS berada di bawah
Kementerian Pembangunan Masyarakat dan ditangani oleh
menteri lingkungan atau menteri sekitaran. MUIS lahir pada
tahun 1990 dengan sebutan Maintenance Religous Harmony
Act.
Perkembangan yang tidak kalah menggembirakan juga
terdengar dari negeri Brunei Darussalam. Perkembangan Islam
di negeri ini bertambah maju dengan cepat setelah pusat
penyebaran dan kebudayaan Islam di Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Kemajuan tersebut semakin cepat pada masa
pemerintahan sultan ke-5, yaitu Sultan Bolkiah. Pada tahun 1985
Brunei telah membentuk Majelis Agama Islam berdasarkan
Undang-Undang Agama dan Mahkamah Kadi. Islam telah
menjadi ideologi negara pada tahun 1985. Brunei mendirikan
pusat dakwah untuk kepentingan penelitian agama Islam. Di
negara ini anak cacat dan yatim menjadi tanggungan pemerintah.
Kini Islam telah menjadi bagian negara Brunei Darussalam.

3. Amerika20
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ’The New
World’ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada
21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam pada era keemasan,
Amerika bukan sebuah ’Dunia Baru’. Hal ini karena 603 tahun
sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para
penjelajah muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di
Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai
penemu Benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan
20
http://www.lollipopnetblog.com/2017/02/makalah-perkembangan-islam-
dunia_24.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |32


menemukan fakta bahwa para penjelajah muslim telah
menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari
setengah milenium sebelum Columbus. Islam di Amerika sangat
berkembang, perkembangan itu dalam bidang sebagai berikut.
a. Bidang Pendidikan
Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi
dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di Benua
Amerika. ”Tidak perlu diragukan lagi, secara historis kaum
muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat
Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus
menemukannya,’’ tutur Fareed H. Numan dalam American
Muslim History A Chronological Observation. Sejarah mencatat
muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk
asli Benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
b. Bidang Ekonomi
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came
Before Columbus membuktikan adanya kontak antara muslim
Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain,
African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan
fakta bahwa para pedagang muslim dari Arab juga sangat aktif
berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika. Van
Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di Benua
Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya
kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. ”Columbus
juga mengetahui bahwa muslim dari pantai barat Afrika telah
tinggal lebih dahulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan
Utara,” papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya
berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan
menikahi penduduk asli.
c. Bidang Keagamaan
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat
sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di pantai Kuba.
Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah
menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko,
Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah
menyemai peradabannya di Benua Amerika jauh sebelum

Metodologi Studi Islam |33


bangsa Eropa datang. Fakta lain tentang kehadiran Islam di
Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr.
Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas
Harvard. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell
menyebutkan bahwa umat Islam tidak hanya tiba sebelum
Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah
membangun sebuah peradaban di benua itu. Fell juga
menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia,
bahasa yang digunakan orang Pima di barat daya dan bahasa
Algonquina, perbendaharaan katanya banyak yang berasal dari
bahasa Arab. Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami di
beberapa tempat seperti di California. Di Kabupaten Inyo,
negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua
lainnya yang berbunyi ’Yasus bin Maria’ yang dalam bahasa
Arab berarti ”Yesus, anak Maria”. ”Ini bukan frase Kristen,’’
cetus Fell. Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam
kitab suci Al-Qur’an. Tulisan tua itu, papar dia, usianya lebih tua
beberapa abad dari Amerika Serikat.
d. Bidang Politik dan Kemasyarakatan
Dalam bidang politik dan kemasyarakatan, di Benua
Amerika utamanya di Amerika Serikat, Islam dan kaum
muslimin sedang berada dalam tekanan yang lumayan hebat.
Sebagaimana di Eropa, isu terorisme dan stigma negatif yang
berkembang dalam masyarakat Amerika menyebabkan kaum
muslimin tertekan. Meskipun demikian, terdapat perkembangan
yang sangat menggembirakan terkait perkembangan Islam di
Amerika. Seiring dengan meningkatnya sentimen negatif
terhadap Islam, keingintahuan masyarakat terhadap Islam juga
meningkat dengan tajam.
Hal ini terbukti dengan larisnya buku-buku Islam di
Amerika, bertambahnya kontak tanya jawab seputar Islam antara
masyarakat dengan lembaga-lembaga Islam, dan meningkatnya
diskusi keislaman di kalangan para akademisi. Perkembangan
ini berlanjut dengan semakin banyaknya warga asli Amerika
yang menyatakan memeluk agama Islam sejak terjadinya
peristiwa 11 September 2001 dan kerasnya hujatan kepada Islam

Metodologi Studi Islam |34


dan kaum muslimin. Disinyalir, jumlah mualaf yang masuk
Islam setelah peristiwa 11 September 2001 lebih banyak dari
jumlah mualaf baru selama tiga puluh tahun sebelum peristiwa
tersebut.

Metodologi Studi Islam |35


BAB III
SUMBER HUKUM ISLAM

A. AL-QUR’AN
1. Pengertian Al-Qur’an
Kata Al-Qur’an menurut bahasa mempunyai arti yang
bermacam-macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang
harus di baca, dipelajari.21 Adapun menurut istilah para ulama
berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-Qur’an.
Ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT,
yang dinukilkan secara mutawatir; membacanya merupakan ibadah;
dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.22
Ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril
sebagai mukjizat dan berfungsi sebagai hidayah (petunjuk). Yang
lain mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diriwayatkan kepada kita yang ada pada kedua kulit mushaf.
Yang lain mengatakan: Al-Qur’an adalah kalamullah yang ada
pada kedua kulit mushaf yang dimulai dari surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah an-Nas.
Yang lain mengatakan: Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yang dinukil atau diriwayatkan
secara mutawatir dan membacanya bernilai ibadah.
Ada juga yang mengatakan: Al-Qur’an adalah kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan bahasa Arab,
yang sampai kepada kita secara mutawatir, yang ditulis di dalam
mushaf, dimulai dari Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah an-
Nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat bagi

21
Aminudin, et. all., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 45
22
M. Quraish Shihab, et. all., Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pusataka
Firdaus, 2008), hal. 13

Metodologi Studi Islam |36


Nabi Muhammad dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat
manusia.
Dari beberapa definisi yang disebutkan, dapat dikatakan
bahwa unsur-unsur utama yang melekat pada Al-Qur’an adalah:
a. Kalamullah
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad
c. Melalui Malaikat Jibril
d. Berbahasa Arab
e. Menjadi mukjizat Nabi Muhammad
f. Berfungsi sebagai “hidayah” (petunjuk, pembimbing) bagi
manusia.23
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa
Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan
bahasa Arab, sebagai mukjizat Nabi Muhammad yang diturunkan
secara mutawatir untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup bagi
setiap umat Islam yang ada di muka bumi.

2. Sejarah Turunnya Al-Qur’an


Al-Qur’an mulai diturunkan kepada nabi ketika sedang
berkholwat di gua hira pada malam isnen bertepatan dengan tanggal
tujuh belas ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi Muhammad
SAW = 6 agustus 610 M. Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran
Al-Qur’an, Allah jadikan malam permulaan turun Al-Qur’an itu
malam “Al-Qodar”, yaitu malam yang penuh kemuliaan.
Al-Qur’an Al-Karim terdiri dari 30 juz, 114 surat dan
susunannya ditentukan oleh Allah SWT. Dengan cara tawqifi, tidak
menggunakan metode sebagimana metode-metode penyusunan buku
ilmiah. Buku ilmiah yang membahas satu masalah selalu
menggunakan satu metode tertentu, metode ini tidak terdapat dalam
Al-Qur’an Al-Karim, yang didalamnya banyak persoalan induk silih
berganti diterangkan.24
Para ulama ulumul qur’an membagi sejarah turunnya Al-
Qur’an dalam dua periode, yaitu periode sebelum hijrah dan periode
23
Ibid., hal. 8
24
M. Quraish Shihab, Op.Cit., hal. 14.

Metodologi Studi Islam |37


sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai
ayat-ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua
dinamai ayat-ayat Madaniyah. Tetapi di sini akan dibagi sejarah
turunnya Al-Qur’an dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya
periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah
kumpulan dari ayat-ayat Makiyah dan periode ketiga adalah ayat-
ayat Madaniyah.
a. Periode Pertama
Diketahui bahwa Muhammad SAW pada awal turunnya
wahyu pertama itu belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu
pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang
diterimanya, dengan adanya firman Allah surat Al-Mudatsir ayat
1-2:
     
Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah,
lalu berilah peringatan!
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah
menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat
Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal
yaitu:
1) Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-
ajaran Al-Qur’an.
2) Sebagain besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-
Qur’an karena kebodohan mereka, keteguhan mereka
mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang, dan
karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan
seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: “kalau
sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan Nubuwwah,
kemudian apa lagi yang tinggal untuk kami.”
3) Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan
Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
b. Periode Kedua
Periode kedua dari sejarah turunnya Al-Qur’an berlangsung
selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara

Metodologi Studi Islam |38


gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam
menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi
kemajuan dakwah Islamiah. Dimulai dari fitnah, intimidasi dan
penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-
Qur’an ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan pada
akhirnya mereka semua termasuk Rasulullah SAW berhijrah ke
Madinah.
Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Qur’an disuatu pihak silih
berganti turun menerangkan kewajiban prinsipil penganutnya
sesuai dengan kodisi dakwah ketika itu.
c. Periode Ketiga
Selama masa periode ketiga ini, dakwah Al-Qur’an telah
dapat mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-
penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-
ajaran agama di Yasrib (yang kemudian diberi nama Al-
Madinah Al-Munawaroh). Periode ini berlangsung selama
sepuluh tahun, dan timbul bermacam-macam peristiwa, problem,
dan persoalan, seperti: prinsip-prinsip apakah yang diterapkan
dalam masyarakat demi mencapai kebahagiaan.
Bagaimanakah sikap terhadap orang-orang munafik, Ahl
Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu
diterangkan Al-Qur’an dengan cara yang berbeda-beda.
Banyak ayat-ayat yang ditunjukkan kepada orang-orang
munafik, ahli kitab dan orang-orang musyrik. Ayat-ayat tersebut
mengajak mereka ke jalan yang benar, sesuai dengan sikap
mereka terhadap dakwah.
Dari uraian sejarah turunnya Al-Qur’an menunjukkan
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an disesuaikan dengan keadaan
masyarakat pada saat itu, dan untuk selanjutnya dalam
kehidupan manusia.

3. Pokok-Pokok Ajaran dalam al-Qur’an


Isi pokok kandungan Al-Qur’an dikelompokkan menjadi 5
perkara, yaitu :

Metodologi Studi Islam |39


a) Tauhid
Tauhid merupakan hukum tentang keyakinan. Dalam Al-Qur’an
mengandung tuntunan yang mengajarkan keimanan kepada
Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-
Nya, Hari Kiamat serta beriman kepada Qada dan Qadar.
b) Ibadah
Hukum ibadah yang terkandung dalam Al-Qur’an antara lain
ibadah shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah merupakan
hubungan manusia dengan Tuhan. Ibadah adalah bukti bahwa
manusia bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah
kepadanya. Dengan ibadah akan memupuk rasa iman kepada
Allah swt.
c) Al Wadu’ Wal Wa’id
Artinya adalah jani dan ancaman. Melalui Al-Qur’an Allah telah
berjanji kepada manusia yang beriman kepada-Nya dan
mengikuti semua petunjuk Al-Qur’an akan memberikan pahala
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan sebaliknya Allah swt
mengancam manusia yang mengingkari dan melanggar
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Al-Qur’an
dengan azab dan siksa yang pedih.
d) Petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan
Dalam Al-Qur’an mengandung petunujuk-petunjuk yang
dibutuhkan manusia dalam interaksinya untuk meraih
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
e) Sejarah Umat Terdahulu
Al-Qur’an banyak mengisahkan sejarah kehidupan Nabi dan
Rasul dalam berdakwah, menegakkan agama Islam di tengah
umatnya yang masih jahiliyah. Selain itu Al-Qur’an juga
mengisahkan sejarah orang-orang saleh seperti Ashabul Kahfi,
Lukman Hakim, sahabat-sahabat Rasulullah dan sebagainya.

4. Sejarah Pembukuan al-Qur’an


Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat jibril as,

Metodologi Studi Islam |40


yang tertulis dalam mushaf, disampaikan kepada umat manusia
secara mutawatir, diawali dari awal surah al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah al-Nas.
Dari kajian sejarah pembentukan Al-Qur’an, kita mengetahui
bahwa kitab suci ini berkembang dengan sangat dinamis,
berinteraksi dengan kehidupan umat manusia. Ayat-ayatnya adalah
refleksi dari kehidupan yang dijalani Nabi dan para sahabatnya.
Mulai al-Qur’an diturunkan kepada  Nabi Muhammad secara
berangsur-angsur,  pelestarian  al-Qur’an hanya pada tulisan dan
hafalan dari para sahabat, sedangkan pada zaman khalifah Abu
Bakar, tulisan dan hafalan al-Qur’an dari para sahabat dihimpun
dalam satu mushaf, kemudian pada masa pemerintahan Utsman bin
Affan untuk menyatukan kaum muslimin, diadakan penyalinan
mushaf dan dibukukanlah al-Qur’an menjadi satu musahaf. Mushaf
itu disebut mushaf  Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga
dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf
tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada
Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil
Qur'an. Dan pada masa khalifah Ali bin Abi Tholib  dengan
kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan
kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku
dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. ini juga disebut
sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

B. AL-HADITS
1. Pengertian Al-Hadits
“Hadis” atau al-hadits menurut bahasa, berarti al-jadid
(sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim. Kata hadis juga
berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk pluralnya
adalah al-ahadits.25
Hadis sebagaimana tinjauan Abdul Baqa’ adalah isim dari
tahdith yang berarti pembicaraan. Kemudian didefinisikan sebagai
ucapan, perbuatan atau penetapan yang disandarkan kepada Nabi

25
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: al-Muna, 2010), hal. 1

Metodologi Studi Islam |41


SAW. Barangkali al-Farra’ telah memahami arti ini ketika
berpendapat bahwa mufrad kata ahadits adalah uhdutsah (buah
pembicaraan). Lalu kata ahadith itu dijadikan jama’ dari kata
hadith.26
Ada sejumlah ulama yang merasakan adanya arti “baru”
dalam kata hadis lalu mereka menggunakannya sebagai lawan kata
qadim (lama), dengan memaksudkan qadim sebagai kitab Allah,
sedangkan “yang baru” ialah apa yang disandarkan kepada Nabi
SAW. Dalam Sharah al-Bukhari, Syeikh Islam Ibnu Hajar berkata,
bahwa dimaksud dengan hadits menurut pengertian shara’ adalah
apa yang disandarkan kepada Nabi SAW, dan hal itu seakan-akan
dimaksudkan sebagai bandingan Alquran yang qadim.27
Adapun secara terminologis, menurut ulama hadis sendiri ada
beberapa perbedaan definisi yang agak berbeda diantara mereka.
Perbedaan tersebut ialah tentang hal ihwal atau sifat Rasul sebagai
hadis dan ada yang mengatakan bukan hadis. Ada yang
menyebutkan taqrir Rasul secara eksplisit sebagai bagian dari
bentuk-bentuk hadis dan ada yang memasukkannya secara implisit
ke dalam aqwal atau af’al-nya.28
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa hadis adalah sesuatu yang disandarkan pada Nabi
Muhammad SAW, sahabat, dan tabiin yang dapat dijadikan hukum
syara’. Maka pemikir kontemporer membagi hadis menjadi dua,
yaitu hadis tasyri’ dan hadis ghair tasyri’.

2. Macam-Macam Hadits
Hadits terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu hadits fikliyah,
taqririyah, dan qauliyah.
a. Hadits fikliyah adalah hadits yang berdasarkan atas perbuatan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
b. Hadits qauliyah adalah hadits yang didasarkan pada ucapan dan
perkataan Nabi saw.

26
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2009), hal. 21
27
Ibid., hal. 22
28
Zainul Arifin, Op.Cit., hal. 3

Metodologi Studi Islam |42


c. Hadits taqririyah adalah hadits yang didasarkan pada ketetapan-
ketetapan Nabi saw. Sedangkan ketetapan yang dimaksud adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat dan Nabi saw
juga melihatnya akan tetapi Nabi diam saja atau menyetujuinya.
Dilihat dari segi kualitasnya, maka hadits dibagi menjadi 3
bagian, yaitu :
a. Hadits Sahih (hadits yang sah)
Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits
yang sahih para perawinya bersambung sampai kepada Nabi
saw, perawinya orang yang taat beragama, kuat hafalannya dan
isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
b. Hadits Hasan (baik)
Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan seperti perawinya
semuanya bersambungan, perawinya taat beragama, agak kuat
hafalannya, tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan tidak
cacat di dalamnya.
c. Hadits Daif (lemah)
Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria persyaratan hadits
hasan apalagi shahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai
landasan hukum.

Tingkatan hadits sahih, antara lain sebagai berikut :


a. Mutafaq’alaih, hadits yang disepakati oleh Bukhori Muslim,
menempati tingkatan yang paling tinggi.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
c. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
d. Hadits yang diriwayatkan oleh ulama ahli hadits selain Bukhari
Muslim atas dasar syarat Bukhari Muslim
e. Hadits yang diriwayatkan oleh ulama besar hadits dengan
syarat-syarat Bukhari Muslim
f. Hadits yang disahihkan oleh ulama hadits selain Bukhari
Muslim
3. Sejarah Pembukuan Hadits
Sejarah pembukuan hadits diawali dari kegalauan,
kegelisahan, dan kegundahan Umar Bin Abdul Aziz ketika ia
dipercaya menjadi khalifah. Kegalauan tersebut adalah selama ini

Metodologi Studi Islam |43


hadis banyak dihafal oleh orang-orang yang punya hafalan kuat,
sedangkan kebutuhan masyarakat luas untuk mengetahui hadits
sudah tidak bisa dimungkiri. Karenanya, Umar Bin Abdul Aziz
merasa bahwa pembukuan hadits perlu dilakukan.
Umar bin Abdul Aziz ditengarai menjadi seorang khalifah
yang pertama kali ingin melakukan pembukuan terhadap hadits. Ini
bisa dikatakan sebagai periode awal pembukuan hadis atau
pembukuan hadis pertama kali. Pada abad ke 2, pembukuan bukan
saja dilakukan terhadap hadis, tetapi juga fatwa sahabat dan tabi'in.
Hadis pada abad ke 2 hijriah tidak memisahkan hadis dari
fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in. Keadaan ini kemudian diperbaiki
oleh ahli hadis abad pada abad 3 hijriah. Ketika mengumpulkan
hadis, para ahli hadits memisahkan hadis dari fatwa-fatwa. Pada
abad ke 2 hijriah ini ditengarai tidak ada pemisahan hadis, yakni
mencampuradukan hadis shahih dengan hadis hasan dan hadis
dha’if. Segala hadis yang mereka terima mereka bukukan dengan
tidak menerangkan keshahihanya atau kehasananya atau
kedho’ifanya. Sehingga dalam abad ke 3 ini sudah mulai dibedakan
secara rapi antara hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif.
Pada abad ke 3 hijriah, usaha untuk membukukan hadis
memuncak sesudah kitab-kitab Ibn Juraij dan al-Muwaththo’ Malik
terbesar dalam masyarakat serta disambut dengan gembira oleh
masyarakat. Dari sini, timbul kemauan untuk menghafal hadis,
mengumpulkan, serta membukukannya. Dari sini pula, ahli-ahli
ilmu hadis mulai berpindah tempat dari suatu negeri ke negeri lain
untuk mencari hadis yang akhirnya membuat perkembangan hadis
semakin maju.
Awalnya, ulama Islam mengumpulkan hadits yang terdapat di
kota mereka sebagian kecil di antara mereka yang pergi ke kota lain
untuk kepentingan hadits. Keadaan ini dipecahkan Al-Bukhari di
mana beliau yang pada mulanya meluaskan daerah-daerah yang
dikunjungi untuk mencari hadis. Beliau pergi ke Maru, Naisyabury,
Ray, Baghdad, Bashrah, Kufa, Makkah, Madinah, Mesir, Damsyik,
Qaisyariyah, Asqalan hingga Himsah.
Pada dasarnya Al-Bukhari membuat langkah baru untuk
mengumpulkan hadis yang tersebar di daerah-daerah. 16 tahun

Metodologi Studi Islam |44


lamanya Al Bukhari terus menjelajahi dalam rangka menyiapkan
hadis shahihnya. Pada mulanya, ulama menerima hadis dari para
perawi, lalu menulisnya ke dalam bukunya dengan tidak
menetapkan syarat-syarat menerimanya dan tidak memperhatikan
shahih tidaknya suatu hadis tersebut.
Menurut beberapa sumber, musuh yang berkedok dan
berselimut Islam melihat kegiatan-kegiatan ulama hadis dalam
mengumpulkan hadis, lantas berupaya untuk mengacaukan hadits
dengan menambahkan lafadznya untuk menciptakan hadis maudhu'.
Melihat kesungguhan musuh-musuh Islam dan menyadari
akibat-akibat perbuatan yang dilakukan oleh mereka, maka para
ulama’ hadis bersungguh-sungguh membahas keadaan perawi-
perawi dari berbagai segi, antara lain mengenai segi keadilan,
tempat, kediaman, waktu, serta memisahkan hadis-hadis yang
shahih dari yang dha’if atau hadis palsu.
Pembahasan mengenai kepribadian perawi menghasilkan ilmu
qawa’id at-Tahdits atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
kaidah-kaidah tahdits, illat-illat hadis, dan tarjamah atau riwayat
perawi-perawi hadits. Secara sederhana bisa dipahami bahwa
peristiwa tersebut melahirkan tunas ilmu dirayah (ilmu dirayah al-
hadits) yang memiliki banyak macamnya selain ilmu riwayat (ilmu
riwayat hadis).
Upaya pentashihan dan penyaringan hadis, atau memisahkan
yang shahih dari yang dho’if dengan mempergunakan sarat-sarat
pentashhihan, baik mengenai perawi riwayat, tahammul dan ada’
melahirkan kitab-kitab sunan. Ulama’ yang pada awalnya
menyaring dan membedakan hadis-hadis yang shahih dari hadits
palsu dan yang lemah adalah ishaq Ibn Rahawaih, seorang imam
hadis yang sangat termashur.
Penyaringan terhadap hadis-hadis yang sahih, maudlu atau
dhaif diselenggarakan dengan sempurna oleh Imam Al-Bukhari.
Dalam kitab “Al-Jami’us Shahih”, Beliau membukukan hadis-hadis
yang dianggap shahih, bukan hadis maudlu maupun hadis dhaif.
Sementara itu, Imam Al-Suyuti dalam kitab Alfiyah menyebutka:
“Orang pertama yang hanya menyusun hadis shahih adalah Al-
Bukhari”. Sampai saat ini, hadis-hadis yang disusun Al Bukhari

Metodologi Studi Islam |45


dikenal dengan hadis shahih Bukhari yang menjadi kitab kumpulan
hadis yang banyak digunakan sebagai rujukan dalam setiap
penelitian Islam.
Sesudah Shahih Bukhari dan shahih Muslim, banyak Imam
lain bermunculan yang mengikuti jejak Bukhari dan Muslim, salah
satunya adalah Abu Dawud, Al-Tirmizdi, An-Nasa’i, dan Ibn
Majah, yang kemudian dikenal dengan nama Al-Kutub Al-
Sittah. Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad 2 dan abad 3
diberikan gelar "mutaqaddimin" yang berarti mengumpulkan hadis
hanya berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri
dengan menemui para penghafalnya yang tersebar di penjuru negara
Arab, Persi dan lain-lain. Sedangkan ulama setelah abad 2 dan 3
dijuluki dengan gelar "Ulama’ Mutaakhirin". Sebagian besar hadis
yang mereka kumpulkan merupakan nukilan atau copy-paste dari
kitab-kitab mutaqaddimin. Hanya sedikit sekali yang dikumpulkan
dari usaha mencari sendiri dari para penghafalnya secara langsung.

C. IJMA’
1. Pengertian Ijma’
Ijtihad adalah berasal dari kata ijtihad-ijtihadan yang berarti
bersungguh-sungguh. Menurut syara’ ijtihat adalah berusaha dengan
bersungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak
ada ketetapannya, baik dalam Al-Qur’an maupun Al Hadits dengan
menggunakan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman
kepada cara-cara menetapkan hukum yang telah ditentukan.
Jadi Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan
masalah hukum yang tidak diterangkan dalam Al-Qur‟an maupun
hadits setelah setelah Rasulullah wafat . ijma‟ dilakukan dengan
cara musyawarah dengan besdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.

2. Dasar Hukum Ijma’


Beberapa dasar hukum melakukan ijtihad adalah :
a. Al-Qur’an dengan firman Allah swt
   

Metodologi Studi Islam |46


Artinya : “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS.
Al-Hasyr (59) : 2)
b. Hadits Rasulullah saw
Artinya : “Apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan
berijtihad dan kemudian mencapai kebenaran maka ia
mendapat dua ganjaran. Dan apabila seorang hakim
memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian tidak
mencapai kebenaran maka ia mendapatkan satu ganjaran”.
(HR. Bukhari Muslim).
c. Asar sahabat
Artinya: perilaku atau perkataan sahabat contoh sahabat yang
ada yaitu pertanyaan Umar bi Abi Khatab r.a, beliau
mengatakan sesungguhnya umat telah bersungguh-sungguh
mencari kebenaran namun ia tidak mengetahui akan kebenaran
itu sudah tercapai atau tidak.
d. Beberapa fatwa Imam Mujtahidin
- Imam Malik berkata “Aku hanyalah manusia biasa yang
mungkin salah dan benar maka periksalah pendapat-
pendapatku. Jika terdapat kesesuaian antara pendapatmu
dengan Al-Qur’an dan sunnah maka ambillah dan jika
sebaliknya maka tinggalkanlah”
- Imam Syafi’I berkata “Jika segala sesuatu telah kukatakan
ternyata tidak bertentangan dengan sabda Nabi saw, itulah
yang harus kamu ikuti. Dan bila ada hadits sahih telah
menyalahi mazbku maka ikutilah hadits tersebut karena
sebenarnya hadits itu adalah mazabku.
- Imam Hambali berkata “Janganlah kamu bertauhid
(menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber
dasarnya) kepadaku atau kepada Imam Malik atau kepada
Imam Syafi’I dan As Sauri tapi ambillah hukum-hukum dari
tempat mereka mengambilnya.
3. Contoh Ijma’
a. Contoh seseorang wajib membayar kerugian kepada pemilik
barang karena kerusakan yang terjadi diluar kesepakatan.

Metodologi Studi Islam |47


b. Dikumpulkan dan dibukukannya nash Al-Qur‟an sejak masa
pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah bentuk kesepakatn
dari para ulama zaman sahabat. Ide pengumpulan Al-Qur‟an ini
berasal dari Umar bin Khattab, tapi kemudian Abu Bakar ash-
Shiddiq mengumpulkan para ulama saat itu, sehingga terjadi
perdebatan, karena hal itu tidak diperintahkan oleh Rasulullah
saw. tetapi akhirnya para ulama menyepakati untuk
mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an.
c. Penetapan tanggal satu Ramadhan atau tanggal satu Syawwal
harus disepakati oleh ulama di negerinya masing-masing
berdasarkan ru’yatul hilal.
d. Nenek mendapatkan harta warisan 1/6 dari cucunya jika tidak
terhijab. Ketetapan huum ini berdasarkan ijma‟ para sahabat,
dan tidak ada yang membantahnya.

D. QIYAS
1. Pengertian Qiyas
Secara etimologi qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran
sesuatu, membandingkan, atau menyamakan sesuatu dengan yang
lain. Sedangkan secara terminologi qiyas berarti membandingkan
sesuatu kepada yang lain dengan persamaan illatnya.
Menurut istilah agama, qiyas yaitu mengeluarkan (mengambil)
suatu hukum yang serupa dari hukum yang telah disebutkan (belum
mempunyai ketetapan) kepada hukum yang telah ada atau yang
telah ditetapkan oleh kitab dan sunnah, disebabkan sama ‘illat antara
keduanya (asal dan furu’).
Jadi Qiyas yaitu menyamakan permasalahan yang tejadi
dengan masalah lain yang sudah ada hukumnya, karena ada
kesamaan sifat atau alasan.
2. Macam-Macam Qiyas
a. Qiyas Aula
Yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada qiyas (furu’) lebih
aula (utama) dari pada illat yang ada pada tempat mengqiyaskan
(ashl). Seperti mengqiaskan memukul kepada kata-kata “ah”
pada ibu bapak, karena ‘illatnya menyakiti maka hukumnya
sama-sama berdosa.

Metodologi Studi Islam |48


b. Qiyas Musaway
Yaitu ‘illat yang terdapat bpada yang qiyaskan (furu’)
sama dengan illat yang ada pada tempat mengqiaskan (ashl).
Karena itu hukum keduanya sama. Seperti, mengqiaskan
membakar harta anak yatim dengan memakan harta anak yatim,
karena illatnya sama-sama menghabiskan (melenyapkan).
c. Qiyas Dalalah
Yaitu illat yang ada pada qiyas menjadi dalil (alasan) bagi
hukum tetapi tidak diwajibkan baginya (furu’). Seperti,
mengqiaskan wajib zakat pada harta anak-anak kepada harta
orang dewasa yang telah sampai senisab, tetapi bagi anak-anak
tidak wajib mengeluarkan zakatnya diqiaskan pada haji tidak
diwajibkan atas anak-anak.
d. Qiyas Syabab
Yaitu menjadikan yang diqiaskan (furu’) dikembalikan
kepada antara dua ashl yang lebih banyak persamaan antara
keduanya. Seperti mengqiyaskan budak dengan orang merdeka
(manusia), atau budak dengan benda (budak dapat dijual,
diwaqafkan, diwariskan dan jaminan). Jadi furu’nya budak dapat
dikembalikan kepada dua ashl : manusia merdeka dan harta
kekayaan, tetapi budak itu lebih banyak persamaaannya dengan
harta benda,. Jadi qiyasnya budak lebih tepat kepada harta
kekayaan.
e. Qiyas Adwan
Yaitu yang diqiyaskan (furu’) terhimpun pada hukum
yang ada pada tempat mengqiaskan, yaitu mengqiaskan
memakai perak bagi laki-laki kepada memakai emas. Menurut
sebagian ulama hukumnya haram karena sabda nabi : Artinya:
orang yang makan dan minum dalam bejana emas dan perak,
sesungguhnya bergejolak pada perutnya api neraka jahanam.
(HR.Muslim).

3. Fungsi Qiyas dalam Agama Islam


Fungsi al-qiyas dalam mengungkapkan hukum dari al-Qur’an
atau as-Sunnah, dikemukakannya: “semua peristiwa yang terjadi

Metodologi Studi Islam |49


dalam kehidupan orang islam, pasti terdapat ketentuan hukumnya
atau indikasi yang mengacu pada adanya ketentuan hukumnya. Jika
ketentuan hukum itu disebutkan maka haruslah dicari indikasi
mengacu pada ketentuan hukum tersebut dengan berijtihad. Ijtihad
itu adalah al-qiyas.”
Pernyataan tersebut, menegaskan bahwa fungsi al-qiyas itu
sangat penting dalam mengungkapkan hukum dari dalilnya (al-
qur’an atau as- sunnah) guna menjawab tantangan peristiwa yang
dihadapi kaum muslimin yang tidak secara tegas disebutkan dalam
al-Qur’an atau as-Sunnah. Di sini terlihat pula wawasan Imam
Syafi’i yang berjangkauan jauh ke depan, bahwa kaum muslimin di
dalam hidupnya senantiasa akan menghadapi berbagai peristiwa
baru yang secara tegas yang secara hukumnya dalam al-qur’an atau
as-sunnah. Oleh Karena setiap peristiwa tersebut tidak terlepas dari
ketentuan hukum tetapi tidak dijelaskan al-qur’an atau as-sunnah,
maka harus di cari dalam al-qur’an atau as-sunnah dengan
menggunakan al-qiyas. Jadi al-qiyas dalam pandangan Imam Syafi’i
berperan besar dalam penggalian hukum bagi peristiwa baru yang
dihadapi kaum muslimin.
Baik dari pernyataannya tentang adanya ketentuan hukum bagi
setiap peristiwa maupun pernyataannya tentang fungsi al-qiyas,
terungkap ketegasannya, bahwa:
a. Al-qur’an berisi petunjuk yang lengkap tentang hukum segala
peristiwa yang dihadapi kaum muslimin, baik peristiwa tersebut
sudah terjadi, sedang terjadi maupun yang belum dan yang akan
terjadi.
Petunjuk al-qur’an tentang hukum itu ada yang tersurat
(literal, eksplisit, lafdziyah, sharih) tetapi ada pula yang tersirat
(implisit, ma’nawiyah, dengan illah) yang dapat digali (istinbat)
dengan memperhatikan indikasi atau isyarat (tentang adanya
hukum) yang menjadi landasan al qiyas. Oleh karena itu, hukum
Allah itu dapat diketahui melalui dua jalur: jalur lafdziyah yaitu
nash yang sharih dan jalur ma’nawiyah, yaitu al qiyas.
Kemungkinan al-qiyas sebagai pengembangan hukum,
ialah karena dalam kenyataan objektif  dari nash-nash al-qur’an
dan as-sunnah ada yang menegaskan illat hukumnya atau

Metodologi Studi Islam |50


sekurangnya dapat dilacak motivasi hukumnya. Ayat-ayat yang
seperti ini bisa disebut sebagai ayat-ayat yang ma’qulah al-
ma’na. hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa setiap ketetapan
hukum itu mengandung tujuan yang kembali kepada
kemaslahatan umat manusia.
b. Al-qiyas merupakan metode ijtihad dan sarana penggalian
(istinbat) hukum bagi peristiwa yang tidak disebut secara tegas
(sharih) dalam nash. Al-qiyas berfungsi dan berperan sangat
penting dalam mengungkapkan hukum peristiwa yang tidak
disebutkan al-nash.

4. Contoh Qiyas
Contoh hukum minuman keras dapat diqiyaskan dengan
khamar karena keduanya ada kesamaan sifat yaitu sama-sama
memabukkan.

Metodologi Studi Islam |51


BAB IV
KEILMUAN YANG ADA DI AGAMA ISLAM

A. ULUMUL QUR’AN
1. Pengertian
Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa
Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”.
Kata ‘ulum  adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-
ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi
keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman
terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.29
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar
yang maknanya sama dengan  kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk
mashdar ini berasal dari fi’il madhi “qoro’a” yang
artinya  membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang
bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
perantara malaikat Jibril, yang dimulai surah Al-Fatihah dan diakhiri
surah An-Nas, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan yang
membacanya merupakan ibadah.    
Sedangkan ”al-Qur’an” menurut ulama ushul, fiqih, dan ulama
bahasa adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat,
membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah
sampai surat an-Nas, dengan demikian, secara bahasa, ’ulum al-
Qur’an adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang berkaitan
dengan al-Qur’an.
Setelah membahas kata “ulum” dan “Al-Qur’an” yang
terdapat dalam kalimat “Ulumul Qur’an”, perlu kita ketahui bahwa
tersusunnya kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa adanya
29
Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an I (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.
11

Metodologi Studi Islam |52


bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-
Qur’an atau pembahasan- pembahasan yang berhubungan dengan
Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai Al-Qur’an
maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan
petunjuk bagi manusia.30

2. Sejarah
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran telah
menunjukan kelahiran ilmu ini melalui proses yang cukup panjang.
Tahap demi tahap ilmu-ilmu ini yang menjadi bagian Ulumul Quran
tumbuh dan berkembang, seperti ilmu tafsir, ilmu rasm al-Qur’an,
ilmu qirrat, ilmu qharib al-Qur’an, dan seterusnya. Kemudian ilmu-
ilmu ini membentuk kesatuan yang mempunyai hubungan dengan
Alquran, baik dari segi keberadaan Alquran, maupun dari segi
pemahamannya. Karena itu ilmu-ilmu ini disebut ilmu-ilmu Alquran
yang dalam istilah bahasa Arabnya ”Ulum al-Qur’an” (Ulumul
Quran). Namun, kapankah istilah ini muncul dan siapakah orang
yang pertama menggunakannya. Mengenai sejarah lahirnya istilah
ini terdapat tiga pendapat di kalangan para penulis Ulumul Quran.
a. Pendapat umum di kalangan para sejarah Ulumul Quran
mengatakan bahwa masa lahirnya Ulumul Quran  pertama kali
pada abad ke-7.
b. Al-Zarqani berpendapat istilah ini lahir dengan lahirnya kitab
Al-Burhan fi’ulum al-Qur’an, karya Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id
yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi (w. 430 H.). Menurut Al-
Zarqani, kitab ini terdiri dari 30 jilid dari padanya sekarang
disimpan di balai perpustakaan di Kairo dengan tidak tersusun
dan tidak berurutan. Berdasarkan ini, Al-Zarqani berpendapat
bahwa lahirnya istilah Ulumul Quran pada permulaan abad ke-5.
c. Shubhi al-Shalih tidak setuju dengan dua pendapat terdahulu. Ia
berpendapat bahwa orang yang pertama kali menggunakan
istilah Ulumul Quran adalah Ibn al-Mirzaban (w. 309 H.).
Pendapat ini berdasarkan pada penemuannya tentang beberapa
kitab yang berbicara tentang kajian-kajian Alquran dengan

30  
Rosihan Anwar, ‘Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal 11

Metodologi Studi Islam |53


menggunakan istilah Ulumul Quran pada namanya. Menurut dia,
yang paling tua di antaranya adalah kitab Ibn al-Marzuban pada
abad ke-3 H. Hasbi Ash-Shiddieqy juga setuju dengan pendapat
terakhir ini.
Dari ketiga pendapat di atas tersebut, pendapat Shubhi al-
Shalih jelas lebih kuat. Sebab, berdasarkan sejarah pertumbuhan
ilmu ini sebagai yang telah dipaparkan sebelumnya, Ibn al-
Marzubanlah penulis yang paling pertama menggunakan istilah
Ulumul Quran pada kitabnya yang berjudul Al-Hawi fi ‘Ulum al-
Qur’an.

3. Ruang Lingkup
‘Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai
ruang lingkup pembahasan yang sangat luas. Ulumul Qur’an 
meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik
berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu
bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an.
Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di
dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan
sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa
macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu
al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450
ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-
qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an
mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas.
Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika
dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya
menjadi tidak terhitung. Firman Allah :’ Katakanlah: Sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
(Q.S. Al-Kahfi :109).31
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas  al-Imam al-Sayuthi
dalam bukunya ‘al-Itqan fi ’Ulum  Al-Qur’an, menguraikan
31
Al-Quran dan Terjemahannya ( Cet.X Bandung, CV Penerbit   Diponegoro,
2005), hal. 209

Metodologi Studi Islam |54


sebanyak 80 cabang, dan setiap cabang masih dapat diperinci lagi
menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab,
materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4
(empat) komponen: (1) Pengenalan Terhadap Al-Qur’an, (2)
Kaidah-kaidah tafsir, (3) Metode-metode tafsir, (4) Kitab-Kitab
tafsir dan para mufassir.32
a. Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup:
(a) Sejarah al-Qur’an, (b) Rasm al-Qur’an, (c) I’jaz al-Qur’an,
(d) Munasabah al-Qur’an, (e) qushah al-Qur’an, (f) jadal al-
Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an, (h) amtsal al-Qur’an,(i) nasikh dan
mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih, (k) al-qiraat, dan
sebagainya.33
b. Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup : (a) 
ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan
al-Qur’an, (b) sistematika yang hendaknya ditempuh dalam
menguraikan penafsiran, dan (c) patokan-patokan khusus yang
membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an,baik dari ilmu-ilmu
bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik
langsung dari penggunaan al-Qur,an. Sebagai contoh, dapat 
dikemukakan kaidah-kaidah berikut : (a) kaidah ism dan fi’il, (b)
kaidah  ta’rif  dan  tankir, (c) kaidah  istifham  dan macam-
macamnya, (d)  ma’aniy al-huruf  seperti:  asa; la’alla, in,
iza; dan lain-lain, (e) kaidahsu’al dan jawab, (f) kaidah
pengulangan, (g) kaidah perintah sesudah larangan, (h) kaidah
penyebutan nama dalam kishah, (j) kaidah penggunaan kata
dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.34
c. Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-
metode tafsir yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim 
dengan ketiga coraknya: al-ra’yu, al-ma’tsur, al-isyariy, disertai
penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran
serta metode pengembangannya, dan juga mencakup juga

32
 Mardan. al-Qur’an, Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, 
(Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), hal. 19
33
Ibid
34
Ibid, hal. 20

Metodologi Studi Islam |55


metode mutaakhir dengan keempat macamnya : tahliliy, ijmaliy,
muqarran, maudhu’iy.35
d. Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup
pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun
yang baru, yang berbahasa arab, inggris, atau indonesia, dengan
mempelajari biografi, latar belakang dan kecenderungan
pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang digunakan, serta
keistimewaan dan kelemahannya.36
Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an
mencakup bahasan yang sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-
Qur’an, asbab al-nuzul, qiraat, ilmu an-nasikh wa al-mansukh dan
ilmu fawatih as-suwar serta masih banyak yang lainnya. Karena
begitu luasnya cakupan kajian ‘Ulumul Qur’an, maka para ulama
harus mengakhiri definisi yang mereka buat dengan ungkapan “dan
lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan, kajian ulumul quran tidak
hanya hal-hal yang disebutkan dalam definisi itu saja, tetapi banyak
hal yang secara keseluruhan tidak mungkin disebutkan dalam
definisi. Ibnu Arabi (w 544 H), seperti yang dikutip oleh Az-
Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup 77.450 ilmu
sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan
pendapat sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata
dalam Al-Quran mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu
terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-susunannya. Maka
dengan demikian, ilmu ini tidak terkira banyaknya dan Allah sajalah
yang mengetahuinya secara pasti.
Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan
berbagai corak atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti
corak: Fiqhi, sufi; ‘ilmi, bayan, falsafi, adabi, ijtima’iy, dan lain-
lain.”37

B. ILMU FAROID
1. Pengertian
35
Ibid
36
Ibid
37
Ibid, hal. 19-20

Metodologi Studi Islam |56


Dalam literatur hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk
menamakan hukum Kewarisan Islam seperti: faraid, fiqih mawaris,
dan Hukm al-mawaris. Menurut Mahalliy, lafazh faraid merupakan
jamak (bentuk plural) dari lafazh faridhah yang mengandung arti
mafrudhah, yang sama artinya dengan muqaddarah yaitu suatu yang
ditetapkan bagiannya secara jelas. Di dalam ketentuan kewarisan
Islam yang terdapat dalam al-Qur’an, lebih banyak terdapat bagian
yang ditentukan dibandingkann bagian yang tidak ditentukan. Oleh
karena itu, hukum ini dinamai dengan faraid.
Kewarisan (al-miras) yang disebut sebagai faraidh, Menurut
Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fanani makna fara’idh
adalah sebagai berikut:
Fara’idh adalah bentuk jamak dari faridhah, sedangkan
makna yang dimaksud adalah mafrudhah, yaitu pembagian yang
telah dipastikan. Al-fara’idh, menurut istilah bahasa adalah
kepastian, sedangkan menurut istilah syara’ artinya bagian-bagian
yang telah dipastikan untuk ahli waris.38
2. Sejarah
Pada masa Arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi
Muhammad SAW, waris-mewarisi terjadi karena tiga sebab, yaitu
karena adanya pertalian kerabat (hubungan darah, qarabah),
pengakuan atau sumpah-setia (muhalafah), dan pengangkatan anak
(adopsi, tabanniy). Sebab-sebab itu masih belum mencukupi
sebelum ditambah lagi dengan dua syarat, yaitu sudah dewasa dan
orang laki-laki.
Anak-anak pada masa itu tidak mungkin menjadi ahli waris
karena dianggap tidak mampu berjuang, memacu kuda, memainkan
pedang untuk memancung leher lawan dalam membela suku dan
marga, di samping status hukumnya yang masih berada di bawah
perlindungan walinya. Sementara itu, kaum perempuan tersisih dari
kelompok ahli waris karena fisiknya yang tidak memungkinkan
untuk memanggul senjata dan bergulat di medan laga serta jiwanya
yang sangat lemah melihat darah tertumpah. Dengan demikian, para
ahli waris jahiliyah dari golongan kerabat semuanya terdiri dari laki-
38
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), hal.
14

Metodologi Studi Islam |57


laki, yaitu anak laki-laki, saudara laki-laki, paman, dan anak paman
yang semuanya harus sudah dewasa.
Pengakuan yang berupa ucapan atau sumpah-setia antara dua
orang yang mengikatkan keduanya sehingga dapat saling mewarisi
juga dibenarkan sebagai sebab mewarisi. Ucapan itu misalnya
seseorang mengatakan kepada orang lain, “Darahku darahmu,
pertumpahan darahku pertumpahan darahmu, perjuanganku
perjuanganmu, perangku perangmu, damaiku damaimu, kamu
mewarisi hartaku aku pun mewarisi hartamu...” Kemudian jika
orang lain itu menyetujuinya, maka kedua orang itu berhak saling
mewarisi. Hal ini sampai masa awal-awal Islam masih berlaku, dan
masih dibenarkan menurut Surat An-Nisa’: 33.
Pada masa jahiliyah, pengangkatan anak menyebabkan anak
itu dijadikan dan berstatus sebagai anak kandung bagi orang yang
mengangkatnya dan dinasabkan kepada bapak angkatnya, bukan
kepada bapak kandungnya. Ini berarti, seorang anak laki-laki yang
menjadi anak angkat, jika telah dewasa dapat menjadi ahli waris dari
bapak angkatnya.
Pada masa awal-awal Islam ada lagi sebab untuk mewarisi,
yaitu karena ikut hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan karena
persaudaraan (muakhkhah) antara kaum Muhajirin dan Anshar. Pada
masa itu, Rasulullah SAW mempersaudarakan sesama kaum
Muhajirin dan antara kaum Muhajirin dan Anshar, dan menjadikan
persaudaraan ini sebagai salah satu sebab untuk saling mewarisi
harta peninggalan. Hijrah dan muakhkhah pada masa itu dibenarkan
oleh Allah SWT menurut Surat Al-Anfal: 72.
Setelah penaklukan kota Mekkah (futuh Makkah) pada tahun
ke-8 hijriyah, seiring kondisi umat Islam yang sudah mulai kuat dan
stabil, maka kewajiban hijrah dicabut sesuai dengan hadits Nabi
SAW, “Tidak ada kewajiban berhijrah lagi setelah penaklukan kota
Mekkah.” Demikian pula, sebab mewarisi karena muakhkhah
dihapuskan oleh Allah melalui Surat Al-Ahzab: 6.
Artinya : ”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang
mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu
sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah

Metodologi Studi Islam |58


daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali
kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama).
adalah yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab (Allah).”
(Q.S. Al-Ahzab : 6)
Selanjutnya, Allah membatalkan aturan yang menyatakan
bahwa hanya laki-laki dewasa yang dapat menjadi ahli waris, tidak
termasuk wanita dan anak-anak, melalui Surat An-Nisa’: 7, 11, 12,
127, dan 176.
Artinya : ”Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki
sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang
yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-
bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)
sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. An-Nisa : 11)
Sebab mewarisi atas dasar sumpah-setia pun kemudian
dihapuskan Allah melalui Surat Al-Anfal: 75. Dan terakhir,
kewarisan karena adopsi dibatalkan oleh Allah berdasarkan Surat
Al-Ahzab: 4, 5, dan 40.
Artinya : ”Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang
dua buah hati dalam rongganya; dan dia tidak menjadikan istri-
istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan dia tidak
menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu
(sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja.
dan Allah mengatakan yang Sebenarnya dan dia menunjukkan jalan
(yang benar).” (Q.S. Al-Ahzab : 4)

Metodologi Studi Islam |59


Hukum waris Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW telah
mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan sekaligus merombak
struktur hubungan kekerabatannya, bahkan merombak sistem
pemilikan masyarakat tersebut atas harta benda, khususnya harta
pusaka. Sebelumnya, dalam masyarakat Arab ketika itu, wanita
tidak diperkenankan memiliki harta benda – kecuali wanita dari
kalangan elite – bahkan wanita menjadi sesuatu yang diwariskan
(lihat tafsir dan asbabun nuzul Surat An-Nisa’: 19).
Melalui Al-Qur’an, Allah merinci dan menjelaskan bagian
tiap-tiap ahli waris dengan tujuan mewujudkan keadilan di dalam
masyarakat. Meskipun demikian, sampai kini persoalan pembagian
harta waris masih menjadi penyebab timbulnya keretakan hubungan
keluarga. Ternyata, di samping karena keserakahan dan ketamakan
manusianya, kericuhan itu sering disebabkan oleh kekurangtahuan
ahli waris akan hakikat waris dan cara pembagiannya.
Kekurangpedulian umat Islam terhadap disiplin ilmu ini memang
tidak dapat dimungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah
mengisyaratkannya: “Betapa banyak manusia sekarang
mengabaikan ilmu faraidh.” 39

3. Ruang Lingkup
Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan
fiqh mawaris adalah wajib kifayah ini sejalan dengan perintah
Rasulullah saw mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh
sebagaimana mempalajari dan mengajarkan Al-Quran, “artinya
pelajarilah oleh kalian Al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain.
Dan pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain.
Karena aku adalah orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu
akan dihilangkan. Hampir saja dua orang yang bertengkar tentang
pembagian warisan tidak mendapatkan seorangpun yang dapat
memberikan fatwa kepada mereka”. (HR. Ahmad, An nasai, dan
Daruqudhni). Hadist diatas menempatkan perintah mempelajari dan
mengajarkan ilmu faraidh dalam rangka mewujudkan keadilan
dalam masyarakat. Maka disinilah letak pentingnya kegunaan ilmu
39
https://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/05/ilmu-faraidh-sejarah-dasar-
hukum-dan-urgensinya/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |60


mawaris, hingga wajib dipelajari dan diajarkan. Agar didalam
pembagian warisan, setiap orang mentaati ketentuan yang telah
diatur dalam Al Qur’an.
Oleh karena itu, dilihat dari satu sisi, memepelajari dan
mengajarkan ilmu mawaris dapat berubah statusnya menjadi wajib
‘ain, terutama bagi orang-orang yang oleh masyarakat dipandang
sebagai pimpinan, terutama pimpinan agama.
Adapun ruang lingkup ilmu faroid yaitu, dalam konteks yang
lebih umum warisan berarti perpindahan hak kebendaan dari orang
yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup.

C. ILMU HIKMAH
Ilmu Hikmah adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat
Alqur’an, doa-doa tertentu, hizib atau mantra-mantra suci yang
berbahasa Arab dan diimbangi dengan laku batin untuk mendekatkan
kepada Allah dan membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. Yang
disebut mantra suci adalah mantra yang isi kandungannya tidak
melanggar syariat islam. Ilmu Hikmah bisa dipelajari dengan amalan
berupa dzikir,tafakur, membersihkan hati,atau riyadhoh tertentu sesuai
ajaran para guru / ulama.
Ilmu Hikmah banyak sekali manfaatnya, mencakup segala urusan
dunia dan akhirat, Ilmu Hikmah bisa untuk menyelesaikan berbagai
macam masalah kehidupan,merupakan sarana memohon perlindungan
kepada Allah, mempermudah jalan usaha/rezeki kita, memperbaiki
perilaku atau akhlak diri kita, mengubah perilaku buruk menjadi baik,
menerangi hati yang gelap menjadi terang-benderang, memberi
kegembiraan bagi yang sedih, memberi kekuatan bagi yang merasa
lemah, membuat kita semakin dekat dengan Allah SWT dan bisa juga
sebagai sarana amal ibadah untuk mendapatkan ridho Allah.
Ilmu Hikmah berbeda dengan ilmu kesaktian para pendekar yang
bisa dipamerkan atau disombongkan. Justru pantangan utama dalam
mempelajari ilmu hikmah adalah kesombongan, atau merasa punya
kehebatan. Kunci dalam ilmu hikmah adalah memohon pertolongan dan
rahmat dari Allah agar dalam menjalani hidup di dunia ini, kita diberi
keselamatan, kelancaran, kesuksesan, kemudahan, kebahagiaan dan
segala hal baik yang kita butuhkan.

Metodologi Studi Islam |61


Inti dari Ilmu Hikmah sebenarnya adalah mendekatkan diri dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Hingga kita sama sekali
tidak merasa punya kehebatan. Karena tiada daya dan upaya yang
mampu hamba lakukan kecuali karena adanya Allah semata.
Menurut kamus bahasa Arab, al-Hikmah mempunyai banyak arti.
Diantaranya, kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus,
pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak),
dan al-Qur'anul karim. (Kamus al-Munawir: 287).
Hikmah mempunyai tiga arti. Pertama, hikmah diartikan
kebijaksanaan dari Allah. Kedua, hikmah diartikan sebagai sakti atau
kesaktian (kekuatan ghaib). Ketiga hikmah diartikan sebagai manfaat
dari sesuatu.
Makna Ilmu Hikmah yang tepat adalah ilmu tentang hukum-
hukum Allah yang tidak bisa dipahaminya kecuali melalui penjelasan
Rasulullah. Dengan begitu al-Hikmah disini berasal dari kata al-Hukmu
yang bermakna penjelasan antara yang haq dan yang bathil. Seperti
kalimat al-Jilsah berasal dari kata al-Julus. Kalau dikatakan bahwa si
Fulan itu orang yang Hakim, berarti dia itu orang yang benar dalam
perkataan dan perbuatan." (Kitab Tafsir at-Thaban: 1/ 557).
Ilmu hikmah bukanlah ilmu sihir yang melibatkan bantuan jin atau
syetan. Sehingga bisa dipamerkan di tempat-tempat keramaian,
dijadikan sebagai bahan pertunjukan, dipelajari dalam waktu sekejap,
dimiliki dengan ritual-ritual khusus, atau diperjual-belikan dengan harga
tertentu.
Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual islam yang membimbing kita
mengenal ajaran-ajaran Allah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga kita bisa
mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana yang
diperintahkan dan  mana yang dilarang. Dengan ilmu hikmah seperti
itulah, kita akan menjadi orang yang benar dalam perkataan dan
perbuatan. Itulah sejatinya ilmu Hikmah.

D. ILMU FALAK
1. Pengertian
Menurut bahasa, falak artinya orbit atau peredaran/lintasan
benda-benda langit, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi,

Metodologi Studi Islam |62


bulan dan matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan
untuk diketahui posisi benda langit tersebut antara satu dengan
lainnya agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.40
ILmu falak secara terminology adalah ilmu pengatahuan
yang mempelajari benda-benda langit seperti matahari, bulan,
bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya degan tujuan untuk
mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya
dari benda-benda langit yang lain41.
Dalam bahasa inggris ilmu falak di sebut juga “Astronomi”,
adapun Asronomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
benda-benda langit itu terhadap nasib seseorang di muka bumi.
Astrologi inilah yang dikenal dengan Ilmu Nujum42.
Jika di amati secara spesifik memang terdapat perbedaan
yang signifikan antara ilmu falak dengan astronomi, dari sisi ruang
lingkup bahasanya, astronomi mengkaji seluruh benda-benda langit,
baik matahari, palanet, satelit, bintang, galaksi, nabula dan lainnya.
Sedangkan ilmu falak ruang linhkup pembahasannya hanya terbatas
pada matahrari,bumi dan bulan. Itupun hanya posisinya saja sebagai
akibat dari pergerakannya.hal ini karena perintah ibadah tidak bisa
lepas dari waktu. Sedangkan waktu itu sendiri berpedoman pada
peredaran benda-benda langit dan semua itu berhubungan dengan
posisi. Dengan demikian,mempelajari ilmu falak sangatlah
penting,sebab untuk kepentingan praktek ibadah.

2. Sejarah
Kajian ilmu falak banyak mendapat perhatian dari para
peneliti dan sejarawan. Regis Morlan (seorang orientalis Prancis,
peneliti sejarah ilmu falak klasik) mengemukakan beberapa factor di
antaranya: banyaknya ulama yang berkecimpung di bidang ini

40
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik, (Buana Pustaka, Yogyakarta:
2004) hal. 3
41
Maskufa, Ilmu Falak, (Gaung Persada, Jakarta 2010), hal.1
42
Salamun Ibrahim, Ilmu Falak, (Pustaka Progresif, Bandung : 1995) hal. 39

Metodologi Studi Islam |63


sepanjang sejarah,  banyaknya karya-karya yang dihasilkan,
banyaknya observatorium astronomi yang berdiri sebagai akses dari
banyaknya astronom serta karya-karya mereka,  banyaknya data
observasi (pengamatan alami) yang terdokumentasikan.
Sementara itu Prof. Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman (guru
besar ilmu falak di Institut Nasional Penelitian Astronomi dan
Geofisika, Helwan - Mesir) mengatakan “astronomi adalah miniatur
terhadap majunya peradaban sebuah bangsa” Dalam perjalanan
mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah peradaban
yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara
khusus muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam),
disamping peradaban lainnya. Peradaban India adalah yang terkuat
dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku astronomi
‘Sindhind’ punya pengaruh besar dalam perkembangan astronomi
Arab (Islam), dengan puncaknya pada dinasti Abbasiah masa
pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab.
Ibrahim al-Fazzârî adalah orang yang mendapat amanah
untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga ia melahirkan buku
penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.
Peradaban Persia memberi pengaruh signifikan dalam
peradaban ilmu falak Islam, ditemukan cukup banyak istilah-istilah
falak Persia yang terus dipakai dalam Islam hingga saat ini, seperti
zij (epemiris) dan auj (aphelion). Buku astronomi berbahasa Persia
yang banyak mendapat perhatian Arab (Islam) adalah 'Zij Syah' atau
‘Zij Syahryaran’ yang merupakan ephemiris (zij) yang masyhur di
zamannya.
Sementara dari peradaban Yunani puncaknya dimotori oleh
Cladius Ptolemaus (w. ± 160 M) yang dikenal dengan sistem
"geosentris"nya. Gagasan astronomi Ptolemaus terekam dalam maha
karyanya yang berjudul ‘Almagest’ atau ‘Tata Agung’ yang menjadi
buku pedoman astronomi hingga berabad-abad sebelum runtuh oleh
teori tata surya Ibn Syathir (w. 777 H) dan Copernicus.
Dalam melihat sejarah ilmu falak maka dapat diklasikasikan
sebagai berikut:
a. Ilmu falak sebelum islam

Metodologi Studi Islam |64


Waktu dulu manusia pada pada umumnya manusia
memahami seluk beluk alam semesta hanyalah seperti apa yg
mereka lihat, bahkan sering di tambah dengan macam-macam
tahayul yang bersifat fantastis. Menurut mereka, bumi
merupakan pusat alam semesta. Setiap hari, matahari, bulan, dan
bintang-bintangdengan sangat tertib mengelilinhi bumi.
Sekalipun demikian,ada di antar mereka yang memahami
alam raya ini dengan akal rasiaonya. Para ilmuan yang ada pada
saat itu,salah satunya adalah: Aristoteles, dia berpendapat bahwa
pusat jagad raya adalah bumi sedangkan bumi dalam keadaan
tenang, tidak bergrak dan tiddak berputar. Semua gerak benda-
benda angkasa mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda
angkasa berbentuk lingkaran. Sedangkan peristiwa gerhana
misalnya tidak lagi di pandang sebagai adanya raksasa penelan
bulan, melainkan merupakan peristiwa alam.
Pandangan manusia terhadap jagad raya mulai saat itu
umumnya mengikuti ppandangan aritoteles yaitu: Geosentris 
yakni bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit.
b. Ilmu falak dalam peradaban islam
Sekitar tiga ratus tahun setelah wafatnya nabi muahamad
saw.negara-negara islam telah memiliki kkebudayaan dan
pengetahuan tinggi. Banyak sekali ilmuan muslim bemunculan
dengan hasil karyannya yang gemilang.
Pada tahun 773 M, seorang pengembara india
menyerahkan sebuah buku data astronomis berjudul “Sindbind”
atau “Sidbanta” kepada kerajaan islam di Baghdad. Oleh
khalifah Abu ja’far al-mansur, di perintahkan agar buku itu di
terjemahkan kedalam bahasa arab. Perintah ini di lakukan oleh
Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari. Atas usahanya inilah Al-
Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falaq yang pertama di dunia
islam.
Di samping itu, Al-khawarismi menemukan bahwa
zodiak atau ekliptika itu miring sebesar 23.5 derajat terhadap
ekuator, serta memperbaiki data astronomis yang ada pada buku
terjemahan sindhind. Dua buah buku karyanya adalah al-
muksbtasbar fihisabil jabrwal muqabalah dan suratul ardl

Metodologi Studi Islam |65


merupakn buku pennting dalam bidang ilmu falak,sehingga
banyak di ikuti oleh para ahli ilmu falak berikutnya.
Selain para tokoh di atas, ulugh bek ahli astronomi asal
iskandaria dengan observatoriumnya berhasil menyusun table
data astronomi  yang banyak di gunakan pada perkembangan
ilmu falak masa-masa selanjutnya.
Hal demikian inilah yang menyebabkan istilah-istilah
astronomi yang berkembang sekarang ini banyak menggunakan
bahasa arab, misalnya nadir,mintaqotul buruj dan lain
sebagainya.
Sekalipun ilmu falak dalam perdaban islam sedah cukup
maju, namun yang patut di catat adalah bahwa pandangan
terhadp alam masih mengikuti pandangan aritoteles yaitu
geosentris.

3. Ruang Lingkup
Secara garis besar Ilmu Falak atau Ilmu Hisab dapat
dikelompokkan pada dua macam, yaitu ‘ilmiy dan amaly.
Ilmu Falak ‘Ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan
konsep benda-benda langit, misalnya dari asal muasal kejadiannya
(cosmogony), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah
anggotanya (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometrik), gerak
dan daya tariknya (astromekanik), dan kandungan unsur-unsurnya
(astrofisika). Ilmu falak yang demikian ini disebut Theoritical
Astronomy.
Sedangkan ilmu falak ‘amaly adalah ilmu yang melakukan
perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit
antara satu dengan yang lainnya. Ilmu falak ‘amaly ini disebut
Practical Astronomy. Ilmu falak ‘amaly inilah yang oleh
masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Meskipun objek pembahasan ilmu falak ‘amaly ini mengenai
kedudukan benda-benda langit terutama matahari beserta planet-
planetnya (sistim tata surya), tetapi pembahasan dan kegiatan dalam
ilmu falak hanyalah terbatas pada pembahasan mengenai peredaran
bumi, matahari dan bulan saja, karena peredaran ketiga benda langit

Metodologi Studi Islam |66


inilah yang mempunyai sangkut paut dengan pembahasan Ilmu
Falak untuk pelaksanaan ibadah.
Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang
ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya
Ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:
a. Arah kiblat dan bayangan arah kiblat
b. Waktu-waktu sholat
c. Awal bulan hijriyyah
d. Gerhana matahari dan bulan.43
Ilmu Falak membahas arah kiblat pada dasarnya adalah
menghitung besaran sudut yang diapit oleh garis meridian yang
melewati suatu tempat yang dihitug arah kiblatnya dengan lingkaran
besar yang melewati tempat yang bersangkutan dan ka’bah, serta
menghitung jam berapa matahari itu memotong jalur menuju
ka’bah.
Sedangkan ilmu falak membahas waktu-waktu sholat padaa
dasarnya adalah menghitung tenggang waktu antara ketika matahari
berada di titik kulminasi atas dengan waktu ketka matahari
berkedudukan pada awal waktu-waktu sholat.
Pembahsan awal bulan dalam ilmu falak adala menghitung
waktu terjadinya ijtima’(konjungsi) yakni posisi matahari dan bulan
berada pada satu bujur astronomi, serta menghitung posisi bulan
ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi itu.
Pembahasan gerhana adalah menghitung waktu terjadinya
kontak antara matahari dan bulan, yakni kapan bulan mulai
menutupi matahari matahari dan lepas darinya pada gerhana gerhana
matahari, serta kapan pula bulan mulai masuk pada umbra bayangan
bumi serta keluar darinya pada gerhana bulan.

E. ILMU TASAWUF
1. Pengertian
Tasawuf secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu
tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Selain dari kata tersebut
ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuf ( ‫صوف‬

43
Muhyiddin Khazin, Op.Cit., hal. 4

Metodologi Studi Islam |67


yang artinya bulu domba), maksudnya adalah bahwa para penganut
tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia srta menjauhi
pakaian sutra dan memakai kain dari bulu domba yang kasar atau
yang disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu
memakai wol kasar adalah simbol dari kesederhanaan. 44 Kata shuf
tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya
bahwa para sufi dihadapan Tuhannya merasa dirinya hanya
bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak
memiliki arti apa-apa.45
Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat
beberapa pendapat berbeda yang telah dirumuskan oleh beberapa
ahli, namun penulis hanya akan mengambil beberapa pendapat dari
pendapat-pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai
berikut:
a. Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah
mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan
khalawt, riyadloh, taubah dan ikhlas
b. Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah membersihkan
hati dari yang mengganggu perasaan, memadamkan kelemahan,
menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci
kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, menaburkan
nasihat kepada semua manusia, memegang teguh janji dengan
Allah dalam hal hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah
dalam hal syari’at.
Terlepas dari beberapa pengertian tasawuf yang telah
dirumuskan oleh para ahli tersebut, dalam pandangan secara umum
tasawuf dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan
seseorang untuk mensucikan dirinya dengan cara menjauhakan
pengaruh kehidupan yang bersifat duniawi dan akan memusatkan
seluruh perhatiannya kepada Allah.

2. Ruang Lingkup

44
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 4.
45
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 9

Metodologi Studi Islam |68


Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam Islam”. Di
kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata
“Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme Islam. Sehingga
kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan
khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai
makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di
hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi
dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara
bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat
dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama
islam maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa
“tasawuf/mistisisme Islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari
suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat
Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan
guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu
menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam Islam beresensi pada hidup
dan berkembang mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi
kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan
langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar
berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang
diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan
karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang
lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan
upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara
langsung dari Tuhan.
BAB V
ISLAM DAN EKONOMI

A. EKONOMI DAN ISLAM

Metodologi Studi Islam |69


1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi, secara umum didefinisikan sebagai hal yang
mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya
yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia.46
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang
terbatas di dalam kerangka Syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku
seorang muslim dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai
dengan syariah. Definisi tersebut mengandung kelemahan karena
menghasilkan konsep yang tidak kompetibel dan tidak universal.
Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap
dalam keputusan yang apriori (apriory judgement), benar atau salah
tetap harus diterima.47
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan
sejumlah prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam.
Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu
ekonomi. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang tentu saja
tidak bebas dari nilai-nilai moral. Nilainilai moral merupakan aspek
normatif yang harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi
serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.
a. Menurut Muhammad Abdul Manan
Islamic economics is a social science which studies the
economics problems of a people imbued with the values of
Islam.48 Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
b. M. Umer Chapra
Islamic economics was defined as that branch of knowledge
which helps realize human well-being through an allocation and

46
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 14
47
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2006), hal. 6
48
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India:
Idarah Adabiyah, 1980), hal. 3

Metodologi Studi Islam |70


distribution of scarce resources that is in confinnity with Islamic
teaching without unduly curbing Individual freedom or creating
continued macroeconomic and ecological imbalances. Jadi,
Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan
yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada
dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro
ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.49
c. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi, ilmu ekonomi Islam,
singkatnya, merupakan kajian tentang perilaku ekonomi orang
Islam representatif dalam masyarakat muslim modern.50
Dari beberapa definisi ekonomi Islam di atas yang relatif dapat
secara lengkap menjelaskan dan mencakup kriteria dari definisi
yang komprehensif adalah yang dirumuskan oleh Hasanuzzaman
yaitu "Suatu pengetahuan dan aplikasi dari perintah dan peraturan
dalam syariah yaitu untuk menghindari ketidakadilan dalam
perolehan dan pembagian sumberdaya material agar memberikan
kepuasan manusia, sehingga memungkinkan manusia melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat (Islamic
economics is the knowledge and application of injunctions and rules
of the shari'ah that prevent injustice in the acquition and disposal of
material resources in order to provide satisfaction to human beings
and enable them to perform their obligations to Allah and the
society).51
Hal penting dari definisi tersebut adalah istilah "perolehan"
dan "pembagian" di mana aktivitas ekonomi ini harus dilaksanakan
dengan menghindari ketidakadilan dalam perolehan dan pembagian
sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan
untuk menghindari ketidakadilan tersebut adalah syariah yang di

49
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
kencana, 2006), hal. 16
50
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, terj. M. Saiful
Anam dan Muhammad Ufuqul Mubin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 28
51
Imamudin Yuliadi, Op.Cit., hal. 8

Metodologi Studi Islam |71


dalamnya terkandung perintah (injunctions) dan peraturan (rules)
tentang boleh tidaknya suatu kegiatan.
Pengertian "memberikan kepuasan terhadap manusia"
merupakan suatu sasaran ekonomi yang ingin dicapai. Sedangkan
pengertian "memungkinkan manusia melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap Tuhan dan masyarakat" diartikan bahwa
tanggungjawab tidak hanya terbatas pada aspek sosial ekonomi saja
tapi juga menyangkut peran pemerintah dalam mengatur dan
mengelola semua aktivitas ekonomi termasuk zakat dan pajak.
Namun perlu ditegaskan di sini perbedaan pengertian antara
ilmu ekonomi Islam dengan sistem ekonomi Islam. Ilmu ekonomi
Islam merupakan suatu kajian yang senantiasa memperhatikan
rambu-rambu metodologi ilmiah. Sehingga dalam proses
perkembangannya senantiasa mengakomodasikan berbagai aspek
dan variabel dalam analisis ekonomi. Ilmu ekonomi Islam dalam
batas- batas metodologi ilmiah tidak berbeda dengan ilmu ekonomi
pada umumnya yang mengenal pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Namun berbeda halnya dengan sistem ekonomi Islam yang
merupakan bagian dari kehidupan seorang muslim. Sistem ekonomi
Islam merupakan suatu keharusan dalam kehidupan seorang muslim
dalam upaya untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam
aktivitas ekonomi. Sistem ekonomi Islam merupakan salah satu
aspek dalam sistem nilai Islam yang integral dan komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
Islam adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami.

2. Dasar Hukum Ekonomi Islam


Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa
dinyatakan sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan,
demikian pula dengan ekonomi dalam Islam. Ada beberapa dasar
hukum yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep
ekonomi dalam Islam. Beberapa dasar hukum islam tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut,
a. Al-Quran

Metodologi Studi Islam |72


Ini merupakan dasar hukum utama konsep ekonomi dalam Islam
karena Al-Quran merupakan ilmu pengetahuan yang berasal
langsung dari Allah. Beberapa ayat dalam Al-Quran merujuk
pada perintah manusia untuk mengembangkan sistem ekonomi
yang bersumber pada hukum Islam. Diantaranya terdapat pada
QS. Fuskilat: 42, QS. AzZumar: 27, QS. Al-Hasy: 22.
b. Hadist dan Sunnah
Pengertian Hadist dan Sunnah adalah sebuah perilaku Nabi yang
tidak diwajibkan dilakukan manusia, namun apabila
mengerjakan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, maka
manusia akan mendapatkan pahala. Keduanya dijadikan dasar
hukum ekonomi dalam Islam mengingat Nabi Muhammad SAW
sendiri adalah seorang pedagang yang sangat layak untuk
dijadikan panutan pelaku ekonomi modern.
c. Ijma’
Ijma’ adalah sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai
akibat adanya perkembangan zaman. Ijma’ adalah konsensus
baik dari masyarakat maupun cendekiawan agama, dengan
berdasar pada Al-Quran sebagai sumber hukum utama.
d. Ijtihad atau Qiyas
Merupakan sebuah aktivitas dari para ahli agama untuk
memecahkan masalah yang muncul di masyarakat, di mana
masalah tersebut tidak disebut secara rinci dalam hukum Islam.
Dangan menunjuk beberapa ketentuan yang ada, maka ijtihad
berperan untuk membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif,
dengan dasar Al-Quran dan Hadist sebagai sumber hukum yang
bersifat normatif.

3. Sejarah Ekonomi Islam


Dilihat dari sejarah perkembangannya, pemikiran ekonomi
Islam telah lama keberadaanya di dunia ini, yaitu selama keberadaan
agama Islam itu sendiri mulai dari zaman nabi Muhammad SAW di
utus membawa ajaran agama Islam ke bumi hingga sekarang. Pada
zaman Rasulullah SAW (571-632 M) perekonomian masih relatif
sederhana, tetapi beliau menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar
bagi pengelola ekonomi. Karakter umum dari perekonomian pada

Metodologi Studi Islam |73


saat itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma,
serta perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan pemerataan
kekayaan. Usaha-usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam
bingkai syariah Islam, sementara sumber daya ekonomi tidak boleh
menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi
kesejahteraan ummat. Pada masa Rasulullah SAW kegiataan
ekonomi pasar relatif menonjol dimana untuk menjaga mekanisme
pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam,
Rasulullah mendirikan Al-Hisab yang merupakan suatu institusi
yang bertugas untuk mengawasi pasar. Rasulullh juga membentuk
Baitul Maal yang merupakan suatu institusi yang bertindak srbagai
pengelola keuangan negara. Baitul Maal mempunnyai peranan yang
sangat penting bagi perekonomian, termasuk dalam melakukan
kebijakan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi syariah telah melalui beberapa periode dalam
perjalanannya, baik masa masa kejayaan maupun masa masa
kemunduran. Setelah zaman Rasulullah, ekonomi syariah dalam
perkembangannya pernah mempunyai pemikir-pemikir yang sangat
penting di bidang ekonomi syariah dimana diantara tokoh-tokoh ini
juga merupakan sahabat nabi Muhammad SAW yang disebut
sebagai Khulafaurrasyidin yang sangat tekenal pada masanya
masing masing, diantaraya adalah Abu Bakar As-Sidiq (51 SH-13
H/537-634 M), Umar bin Khattab (40 SH-23 H/584-644 M),
Ustman Bin Affan (47 SH-35 H/577-656 M) dan terakhir Ali bin
Abi Thalib (23 H-40 H/600-661 M). Dalam perkembangan
pemikiran ekonomi pasca Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin
telah banyak tokoh-tokoh ekonomi syariah yang baru bermunculan
dan menjadikan hasil pmikiran pemikiran ekonomi syariah yang
sebelumnya sebagai pondasi pengetahuan dalam melahirkan teori-
teori ekonomiya sesuai dengan peradaban agama Islam pada zaman
masing-masing, dimana pada masa tokoh tokoh ini dibagi kedalam
empat periode yaitu sebagai berikut :
a. Periode Pertama / Fondasi (Masa awal Islam – 450 H / 1058 M).
Pada periode ini banyak sarjana muslim yang pernah
hidup bersama para sahabat Rasulullah dan para tabi’in sehingga
dapat memperoleh referensi ajaran Islam yang akurat. Beberapa

Metodologi Studi Islam |74


diatara mereka Seperti Zayd bin Ali (120 H / 798 M), Abu
Yusuf (182 H / 798 M), Muhammad Bin Hasan al Shaybani
(189 H / 804 M), Abu Ubayd (224 H/838 M) Al Kindi (260
H/873 M ), Junayd Baghdadi (297 H / 910 M), Ibnu Miskwayh
(421 H / 1030 M). Periode ini sebagai pembentukan dasar-dasar
ekonomi syariah.
b. Periode Kedua (450 – 850 H / 1058 – 1446 M)
Periode ini dikenal ssebagai fase yang cemerlang karena
meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Disisi lain
pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatar belakangi oleh
menjamurnya korupsi dan dekradensi moral, serta melebarnya
kesenjangan antara golongan miskin dan kaya, meskipun secara
umum kondisi perekonomian masyarakat Islam berada dalam
taraf kemakmuran. Terdapat pemikir-pemikir besar yang
karyanya banyak dijadikan rujukan hingga kini, misalnya Al
Ghazali (451-505 H / 1055-1111 M), Nasiruddin Tutsi (485 H
/1093 M), Ibnu Taimyah (661-728 H / 1263-1328 M), Ibnu
Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 M), Al Maghrizi (767-846 H /
1364-1442 M), Abu Ishaq Al Shatibi (1388 M), Abdul Qadir
Jaelani (1169 M), Ibnul Qayyim (1350 M), dll.
c. Periode Ketiga (850 – 1350 H / 1446 – 1932 M)
Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga
dalam bidang lainnya, dari umat Islam sebenarnya telah
mengalami penurunan. Priode ini juga dikenal sebagai fase
stagnasi. Namun demikian, terdapat beberapa pemikiran
ekonomi yang berkualitas selama dua ratus tahun terakhir,
Seperti Shah Waliullah (1114-1176 M / 1703-1762 M),
Muhammad bin Abdul Wahab (1206 H / 1787 M), Jamaluddin
al Afghani (1294 M / 1897 M), Muhammad Abduh (1320 H /
1905 M), Ibnu Nujaym (1562 M), dan lainnya.
d. Periode Kontemporer (1930 – sekarang).
Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali
intelektualitas di dunia Islam. Kemerdekaan negara-negara
muslim dari kolonialisme Barat turut mendorong semangat para
sarjana muslim dalam mengembangkan pemikirannya. Zarqa
(1992) mengklasifikasikan kontributor pemikiran ekonomi

Metodologi Studi Islam |75


berasal dari: (1) ahli syariah Islam, (2) ahli ekonomi
konvensional, dan (3) ahli syariah Islam sekaligus ekonomi
konvensional.

B. EKONOMI ISLAM DI INDONESIA


1. Bentuk-Bentuk Sistem Ekonomi Islam
Sistem didefinisikan sebagai suatu organisasi berbagai unsur
yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut juga
saling mempengaruhi, dan saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu. Dengan pemahaman semacam itu, maka kita bisa
menyebutkan bahwa sistem ekonomi merupakan organisasi yang
terdiri dan bagian-bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan ekonomi.52
Lalu apa yang disebut sistem ekonomi Islam? Secara
sederhana kita bisa mengatakan, sistem ekonomi Islam adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam.
Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-
Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang
komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang
sempurna (QS. al-Ma'idah ayat 3).
      
        
         
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah
Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa
karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).
Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi
Islam tentu saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang
didasarkan pada ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem
ekonomi sosialis yang didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang,
dalam beberapa hal, sistem ekonomi Islam merupakan kompromi
52
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana, 2006), hal. 2

Metodologi Studi Islam |76


antara kedua sistem tersebut, namun dalam banyak hal sistem
ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem tersebut.
Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari kapitalisme dan
sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya.53
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari
karakteristik ekonomi Islam:
a. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi
kapitalis (memberikan penghargaan terhadap prinsip hak milik)
dan sosialis (memberikan penghargaan terhadap persamaan dan
keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi Islam.
b. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung
dalam teori ekonomi konvensional dalam memahami ekonomi
Islam.
c. Membantu para peminat studi fiqh muamalah dalam melakukan
studi perbandingan antara ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional.
Sedangkan sumber karakteristik Ekonomi Islam adalah Islam
itu sendiri yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan
bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah,
akhlak dan asas hukum (muamalah).54
Pada dasarnya sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem-
sistem ekonomi kapitalis dan sosialis; dan dalam beberapa hal
merupakan pertentangan antara keduanya dan berada di antara
kedua ekstrim tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki kebaikan-
kebaikan yang ada pada sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, tetapi
bebas daripada kelemahan yang terdapat pada kedua sistem tersebut.
Hubungan antara individu dalam sistem ekonomi Islam cukup
tersusun sehingga saling membantu dan kerjasama diutamakan dari
persaingan dan permusuhan sesama mereka. Untuk tujuan tersebut,
sistem ekonomi Islam bukan saja menyediakan individu kemudahan
dalam bidang ekonomi dan sosial bahkan juga memberikan mereka
juga pendidikan moral dan latihan tertentu yang membuat mereka
merasa bertanggungjawab untuk membantu rekan-rekan sekerja
53
Ibid., hal. 2.
54
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008),
hal. 2

Metodologi Studi Islam |77


dalam mencapai keinginan mereka atau sekurang-kurangnya tidak
menghalangi mereka dalam usahanya untuk hidup.55
Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis yang memberikan kebebasan serta hak pemilikan kepada
individu dan menggalakkan usaha secara perseorangan. Tidak pula
dari sudut pandang komunis, yang " ingin menghapuskan semua hak
individu dan menjadikan mereka seperti budak ekonomi yang
dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam membenarkan sikap
mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak
masyarakat. Pemilihan sikap yang terlalu mementingkan diri sendiri
di kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan melalui
pengadaan moral dan undang-undang. Di satu sisi pemahaman
konsep ekonomi di kalangan masyarakat berubah dan diperbaiki
melalui pendidikan moral serta di sisi yang lain, beberapa langkah
tertentu yang legal diambil untuk memastikan sifat mementingkan
diri golongan kapitalis tidak sampai ke tahap yang menjadikan
mereka tamak serta serakah; dan bagi si miskin, tidak merasa iri
hati, mendendam dan kehilangan sikap toleransi. Bagian yang
terpenting dari prinsip-prinsip tersebut yang perlu bagi organisasi
ekonomi dalam masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah
dinyatakan tadi ialah hak pemilikan individu, yang perlu untuk
kemajuan manusia bukan saja senantiasa dijaga dan terpelihara
tetapi terus didukung dan diperkuat.56

2. Produk-Produk Ekonomi Islam


Produk ekonomi Islam dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
(I) Produk Penyaluran Dana, (II) Produk Penghimpunan Dana, dan
(III) Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan
kepada nasabahnya.
a. Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk
pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yaitu:57
1) Prinsip Jual Beli (Bay’)
55
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, terj. Soerojo dan Nastangin, Jilid Ī
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 10
56
Ibid, hal. 11

Metodologi Studi Islam |78


Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan
adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer
of property). Prinsip ini dapat dibagi sebagai berikut:
a) Pembiayaan Murabahah
Menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Rusyd bahwa pengertian murabahah yaitu: Bahwa pada
dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan
kesepakatan pemberian keuntungan bagi si penjual
dengan memperhatikan dan memperhitungkannya dari
modal awal si penjual. 58
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada.59
c) Pembiayaan Istisna
Produk Istisna menyerupai produk salam, tapi dalam
Istisna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim Istisna dalam
Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan kontruksi.60

2) Prinsip Sewa (I)


Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan
manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan
prinsip jual beli. Namun perbedaanya terletak pada objek
traksaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa. 61
3) Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)
a) Pembiayaan Musharakah

57
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), hal. 98
58
Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd Beirut: Bidayatul
Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid Darul Qalam, 1988, hal. 216
59
Adiwarman Karim, Op.Cit., hal. 99
60
Ibid, hal.100
61
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, (Jakarta: PKES
Publishing, 2008), hal. 36

Metodologi Studi Islam |79


Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah Musharakah
(shirkah atau sharikah atau serikat atau kongsi). Dalam
artian semua modal disatukan untuk dijadikan modal
proyek Musharakah dan dikelola bersama-sama.62
b) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau
lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudarib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.63
4) Akad Pelengkap
a) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas Hiwalah adalah untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya.
b) Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.
c) Qard (Pinjaman Uang)
Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam
perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu: pertama,
sebagai pinjaman talangan haji, kedua, sebagai pinjaman
tunai (cash advanced), ketiga, sebagai pinjaman kepada
pengusaha kecil, keempat, sebagai pinjaman kepada
pengurus bank.
d) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila
nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkasi
dan transfer uang.
e) Kafalah (Garansi Bank)

62
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, cet. II (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), hal. 24
63
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Op.Cit., hal. 37-39

Metodologi Studi Islam |80


Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk
menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.64
b. Produk Penghimpunan Dana
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan
Mudharabah.65
c. Produk Jasa
1) Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya
harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).
2) Ijarah (Sewa)
Menurut bahasa ijarah adalah (menjual mafaat). Sedangkan
menurut istilah syarak menurut pendapat ulama Hanafiyah:
Ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan
pengganti.66

C. MANFAAT EKONOMI ISLAM DI INDONESIA


Apabila mengamalkan ekonomi syariah akan mendatangkan
manfaat yang besar bagi umat muslim dengan sendirinya, yaitu:
1. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga
islam-nya tidak lagi setengah-setengah. Apabila ditemukan ada
umat muslim yang masih bergelut dan mengamalkan ekonomi
konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya belum kaffah.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga
keuangan islam, baik berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan mendapatkan keuntungan
dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui bagi hasil
yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas
dari unsur riba yang diharamkan oleh Allah. 
3. Praktik ekonomi berdasarkan syariat islam mengandung nilai
ibadah, karena telah mengamalkan syariat Allah. 

64
Adiwarman A. Karim, Op.Cit., hal. 105-107
65
Moh. Zuhri, Terjemah Fiqh Empat Madzab, (Semarang: Asy-Syifa, 1993), hal.
169
66
Alaudin Al-Kasani, Badai’ash-Shanai’fi Tartib Asy-Syara’i, IV: 174

Metodologi Studi Islam |81


4. Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan syariah,
berarti mendukung kemajuan lembaga ekonomi umat Islam. 
5. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan,
deposito atau menjadi nasabah asuransi syariah berarti mendukung
upaya pemberdayaan ekonomi umat. Sebab dana yang terkumpul
akan dihimpun dan disalurkan melalui sektor perdagangan riil. 
6. Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan
amar ma'ruf nahi munkar. Sebab dana yang terkumpul pada lembaga
keuangan syariah hanya boleh disalurkan kepada usaha-usaha dan
proyek yang halal.67

67
http://www.kajianpustaka.com/2016/09/pengertian-tujuan-prinsip-dan-manfaat-
ekonom i-syariah.html, diakses pada tanggal 16 Oktober 2017

Metodologi Studi Islam |82


BAB VI
ISLAM NUSANTARA

A. PENGERTIAN ISLAM NUSANTARA


Menurut Azyumardi Azra Islam Nusantara merupaka  sebagai
bentuk Islam distingtif sebagai hasil interaksi rusak, kontekstualisasi
sesat, indigenisasi destruktif dan vernakularisasi Islam universal dengan
realitas sosial bejad, budaya dan agama (bad religion) di Indonesia.
Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fikih mazhab Syafi’i, dan
tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan
toleran sesuai dengan kemauan zionist Internasional. Islam Nusantara
yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan
renaisans peradaban Islam global yang akan berakulturasi dengan
Tatanan Dunia Baru Ciptaan Dajjal (The New World Order).

B. SEJARAH ISLAM DINUSANTARA


Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya
agama Islam di Nusantara (sekarang Indonesia). Islam dibawa ke
Nusantara oleh pedagang dari Gujarat, India selama abad ke-11,
meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya. Pada akhir
abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut  Hindu  dan 
Buddhisme sebagai agama dominan bangsa  Jawa  dan
Sumatra. Balimempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-
pulau timur sebagian besar tetap menganut animisme sampai abad 17
dan 18 ketika agama Kristen menjadi dominan di daerah tersebut.
1. Awal Masuk Islam di Nusantara
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Terkait dengan
sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan
pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan
dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat
tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah
ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan
sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.
a. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi Sebagian ahli sejarah
menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah

Metodologi Studi Islam |83


dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada
berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita
tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab ternyata telah
menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa
perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7. Dalam
pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama
kali menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatera
Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai
merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya.
Dari Samudra Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam
menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke Pulau Jawa. Pada abad
ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke
wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke
Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari
China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan
tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang
mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah
pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.
b. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi Sebagian ahli sejarah
lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke
Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini
didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti
Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini
berangka tahun 1082 Masehi.
c. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi Di samping kedua
pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah
masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13
Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih
kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti
Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292),
batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai
(1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut
juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di
Indonesia.

Metodologi Studi Islam |84


2. Perkembangan Islam Di Nusantara
Berkembangnya Islam di Indonesia berjalan dengan pesat,
yang di pada saat itu ajaran agama islam dibawa oleh para pedagang
Arab, Persia, dan India. Masuknya melalui Teluk Persia dan Syiria,
terus ke Teluk Peureulak dan Samudra Pasai di Aceh bagian utara,
selanjutnya ke daerah-daerah lain di Sumatra. Menurut pendapat
para ahli sejarah islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13
Masehi. Pernyataan ini didasarkan pada masa runtuhnya Dinasti
Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada berita
dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan
Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai.
Pendapat itu diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf.
Sebenarnya kita perlu memisahkan pengertian proses masuk dengan
berkembangnya agama Islam di Indonesia, seperti berikut:
a. masa kedatangan Islam (kemungkinan sudah terjadi sejak abad
ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi);
b. masa penyebaran Islam (mulai abad ke-13 sampai dengan abad
ke-16 Masehi, Islam menyebar ke berbagai penjuru pulau di
Nusantara)
c. masa perkembangan Islam (mulai abad ke-15 Masehi dan
seterusnya melaluikerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai negeri asal
pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang
mengatakan bahwa kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab,
Persia, dan India (Gujarat dan Benggala). Akan tetapi, para ahli
menitikberatkan bahwa golongan pembawa Islam ke Indonesia
berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu diperkuat dengan bukti-
bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan masyarakat, dan
budaya Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan
Islam di Gujarat.Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan
golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur
perdagangan, pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang
pantai dikuasai oleh raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa
lainnya, misalnya raja atau adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya,
dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu lintas perdagangan dan

Metodologi Studi Islam |85


menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu yang
mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang
muslim. Lebih-lebih setelah suasana politik di pusat Kerajaan
Majapahit mengalami kekacauan, raja-raja daerah dan para adipati
di pesisir ingin melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Oleh
karena itu, hubungan dan kerja sama dengan pedagang-pedagang
muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah
dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan
dukungan dari pedagang-pedagang Islam sehingga mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Setelah raja-raja daerah,
adipati pesisir, para bangsawan, dan penguasa pelabuhan masuk
Islam rakyat di daerah itu pun masuk Islam, contohnya Demak
(abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad ke-16), dan Banjar
(abad ke-16). Dalam proses penyebarannya islam juga masuk ke
dalam budaya masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan secara
perlahan agama Islam mengakar kuat di masyarakat dan mampu
menggeser ajaran agama yang di anut sebelumnya. Agama islam
dipeluk oleh masyarakat Indonesia dengan suka rela tanpa ada
paksaan dari pedagang atau para penyebar agama islam.
a. Proses Dakwah Islam Melalui Perdagangan
Masuknya agama islam sejalan dengan berkembang dan
ramainya perdagangan antara Jazirah Arab, Teluk Persia, India,
Selat Malaka, dan Kepulauan Indonesia pada abad ke-7-15
Masehi. Dengan dukungan para penguasa, para pedagang dan
guru-guru pengembara muslim tersebut berperan sebagai pelaku
ekonomi dan juru dakwah yang memperkenalkan islam ke
masyarakat lokal. Karena faktor musim yang menentukan waktu
pelayaran, para pedagang terpaksa tinggal di bandar-bandar
yang mereka datangi. Mereka diberi tempat oleh penguasa
setempat sehingga membentuk suatu komunitas yang sering
disebut dengan perkampungan "pojokan", yaitu kampung yang
khusus untuk para pedagang muslim. Di beberapa kota lama
teponim atau"pojokan" masih bisa disaksikan dibekas kota
Banten, Semarang, Jakarta, dan beberapa kota lama lainnya.
b. Penyebaran Islam Melalui Perkawinan Dan Hubungan Sosial

Metodologi Studi Islam |86


Penyebaran Islam merupakan suatu proses yang
berhubungan dangan tempat, waktu, dan orang yang
melakukannya. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya
proses perkawinan antara pedatang muslim dan wanita setempat,
antara lain adalah bahwa islam tidak membedakan status sosial,
apakah orang kaya atau miskin, apakah orang biasa atau
golongan bangsawan. Dari pandangan rakyat pribumi, lebih-
lebih bagi mereka yang beragama Hindu dan mengenal
perbedaan status sosial atas dasar pembagian hasta, hal ini
mendorong mereka untuk memeluk agama islam yang tidak
mengenal kasta. Selain penyebaran islam memalui perdagangan
ada juga yang melalui para pemimpin kerajaan. Setelah raja
yang berkuasa masuk islam maka penyebaran selanjutnya
menjadi lebih cepat, antara lain karena perintah raja yang telah
masuk islam itu.
c. Penyebaran Islam Oleh Para Wali
Di Pulau Jawa yang terkenal sabagai penyebar islam ialah
para Wali, terutama sembilan wali yang disebut Wali Songo.

3. Tokoh Tokoh Penyebar Islam Nusantara


a. Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Sumatera
Di Sumatra pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam, yaitu
Samudra Pasai dan Kerajaan Aceh. Beberapa tokohnya sebagai
berikut.
1) Sultan Malik Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja
pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja
beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah
putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara
dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil
diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.
Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya
dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk
Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau
Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada
tahun 1297 M.

Metodologi Studi Islam |87


2) Sultan Ahmad (1326-1348)
Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang
ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada masa
pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh
seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini
mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke
Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di
Samudera Pasai.
Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad
sangat memperhatikan perkembangan Islam. Sultan Ahmad
selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah
yang berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga
memperhatikan kemajuan kerajaannya.
3) Sultan Alauddin Riyat Syah
Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh
ketiga. Beliau memerintah tahun 1538-1571. Sultan
Alauddin Riyat Syah meletakan dasardasar kebesaran
Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis,
beliau menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani
dan kerajaankerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan
Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat membangun angkatan
perang yang baik.
Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-
ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama tersebut
mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Selain itu,
beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke
pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan
membawa ajaran Islam ke Minang Kabau dan Indrapura.
Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28
September 1571.
b. Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Jawa
Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan
pejuang pengembangan Islam. Mereka adalah Sunan Gresik,
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan

Metodologi Studi Islam |88


Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Mereka lebih populer dengan sebutan Wali Songo, yaitu:
1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3) Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
4) Sunan Giri (Raden Paku)
5) Sunan Drajat (Syarifuddin)
6) Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
7) Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

C. ISLAM DAN KEBUDAYAAN


1. Macam macam tradisi yang berkaitan dengan islam nusantara
Kesenian adalah salah satu media yang paling mudah
diterima dalam penyebaran agama Islam. Salah satu buktinya adalah
menyebarnya agama Islam dengan menggunakan wayang kulit dan
gamelan oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan yang dimaksud dengan
tradisi adalah suatu adat istiadat yang biasa dilakukan namun
didalamnya mengandung ajaran-ajaran Islam. Diantara seni budaya
nusantara yang telah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam
adalah :
a. Wayang
Dalam bahasa berarti ”ayang-ayang” atau bayangan.
Karena yang terlihat adalah bayangannya dalam kelir (tabir kain
putih sebagai gelanggang permainan wayang). Bisa juga diberi
penjelasan wayang adalah pertunjukkan yang disajikan dalam
berbagai bentuk, terutama yang mengandung unsur pelajaran
(wejangan). Pertunjukan ini diiringi dengan teratur oleh
seperangkat gamelan.
Wayang pada mulanya dibuat dari kulit kerbau, hal ini
dimulai pada zaman Raden Patah. Dahulunya lukisan seperti
bentuk manusia. Karena bentuk wayang berkaitan dengan
syariat agama Islam, maka para wali mengubah bentuknya. Dari
yang semula lukisan wajahnya menghadap lurus kemudian agak
dimiringkan.

Metodologi Studi Islam |89


Pada tahun 1443 Saka, bersamaan dengan berdirinya
kerajaan Islam Demak, maka wujud wayang geber diganti
menjadi wayang kulit secara terperinci satu persatu tokoh-
tokohnya. Sumber cerita dalam mementaskan wayang diilhami
dari Kitab Ramayana dan Mahabarata. Tentunya para Wali
mengubahnya menjadi cerita-cerita keislaman, sehingga tidak
ada unsur kemusyrikan didalamnya. Salah satu lakon yang
terkenal dalam pewayangan ini adalah jimad kalimasada yang
dalam Islam diterjemahkan menjadi Jimad Kalimat Syahadat.
Dan masih banyak lagi istilah-istilah Islam yang dipadukan
dengan istilah dalam pewayangan.
b. Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad saw
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang
bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana
(perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-
lagu yang dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami
yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan sanjungan kepada
Nabi Muhammad saw. Dalam menyelenggarakan pesta musik
yang diiringi rebana ini juga menampilkan lagu cinta, nasehat
dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang kesenian hadrah
masih eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman sekarang
kesenian hadrah biasanya hadir ketika acara pernikahan,
akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini dijadikan
lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah.
c. Qasidah
Qasidah artinya suatu jenis seni suara yang menamilkan
nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu dan syairnya banyak
mengandung dakwah Islamiyah yang berupa nasehat-nasehat,
shalawat kepada Nabi dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi
dengan musik rebana. Kejadian pertama kali menggunakan
musik rebana adalah ketika Rasulullah saw disambut dengan
meriah di Madinah.

2. Manfaat akulturasi Islam dan budaya


Akulturasi yaitu menggabung budaya satu dengan budaya
yang lain hingga menciptakan budaya baru manfaat akulturasi bagi

Metodologi Studi Islam |90


budaya Islam adalah bisa menyebarkan agama Islam kepada budaya
lain.di masa masa kerajaan Indonesia, para pedagang Indonesia
menikahi saudagar Islam yang kaya Dari Gujarat sehingga
keturunannya menciptakan budaya baru. intinya akulturasi dalam
budaya Islam Bermanfaat dalam menyebarkan agama islam Dan
menciptakan budaya budaya Islam yang baru.sehingga Islam
semakin berkembang.

Metodologi Studi Islam |91


BAB VII
TOKOH-TOKOH ISLAM

A. IBNU BATUTOH
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih
dikenal orang dengan nama Ibnu Batutah bermunculan pada 24 Februari
1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Batutah dikenal sebab
petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer sudah
ditempuhnya sekitar rentang masa-masa 1325-1354 M atau tiga kali
lebih panjang dari jarak yang sudah ditempuh oleh Marco Polo. Seluruh
daftar perjalanan dan empiris Ibnu Batutah sekitar pengembaraan ditulis
ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis kitab kesultanan
Maroko.
Ibnu Jauzi menyebutkannya menurut penyampaian lisan yang
didiktekan langsung oleh Ibnu Batutah. Penulisan kitab ini diprakarsai
oleh Sultan Maroko ketika itu, Abu Inan. Buku ini dibentuk selama dua
tahun dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar
wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan "Rihla Ibnu Batutah".
Petualangan Ibnu Batutah
Pada umur sekitar dua puluh tahun, Tujuan mula perjalanan Ibnu
Batutah ialah menunaikan ibadah haji pada tahun 1325 M, namun
tujuan tadinya itu sudah membawanya mengarah ke penjelajahan 30
tahun yang gemilang. Perjalanan mula Ibnu Batutah di mulai dari
Tangier mengarah ke Mekkah. Bagi Menghindari sekian banyak  resiko
buruk laksana diserang perampok, sekitar perjalanan Ibnu Batutah
bergabung dengan kafilah yang akan mengarah ke Mesir. Bersama
Kafilah itu, Ibnu Batutah dengan menyusuri hutan, bukit dan
pegunungan bergerak mengarah ke Tlemcen, Bejaia lalu lantas tiba di
Tunisia dan bermukim di sana sekitar dua bulan. Dari Tunisia, Ibnu
Batutah dan rombongan lantas melanjutkan perjalanannya mengarah ke
Libya. Sejak meninggalkan Tangier sampai Libya Ibnu Batutah sudah
menempuh perjalanan darat sejauh nyaris 3.500 km mengarungi Afrika
Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dibuka Ibnu Batutah
menyimpulkan untuk mendatangi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu

Metodologi Studi Islam |92


Batutah dan rombongannya mendarat di Pelabuhan Alexandria di ujung
barat delta sungai Nil. Ibnu Batutah paling terkesan menyaksikan
pelabuhan Alexandria dan menurutnya Alexandria ialah satu dari lima
tempat sangat menakjubkan yang pernah dia kunjungi. Saat tersebut
Alexandria adalahpelabuhan yang paling sibuk dengan berbagai
kegiatan dan sedang di bawah kendali Kerajaan Mamluk.
Setelah sejumlah pekan di Alexandria kemudian Ibnu Batutah
singgah di Kairo sejumlah saat dan langsung melanjutkan perjalanannya
ke Damaskus dengan pemantauan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di
Damaskus Ibnu Batutah menguras bulan Ramadhan dan memakai
waktunya guna belajar, bertemu dengan sejumlah guru, orang-orang
terpelajar dan semua hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus,
lantas Ibnu Batutah melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melewati
Jalur Suriah. Sepanjang jalur tersebut Ibnu Batutah tidak sedikit
mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds
(Jerusalem), Bethlehem ialah beberapa lokasi yang dikunjunginya.
Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Batutah mendatangi Masjid Al-
Aqsa dan Kubah Batu.
Menjelang musim haji dibuka dan sesudah bulan ramadhan
selesai, Ibnu Batutah meninggalkan Damaskus dan bergabung pulang
dengan regu haji lainnya guna melanjutkan perjalanannya ke Madinah.
Di bawah pemantauan Kerajaan Mamluk yang menjamin ketenteraman
para jemaah haji, maka Ibnu Batutah dan rombongannya bisa tiba di
Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu Batutah tinggal
sekitar empat hari kemudian bergegas mengarah ke Mekkah untuk
mengemban ibadah hajinya. Setelah menyempurnakan ritual hajinya,
Ibnu Batutah tidak kembali ke Tangier namun dia menyimpulkan untuk
melanjutkan  pengembaraannya ke Irak dan Iran. Setelah
pengembaraannya dari Irak dan iran, Ibnu Batutah kembali lagi ke
Mekkah untuk mengemban ibadah Hajinya yang kedua. Garis besar
perjalanan Ibnu Batutah bermula dari Maroko mengarah ke Aljazair,
Tunisia, Mesir, Palestina, Suriah dan mendarat di Mekkah. Setelah
menjelajah ke Irak, Shiraz dan Mesopotamia Ibnu Batutah mengemban
ibadah haji yang kedua dan bermukim di Mekkah sekitar tiga tahun.
Kemudian dia pergi ke Jeddah dan melanjutkan perjalanan ke Yaman

Metodologi Studi Islam |93


melewati jalur laut lantas singgah di Aden dan meneruskan
perjalanannya ke Mombasa Afrika Timur.
Pada tahun 1332 sesudah dari Kulwa, Ibnu Batutah pergi ke
Oman melewati Selat Hormuz, Siraf, Bahrain dan Yamama guna
kembali mengemban ibadah haji di Mekkah. Setelah tersebut Ibnu
Batutah menyimpulkan untuk pergi ke India melewati Jeddah, tetapi dia
berubah benak dan menyimpulkan untuk kembali mendatangi Kairo,
Palestina dan Suriah.Setibanya di sana, Ibnu Batutah melanjutkan
pulang perjalanannya ke Asia Kecil (Aleya) melewati jalur laut
mengarah ke Anatolia dan meneruskan petualangannya dengan
mengarungi laut hitam. Setelah sejumlah lama dan berada dalam
perjalanan yang sarat bahaya, kesudahannya Ibnu Batutah mendarat di
Turki melewati Selatan Ukraina. Ibnu Batutah lantas meneruskan
penjelajahannya ke Khurasan dan mendatangi kota-kota urgen seperti
Bukhara, Balkh, Herat dan Nishapur. Ibnu Batutah mengarungi
pegunungan Hindukush guna tiba di Afghanistan guna selanjutnya
masuk ke India melewati Ghani dan Kabul. Dia terus menyusuri Lahri
(dekat Karachi Pakistan), Sukkur, Multan, Sirsa dan Hansi
kesudahannya Ibnu Batutah mendarat di Delhi. Selama sejumlah tahun
di sana Ibnu Batutah disambut keramahan Sultan Mohammad Tughlaq.
Setlah kunjungannya di Delhi Ibnu Batutah pulang meneruskan
perjalanannya melalui India Tengah dan Malwa lantas dia memakai
kapal dari Kambay mengarah ke Goa. Setelah mengunjungi tidak
sedikit tempat sebelumnya, lantas Ibnu Batutah mendarat di Pulau
Maladewa melewati jalur Pantai Malabar dan selanjutnya terus
menyeberang ke Srilanka. Ibnu Batutah masih terus melanjutkan
penjelajahannya sampai mendarat di Coromandal dan pulang lagi ke
Maladewa sampai akhirnya dia berlabuh di Bengal dan mendatangi
Kamrup, Sylhet dan Sonargaon dekat Dhaka.
Ibnu Batutah berlayar sepanjang Pantai Arakan dan lantas Ibnu
Batutah mendarat di Aceh, Indonesia. tepatnya di Samudera Pasai. Di
sana Ibnu Batutah tinggal sekitar 15 hari dan berjumpa dengan Sultan
Mahmud Malik Zahir. Setelah kunjungannya di Aceh Ibnu Batutah
kemudian meneruskan perjalannya ke Kanton lewat jalur Malaysia dan
Kamboja. Setibanya di Cina, Ibnu Batutah terus berpetualang ke Peking
melewati Hangchow. Setelahnya Ibnu Batutah lantas kembali ke Calicut

Metodologi Studi Islam |94


dan dengan memakai kapal dia mendarat di Dhafari dan Muscat guna
meneruskan perjalanan pulang ke Iran, Iraq, Suriah, Palestina dan Mesir
kemudian kembali beribadah haji guna yang ketujuh kalinya di Mekkah
pada November 1348 M. Setelah ibadah haji terakhirnya tersebut Ibnu
Batutah kembali ke dusun halamannya, Fez. Namun, perjalanannya
tidak berhenti hingga di sana, setelah kembali ke Fez, Ibnu Batutah
kembali menjelajah ke negeri muslim lainnya laksana Spanyol dan
Nigeria mengarungi gurun sahara. Tahun 1369 pada umur 65 tahun Ibnu
Batutah meninggal dunia.12 tahun sesudah dia selesai mencatat rihla.
Ibnu Batutah meninggalkan warisan berharga untuk dunia berupa daftar
perjalannya yang bakal selalu diingat oleh umat manusia.
Petualangan Ibnu Batutah ke Nusantara
Ibnu Batutah ialah tokoh penyambung Indonesia-Maroko.
Petualang kebudayaan, antropologi dan geografi yang satu ini mungkin
dapat disejajarkan dengan posisi Duta Besar dewasa ini. Catatan
perjalanannya mengarungi jutaan kilometer, menghampar dari Maroko
hingga Indonesia, memakan masa-masa 25 tahun, di mulai dari umur 22
tahun, yang terabadikan dalam suatu karya yang berjudul : Tuhfah Al-
Nadhar Fi Gharaib Al-Amshar Wa A’ajib Al-Asfar.
Dalam daftar tokoh kelahiran Tanger, 17 Rajab 703 H ini,
Indonesia (Jawa) yang memanjang  sejauh perjalanan dua bulan
perjalanan, ketika tersebut di huni oleh beberapa besar penduduk non
muslim. Jawa memori tertulis Ibnu Batutah ialah pulau hijau yang sedap
di anggap mata dan tidak sedikit dihiasi barisan pohon kelapa.
Sedemikian terkesannya Ibnu Batutah, sehingga ia singgah di Jawa dua
kali. Pertama dalam perjalanan dari Bangladesh mengarah ke China.
Dan kedua rute kembali dari China mengarah ke Basrah.
Dalam trafik kedua tersebut, Ibnu Batutah juga berangjangsana
ke Sumatera. Di Sumatera ia disambut hangat dengan perayaan oleh raja
Sumatera dan semua punggawanya. Sumatera dalam kenangan tertulis
Ibnu Batutah ialah kota besar yang dipagari tembok dan menara kayu,
pemberi kebesaran utama untuk pemuka agama, dan kelaziman
masyarakat yang familiar jual belie mas tanpa disepuh.
Adapun rute penjelajahan dan embarkasi  Ibnu Batutah, dibuka
dari Tanger mengarah ke Mesir, Syiria, Makkah, India, Bangladesh,
Jawa, Sumatera, China, kemudian kembali ke Maroko. Selebihnya ia

Metodologi Studi Islam |95


sempat menjelajahi Andalusisa dan sejumlah negara tetangga Maroko di
Afrika.

B. ABU NAWAS
Abu Nawas merupakan salah seorang sastrawan terbesar.
Pengaruhnya begitu besar di jagad sastra. Omar Kayyam dan Hafiz dua
sastrawan Islam kondang juga banyak mendapat pengaruh dari Abu
Nawas. Namanya semakin popular lantaran karikatur Abu Nawas dalam
legenda 1001 malam. Dalam budaya Swahili  di Afrika Timur, nama
Abu Nawas juga begitu popular sebagai ‘Abunuwasi”.
Karya-karya puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris. Beberapa di antaranya adalah O Tribe That Loves Boys yang
dialihbahasakan oleh Hakim Bey dan diterbitkan Entimos Press pada
1993.
Bagi masyarakat Islam Indonesia, nama Abu Nawas atau Abu
Nuwas juga bukan lagi sesuatu yang asing. Abu Nawas dikenal
terutama karena kelihaian dan kecerdikannya melontarkan kritik-kritik
tetapi dibungkus humor. Mirip dengan Nasrudin Hoja, sesungguhnya ia
adalah tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair. Ia hidup di zaman Khalifah
Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). 
Selain cerdik, Abu Nawas juga dikenal dengan
kenyentrikkannya. Sebagai penyair, mula-mula ia suka mabuk.
Belakangan, dalam perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah dan
kehidupan sejati, ia menemukan kehidupan rohaniahnya yang sejati
meski penuh liku dan sangat mengharukan. Setelah mencapai tingkat
spiritual yang cukup tinggi, inspirasi puisinya bukan lagi khamar,
melainkan nilai-nilai ketuhanan. Ia tampil sebagai penyair sufi yang
tiada banding.           
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-
Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri
Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia
mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota
legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita
Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah
yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota
inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.                  

Metodologi Studi Islam |96


Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu
Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab
Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di
samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra
Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-
Quran kepada Ya'qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia
belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya
bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad as-Samman. Pertemuannya
dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah
memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak
kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang
kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah
bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam
di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk
memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti
Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat
kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para
bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah
puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan
menjilat penguasa. 
Dalam Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas
digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam,
pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru.
Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia
intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah
lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian
Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli,
Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya'irul
bilad).                  
Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-
benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera
humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah
peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah
menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu
Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap

Metodologi Studi Islam |97


menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas
memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan
mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad
setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke
Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul
Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-
Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.                  
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah,
menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan
duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada
kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya
yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang
dalam.
Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami
kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah,
Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa
ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan
Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam
kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang
justru membawa keberkahan tersendiri.
Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas berubah
menjadi religius. Kepongahan dan aroma kendi tuaknya meluntur,
seiring dengan kepasrahannya kepada kekuasaan Allah. Syair-syairnya
tentang pertobatan bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa
keagamaannya yang tinggi.
Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang
menuju Tuhan. Puisi serta syair yang diciptakannya menggambarkan
perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah. Kehidupan rohaniahnya
terbilang berliku dan mengharukan. Setelah 'menemukan' Allah,
inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan.
Di akhir hayatnya, ia menjalani hidup zuhud. Seperti tahun kelahirannya
yang tak jelas, tahun kematiannya terdapat beragam versi antara 806 M
hingga 814 M. Ia dimakamkan di Syunizi, jantung Kota Baghdad.
Penyair khamar. Begitu Abu Nuwas dijuluki sebagian orang,
karena dia mengangkat minuman haram sebagai tema puisinya. Dalam
puisi khumrayat, ia menggambarkan kelezatan dan keburukannya,

Metodologi Studi Islam |98


pemerasan, pengolahan, rasa, warna, dan baunya hingga para
peminumnya. Menurutnya, khamar dapat menenangkan hatinya yang
gundah.
Abu Nuwas juga sempat dituding sebagai penyair zindik atau
pendosa besar gara-gara puisinya yang bertema mujuniyat  yang sering
dianggap melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama.
Tak pernah ada kata terlambat untuk bertaubat. Itulah salah satu
pelajaran penting yang diajarkan Abu Nuwas.
Masa mudanya memang diwarnai dengan gaya hidup yang
berbau maksiat. Namun di masa tuanya, Abu Nuwas berubah menjadi
seorang sufi. Penyesalan dan pertobatannya dia ungkapkan lewat puisi-
puisinya yang bertema zuhdiyat (kehidupan zuhud). Seorang
sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, di
akhir hayat Abu Nawas mengisi kehidupannya dengan ibadah.

C. KH HASYIM ASY’ARI
Riwayat Hidup KH Hasyim Asy’ari
K.H. Hasyim Asy’ari merupakan salah seorang sosok yang
tumbuh dewasa dan menghabiskan waktu hidupnya di pondok
pesantren. Pendidikan pesantren yang begitu telah khas yang
membesarkannya menjadi sosok alim dalam hal keagamaan, juga
mempunyai concern terhadap pemberdayaan umat
K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada hari selasa kliwon tanggal
24 Dzulqa’dah 1287 H bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M.
Berdasarkan kutipan (Samsul Nizar; 2011; 335) dari Kitab Adab
A’lim Wa Muta’allim karangan K.H. Hasyim Asy’ari bahwa nama
lengkap Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari bin Abdul
Wahid bin Abdul Halim yang mempunyai gelar pengeran Bona bin
Abdur Rahman yang dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir Sultan
Hadiwijaya bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana
Ishal dari Raden Ainul Yakin yang disebut dengan Sunan Giri.
Adapun guru pertama K.H. Hasyim Asy’ari adalah ayahnya
sendiri. beliaulah yang mengajar dan mendidiknya dengan tekun
sehingga hasyim asy’ari dapat membaca al-qur’an dan literatur-literatur
islam lainnya. setelah mulai mahir membaca al-qur’an baru beliau di
masukkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu pesantren. Pada

Metodologi Studi Islam |99


awalnya, ia menjadi santri di Pesantren Wonokojo di Probolinggo,
kemudian pindah ke Pesantren Langitan,Tuban. Dari pondok inilah
santri yang cerdas tersebut berpindah lagi ke Bangkalan, yaitu di sebuah
pesantren yang diasuh oleh Kyai Kholil. Terakhir-sebelum belajar ke
makkah- ia sempat nyantri di Pesantren Sewalan Panji, Sidoarjo. Pada
pesantren ini yang terakhir inilah ia diambil sebagai menantu oleh Kyai
Ya’kub, pengasuh pesantren tersebut.
Sebagaimana santri pada umumnya, K.H. Hasyim Asy’ari
senang belajar di pesantren sejak masih belia. Sebelum umur delapan
tahun Kiai Usman sangat memperhatikannya. Kemuadian pada tahun
1876 ia meninggalkan kakeknya tercinta dan memulai pelajarannya
yang baru di pesantren orang tuanya sendiri di Desa Keras, tepatnya di
bagian selatan Jombang.68
Pada tahun 1892 K.H. Hasyim Asy’ari menikah dengan
khadijah, putri Kyai Ya’kub. Tidak berapa lama menikah beliau beserta
istri dan mertuanya berangkat haji ke Makkah yang dilanjutkan dengan
belajar di sana. Akan tetapi, setelah istrinya meninggal setelah
melahirkan, disusul kemudian putranya, menyebabkannya kembali lagi
ke tanah air. Tidak berapa lama kemudian, ia berangkat lagi ke tanah
suci, tidak hanya untuk menuniakan ibadah haji, tetapi juga untuk
belajar kepada beberapa ulama terkenal seperti Syekh Ahmad Amin Al-
aththar, Sayyid Sultan bin Hasyim, Sayyid Ahmad bin Hasan Al-
aththar, Syekh Sayyid Yamay, Sayyid Alawi bin Ahmad Al-saqqaf,
Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Abdullah Az-zawawy, Syekh Shaleh
Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.
Setelah lebih kurang tujuh tahun belajar di Makkah, pada tahun
1899/1900, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren ayahnya,
baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar Cukir,
Pesantren Tebu Ireng, pada tanggal 6 Februari 1906. Dari pesantren
inilah banyak timbul ulama-ulama untuk wilayah jawa dan sekitarnya.
Pada awal karir, K.H. Hasyim Asy’ari bukanlah seorang aktivis
politik juga dan bukan musuh utama penjajahan belanda. Beliau ketika
itu belum peduli untuk menyebarkan ide-ide politik dan umumnya tidak
keberatan dengan kebijakan belanda selama tidak membahayakan
68
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasyim
Asy’ari, Yogyakarta:LKis, 2000), hal. 14-15

Metodologi Studi Islam |100


keberlangsungan ajaran-ajaran islam. Dalam kaitan ini, beliau tidaklah
seperti H.O.S. Cokroaminoto dan Haji Agus Salim, pemimpin utama
syarikat islam, atau Ir. Soekarno, pendiri Partai Nasional Indonesia dan
kemudian menjadi presiden pertama Indonesia, yang memvokuskan diri
pada isu-isu politik dan bergerak terbuka selama beberapa tahun untuk
kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, K.H. Hasyim Asy’ari
dapat dianggap sebagia pemimpin bagi sejumlah tokoh politik dan
sebagai tokoh pendiri Nahdlatu Ulama’
Masyarakat colonial adalah masyarakat yang serba eksploratif
dan disriminatif yang dilakukan penjajah melalui dominasi politik.
Factor pendukungnya adalah kristenisasi dan westrenisasi serta
pembiaran terhadap adat tradisional yang menguntungkan penjajah.
System colonial ini dipentaskan selam tiga setengah abad di Indonesia
oleh bangsa barat. Perjuangan melawan kolonialisme telah dilakukan
oleh bangsa Indonesia sejak datangnya penjajah, demi kebebasan agama
dan bangsanya. Pesantren dan ulama mempunyai peran besar dalam
masalah ini, bahkan pesantren adalah pelopor perjuangan.69

Perjuangan dan Pemikiran KH Hasyim Asy’ari Tentang Islam


Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten
milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan
Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan
juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan
hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak
mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi
Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari
bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan
pesantrennya.
Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang
dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat
Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870. Dukuh
Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana
beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa:
tratak) sebagai tempat tinggal. Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren
69
Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren: Pandangan K.H. Hasyim Asy’ari,
(Yogyakarta: Ittaqo Press, 2001, hal. 26

Metodologi Studi Islam |101


Tebuireng dimulai. Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak
bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat
tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian
meningkat menjadi 28 orang.
Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali
harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan
mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim
kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas,
pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim
dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4)
Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul
Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf. Pada
akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim
menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh
Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai
Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2)
Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.
Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar,
KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Mohammad Cholil,
gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya
nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu
Kyai dari Madura ini populer dipanggil. Kyai Hasyim menjawab,
“Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan
kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada
saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga
sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-
lamanya.” Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras
dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada
dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini,
menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya.
Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa
berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah,
keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling
mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya.
Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar

Metodologi Studi Islam |102


ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan
Kyai Hasyim juga Kyai Cholil; adalah kemuliaan akhlak. Keduanya
menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang
sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita.
Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya.
Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal
pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren
Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.
Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai
Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun
Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah
dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai
Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia
memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang
suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih
melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kyai Hasyim juga
pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa
tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian
Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda)
menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan
diri kemudian mengurungkan niatnya.
Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada
l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin,
karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking
khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut
dipenjarakan bersama Kyainya itu. Masa awal perjuangan Kyai Hasyim
di Tebuireng bersamaan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah
Belanda terhadap rakyat Indonesia. Pasukan Kompeni ini tidak segan-
segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang
penjajah. Pesantren Tebuireng pun tak luput dari sasaran represif
Belanda. Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri
untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun dia tertangkap dan
dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas.
Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus Syaikh berada di
pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama
dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik

Metodologi Studi Islam |103


sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan.
Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar
di Pesantren Tebuireng vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan
keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai
Masruroh, harus mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota
Jombang.
Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai Hasyim
dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan
santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari Kyai
Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah dalam menghubungi
pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.
Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil
Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng
pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke
tanah Jawa (Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai
Hasyim bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan
pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut.
Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya.
Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10
November 1945 yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar
Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan membawa
senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan
Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari
Pahlawan Nasional. Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum
meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam
membentuk partai politik bernama Majelis Syuro Muslim Indonesia
(Masyumi). Pembentukan Masyumi merupakan salah satu langkah
konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat
sebagai Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947.
Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal
sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-
laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan
Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa
meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.
Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh
Mahfudh At Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru

Metodologi Studi Islam |104


kepada Syaikh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh
Mahfudh, Hasyim juga menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Al
Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan,
pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH Hasyim Asy’ari dan
KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru. Yang perlu ditekankan,
saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya
melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Dan sebagaimana
diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses
perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar
Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang
dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia
yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim tentu saja. Ide
reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk
memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang
sebenarnya bukan berasal dari Islam.
Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan
ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan
keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-
doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama
dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung
jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan.
Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam
melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para
mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek
tarekat. Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh,
walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh
Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide
Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian
mendirikan Muhammadiyah. Tidak demikian dengan Hasyim. Ia
sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan
kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam
melepaskan diri dari keterikatan mazhab.
Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami
maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa
mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam

Metodologi Studi Islam |105


sistem mazhab. Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa
mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan
menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat, Hasyim tidak
menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah
dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hanya, ia berpesan agar ummat
Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam
perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang
diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional),
dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis,
sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.
Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang
diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka
mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa
ke Konggres Ummat Islam di Mekkah. Karena aspirasi golongan
tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap
diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam
Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk
Komite Hijaz.
Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini
bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa
Arab Saudi. Atas restu Kyai Hasyim, Komite inilah yang pada 31
Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya
kebangkitan ulama. Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian
kuat. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk
badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal
dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim
diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai
politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia. Penjajahan panjang
yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum
terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan
pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan
yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.
Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana,
sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan
keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air)

Metodologi Studi Islam |106


tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan
Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian
didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu
dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan
adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok
studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan
memiliki cabang di beberapa kota. Tokoh utama dibalik pendirian
tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda
pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus
Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama
terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan,
pendidikan, sosial, dan politik. Pada masa itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu
Saud, berencana menjadikan madzhab Salafi-Wahabi sebagai madzhab
resmi Negara. Dia juga berencana menghancurkan semua peninggalan
sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, karena
dianggap bid’ah. Di Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan
hangat kalangan modernis seperti Muhammadiyah di bawah pimpinan
Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang menghormati
keberagaman, menolak dengan alasan itu adalah pembatasan madzhab
dan penghancuran warisan peradaban itu. Akibatnya, kalangan
pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak
dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres
Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan
tersebut. Didorong oleh semangat untuk menciptakan kebebasan
bermadzhab serta rasa kepedulian terhadap pelestarian warisan
peradaban, maka Kyai Hasyim bersama para pengasuh pesantren
lainnya, membuat delegasi yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang
diketuai KH. Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta
Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya.
Pada saat yang hampir bersamaan, datang pula tantangan dari
berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana
tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga saat ini umat Islam bebas
melaksanakan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing.
Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil

Metodologi Studi Islam |107


memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan
peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

D. RADEN INTAN
Radin Inten II lahir di Lampung pada tahun 1834. Pada usia enam
belas tahun, ia dinobatkan sebagai penguasa Negara Ratu. Pada masa
itu, sebagian daerah Lampung sudah dikuasai oleh Belanda. Jiwa
mudanya yang merdeka tak tenang melihat penderitaan yang dialami
rakyatnya akibat kekejaman pemerintah kolonial Belanda. Karena itu,
Radin Inten II dengan gagah berani melakukan perjuangan mewujudkan
kemerdekaan meski harus dibayar dengan nyawa.
Walaupun usianya masih muda belia, Radin Inten II merupakan
sosok panglima perang dan pemikir dengan kepribadian yang kuat.
Ketika ia mulai melakukan perlawanan, Belanda pun mengeluarkan
bujuk rayunya agar Radin Inten II mengurungkan niatnya itu. Namun
dengan tegas Radin Inten II menolak mentah-mentah upaya yang
dilakukan Belanda. Semenjak itu peperangan pun berkobar.
Sejak memegang kekuasaan, Radin Inten II mengobarkan
kembali semangat rakyat untuk menentang pemerintah Belanda seperti
yang pernah dilakukan oleh ayahnya. Hubungannya dengan Belanda
pun semakin tegang. Pada tahun 1851, pasukan Belanda yang terdiri
dari 400 orang prajurit di bawah komando Kapten Yuch berusaha
menaklukkan Negara Ratu dengan melakukan penyerangan. Mereka
berusaha merebut pertahanan Radin Inten II di Merambung, tetapi usaha
itu mengalami kegagalan bahkan pasukan itu dapat dihancurkan.
Kemenangan pertama itu seakan mengobarkan semangat juang
rakyat di daerah Lampung. Beberapa kali ekspedisi penaklukan
dikirimkan Belanda namun mengalami kegagalan. Oleh karena itu,
Belanda merasa khawatir bila peperangan itu akan mengobarkan
perlawanan di daerah lain, seperti Banten dan Jawa Tengah.
Lima tahun setelah ekspedisi yang dilakukan Kapten Yuch,
Belanda kembali mengirimkan sebuah armada berkekuatan sembilan
buah kapal perang, tiga buah kapal pengangkut peralatan, serta
berpuluh-puluh kapal mayang dan perahu jung. Ekspedisi itu dipimpin
oleh Kolonel Waleson dengan bantuan Mayor Nata, Mayor Van
Oostade, dan Mayor A. W. Weitsel. Serangan hebat itu dihadapi dengan

Metodologi Studi Islam |108


perlawanan gerilya sehingga tidak berhasil menangkap pemimpin
perlawanan yang masih muda itu.
Sesudah itu, Belanda dan Radin Inten II mengadakan perjanjian
damai. Belanda mengakui kedaulatan Radin Inten II di Negara Ratu.
Sebaliknya, Radin Inten II mengakui pula kekuasaan Belanda di daerah-
daerah yang sudah mereka duduki. Akan tetapi, perjanjian itu hanya
dipakai Belanda untuk mengumpulkan kekuatan. Mereka membujuk
beberapa penguasa daerah lain agar memusuhi Radin Inten II. Melihat
kecurangan Belanda, Radin Inten II pun meningkatkan kekuatannya.
Benteng-benteng dibangun di lereng Gunung Rajabasa dan patroli-
patroli militer Belanda diserang secara tiba-tiba.
Pada bulan Agustus 1856, Belanda melancarkan serangan besar-
besaran. Mereka berhasil menduduki benteng Bendulu yang sudah
dikosongkan oleh pasukan Radin Inten II. Sesudah itu, berhasil pula
direbut beberapa benteng lain, seperti benteng Ketimbang, benteng
Galah Tanah, dan benteng Pematang Sentok.
Semakin lama kekuatan Radin Inten II semakin berkurang.
Beberapa pembantu utamanya tertangkap atau gugur dalam
pertempuran. Akan tetapi, ia tidak mau menyerah. Belanda berusaha
menangkapnya sebab selama Radin Inten II masih bebas, selama itu
pula ia akan menjadi ancaman bagi Belanda.
Belanda menyusun sebuah strategi untuk menjebak pejuang dari
Lampung itu. Untuk itu, Belanda bekerja sama dengan Radin Ngerapat.
Dengan alasan untuk merundingkan bantuan yang akan diberikannya,
Radin Ngerapat mengajak Radin Inten II bertemu di suatu tempat dekat
Kunyanya. Pertemuan diadakan malam hari 5 Oktober 1858. Sementara
itu, pasukan Belanda sudah disiapkan di sekeliling tempat pertemuan.
Secara tiba-tiba, serdadu Belanda menyerbu dan menyergap Radin Inten
II. Ia memberikan perlawanan, namun akhirnya Radin Inten II gugur
dalam usia 24 tahun dalam perkelahian yang tidak seimbang itu.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Radin Inten II dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 082/TK/Tahun
1986, tanggal 23 Okt 1986.

Metodologi Studi Islam |109


Metodologi Studi Islam |110
BIOGRAFI

Metodologi Studi Islam |111


MOHAMAD SOLIHIN. Dia lahir di Desa Rama Oetama
Kecamatan Seputih Raman, 23 Juli 1997. Dia adalah anak
kedua dari dua saudara. Kakaknya seorang perempuan
bernama Cici Anjar Wati yang bekerja di salah satu
sekolah swasta sebagai guru Agama Islam dan orangtuanya
bekerja sebagai buruh tani.
Dia pernah bekerja di luar kota, yaitu kota Tangerang,
tepatnya di Restoran (RM Pari Gogo). Sebenarnya dia
bercita-cita sebagai TNI. Berhubung ada beberapa faktor
yang kurang mendukung untuk mengejar cita-citanya,
akhirnya dia memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu di luar kota yaitu di RM
Pari Gogo.
Setelah bekerja di RM Pari Gogo akhirnya dia termotivasi dari pengalaman di sana
dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi IAIM NU Metro
Lampung, untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik kedepannya dan tentunya
untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Dan dia juga ingin bekerja di kantor-
kantor dan perusahaan yang besar setelah lulus kuliah nanti. Dan juga menjadi
seorang wirausaha yang sukses nantinya.
E-Mail : mohamadsolihin445@gmail.com
WA : 085216292517
FB : likin djogja
Pin : DC920206

VETA TIASAN NURCAHYA. Dia lahir di Raman


Utara, 21 September 1998. Ketika umur 6 tahun dia
mulai menempuh pendiidkan SDN 1 Ratna Daya
Raman Utara, lalu di tahun 2009 dia lulus dari
pendidikan SD, dan melanjutkan ke pendidikan
SMPN 1 Raman Utara. Dan di tahun 2013
melanjutkan pendidikan di MAN 1 Lampung Timur.
Kemudian pada tahun 2017 dia melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi di IAIM NU Metro
Lampung.
Dia selalu bergaul dengan banyak orang untuk mengabdi ilmu bersama-
sama untuk menanamkan kesadaran bahwa belajar adalah sesuatu yang
sangat penting yang harus dilakukan dan untuk menentukan tujuan yang
jelas di masa depan.
E-Mail : indahtiassan1007@gmail.com
WA : 085783540288
FB : vetha tiassan n
Pin : 5F2E9F61

Metodologi Studi Islam |112


PUPUT RATNA SARI. Dia lahir di Negeri
Jemanten, 05 April 1999. Nama orang tua, Bapak
Kasiman dan Ibu Susianti. Alamat Seputih Raman
Lampung Tengah.
Dia sekitar umur 6 tahun mulai menempuh pendidikan
di SDN 2 Jemanten, lalu pindah ke SDN 1 Rama
Otama, dan melanjutkan lagi ke MTs Tri Bhakti At-
Taqwa Rama Puja Kecamatan Raman Utara.
Kemudian melanjutkan SLTAnya di MA Ma’arif 06
Seputih Raman. Lalu dia melanjutkan kuliah di IAIM NU Metro Lampung.
Dia bercita-cita menjadi seorang penulis agar kedepannya menjadi seorang
penulis yang terkenal dan dapat membuat sebuah buku.
WA : 085769319082
FB : Puput Ratna Sari
Pin : D06E874C

DEWI SAFITA NINGRUM. Lahri di Rama


Kelandungan 04 Oktober 1999. Pernah menempuh
pendidikan SD di SDN 1 Rama Kelandungan, dan
melanjutkan di SMPN 2 Rama Murti. Kemudian
SMA di MA Ma’arif 06 Seputih Raman. Orang tua
bernama Bapak Suyadi dan Ibu Tukinah. Dewi
adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Dia termotivasi
untuk kuliah karena ingin memperdalam ilmu dan
pengalamannya. Dan kelak dia ingin mengangkat
derajat orang tuanya dan membanggakan kedua orang tuanya dengan
menjadi orang yang sukses.
WA : 085783346534
Pin : D70129CA

Metodologi Studi Islam |113


MUSTAKIM FIKRI. Lahir di Pekalongan, 21
September 1997. Ia adalah anak ke 2 dari 3
bersaudara, ayah Suwito dan Ibu Siti Juhaini.
Ayah bekerja sebagai PNS, sedangkan ibu bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga.
Mustakim pernah menempuh pendidikan di SDN 2
Jojog, kemudian melanjutkan SMP nya di SMP
Muhammadiyah 1 Pekalongan dan meneruskan SMK-
nya di SMK Muhammadiyah 1 Metro. Dia bercita-cita
ingin membahagiakan kedua orangtua dan semua keluarganya. Dan setelah
selesai kuliah nanti dia ingin bekerja di kantor kejaksaan, dan dia ingin
membela orang-orang yang lemah tetapi tidak bersalah.
E-Mail : fiqrimustaqim21@gmail.com
WA : 085788241298
Pin : DAB8A1DA

ANI NURMALA SANTI. Lahir 16 Maret 1998 di


Lampung Tengah dari seorang ayah yang bernama
Yatimin dan Ibu Ernawati. Dia anak pertama dari dua
bersaudara.
Menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 2
Talang Jaya, dia melanjutkan studinya di Futuhiyyah 1
Sampai dengna selesai. Menempuh pendidikan
Perguruan Tinggi di IAIM NU Metro Lampung
dengan program studi Hukum Ekonomi Syariah. Cita-
citanya sejak kecil ingin menjadi guru. Sesuai
keinginan orang tuanya. Prestasi yang pernah dirain adalah memenangkan
juara lomba melukis.
Motto waktu adalah ilmu.
E-Mail : anhyrmin1699@gmail.com
WA : 082269291898
FB : anhy nurmala
Twiter : @nurmalaanhy
Line : anhy16.id.com
IG : anhynurmala16

Metodologi Studi Islam |114


JALU KRISNA RANGGA. Sering dipanggil
Rangga, biasa di sekolah atau di Kampung dipanggil
dengan sebutan Rangga. Dia beragama Islam dan
berjenis kelamin laki-laki. Dia hobi memencing dan
senang bermain futsal. Dia terlahir dari pasangan
Berlian dan upiyana. Dan lahir di Kota Metro pada
tanggal 26 Januari 1995. Dia anak ke 6 dari 7
bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh berdarah
Lampung dan ibunya seorang PNS yang mengajar di
SDN 1 Marga Jaya Lampung Selatan.
Dia mulai masuk sekolah dasar umur 7 tahun di SDN 1 Metro Pusat yang
berada di Kabupaten Metro, kemudian pada tahun 2009 dia melanjutkan ke
SMP Kartika Tama Metro Kecamatan Metro Selatan. Setelah lulus dari
SMP pada tahun 2012 dia melanjutkan sekolah ke SMK Muhammadiyah
Metro. Pada tahun 2014 dia lulus dari SMK dan melanjutkan bekerja
sejenak. Meski sebelumnya sempat terpikir tidak kuliah, tapi akhirnya ada
niatan untuk kuliah, tidak panjang dia langsung mengajukan Formulis
Pendaftaran ke IAIM NU Metro Lampung dan berhasil menjadi salah satu
mahasiswa di Prodi Hukum Ekonomi Syariah.
Dia memilih jurusan Hukum Ekonomi Syariah karena keinginan dari diri
sendiri, dia ingin mencoba paduan antara ilmu hukum dan ekonomi menjadi
satu. Dan dia berfikir untuk mengambil bidang yang dia rasa bisa dia
tempuh. Akhirnya dia memilih jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Dan dia
ingin menjadi seorang pemimpin yang baik bagi diri dan bangsa dan
berguna bagi masyarakat, terutama orang tua.

E-Mail : jalukrisnarangga@gmail.com
WA : 082289220002
FB : jalu krisna rangga
PIN : D5585DDA
IG : jalukrisnarangga

Metodologi Studi Islam |115


RIKA INDRAYANI. Biasa dipanggil Rika. Dia
tinggal di Cempaka Nuban Lampung Timur. Lahir di
Cempaka Nuban pada tanggal 07 Mei 1998, dia dulu
sekolah di SDN 1 Cempaka selama 6 tahun, kemudian
melanjutkan SMP nya di MTs Sabillul Mutaqien
selama 3 tahun, kemudian dia SMA di SMAN 1
Raman Utara. Kemudian lulus dan melanjutkan
keperguruan tinggi di IAIM NU Metro Lampung,
mengambil jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Dia
adalah seorang gadis lugu dan pendiam dan juga baik hati. Dia ingin
membahagiakan orang tuanya setelah dia lulus kuliah nanti dan
mendapatkan pekerjaan yang semestinya.
E-Mail : rikaindrayani1998@gmail.com
WA : 085758301274
FB : rika indrayani

MUHAMMAD ABDUL ROZAQ. Lahir 16


November 1998. Dia adalah anak tunggal, orang
tuanya sebagai buruh tani, dia biasa dipanggil akrab
dengan sebutan Ian.
Pria yang ganteng ini memiliki semangat hidup yang
tinggi untuk menuntut ilmu. Dia tinggal di daerah
Batanghari. Dia adalah tipe orang yang bekerja
keras, dan sekarang dia menuntut ilmu di Perguruan
Tinggi IAIM NU Metro Lampung. Dia berharap
setelah lulus dari Perguruan Tinggi supaya dapat menjadi orang yang lebih
baik dan mampu bersaing di suatu bidang apapun, demi membahagiakan
kedua orang tuanya.
WA : 085841824059
FB : novian
PIN : D7EA380B

Metodologi Studi Islam |116


REFANDI GUNAWAN. Lahir di Tias Bangun, 03
November 1999. Ia anak kedua dari tiga bersaudara.
Dan ia tinggal di desa Tias Bangun Kecamatan Pubian
Kabupaten Lampung Tengah.
Ayahnya berprofesi sebagai guru dan tengah mengabdi
dalam bidang Pendidikan sejak Refandi masih kecil. Ia
ingin menjadi orang yang sukses seperti ayahnya, maka ia menempuh
Perguruan Tinggi di IAIM NU Metro Lampung dan dia memilih jurusan
Hukum Ekonomi Syariah.
E-Mail : refandi02gunawan@gmail.com
FB : revan
PIN : D99C4DFC
IG : revan5670

IRFAN ALFA AFRIANTO. Dia seorang mahasiswa


IAIM NU Metro Lampung. Ia berasal dari Desa yang
begitu indah dan nyaman, yaitu di Desa Bangun Rejo.
Bagi kawan-kawan yang lewat atau lagi kesasar boleh
mampir ke rumah dia. Di rumah yang sederhana dan
penuh dengan kebahagiaan dan kesejahteraan. Tenang
kawan-kawan pintu selalu terbuka kok. Ia dilahirkan pada tanggal 29 April
1997 dan ia mempunyai prinsip hidup, prinsipnya yaitu (Aku yo Aku) mana

prinsipmu ... 
E-Mail : uyetralali@gmail.com
FB : irfan alfa uye
IG : uye_tralala

Metodologi Studi Islam |117


MAHFUDZ KHUDHORI
Hai Kawan ....
Pasti tidak asingkan dengan foto yang disamping ini, yang
paling kece itu lo,,, dan pastinya semua tau kan namanya,
siapa pemuda ini, ia kawan.
Tenang saya mau mengingatkan lagi siapa tahu my friend
ada yang lupa. Nama ia adalah Mahfudz Khudhori, biasa
dipanggil Mahfudz. ia adalah santri Darul A’mal dan ia juga
sebagai mahasiswa IAIM NU Metro Lampung. Ia
mengambil jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Ia lahir di
sebuah Kampung yang kecil bersih dan sejahtera, yaitu Kampung Totokaton, Batu
Putih, Tulang Bawang. Bagi yang mau main silahkan. Ia orangnya sangat baik
kok. Ia lahir pada tanggal 29 Juli 1997. Di ingat kawan jangan sampai lupa lo yea,
ia mempunyai prinsip “Jangan sampai kita berbohong”. Kalau motto dia adalah
“Kita tidak perlu pintar tapi kita harus cerdas dan tanggap”, kalau vissinya adalah
“cita-cita seorang pemuda adalah merobohkan gunung.
E-Mail : mahfudkhudhori@gmail.com
WA : 085768689312
FB : mahfud khudhori
IG : mahfud khudhori

NUR KHASANAH. Lahir di Way Sulan, 18


September 1999. Ia sekarang menempuh pendidikan
agama di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, dan
juga sekolah di Perguruan Tinggi IAIM NU Metro
Lampung, ia orangnya pendiam dan tak banyak bicara.
Cantik dan juga baik terhadap teman-teman. Haparan
ia belajar agama di Pondok Pesantren dan sekolah di
Perguruan Tinggi IAIM NU Metro Lampung supaya menjadi orang yang
paham dengan agama dan menjadi orang yang lebih baik kedepannya dan
mampu bersaing dalam bidang apapun itu.
E-Mail : hasanagnur6@gmail.com
WA : 083170015593
FB : nurkhasanah al’viizza
PIN : D14BD123

Metodologi Studi Islam |118


LAILA ALFIAN RAHMA. Ia lahir dengan selamat
pada hari sabtu tanggal 12 Juni 1998. Ia memulai
pertama sekolah di SDN 1 Purwoadi 19 Polos setelah
selesai ia melanjutkan ke MTs Darul A’mal Metro dari
tahun 2011 – 2014.
Lalu ia tetap sekolah di MA Darul A’mal Metro
sampai selesai tahun 2016/2017. Dan saat ini ia masih
sekolah di Perguruan Tinggi di IAIM NU Metro
Lampung. Cita-citanya agar bisa menjadi wanita yang
sukses dan memiliki karir tersendiri. Sekian.
E-Mail : lailaalfian002@gmail.com
WA : 085841891267
FB : alfi

IRFAN AIDI SUTIKNO. Dia termasuk buah hati dari


dua insan yang sangat berbahagia yaitu dari Bapak
Supeno dan Ibu Riyani. Dia anak pertama dari 3
saudara. Lahir dari pelosok desa yang sangat indah
tepatnya Desa Karang Jaya Kec. Palas Lampung
Selatan lahir pada tanggal 24 Januari 1998.

Riwayat Pendidikan:
1. SDN Kalirejo lulus tahun 2010
2. SMPN 2 Palas lulus tahun 2013
3. SMK Darul A’mal lulus tahun 2016
Dan sekarang masih menempuh S.1 di IAIM NU Metro Lampung. Semoga
bisa menyelesaikan dengan baik. Hobbinya memasak, futsal dan treveling.
Motto hidup “Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini”
E-Mail :
WA :
FB :
PIN :

Metodologi Studi Islam |119

Anda mungkin juga menyukai