Dosen Pembimbing:
Ns. Fauzan Widianto, M. Kep.,Sp. Kep. Kom
Oleh:
Nadia Anatasya
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "
PROSEDUR EVAKUASI PADA KEBAKARAN
4. KESELAMATAN LISTRIK
5. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Konsep Keperawatan Keluarga, Konsep Asuhan Keperawatan
Tuberkulosis ".
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki Makalah.
Kami berharap semoga Makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keluarga........................................................................................................6
2.2 Konsep Penyakit TBC................................................................................................17
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga..................................................................................22
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga Klien Dengan Diabetes TBC..................................36
2.5 Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia..................................................................44
Daftar Pustaka...................................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Apa Saja Konsep Penyakit TBC ?
3. Apa Saja Asuhan Keperawatan Keluarga ?
4. Apa Asuhan Keperawatan Keluarga Klien Dengan Diabetes TBC ?
5. Apa Saja Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa Mengetahui Apa Yang di Maksud Dengan Konsep Keluarga
2. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Konsep Penyakit TBC
3. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Asuhan Keperawatan Keluarga
4. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Asuhan Keperawatan Keluarga Klien
Dengan Diabetes TBC
5. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Pelayanan Kesehatan Primer di
Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Menurut Dedeh Husnaniyah (2022), keluarga yang
memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya.Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu
memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
1) Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak
yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
2) Extanded Family. Adalah keluarga inti di tambahkan dengan
sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6) Single parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar
rumah.
7) Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8) Commuter married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
9) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
10) Three generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
11) Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti-panti.
12) Communal. Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
13) Group marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anaknya.
14) Unmarried parent and child. Ibu dan anak di mana perkawinan
tidak di kehendaki, anaknya di adopsi.
15) Cohibing couple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa perkawinan.
Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di
Negara Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga
tradisional dan tipe keluarga non tradisional, Menurut Maria H. Bakri
(2021)
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti : Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung/angkat).
b) Keluarga besar : Keluarga inti di tambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman,
bibi.
c) Single Parent : Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat di
sebabkan oleh kematian/perceraian.
d) Single Adult : Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
e) Keluarga lanjut usia: Terdiri dari suami istri lanjut usia.
8
a) Commune Family : Lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homosexsual : Dua individu yang sejenis hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
10
d) Ketepisahan dan keterpaduan
2) Fungsi Sosialisasi (The Socialzation Function)
Sosialisasi di mulai pada saat lahir dan akan di akhiri
dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang
berlangsung seumur hidup, di mana individu secara kontinu
mengubah perilaku mereka sebagai respons terhadap situasi yang
terpola secara sosial yang mereka alami.
3) Fungsi Reproduksi (The Reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.Dengan adanya
program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol.
Di sisi lain banyak kelahiran yang tidak di harapkan atau di luar
ikatan perkawinan, sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu
orang tua.
4) Fungsi Ekonomi (The Economic Function)
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makanan,
pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit di penuhi oleh keluarga yang berbeda
di garis kemiskinan, perawat bertanggung jawab untuk mencari
sumber-sumber di masyarakat yang dapat di gunakan oleh
keluarga dalam meningkatkan status kesehatan.
5) Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan (The health
Care Function)
(a) Mengenal Masalah Kesehatan
(b) Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan
(c) Kemampuan Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
(d) Kemampuan Keluarga Memelihara/ Memodifikasi
Lingkungan rumah yang sehat
(e) Kemampuan Menggunakan Fasilitas PelayananKesehatan
Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi
perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam
pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah
perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga yang
menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik, seperti : makan,
pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Jika di lihat
dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar, di
mana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dan di
amankan.
12
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.Bahkan ibu dapat pula berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peranan anak
Anak menjadi objek sekaligus subjek.Anak yang dibentuk
oleh keluarga pada saat bersamaan juga memiliki perannya
sendiri.Dalam tradisi masyarakat kita, anak melaksanakan
peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
14
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama terakhir kali
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarga tahap ini
adalah :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7) Tahap Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat seorang anak terakhir kali
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah
satu dari pasangan meninggal. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini adalah:
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan dan anak-anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
8) Tahap Keluarga Usia Lanjut
Tahap ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :
a) Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan .
b) Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang .
c) Mempertahankan terhadap hubungan pernikahan.
d) Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan.
e) Mempertahankan ikatan keluaraga antargenerasi.
f) Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan
anggota keluarga (peninjauan dan integrasi kehidupan).
16
7) Fasilitator
Perawat wajib mengetahui sistem layanan kesehatan seperti
sistem rujukan, biaya kesehatan, dan fasilitas kesehatan lainnya.
8) Peneliti
Perawat harus dapat berperan mengidentifikasi kasus yang
ada pada keluarga dan temuan-temuan baru untuk kesehatan
masyarakat.
9) Modifikasi lingkungan
Perawat menyampaikan kepada keluarga dan masyarakat
sekitar jika ada beberapa bagian dilingkungannya menjadi
penyebab datangnya penyakit.
2.2.2 Etiologi
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman terdiri dari Asam Lemak,
sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis (Manurung, 2018). Penyebab Tuberkulosis adalah
Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada
dua macam mikobakteria Tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe
Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita
Mastitis Tuberkulosis Usus.
Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di
udara yang berasal dari penderita Tuberkulosis dan orang yang terkena
rentan terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif, 2018).
2.2.3 Patofisiologi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh
dan paling sering paru-paru. Mycobacterium. Tuberculosis terkena
udara sebagai inti droplet dari batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi
dari individu dengan Tuberkulosis Paru. Penularan terjadi melalui
inhalasi inti droplet yang melewati rongga mulut atau hidung, saluran
pernapasan bagian atas, bronkus dan akhirnya mencapai alveoli paru-
paru.
Setelah Mycobacterium Tuberculosis atau Tubercle bacilli
mencapai Alveoli, mereka tertelan oleh Makrofag Alveolar yang
mengakibatkan penghancuran atau penghambatan proporsi yang lebih
besar dari basil tuberkulum yang dihirup. Proporsi kecil yang tidak
terpengaruh berlipat ganda dalam Makrofag dan dilepaskan setelah
kematian Makrofag. Bakteri Tuberkulum yang disebarkan langsung
menyebar melalui aliran darah atau saluran limfatik ke bagian jaringan
tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis yang sangat
rentan seperti paru-paru, laring, kelenjar getah bening, tulang belakang,
tulang atau ginjal.
Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imun dipicu yang
memungkinkan sel darah putih untuk membungkus atau
18
menghancurkan sebagian besar basil tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel
darah putih menghasilkan penghalang di sekitar Tuberkulum Bacilli
membentuk Granuloma. Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil
tuberkulum dikatakan berada di bawah kontrol dan dengan demikian
membentuk keadaan infeksi Tuberkulosis laten. Orang pada tahap ini
tidak menunjukkan gejala Tuberkulosis, tidak dapat menyebarkan
infeksi dan dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus
Tuberkulosis. Di sisi lain, jika sistem kekebalan gagal untuk menjaga
basil tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat basil terjadi
kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi Tuberkulosis
laten ke kasus Tuberkulosis. Waktu untuk pengembangan ke
Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten atau
lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus Tuberkulosis sangat menular
dan dapat menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017).
2. Gejala Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk
membuang produk produk ekskresi peradangan. Dahak dapat
bersifat mukoid atau purulen.
b. Batuk berdarah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat
dan ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu
timbul akibat pecahnya aneurisme pada dinding kavitas, juga
dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkhus.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal gejala ini tidak
pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat
di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik
(Manurung, 2018).
20
Klasifikasi Tuberkulosis Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,
bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program P2TBC Paru,
klasifikasi Tuberkulosis
Paru dibagi sebagai berikut :
a) Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif dengan kriteria :
1) Dengan atau tanpa gejala klinik.
2) BTA Positif: mikroskopok positif 2 kali, mikroskopik positif 1
kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik.
3) Positif 1 kali.
4) Gambaran radiologik sesuai dengan Tuberkulosis Paru.
b) Tuberkulosis Paru BTA Negatif dengan kriteria :
1) (Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan
Tuberkulosis Paru aktif.
2) BTA negatif, biarkan negatif tetapi radiologik positif.
c) Bekas Tuberkulosis Paru dengan kriteria :
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Gejala klinik tidak atau ada gejala sisa akibat kelainan Paru.
d) Radiologik menunjukkan gambaran lesi Tuberkulosis Paru inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah. Ada riwayat
pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang mendukung
adekuat (Gannika, 2018).
2.2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya
sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan
satu obat. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH,
Rifampisin, Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini
2): Kanamisin, Amikasin, Kuinolon. Pengobatan Tuberkulosis Paru
pada orang dewasa dibagi dalam beberapa kategori yaitu :
1. Kategori 1: 2HRZE/4HR3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol setiap hari (tahap intensif) dan 4 bulan selanjutnya minum
obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a. Penderita baru Tuberkulosis Paru BTA positif.
b. Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar paru
paru) berat.
2. Kategori 2: HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3: 2HRZ/4H3R2
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru
mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tuberkulosis kronik.
22
jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan
kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing
anggota keluarga, dan genogram (genogram keluarga
dalam tiga generasi).
(2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik),
mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
(a) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga
(b) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian
dari sebuah lingkungan yang secara etnik bersifat
homogen)
(c) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi dan
pendidikan. Apakah kegiatan-kegiatan ini ada dalam
kelompok kultur atau budaya keluarga
(d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik
tradisional maupun modern
(e) Bahasa yang di gunakan di dalam keluarga (rumah)
(f) Penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan
praktisi. Apakah keluarga mengunjungi praktik,
terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan
tradisional, atau mempunyai kepercayaan tradisional
dalam bidang kesehatan
(4) Agama, mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
seperti :
(a) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam
keyakinan beragamanya
(b) Bagaimana ketelibatan keluarga dalam kegiatan
agama atau organisasi keagamaan
(c) Agama yang di anut oleh keluarga
(d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan
yang di anut dalam kehidupan keluarga, terutama
dalam hal kesehatan
(5) Status sosial ekonomi keluarga, Status sosial ekonomi
keluarga di tentukan oleh pendapatan, baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi
keluarga di tentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang di keluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang di miliki oleh keluarga seperti :
(a) Jumlah pendapatan perbulan
(b) Sumber-sumber pendapatan perbulan
(c) Jumlah pengeluaran perbulan
(d) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan
keluarga
(e) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan
pengeluarannya
(6) Aktivitas reakreasi keluarga dan waktu luang, reakreasi
keluarga tidak hanya di lihat kapan keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat reakreasi,
namun dengan menonton tv dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas reakreasi, selain itu perlu di
kaji pula penggunaan waktu luang atau senggang
keluarga.
b) Riwayat Dan Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap, perkembangan keluarga adalah pengkajian
keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut
Duvall, tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana
24
keluarga melaksanakan tugas tahapan perkembangan
keluarga.
Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat
kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, di tentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti.
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
(3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan
pada keluarga inti, meliputi : riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber
pleayanan yang di gunakan keluarga seperti perceraian,
kematian, dan keluarga yang hilang.
(4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan
masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang
tua.
c) Pengkajian Lingkungan
(1) Karakteristik rumah
(a) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen,
sewa kamar, kontrak atau lainnya).
(b) Gambaran kondisi rumah meliputi interior dan
eskterior. Interior rumah meliputi : jumlah kamar
dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur);
penggunaan-penggunaan kamar tersebut; dan
bagaimana kamr tersebut di atur. Bagaimana kondisi
dan kecukupan parabot, penerangan, ventilasi,
lantai, tangga rumah, susunan, dan kondisi bangunan
tempat tinggal, termasuk perasaan-perasaan
subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga menganggap rumahnya memadai
bagi mereka.
(c) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat
masak, apakah ada fasilitas pengaman bahaya
kebakaran.
(d) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada
tidaknya sabun dan handuk.
(e) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur.
Apakah memadai bagaimana anggota keluarga
dengan pertimbangan usia mereka, hubungan, dan
kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.
(f) Kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak
serangga-serangga kecil (khususnya di dalam), dan
masalah-masalah sanitasi yang di sebabkan akibat
binatang-binatang peliharaan lainnya seperti ayam,
kambing, kerbau, dan hewan peliharaan lainnya.
(g) Pengaturan privasi, bagaimana dengan perasaan
keluarga terhadap pengaturan privasi rumah mereka
memadai atau tidak. Termasuk bahaya-bahaya
terhadap keamanan rumah atau lingkungan.
(h) Perasaan keseluruhan dengan pengaturan atau
penataan rumah mereka.
(2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
(a) Tipe lingkungan tempat itnggal komunitas kota atau
desa.
(b) Tipe tempat tinggal (human, industri, campuran,
hunian dan industri kecil, agraris).
(c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara,
rusak, dalam perbaikan, atau lainnya).
(d) Sanitasi dan jalan rumah, bagaiman kebersihannya,
cara penanganan sampah, dan lainnya.
26
(e) Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah
(kebisingan, polusi air, dan udara).
(f) Karakteristik demogrfi di lingkungan komunitas
tersebut.
(g) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
(h) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang
ada dalam lingkungan dan komunitas (klinik, rumah
sakit, penanganan gawat darurat, kesejahteraan,
konseling, pekerjaan).
(i) Kemudahan pendidikan di lingkungan dan
komunitas, apakah mudah di akses, dan bagaimana
kondisinya.
(j) Fasilitas-fasilitas reakreasi yang di miliki di
komunitas tersebut.
(k) Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotek,
pasar, dan lainnya.
(l) Transfortasi umum, bagaimana pelayanan dan
fasilitas tersebut dapat di akses (jarak, kecocokan,
jam pemberangkatan, dan lainnya). Untuk keluarga/
komunitas.
(m) Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan
komunitas, apakah ada yang serius seperti tidak
aman dan ancaman serius.
(3) Mobilitas geografis keluarga
Yang di tentukan apakah keluarga tinggal di daerah
ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-
pindah tempat tinggal.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan waktu yang di gunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada
(5) Sistem perkumpulan keluarga
(a) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang
di miliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang
meliputi fasilitas fisik, dan psikologis
(b) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat,
lembaga pemerintah, maupun swasta
(c) Jaminan pemeliharaan kesehatan yang di miliki
keluarga
d) Struktur Keluarga
Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan cara
berkomunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan yang
di sampaikan, bahasa yang di gunakan, komunikasi secara
langsung, atau tidak, pesan emosional (positif dan negatif),
frequensi, dan kualitas komunikasi yang berlangsung.
Adakah hal-hal yang tertutup dalam keluarga untuk di
diskusikan
1) Struktur kekuatan keluarga
(a) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat,
yang memutuskan dalam penggunaan keuangan,
pengambilan keputusan dalam pekerjaan atau tempat
tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan
kedisiplinan anak-anak
(b) Model kekuatan atau kekuasaan yang di gunakan
keluarga dalam membuat keputusan
2) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal, antara
lain :
28
(a) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap
anggota keluarga (gambarkan bagaimana setiap
keluarga melakukan peran masing-masing) dan
apakah ada konflik peran dalam keluarga
(b) Peran informal, adalah peran informal dalam
keluarga, siapakah yang memainkan peran tersebut,
beberapa kali dan bagaimana peran tersebut di
laksanakan secara konsisten
(c) Analisis model peran, siapa yang menjadi model
dalam menjalankan peran dalam keluarga, apakah
status sosial akan mempengaruhi pembagian peran
keluarga, apakah budaya masyarakat, bagaimana
agama mempengaruhi pembagian peran keluarga,
apakah peran yang di jalankan sesuai tahap
perkembangannya, bagaimana masalah kesehatan
mempengaruhi peran keluarga. Adakah peran baru,
bagaimana anggota keluarga yang sakit terhadap
perubahan peran atau hilangnya pera, serta apakah
ada konflik akibat perang
3) Struktur nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut
keluarga dengan kelompok atau komunitas. Apakah
sesuai dengan norma yang di anut, seberapa penting nilai
yang di anut, apakah nilai yang di anut secara sadar atau
tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga, bagaimana
latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai
keluarga, serta bagaimana nilai-nilai keluarga
mempengaruhi nilai-nilai keluarga mempengaruhi status
kesehatan keluarga
e) Fungsi keluarga
29
1) Fungsi efektif, Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran
diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi sosialisasi, Kaji bagaimana interaksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta
perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, Menjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat.
4) Fungsi reproduksi, Hal yang perlu dikaji yaitu
berapa jumlah anak, rencana keluarga berkaitan
dengan jumlah anggota keluarga, metode keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi, Sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.
f) Stres Dan Koping
30
1) Stresor jangka pendek, yaitu stressor yang di alami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
±6 bulan.
2) Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini di
alami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
3) Kemampuan dalam keluarga berespon terhadap situasi
atau stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi stressor.
4) Strategi koping yang di gunakan, strategi koping apa saja
yang di gunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang di gunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan pada semua anggota
keluarga.Metode yang di gunakan pada pemeriksaan ini tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
31
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a) Diagnosis aktual (terjadi gangguan kesehatan). Dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
dimana maslaah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
b) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan). Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
c) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera “wellness”). Suatu keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Setelah data di analisis, kemungkinan perawat menentukan lebih
dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya
yang di miliki oleh keluarga maupun perawat, maka masalah-masalah
tersebut tidak dapat di tangani sekaligus.Oleh karena itu, perawat
keehatan masyarakat dapat menyusun prioritas masalah kesehatan
keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Maria H Bakri
(2021), prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
proses skoring sebagai berikut :
1. Sifat masalah : 1
a. Tidak atau kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan sejahtera 1
32
3. Potensial masalah untuk di cegah 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat, harus segera di tangani 2
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu di tangani 1
c. Masalah tidak di rasakan 0
33
c) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan falsafah instansi
kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut
tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma, maka
perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun
perencanaan.
d) Rencana keperawatan di buat bersama dengan keluarga, hal ini
sesuai dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga
bukan untuk keluarga.
e) Rencana asuhan keperawatan sebaiknya di buat secara tertulis, hal
ini selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim
kesehatan lainnya.
34
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat di
gunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga serta cara menggunakan fasilitas tersebut.
35
tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat di
atasi.
Untuk melaksanakan evaluasi, ada baiknya di susun dengan
menggunakan SOAP secara optimal :
a) Subjektif (S) :adalah berbagai persoalan yang disampai oleh
keluarga setelah dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya yang
tadinya dirasa sakit, kini tidak sakit lagi.
b) Ojektif (O) : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya berat badan naik
1 KG dalam 1 bulan.
c) Analisis (A) : adalah analis dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosa
d) Planing (P) : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah
mendapatkan hasil dari respon keluarga pada tahap evaluasi.
36
potensi masalah, pengkaji kemudian menggali bidang tersebut secara
lebih mendalam.
Selain itu, kekuatan keluarga perlu digali dalam proses
pengkajian. Jumlah dan jenis informasi juga bergantung pada klien,
yang mungkin ingin menyampaikan lebih banyak informasi tentang
satu area daripada area yang lain. Walaupun pengkajian merupakan
langkah pertama proses keperawatan, data terus dikumpulkan sepanjang
pemberian layanan yang menunjukkan sifat yang dinamis, interaktif dan
fleksibel dari proses ini. Sumber data pengkajian:
1) Wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan sekarang yaitu
mengajukan pertanyaan dan mendengarkannya, genogram dan
ecomap.
2) Pengkajian yang dapat melengkapi data objektif yaitu observasi
rumah dan observasi interaksi keluarga.
3) Pengkajian yang dapat melengkapi data subyektif yaitu pengalaman
anggota keluarga yang dilaporkan, observasi orang yang dilaporkan
dan instrumen pengkajian yang diisi oleh anggota keluarga.
4) Informasi tertulis dan lisan dari rujukan.
5) Laporan dari agensi yang bekerja dengan keluarga.
6) Laporan dari anggota tim kesehatan lain (Friedman, 2018).
Menurut Mubarak (2017), Pengkajian adalah tahapan seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang
dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
1) Struktur dan karakteristik keluarga.
2) Sosial, ekonomi, dan budaya.
3) Faktor lingkungan.
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5) Psikososial keluarga.
Hal-hal perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Tahap 1
37
1) Yang perlu dikaji pada data umum keluarga yaitu identitas kepala
keluarga (nama, alamat, pekerjaan dan pendidikan), komposisi
keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram), menjelaskan
tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
tipe tersebut, setelah itu identifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan, mengkaji agama yang dianut oleh
keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan,
tentukan pendapat keluarga serta kebutuhan dan penggunaan
(apakah ada kesenjangan) dan aktivitas rekreasi keluarga.
2) Yang perlu dikaji pada riwayat dan tahap perkembangan keluarga
yaitu tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan
keluarga yang belum dipenuhi, riwayat penyakit keluarga: riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing keluarga
(adakah anggota keluarga sebelumnya menderita Tuberkulosis
Paru), status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
3) Yang perlu dikaji pada pengkajian lingkungan yaitu karakteristik
rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah,
peletakkan perabot rumah tangga, saran eliminasi (tempat, jenis,
jarak dari sumber air), sumber air minum, karakteristik tetangga
dan komunitas RT atau RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai
budaya yang mempengaruhi kesehatan, perkumpulan keluarga
dan interaksi dengan masyarakat, ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat, jumlah anggota yang sehat, fasilitas
untuk penunjang kesehatan.
4) Yang perlu dikaji pada struktur dan fungsi keluarga yaitu cara
berkomunikasi antar anggota keluarga, kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku, menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga, baik secara formal maupun non formal, nilai
dan norma serat kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan,
38
dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi perawatan
kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit, kesanggupan
keluarga).
5) Yang perlu dikaji pada stres dan koping keluarga: stresor jangka
pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. Stresor jangka panjang yaitu
stresor yang saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih
dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau
stresor, mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi
atau stresor, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan. Strategi adaptasi disfungsional,
menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
2. Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian keluarga khususnya pemeriksaan fisik, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Perlu dicantumkan tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, sesuai
dengan format yang ada.
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah
sistem genitalia.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
3. Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait
permasalahan kesehatan yang dialami oleh keluarga.
4. Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian menjadi data
subyektif dan data obyektif berdasarkan sumber data dan tentukan
masalah keperawatan serta penyebab dari masalah keperawatan
tersebut.
39
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Kundi (2018), Masalah keperawatan keluarga yang sering
muncul pada diagnosa medis Tuberkulosis Paru adalah:
1) Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi).
2) Pola nafas tidak efektif.
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
4) (Risiko tinggi) gangguan pertukaran gas.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
6) Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh
dan perawatan penyakit).
Menurut Manurung (2018), masalah keperawatan yang dapat
terjadi pada klien Tuberkulosis Paru dapat berupa :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Risiko tinggi terjadinya kekambuhan.
Setelah menentukan diagnosa yang sesuai selanjutnya menetapkan
prioritas masalah/diagnosa keperawatan keluarga dengan menggunakan
skala untuk menyusun prioritas dari masalah tersebut.
40
beberapa hal yang harus dilakukan perawat keluarga yaitu penyusunan
tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber, mendefinisikan pendekatan
alternatif, memilih intervensi keperawatan dan penyusunan prioritas
(Susanto, 2018).
1) Menetapkan Tujuan Keperawatan
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka
panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah target dari
kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian proses
penyelesaian masalah keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau
masalah) dan biasanya berorientasi pada perubahan perilaku seperti
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2) Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah
dalam menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi sumber-
sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri,
sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Intervensi
keperawatan keluarga ditekankan pada penguatan garis pertahanan
karena keluarga merupakan suatu sistem. Penguatan garis pertahanan
keluarga pada model Neuman dengan menekankan pada 3 tingkat
pencegahan yaitu: pencegahan primer untuk garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk garis pertahanan normal dan
pencegahan tersier untuk garis pertahanan resisten.
41
dengan keluarga. Perawat harus membangkitkan keinginan untuk
bekerja sama melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah (Susanto, 2012):
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat
dengan cara:
a. Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b. Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yang dibutuhkan.
c. Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memperluas infomasi keluarga.
b. Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada.
c. Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga.
d. Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit
dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis:
a. Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat.
b. Memilih intervensi keperawatan yang tepat.
c. Memilih metode kontak yang tepat.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan cara:
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
42
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.4.5 Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah evaluasi.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Evaluasi
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang
perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2018).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2019) yaitu
dengan SOAP, dengan pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan
keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan. "O" adalah keadaan objektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga secara
subjektif dan objektif. "P" adalah perencanaan selanjutnya setelah
perawat melakukan tindakan. Dalam mengevaluasi harus melihat tujuan
yang sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai,
maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.
43
pertama di mana pelayanan tersebut diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Kedua, Perpres No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional yang menyatakan pelayanan kesehatan perorangan primer
sebagai pelayanan kesehatan di mana terjadi kontak pertama secara
perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan. Ketiga,
Permenkes No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perseorangan yang mendefinisikan pelayanan primer sebagai
pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai:
(a) Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter
gigi di Puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik
perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga
pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama (Pasal 2).
(b) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 2).
(c) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
(pasal 4).
Keempat, Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan, Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Perpres No. 19 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 12 Tahun
2013 Tentang Jaminan Kesehatan, serta Perpres No. 82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan yang mendefinisikan pelayanan primer
sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai pelayanan
kesehatan non-spesialistik.
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Effendi (1998) dalam Harmoko (2018) keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Whall (1986) dalam Nadirawati (2018) mengemukakan
bahwa keluara yaitu sekelompok dua orang atau lebih yang disatukan oleh
persatuan dan ikatan emosional tidak hanya berdasarkan keturunan atau
hukum, tetapi mungkin atau mungkin tidak dengan cara ini, mereka
menganggap diri mereka sebagai keluarga dan mengidentifikasi diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.
Sedangkan tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(2018) ada 5 terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan jika diterapkan
pada keluarga diabetes melitus yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit.
2) Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi
anggota keluarga.
3) Memberikan perawatan bagi anggota keluarga.
4) Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yaitu untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
masyarakat.
3.1 Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyaknya
kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Untuk itu
diharapkan kritik dan sarannya dari pembaca yang bersifat membangun.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agyemen, A., & Oferi, A.R. 2017. Tuberculosis an Overview. Journal of Public
Health and Emergency, (1-11).
Depkes Republik Indonesia. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Cetakan ke 6. Jakarta: Depkes Republik Indonesia..
Fred, C.P., & Patrick, M.K. 2010. Socioeconomic Disparaties in Health
Behaviours. Annu Rev Sociol, (349-370).
Friedman, M.M. 2014. Keperawatan Keluarga Edisi 5. Jakarta: EGC.
Gannika, L. 2016. Tingkat pengetahuan keteraturan berobat dan sikap klien
terhadap terjadinya penyakit TBC Paru di ruang perawatan I dan II Rumah
Sakit Islam
Faisal Makassar. Jurnal keperawatan Volume 1 Nomor 1, (909-916).
Harmoko. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
46