Anda di halaman 1dari 13

LASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

(ASTRITIS GOUT)

FITRIANI
NH0116052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
FEBRUARI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keluarga diartikan sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang
merupakan landasan dasar dari semua institusi, juga serta merupakan kelompok primer
yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah maupun hubungan perkawinan, dan adopsi (Puspitawati, 2013). Persepsi
fungsi keluarga adalah persepsi dari masing-masing anggota keluarga mengenai
kemampuan keluarga dalam hal pemecahan masalah, komunikasi, peran, respon afektif,
keterlibatan afektif, dan pengendalian tingkah laku.
Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. Keluarga
menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Keluarga membentuk suatu
hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu, maupun anak. Hubungan tersebut terjadi
dimana antar anggota keluarga saling berinteraksi. Interaksi tersebut menjadikan suatu
keakraban yang terjalin di dalam keluarga, dalam keadaan yang normal maka lingkungan
yang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudarasaudaranya
serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah anak
mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari;
melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal (Soerjono, 2004: 70-
71).
Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk
membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas menjadi lebih
baik. Sebab, di dalam keluarga internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial jauh lebih
efektif dilakukan daripada melalui institusi lainnya di luar lembaga keluarga. Peran aktif
orang tua terhadap perkembangan anak sangat diperlukan terutama pada saat mereka
masih berada dibawah usia lima tahun. Seorang bayi yang baru lahir sangat tergantung
dengan lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga khususnya orang tua ayah dan ibunya
(Diana, 2010: 86).
1.2.1 Tujuan umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit
astritis gout.
1.2.2 Tujuan khusus
a. mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang
mengalami gangguan rasa nyaman.
b. mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang
mengalami nyeri.

1.3 Manfaat penulisan


1.3.1 Manfaat keilmuan
Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan astritis gout seperti nyeri
sehingga menyebabkan gangguan rasa nyaman pada klien. Maka digunakan sebagai
kerangka dalam mengembangkan terapi nonfarmakologi agar tidak meningkatkan
nyeri pada klien.
1.3.2 Manfaat aplikatif
1.3.2.1 Bagi puskesmas taraweang
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya petugas kesehatan puskesmas
taraweang untuk mengenali nyeri terhadap tingkat kekambuhan pada
pasien astritis gout.
1.3.2.2 Bagi keluarga
Agar keluarga dapat melakukan upaya mengontrol dan meningkatkan rasa
nyaman pada lansia
1.3.3 Manfaat metodelogi
Peneliti dapat memudahkan pekerjaannya agar dapat sampai pada tahap
pengambilan keputusan atau kesimpulan dan digunakan untuk memecahkan
permasalahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep keluarga


2.1.1 Definisi
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Departement Kesehatan RI 2014).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan (WHO 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam peran nya masing masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan ( Friedman 2010).

2.1.2 Tipe tipe keluarga


Tipe keluarga menurut Suprajitno 2012 yaitu sebagai berikut:
a. Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,satu/keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
b. Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
c. Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami / istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Niddle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan / meniti karier.
e. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja
diluar rumah.
f. Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya dan anakanaknya dapat
tinggal di rumah / di luar rumah.
g. Dual carrier
Suami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.
h. Commuter married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Singgle adult
Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
j. Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institusional
Anak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
l. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami dengan anak anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu kesatuan keluarga
dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
o. Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

2.1.3 Fungsi keluarga


Fungsi keluarga menurut Friedman 2010 sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Fungsi afektif
merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak
dapat terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman,
1986). Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-
orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan disekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi keebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri
hal ini menjadikan permasalahn yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.1.4 Tahap perkembangan keluarga


Struktur keluarga adalah menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari macam – macam diantaranya adalah :
a. Patrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
istri.
2.1.5 Struktur keluarga
Tingkat kemandirian keluarga :

1. Keluarga mandiri tingkat I


a. Menerima petugas perawatan kesehatan komuitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2. Keluarga mandiri tingkat II
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komuitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
3. Keluarga mandiri tingkat III
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan perawat yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat meningkatkan masalah kesehatan secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif.
4. Keluarga mandiri tingkat IV
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan perawat yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat meningkatkan masalah kesehatan secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif.

2.2 Konsep penyakit


2.2.1 Defenisi kasus
Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat
pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan ekstarseluler (Anastesya W, 2009).
Arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan,
ditandai dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian (Zahara, 2013).

2.2.2 Patofisilogi
Menurut Stefanus (2014). Patofisiologi arthritis gout dibagi menjadi empat tahap yaitu:
 Fase I
Tahap ini terjadi akibat peningkatan asam urat yang berasal dari metabolisme purin yang
berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh. Pada keadaan normal asam urat yang terbentuk
selanjutnya akan dipecah oleh enzim urikase menjadi substans yang larut pada urin sehingga
mudah diekskresikan. Tidak adanya enzim urikase ini dapat menimbulkan peningkatan
kadar asam urat. Sekitar 90% peningkatan kadar asam urat ditimbulkan akibat
ketidakmampuan untuk mengekskresikan asam urat pada urin akibat defek genetik pada
transporter anion ginjal yang mengakibatkan reabsorbsi asam urat yang berlebihan. Hal ini
juga bisa disebabkan oleh penggunaan beberapa obat seperti aspirin, diuretik dan alkohol,
serta fungsi ginjal yang menurun. Sekitar 10% peningkatan asam urat dapat terjadi akibat
produksi asam urat yang berlebihan akibat defek genetik enzim yang memecahkan purin,
peningkatan penghancuran DNA sel yang mengandung purin pada tindakan kemoterapi,
serta asupan diet yang tinggi purin.
 Fase II
Fase ini adalah serangan akut yang ditandai dengan tanda radang, biasanya pada sendi
metatarsofalang digiti I, dorsum kaki, mata kaki, lutut, pergelangan tangan, dan sendi siku.
Fase ini terjadi akibat perpindahan monosodium urat ke cairan sendi dan menimbulkan
reaksi perlawanan dari sel neutrofil, sehingga mencetuskan reaksi radang oleh beberapa
sitokin inflamasi dan ditandai dengan sendi yang merah, nyeri, panas, dan bengkak.
 Fase III
Fase ini sering dikenal dengan fase interkritikal asimptomatik yaitu fase tanpa adanya gejala
namun kristal monosodium urat tetap terdeposit pada cairan sendi. Keadaan ini dapat
berlangsung sampai 10 tahun. Tanpa penanganan asam urat yang baik dapat menimbulkan
serangan akut yang berulang akibat beberapa pencetus seperti trauma lokal, diet tinggi
purin, stress, dan pemakaian diuretik.
 Fase IV
Fase ini adalah fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan munculnya tofus (deposit
monosodium urat pada beberapa sendi namun tanpa tanda radang).  Tofus ini dapat pecah
sendiri dan sering menimbulkan infeksi sekunder. Pada fase ini sering terjadi kerusakan
sendi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan kardiovaskuler.

2.2.3 Pemeriksaan penunjang


Menurut Stefanus (2014). Pemeriksaan aspirasi cairan sendi, kristal monosodium urat dapat
dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan radiologi yaitu dengan ultrasonografi, radiologi x-
ray dan dual-energy computerized tomography (DECT). Pada pemeriksaan ultrasonografi, kristal
asam urat akan tampak dengan gambaran dual contour yaitu tofus dan dikelilingi jaringan ikat.
Pemeriksaan dengan radiologi X-ray akan menunjukkan gambaran erosi tulang namun
pemeriksaan ini tidak spesifik. Pada pemeriksaan DECT akan tampak agen kimia dari asam urat
yang dapat memberikan pewarnaan khusus

2.2.4 Penatalaksanaan medis dan non medis terbaru


Menurut Stefanus (2014) penatalaksanaan di bagi menjadi dua yaitu :
a. Penatalaksanaa medis
Astritis gout dapat menggunakan obat antiinflamasi non steroid, kolkisin, dan
kortikosteroid.
b. Penatalaksanaan non medis
 Modifikasi Gaya Hidup
 Persiapan Rujukan
 Modifikasi diet

2.3 Konsep tindakan keperawatan yang diberikan

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


1 Nyeri akut adalah  Pain level 1. Lakukan
pengalaman sensori dan  Pain control pengkajian nyeri
emosional yang tidak  Comfort level secara
menyenangkan yang Kriteria Hasil komprehensif
muncul akibat kerusakan  Mampu termasuk lkasi,
jaringan. mengontrol nyeri karakteristik,duras
 Melapirkan bahwa i, frekuensi
nyeri berkurang 2. Observasi reaksi
 Mampu mengenali nonverbal dari
nyeri ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.
2 Hambatan mobilitas fisik  Joint movement : 1. Monitoring vital
adalah keterbatasan pada activ sign sebelum dan
pergerakan fisik tubuh  Mobility level sesudah latihan dan
atau 1 atau lebih  Self care : ADLs lihat espon pasien
ekstremitas secara  Transfer saat latihan
mandiri dan terarah performance 2. Konsultasi dengan
Kriteria Hasil terapi fisik tentang
 Klien meningkat rencana ambulasi
dalam aktivitas sesuai dengan
fisik kebutuhan
 Mengerti tujuan 3. Bantu klien
dan peningkatan menggunakan
mobilitas tongkat saat
berjalan dan cegah
terhadap cedera
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam peran nya masing
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan,
ditandai dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian. Dengan Pemeriksaan yang di berikan aspirasi cairan sendi, kristal monosodium urat
dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan radiologi yaitu dengan ultrasonografi,
radiologi x-ray dan dual-energy computerized tomography (DECT). Sehingga penatalaksanaan
yang di dapatkan sehingga dilakukan Penatalaksanaa medis pada Astritis gout dapat
menggunakan obat antiinflamasi non steroid, kolkisin, dan kortikosteroid dan Penatalaksanaan
non medis seperti Modifikasi Gaya Hidup, Persiapan Rujukan & Modifikasi diet.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi keluarga
Keluarga dapat mengontrol asupan makanan bagi pasien astritis gout dan selalu control kadar
asam urat nya di puskesmas terdekat setiap minggu atau bulan.

4.2.2 Bagi puskesma taraweang


Diharapkan tenaga kesehatan puskesmas taraweang agar selalu memperhatikan asupan makanan
dan modifikasi gaya hidup pasien dengan cara memberikan sosialisasi kesehatan kepada
keluarga keluarga yang ada di daerah tersebut.
DAFTAR REFERENSI

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.

Harnilawati, S.Kep.Ns. 2013. .Keperawatan Keluarga.Sulawesi Selatan : Pustaka As Salam.

Puspitawati, Herien. (2013). Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press

Stefanus (2014). In Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, by Alwi Idrus, Sudoyo Aru W, Simardibrata
Marcellus, et al Setiati Siti, 3185-3189. Jakarta: Interna Publishing

Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Zahara R. 2013. Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat oleh
Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi Menggenggam Statis. Medula, Volume
1, Nomor 3, Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai