Anda di halaman 1dari 61

TUGAS INDIVIDU KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HIPERTENSI DI KELURAHAN KENJERAN
KECAMATAN BULAK SURABAYA

Oleh :
DINA WINDIARTI
183.0033

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HIPERTENSI DI KELURAHAN KENJERAN
KECAMATAN BULAK SURABAYA

Pembimbing Institusi
Keperawatan Keluarga dan Komunitas

Dhian Satya S.Kep,Ns,M.Kep


NIP. 03007

Mahasiswa Profesi Ners

Dina Windiarti
NIM. 1830033
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DI
KELURAHAN KENJERAN KECAMATAN BULAK SURABAYA

1.1 Konsep Keluarga


1.2.1 Definisi Keluarga
Bailon, 1978 (dalam Widyanto, 2014) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan serta mempertahankan budaya.
Menurut Murray dan Zentner (1997, dalam Achjar, 2010) Keluarga adalah suatu
sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan,
mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian, dan saling
menyayangi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah anggota dari sekolompok masyarakat
yang paling dasar, tinggal bersama memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu
sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
1.2.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Prasetyawati (2011), menyebutkan bahwa struktur keluarga
menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya :
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah seorang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah seorang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar baik pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri.
1.2.3 Tipe Keluarga
Menurut Widyanto (2014) mengatakan pembagian tipe keluarga kepada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan :
1. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak diperoleh dari
keturunan atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga Besar
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
2. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, maka
pengelompokkan tipe keluarga selain yang tersebut diatas adalah:
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (Ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan
oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

c. Middle Age atau Aging Couple


Suami sebagai pencari uang istri dirumah kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karier.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau
salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single Parent
Satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami – istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu.
h. Single Adults
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
i. Three Generation
Yaitu 3 generasi atau lebih tinggal didalam satu rumah.
j. Institutional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam panti-panti.
k. Communal
Yaitu suatu rumah terdiri dari 2 atau lebih pasangan yang
monogamydengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas
l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya didalam
satu kesatuan keluarga tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan
semua adalah orangtua dari anak-anaknya.
m. Unmarried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki anaknya
diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yitu 2 orang atau 1 pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasnagan yang berjenis kelamin yang
sama.
1.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada
batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan
mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan
kondisinya. Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi
penderita.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung ( rumah) dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
di bidang kesehatan

1.2.5 Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller (1985) dalam Achjar
(2010); Widyanto (2014) mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, seperti :
1. Tahap 1 : Keluarga pemula atau pasangan baru
Tahap ini dimulai saat masing masing individu membentuk keluarga melalui
pernikhan yang sah dan meninggalkan keluarganya masing masing (Widyanto,
2014). Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain adalah 1) membina
hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan
yang saling memuaskan, 2) membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan 3) merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua (Achjar, 2010).
2. Tahap 2 : Keluarga dengan anak baru lahir (child bearing)
Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak berusia 30 bulan (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap 2 yaitu 1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, 3)
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, 4) memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua,
kakek dan nenek dan 5) mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
(Achjar, 2010).
3. Tahap 3 : Keluarga dengan anak usia pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat anak bertama berusia 2,5 tahaun dan berakhir saat anak
bertama berusia 5 tahun (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan keluarga pada
tahap 3 yaitu 1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, 2) mensosialisasikan
anak, 3) mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan
luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, 4) mulai mengenalkan
kultur keluarga, 5) menanamkan keyakinan bersama, dan 6) memenuhi
kebutuhan bermain anak(Achjar, 2010).
4. Tahap 4 : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai sejak anak masuk sekolah usia 6 tahun dan berakhir pada usia
12 tahun (Widyanto, 2014).Tugas perkembangan pada tahap ke 4 yaitu 1)
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, 2) mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, 3) memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga, membiasakan belajar dengan teratur, dan 4) memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah (Achjar, 2010).
5. Tahap 5 : Keluarga dengan anak Remaja (Anak tertua umur 13-20 Tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 5 yaitu menyeimbangkan kebebasan
dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua
dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batas
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah (Achjar, 2010).
6. Tahap 6 : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir saat
anak terakhir meninggalkan rumah (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan
keluarga pada tahan 6 yaitu 1) memperluas jaringan dari keluarga inti menjadi
keluarga besar, 2) membantu orangtua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami
maupun istri, 3) membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, 4)
memperluas hubungan keluarga antara orangtua dan menantu, 5) menata kembali
peran dan fungsi keluarga yang sudah ditinggalkan(Achjar, 2010).
7. Tahap 7 (Orangtua usia pertengahan : Tanpa Jabatan, Pensiun)
Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pension atau salah satu pasangan meninggal (Widyanto, 2014). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap 7 yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,
menjaga keintiman, merencanakan kegitan yang akan datang, memperhatiakan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak (Achjar, 2010).
8. Tahap 8 (Keluarga dalam masa pensiunan dan Lansia)
Tahap ini dimulai saat salah satu pension, berlanjut salah satu pasangan
meninggal hingga keduanya meninggal (Widyanto, 2014). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap 8 yaitu 1) mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, 2) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, 3) menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, 4) mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, 5)
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, 6) saling memberi perhatian
yang menyenangkan antar pasangan, dan 7) merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Achjar, 2010).
1.2.6 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di dalam
bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Ada 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus di lakukan( Fridman dalam Achjar, 2010).
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang
di alami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung
jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera di catat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga maka segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga mempuyai
keterbatasan agar meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini
dapat di lakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi
(Suparyanto , 2012).
4. Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada
kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengunaan fasilitas
kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga (Achjar, 2010)
1.2.7 Kriteria Keluarga Mandiri
Keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria:
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan
yang ada
2. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan
3. Keluarga dapat menyebebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
4. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
5. Masalah kesehatan dirasakan keluarga
6. Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah kesehatan
tersebut
7. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah
kesehatan tersebut
8. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan
9. Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga
10. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Catatan :
1. Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 1-4 disebut keluarga mandiri I
2. Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 5-7 disebut keluarga mandiri II
3. Apabila keluarga mampu menjawab kriteria 8-10 disebut keluarga mandiri III

1.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


1.2.1 Definisi
Keperawatan keluarga adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi biologi,
psikologi, emosi, sosial, spiritual, termasuk budaya. Pemberian asuhan keperawatan kepada
keluarga merujuk pada proses keperawatan (nursing process) yang dimulai dari tahap
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Widyanto, 2014).
1.2.2 Pengkajian
Menurut Widyanto (2014) pengkajian digunakan untuk mendapatkan data yang
dilakukan secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data
pegkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, atau
melalui data sekunder seperti data di Puskesmas, Desa, Bidan, hasil pemeriksaan
laboratorium, dan lain sebagainya. Adapun data yang harus dikaji dalam keluarga yaitu :
1. Data Umum Keluarga
Pengkajian data umum keluarga meliputi :
a. Nama Kepala Keluarga (KK)
b. Umur dan Jenis Kelamin KK
c. Pendidikan KK
d. Pekerjaan KK
e. Alamat
f. Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga
g. Genogram / Silsilah Keluarga :
Data genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari tiga generasi
disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan simbol-simbol atau sesuai format
pengkajian yang dipakai.
Keterangan simbol :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Cerai
: Satu Rumah
: Klien
h. Tipe Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini berdasarkan tipe pembagian
keluarga tradisional atau non tradisional.
Contoh :
Tipe keluarga Tn.X adalah nuclear family yang terdiri dari Tn.X, Ny.S sebagai istri
dan 2 anak kandung yaitu An.A dan An.C.
i. Suku bangsa
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga serta budaya yang
terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang dimaksud seperti jawa, sunda, batak,
dan lain sebagainya.
j. Agama
Data ini menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-masing anggota keluarga
serta aturan agama yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
k. Status Sosial Ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai pendapatan KK maupun anggota keluarga yang
sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta harta kekayaan atau barang-barang yang
dimiliki keluarga.
l. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau refreshing.
Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namum menonton TV, mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. Misalnya anak tertua Tn.K
berusia 2 tahun maka keluarga tersebut masuk dalam tahap perkembangan anak usia
pra sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini
yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan maing-
masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan
serta pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis WC, serta jarak WC
ke sumber air. Data karakteristik rumah disajikan dalam bentuk denah.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauhmana
keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas
keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan kesehatan, dan
lain sebagainya.
1) Struktur Komunikasi Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi dengan keluarga serta
frekuensinya.
b) Struktur Kekuatan Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga untuk merubah perilaku
antara anggota keluarga.
c) Struktur Peran
Data ini menjelaskan mengenai peran anggota keluarga dalam keluarga dan
masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan informal.
d) Nilai/norma Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai nilai atau norma yang dianut keluarga terkait
dengan kesehatan.
2) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Perasaan memiliki, dukungan, kehangatan kasih sayang, saling menghargai,
dan lain sebagainya.
b) Fungsi Sosialisasi
Interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses mendidik anak,
disiplin, norma, budaya, perilaku.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
i. Mengenal Masalah Kesehatan
Sejauhmana keluarga mengetahui fakta kesehatan meliputi pengertian,
tanda gejala, penyebab serta persepsi keluarga tentang masalah kesehatan
yang dialami keluarga.
ii. Mengambil Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat
 Sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah
 Apakah masalah dirasakan keluarga
 Apakah keluarga menyerah dengan masalah tersebut
 Apakah keluarga merasa takut akibat dari tindakan terhadap penyakit
yang diderita
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan
 Apakah masalah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah tentang masalah yang
sedang dihadapi
iii. Merawat Anggota yang Sakit
 Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat,
penyebaran, kondisi, komplikasi, prognosis dan cara perawatannya).
 Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga untuk perawatan anggota keluarga yang sakit.
 Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
iv. Memodifikasi Lingkungan yang Sehat
 Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang
dimiliki untuk memodifikasi lingkungan yang sehat.
 Sejauhmana keluarga melihat manfaat pemeliharaan lingkungan.
 Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya kebersihan dan sanitasi.
 Sejauhmana sikap atau pandangan keluarga terhadap kebersihan dan
sanitasi.
 Sejauhmana kekompakan keluarga
v. Menggunakan Fasilitas Kesehatan di Masyarakat
 Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan di
masyarakat.
 Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
 Apakah keluarga pernah mempunyai pengalaman kurang baik terhadap
petugas atau pelayanan kesehatan.
 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau keluarga.
4. Fungsi Reproduksi
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, hubungan seksual suami
istri, masalah yang muncul jika ada.
5. Fungsi Ekonomi
Kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,
kemampuan peningkatan status kesehatan.
d. Stres dan Koping Keluarga
1. Stres Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan Keluarga Merespon Stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi
atau stressor yang ada saat ini.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Hal yang perlu dikaji adalah strategi koping atau pemecahan masalah seperti
apa yang digunakan keluarga dalam menghadapi stressor yang terjadi.
4. Strategi Koping Disfungsional
Data ini menjelaskan mengenai koping disfungsional yang digunakan ketika
keluarga menghadapi masalah misalnya marah-marah, merusak alat rumah
tangga, pelarian dengan melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat, dan lain
sebagainya.
e. Pemeriksaan Fisik
Semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap seperti prosedur pemeriksaan
fisik di tempat pelayanan kesehatan. Seperti dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi,
maupun auskultasi dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
f. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang ada.
1.2.3 Diagnosis
Menurut Widyanto (2014) diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan
data yang diperoleh pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan
melakukan analisis data, penentuan diagnosis kemudian penentuan prioritas diagnosis.
Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data hasil pengkajian menjadi data
subjektif (DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam
DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder, atau data selain
pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO.
Rumusan masalah berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil pengkajian
dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari 5(lima) tugas yaitu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dapat
berupa kasus actual, risiko dan potensial. Khusus untuk diagnosis keperawatan potensial
boleh menggunakan atau tidak menggunakan etiologi dalam penulisan diagnosisnya.
Adapun penjelasan tipologi dari diagnosis keperawatan keluarga yaitu :
1. Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Diagnosis aktual diangkat jika dari pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan.
Contoh :
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita (An.F), keluarga Tn.S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
kurang gizi
2. Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis risiko diangkat jika sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan, misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat,
stimulasi tumbuh kembang tidak adekuat.
Contoh :
a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Tn.K berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah komunikasi
3. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan.
Contoh :
a) Potensial terjadi peningkatan status kesehatan kesejahteraan pada ibu hamil (Ny.K)
di keluarga Tn.H
Tabel Contoh Penentuan Diagnosis (Analisis Data)
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS: Kerusakan Ketidakmampuan
 Ny.S mengatakan bahwa ia sudah penatalaksanaan keluarga dalam
tidak pernah memasak sehingga dapur pemeliharaan memelihara
tidak terawat rumah lingkungan rumah
 Ny.S mengatakan banyak perabot yang sehat
rumah tangga yang sudah tidak
terpakai di tempatkan di dapur karena
tidak memiliki gudang
DO :
 Keadaan dapur Ny.S terlihat
berantakan, kotor, dan banyak sarang
laba-laba di pojok dan sela ruangan
 Perabot rumah tangga yang tidak
terpakai terlihat menumpuk dan tidak
tertata rapi
 Dapur Ny.S terlihat gelap, tidak ada
jendela
1.2.4 Penentuan Prioritas
Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosis
keperawatan keluarga. Dalam setiap diagnosis, terdapat 4 (empat) kriteria yang akan
menentukan prioritas diagnosis (Widyanto, 2014).
Setiap kriteria memiliki bobotnya masing-masing. Kriteria tersebut terdiri dari (1)
sifat masalah, (2) kemungkinan masalah untuk diubah, (3) potensial dicegah, dan (4)
menonjolnya masalah. Setiap kriteria memiliki 3 (tiga) skala yang memiliki skor masing-
masing. Penentuan skala dari setiap kriteria ditentukan dengan mempertimbangkan
komponen pembenaran atau rasional sesuai dengan mempertimbangkan komponen
pembenaran atau rasional sesuai dengan kondisi terkini yang ada dalam keluarga.
Tabel kriteria penentuan prioritas diagnosis
No. KRITERIA BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat Masalah Bobot yang lebih besar


diberikan pada masalah actual
Skala:
karena yang pertama
a. Aktual = 3 1
memerlukan tindakan segera
b. Risiko = 2 dan biasanya disadari oleh
c. Potensial = 1 keluarga.

2. Kemungkinanmasalah Faktor yang diperhatikan:


dapat diubah
a. Pengetahuan yang ada
Skala: sekarang, teknologi dan
tindakan untuk menangani
a. Mudah = 2
masalah.
b. Sebagian = 1
b. Sumber daya keluarga
c. Tidak dapat = 0
dapat berbentuk fisik,
keuangan dan tenaga.
c. Sumber daya perawat dapat
2 dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu
d. Sumber daya masyarakat
dapat dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan
dan waktu
e. Sumber daya masyarakat
dapat dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan
masyarakat.
3. Potensial masalah Faktor yang diperhaikan:
untuk dicegah
a. Tingkat keparahan
Skala: b. Kepelikan dari masalah
c. Lamanya masalah,
a. Tinggi = 3 1
berhubungan dengan
b. Cukup = 2
jangka waktu masalah itu
c. Rendah = 1
ada.
d. Tindakan yang sedang
dijalankan, yaitu tindakan
yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
e. Adanya kelompok high risk
atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi
untuk mencegah masalah.
4. Menonjolnya masalah Faktor yang perlu diperhatikan
adalah perawat perlu menilai
Skala:
persepsi atau bagaimana
a. Masalah keluarga melihat masalah
berat, harus kesehatan tersebut.
segera
ditangani = 2 1
b. Ada masalah
tetapi tidak
perlu
ditangani = 1
c. Masalah tidak
dirasakan
Berdasarkan tabel diatas, untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga yang ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:

a. Menentukan skor setiap kriteria


Misalnya pada kriteria sifat masalah dengan pertimbangan pembenaran ditentukanlah skala
potensial yang memiliki skor 1
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
𝑠𝑘𝑜𝑟 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Rumus :𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Misalnya untuk kriteria potensial dicegah memiliki skala tinggi yang berarti skornya adalah
3. Kriteria potensial memiliki bobot 1 dan skor tertinggi adalah 3. Maka jika dimasukkan
3×1
kedalam rumus dapat di tuliskan : 3
=1
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Misalnya telah ditentukan diagnosis yang diangkat adalah dx.Y. Hasil perhitungan kriteria
sifat, kemungkinan untuk dirubah, potensial dicegah, dan menojolnya masalah secara
berturut-turut adalah 1, 1⁄2, 1, dan 1⁄2. Maka jumlah skor untuk semua kriteria adalah 1,
1⁄ , 1, + 1⁄ sama dengan 3. Sehingga skor unuk diagnosis dx. Y adalah 3. Kemudian skor
2 2
tersebut dibandingkan dengan perhitungan diagnosis yang lain. diagnosis yang memiliki
nilai paling tinggi merupakan diagnosis prioritas yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keluarga.
1.2.5 Rencana Keperawatan
Menurut Widyanto (2014) rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan
tujuan, yang meliputi tujuan jangja panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan
khusus), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
khusus atau tujuan pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada problem,
sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi.
1.2.6 Implementasi
Menurut Widyanto (2014) pada kegiatan implementasi, terlebih dahulu perawat
perlu melakukan kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun sikologis
dalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu pelaksanaan, materi, siapa
yang melaksanakan, siapa anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan, serta
peralatan yang dibutuhkan jika ada. Kegiatan selanjutnya adalah implementasi sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah disusun berdasarkan diagnosis yang diangkat.
Implementasi keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
1. Memberikan informasi
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
1. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara:
1. Mendemonstrasikan cara perawatan
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3. Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara:
1. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan
cara:
1. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
1.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila belum berhasil perlu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama (Widyanto, 2014).
Evaluasi dapat dibagi menjadii 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan
berorientasi pada masalah yang dialami klien.
Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP

b. Evaluasi akhir (sumatif)


Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antaraa tindakan yang telah
dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika terjadi kesenjangan, maka
proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna
memodifikasi perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif adalah
SOAPIER.
Data subjektif Perkembangan keadaan yang
E
E didasarkan pada apa yang
V S
V diraasakan, dikeluhkan, dan
A
A dikemukakan klien.
L
L Data objektif Perkembangan yang dapat
U
U diamati dan diukur oleh
A O
A perawat atau petugas
S
S kesehatan lain
I
I Analisis Penilaian dan kedua jenis
data (DS maupun DO),
F A
S apakah kearah perbaikan atau
O
U kemunduran.
R
M Perencanaan Rencana penanganan klien
M
A yang didasarkan pada hasil
A
T analisis yang berisi lanjutan
T P
I perencanaan sebelumnya jika
I
F masih ada keadaan atau
F
masalah yang belum teratasi.
Implemenasi Tindakan yang dilakukan
I
berdasarkan rencana

Evaluasi Penilaian tentang sejauh


mana rencana tindakan dan
E evaluasi telah dilaksanakan
dan sejauh mana masalah
klien teratasi.
Reassessment jika hasil evaluasi
menunjukan masalah belum
teratasi, maka pengkajian
R
ulang perlu dilakukan
melalui proses pengumpulan
DS serta proses analisisnya.

1.3 Konsep Hipertensi


1.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah
di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007 ).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama(
Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
1.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140- 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
1.3.3 Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer)
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena
faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan
akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan
pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009)..
1.3.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan
vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan
primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler
dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada
lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding
aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh
terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok
terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol
berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan
adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin,
2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
1.3.5 Manifestasi Klinis Stroke
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban
berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air
kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah
(Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala
ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal,
mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
1.3.6 Penatalaksanaan
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
1.3.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. PENGKAJIAN (Tanggal : 11 Desember 2018)


I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn.N
2. Alamat Dan Telepon : Bulak Kenjeran 2/33
3. Pekerjaan Kk : PNS
4. Pendidikan Kk : Sarjana 1
5. Komposisi Keluarga : …………………………………………….

No Nama Jenis HubKlg Umur Dik Status Imunisasi Ket


Kel KK Polio DP Hepatitis Campak
T
1. Ny.W P Istri 27 S1 L

2. An.Z L Anak 4 L

3 An.A L Anak 1 TL

Genogram :

1. Tipe Keluarga :
Keluarga Tn.N tergolong keluarga besar.
2. Suku Bangsa :
Tn.N berasal dari suku madura dan Ny.W berasal dari suku jawa.
3. Agama :
Keyakinan yang dianut keluarga Tn. N adalah islam. Tidak ada perbedaan diantara
anggota keluarga. Tn.N, Ny. W dan ibu mertuanya setiap hari selalu menjalankan
ibadah sholat walaupun tidak 5 waktu.
4. Status Sosial Ekonomi :
Keluarga Tn.N yaitu menengah keatas. Dilihat dari keadaan rumahnya merupakan
keluarga sejahtera 1 karena dinding rumah terbuat dari tembok dan lantai terbuat dari
keramik. Kebutuhan sehari-hari seperti membayar listrik, air, dan makan sehari-hari
dipenuhi oleh penghasilan dari Tn.N dan NY.W yang bekerja sebagai PNS guru.
Penghasilan dari Tn.N sendiri berkisar sebesar 3,3 juta per bulannya sedangkan
penghasilan dari NY.W berkisar sekitar 1,5 juta.
5. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn.N biasanya mengajak istri dan anak-anaknya jalan-jalan ke taman dan mall saat
hari sabtu atau minggu jika pekerjaannya sudah selesai. Jika tidak ada waktu luang
atau pekerjaan Tn.N sedang banyak mereka hanya melihat TV dan istirahat atau
kumpul bersama.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
dengan anak usia pra sekolah (family with preschool children) karena anak pertama
berusia 4 tahun dan sudah masuk paud
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dalam tahap perkembangan
anak usia sekolah adalah :
Tn.N mengatakan ingin memiliki rumah sendiri karena masih ikut tinggal dengan
mertua
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Di dalam pengkajian didapat :
a. Tn.N tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular serta tidak
pernah di rawat di rumah sakit
b. Ny.W mengalami pusing dan nyeri kepala sejak 4 hari terakhir
b. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Ny.W memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 25 tahun, Ny.W tidak pernah
dirawat di rumah sakit. Ny.W mengatakan sudah lama tidak meminum obat
hipertensinya.
III. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah Tn.N berukuran 8x6 m2. Terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang dapur,2 kamar
tidur dan 1 kamar mandi dan 1 tempat untuk perabotan rumah tangga lainnya. Rumah
bentuk permanent, lantai dari keramik, memiliki ventilasi jendela sebanyak 2 kaca.
Didalam rumah pencahayaan dari luar cukup jadi ruangan tampak terang.
Perabotan tertata rapi. Didepan rumah terdapat teras untuk parkir sepeda motor. Air
yang digunakan untuk minum dan mandi sehari-hari yaitu air pdam. Halaman sekitar
rumah tampak bersih dan tidak ada sampah yang berserakan.
Ruang Tamu : bersih dan perabotan rumah tangga ditata rapi. Tersedia
kursi dan meja untuk tamu.
Ruang Tidur : tersedia kasur yang layak untuk digunakan.
Ruang Dapur : dapur tampak sedikit kotor karena barang memasak masih
ditempatkan di sembarang tempat.
Kamar Mandi : kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC, keadaan
air didalam bak mandi tampak bersih.
Denah rumah

Dapur Kamar Kamar


Hal
tidur Tidur

am

an

Kamar
Gudang mandi Ruang Tamu

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Keluarga Tn.N berada pada lingkungan yang bermata pencaharian karyawan swasta.
Mayoritas tetangga bersuku Jawa dan Madura serta mayoritas agama islam. Tn.N
sering ikut kegiatan kerja bakti yang diadakan, sedangkan Ny. W sendiri tidak pernah
mengikuti kegiatan PKK di daerahnya.
3. Mobilitas geografis keluarga
Tn.N tinggal di tempat tersebut sejak menikah dengan Ny.W, sedangkan Ny.W sudah
tinggal di tempat tersebut sudah sejak kecil. Jarak antara rumah Tn.N dan puskesmas
terbilang jauh. Biasanya Tn.N atau Ny.W jarang ke puskesmas karena jauh.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.N dan Ny. W setiap hari kumpul bersama anaknya dan mertua di rumah, jika ada
acara keluarga selalu disempatkan untuk datang. Keluarga Tn.N jarang berkumpul
dengan tetangga terdekatnya karena anggota keluarga Tn.N semuanya bekerja dan
saat pulang digunakan untuk istirahat di rumah.
5. Sistem pendukung keluarga
Pada saat pengkajian di keluarga, yang tampak sakit adalah Ny.W dengan penyakit
hipertensi. Ny.W sudah mengenal masalah kesehatan mengenai hipertensi tetapi
Ny.W malas untuk berobat. Biasanya yang mengingatkan Ny.W untuk pergi berobat
yaitu ibu dan suaminya (Tn.N).
IV. Struktur Keluarga
1. Struktur peran
a. Tn. N
Tn. N berperan sebagai suami dan seorang ayah yang bertugas mencari nafkah.
b. Ny. W
Ny. W berperan sebagai istri menjadi ibu rumah tangga dan juga ikut bekerja
sebagai guru untuk membantu kebutuhan dalam keluarga
c. An.Z
An.Z berperan sebagai anak dari Tn.N dan Ny.W yang masih berusia 4 tahun
dan mengikuti paud
d. An. A
An.A berperan sebagai anak dari Tn.N dan Ny.W yang masih berusia 1 tahun

yang masih dalam tahap perkembangan.

2. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi sehari-hari yang biasa digunakan di keluarga tersebut yaitu bahasa
indonesia, itu karena Tn.N bersuku madura dan Ny.W asli jawa. Komunikasi diantara
suami, istri dan ibu mertua sangat terbuka. Bila ada masalah selalu dimusyawarahkan
terlebih dahulu.
3. Struktur kekuatan keluarga
Bila ada masalah dari luar keluarga maka antar anggota keluarga saling memberi
dukungan.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi ekonomi
Pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk kesehatan berasal dari penghasilan
Tn.N dan Ny.W yang bekerja sebagai guru.
2. Fungsi mendapatkan status sosial
Keluarga Tn.N jarang berkumpul dengan tetangga karena bekerja dan setelah pulang
dari kerja Tn.N istirahat sedangkan Ny.W setelah pulang kerja biasanya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, dan ibu mertua menjaga anak-anak mereka. Keluarga Tn.N
tidak memperdulikan status sosial di masyarakat dikarenakan hubungan antara
tetangga dengan keluarga tersebut sudah terjalin dengan baik dan tetangga mereka
sudah tahu jika anggota keluarga mereka bekerja semua.
3. Fungsi pendidikan
Tn.N dan Ny.W dapat menyekolahkan anak pertama mereka di paud terdekat karena
masih berumur 4 tahun dan anak kedua belum sekolah karena masih berumur 1 tahun.
4. Fungsi sosialisasi
Antar keluarga, tetangga tidak ada masalah dalam bersosialisasi. Keluarga juga
terbiasa dengan lingkungan sekitar.
5. Fungsi pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Dari pengkajian, Ny.W sudah mengetahui tentang sakitnya yaitu hipertensi.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Ny. W mengatakan jika sakitnya kambuh biasanya yang menyuruhnya untuk pergi
berobat adalah suami dan ibu. Tetapi Ny.W malas untuk pergi berobat.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Dari observasi didapat bahwa suaminya (Tn.N) dan ibunya Ny.W kurang mampu
merawat Ny.W saat sakit. Seperti tidak mampu mengantar Ny.W berobat ke
faskes, tidak mampu menyiapkan obat untuk Ny.W.
d. Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga sudah dapat memodifikasi lingkungan dan terbukti lingkungan rumahnya
bersih dan perabotan rumahnya tampak rapi tidak berantakan.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Ny.W mengatakan jarang melakukan pemerikasan kesehatan di puskesmas. Ny.W
mengatakan jika sakitnya tidak sembuh-sembuh baru akan pergi ke faskes.
6. Fungsi religious
Keluarga Tn.N beribadah di rumah sendiri dan jarang beribadah di masjid.
7. Fungsi rekreasi
Keluarga Tn.N biasanya jalan – jalan ke taman atau mall setiap 1 minggu sekali.
8. Fungsi reproduksi
Ny.W mengatakan jika dirinya menggunakan pil KB ,tetapi masih memiliki rencana
untuk mempunyai anak lagi karena menginginkan anak perempuan.
9. Fungsi afeksi
Antar anggota keluarga sangat ramah dan menghormati. Tn.N dan ibu sangat
memperhatikan Ny.W yang sedang sakit stroke, mereka memenuhi kebutuhan yang
diperlukan untuk perawatan Tn.N.
VI. Stress Dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Untuk saat ini Tn.N dan Ny.W mengungkkapkan ingin memantau perkembangan
anak-anaknya karena takut jika perkembangan anak-anaknya terpengaruh oleh gadjet.
Tn.N juga takut jika penyakit istrinya bisa menyebabkan stroke, bila istrinya tidak
mau berobat dan tidak menjaga pola makan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Tn.N menyadari bahwa Ny.W menderita penyakit hipertensi, oleh karena itu keluarga
menyarankan untuk kontrol ke dokter atau puskesmas mengenai sakit yang
dideritanya.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi yang biasa digunakan untuk menghadapi masalah adalah musyawarah
bersama anggota keluarga.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga tersebut tidak ada kekerasan dalam menghadapi masalah
VII. Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga
No Pemeriksaan Tn.N Ny.W Ibu Mertua An. Z An.A
1. Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik
umum
2. Tanda –
tanda vital :
TD(mmHg) 125/67 150/110 135/90 -
-
Nadi(x/menit 80 89 90 75
78
) 36 36 36 36
36
Suhu(celcius) 16 16 16 20
23
RR(x/menit)
3. TB (cm) & 159 & 60 155 & 58 153 & 56 128 & 18 90 & 10
BB (kg)
4. Kepala : Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris, tebal, simetris,
tebal, tebal, tebal, hygiene baik, tebal,
berwarna hygiene hygiene berwarna hygiene baik,
hitam, baik, baik, hitam berwarna
berwarna berwarna hitam
hitam hitam
5. Mata : Sklera Konjungtiva Sklera bening, Konjungtiva Konjungtiva
bening, pink tidak konjungtiva pink tidak pink tidak
konjungtiva pucat dan pink tidak pucat dan pucat dan
pink tidak kelopak pucat, alis Kelopak mata Kelopak mata
pucat, alis mata terlihat mata berbatas terlihat dapat terlihat dapat
mata berbatas dapat tegas dan membuka membuka
tegas dan membuka simetris, tidak menutup, menutup,
simetris, menutup, mengalami sklera bening, sklera
tidak sklera pembengkaka alis mata bening, alis
mengalami bening, alis n mata, respon berbatas tegas mata berbatas
pembengkaka mata terhadap dan simetris, tegas dan
n mata, berbatas cahaya baik, tidak terdapat simetris,
respon tegas dan tidak pembengkaka tidak terdapat
terhadap simetris, menggunakan n mata, respon pembengkaka
cahaya baik, tidak kacamata, terhadap n mata,
tidak terdapat Mengalami cahaya baik. respon
menggunakan pembengkak sedikit terhadap
kacamata, an mata, penurunan cahaya baik.
kelopak mata respon penglihatan,
terlihat dapat terhadap kelopak mata
membuka cahaya baik. terlihat dapat
menutup. membuka
menutup.
6. Mulut dan Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
Hidung : simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
ekspresi muka ekspresi muka ekspresi muka ekspresi muka ekspresi
sesuai, lidah sesuai, lidah sesuai, lidah sesuai, lidah muka sesuai,
berwarna berwarna berwarna berwarna lidah
putih putih putih putih berwarna
kemerahan, kemerahan, kemerahan, kemerahan, putih
lidah pada lidah pada lidah pada lidah pada kemerahan,
posisi normal, posisi normal, posisi normal, posisi normal, lidah pada
bicara tidak bicara tidak bicara tidak bicara tidak posisi
pelo, tidak pelo, tidak pelo, tidak pelo, tidak ada normal,
ada gangguan ada gangguan ada gangguan gangguan bicara tidak
menelan, bibir menelan, bibir menelan, bibir menelan, bibir pelo, tidak
simetris, simetris, simetris, simetris, ada gangguan
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir menelan,
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak bibir simetris,
ada cuping ada cuping ada cuping ada cuping mukosa bibir
hidung. hidung. hidung. hidung. lembab, tidak
ada cuping
hidung.
7 Telinga Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris simetris antara simetris simetris simetris
antara telinga antara telinga
telinga kanan antara telinga antara telinga
kanan dan kanan dan
kiri, liang dan kiri, liang kanan dan kanan dan kiri, liang
telinga telinga terlihat kiri, liang kiri, liang telinga
terlihat bersih, bersih, tidak telinga terlihat telinga terlihat terlihat
tidak ada bersih, tidak
ada gangguan bersih, tidak bersih, tidak
gangguan ada
pendengaran. pendengaran ada gangguan ada gangguan gangguan
pendengaran pendengaran pendengaran

8 Dada Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi Inspeksi


tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
retraksi retraksi retraksi retraksi retraksi
dada saat dada saat dada saat dada saat dada saat
bernafas, bernafas, bernafas, bernafas, bernafas,
Palpasi Palpasi Palpasi Palpasi Palpasi
pengemban pengemban pengemban pengemban pengemba
gan dada gan dada gan dada gan dada ngan dada
simetris simetris. simetris. simetris. simetris.
9 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar
tiroid
10 Abdomen Inspeksi Inspeksi: tidak Inspeksi tidak Inspeksi tidak Inspeksi tidak
tidak ada ada lesi ada lesi ada lesi ada lesi
lesi disekitar disekitar disekitar disekitar
disekitar abdomen, abdomen, abdomen, abdomen,
abdomen, tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada distensi, perut distensi, perut distensi, perut distensi,
distensi, tidak tidak tidak perut tidak
perut tidak kembung, kembung, kembung, kembung,
kembung, Palapasi: tidak Palapasi: Palapasi: tidak Palapasi:
Palapasi: ada nyeri tidak ada ada nyeri tidak ada
tidak ada tekan nyeri tekan tekan nyeri tekan
nyeri tekan diseluruh diseluruh diseluruh diseluruh
diseluruh lapang lapang lapang lapang
lapang abdomen. abdomen. abdomen. abdomen.
abdomen.
11 Eliminasi Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem
perkemihan: perkemihan: perkemihan: perkemihan: perkemihan:
frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi
BAK ± 5x BAK ± 4x BAK ± 4x BAK ± 4x BAK ± 4x
sehari, tidak sehari, tidak sehari, tidak sehari, tidak sehari, tidak
mengalami mengalami mengalami mengalami mengalami
inkontinensia inkontinensia inkontinensia inkontinensia inkontinensia
Eliminasi Eliminasi Eliminasi Eliminasi Eliminasi
(BAB): pola (BAB): tidak (BAB): tidak (BAB): tidak (BAB): tidak
1x sehari, tentu, tidak tentu, tidak tentu, tidak tentu, tidak
tidak ada ada konstipasi. ada ada konstipasi. ada
konstipasi. konstipasi. konstipasi.
12 Integumen Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
elastis, tidak elastis, tidak elastis, tidak elastis, tidak elastis, tidak
ada lebam, ada lebam, ada lebam, ada lebam, ada lebam,
tidak tidak tidak bengkak, tidak bengkak, tidak
bengkak, bengkak, tidak ada tidak ada bengkak,
tidak ada tidak ada eritema, tidak eritema, tidak tidak ada
eritema, eritema, ada luka ada luka eritema, tidak
tidak ada tidak ada ada luka
luka luka.
13 Muskuloskele Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas
tal atas dan atas dan atas dan atas dan atas dan
bawah bawah bawah bawah bawah
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
rentang gerak rentang gerak rentang gerak rentang gerak rentang gerak
penuh, dan penuh, dan penuh, dan penuh, dan penuh, dan
otot kuat otot kuat otot kuat otot kuat otot kuat
14 Capillary < 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Refill Time
15 Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
darah terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji

VIII. Harapan Keluarga


Harapan keluarga untuk Ny.W agar mau berobat dan periksa rutin mengenai sakit
hipertensinya, dan tidak sampai menjadi stroke.

10. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


I. Analisis Dan Sintesis Data
No Data Masalah Etiologi

1 Subyektif : Nyeri Akut Ketidakmampuan


- Ny.W mengatakan kepala pusing keluarga merawat
nggliyeng anggota keluarga
- P: Ny.W mengatakan timbulnya yang sakit
keluhan karena tekanan darahnya
yang kembali naik.
- Q: Ny.W mengatakan keluhan yang
dirasakan seperti tertekan benda berat
- R: Ny.W mengatakan keluhan
dirasakan pada daerah kepala dan
leher
- S: Skala nyeri 4 (sedang)
- T: Ny.W mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul
Obyektif :
- Tekanan darah Ny.W 150/110
mmHg.
-
2 Subyektif : Ketidakefektifan Hambatan
- Ny.W mengatakan mengerti tentang Pemeliharaan Pengambilan
sakit yang diderita yaitu hipertensi Kesehatan Keputusan
- Ny.W mengatakan tidak tahu akibat
dari hipertensi
- Ny.W mengatakan jarang
memeriksakan diri ke faskes
- Ny.W mengatakan jika sakitnya tidak
sembuh-sembuh baru akan pergi ke
faskes
- Ny.W mengatakan minum obat
hipertensi tidak rutin
Obyektif :
- Ny.W tidak menunjukkan minat untuk
kontrol ke faskes
- Ny.W hanya minum obat jika timbul
pusing

II. Daftar Diagnosis Keperawatan yang muncul


No Diagnosa Keperawatan (PES)
1. Nyeri Akut pada Ny.W (000132, Nanda 2018-2020)
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Ny.W (00099 Nanda 2018-2020)

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan


Dx. Kep. : Nyeri Akut pada Ny.W (00132, Nanda 2018-2020)

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat Masalah 2/3x1 Ny W mengatakan


- Tdk/Kurang Sehat 3 = 2/3 kepala pusing sejak 4
- Ancaman Kes 2 1 hari yang lalu
- Keadaan Sejahtera 1
2 Kemungkinan Msl Dpt 1/2x2 Ny W mengatakan
Diubah =1 sudah lama tidak
- Mudah 2 2 minum obat.
- Sebagian 1
- Tdk Dapat 0
3 Potensial Msl Utk Dicegah 1/3x1 Ny.W mengatakan
-Tinggi 3 =1/3 malas untuk minum
-Cukup 2 1 obat
-Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah 2/2x1 Menurut Ny.W
-Msl Berat Hrs Segera 2 =1 pusing terjadi karena
Ditangani 1 tidak menjaga pola
-Ada Msl, Tetapi Tidak 1 makan dan sudah
Perlu Segera Ditangani lama tidak minum
-Masalah Tidak Dirasakan 0 obat
Total skor 2 3/6

Dx. Kep. : Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Ny. W (00099 Nanda 2018-


2020)

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat Masalah 2/3x1 Sifat masalah adalah


- Tdk/Kurang Sehat 3 = 2/3
ancaman kesehatan,
- Ancaman Kes 2 1
- Keadaan Sejahtera 1 karena Ny.W
mengatakan jika
sakitnya tidak
sembuh-sembuh
baru akan pergi ke
faskes

2 Kemungkinan Msl Dpt 2/2x2 Tn.N mengatakan


Diubah =2
akan berusaha
- Mudah 2 2
- Sebagian 1 mendampingi Ny.W
- Tdk Dapat 0
untuk mengingatkan
kontrol ke puskesmas
dan minum obat
teratur.

3 Potensial Msl Utk Dicegah 3/3x1 Keluarga memiliki


-Tinggi 3 =1
latar belakang
-Cukup 2 1
-Rendah 1 pendidikan Diploma
3 atau strata 1
sehingga secara
pengetahuan dan
perilaku kurang baik
dan perlu adanya
motivasi untuk
perawat
meningkatkan
pengetahuan tentang
hipertensi.

4 Menonjolnya Masalah 0/2x1 Menurut Ny.W


-Msl Berat Hrs Segera 2 =0
sudah sepatutnya
Ditangani 1
-Ada Msl, Tetapi Tidak 1 semua anggota
Perlu Segera Ditangani
keluarga saling
-Masalah Tidak Dirasakan 0
mendukung dan
memberikan
perhatian karena
menjadi tanggung
jawab jika salah satu
anggota keluarga
mengalami masalah
kesehatan

Total skor 3 2/3

IV. Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosis keperawatan Skor

1 Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Ny.W (00099 3 2/3


Nanda 2018-2020)
2 Nyeri Akut pada Ny.W (000132, Nanda 2018-2020) 2 3/6
11. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
1. Subyektif : 00099 Domain : TUK 1 Keluarga Mampu Mengenal
- Ny.W mengatakan mengerti Promosi Kesehatan Setelah dilakukan intervensi Masalah
tentang sakit yang diderita Class 2: keluarga mampu mengenal 1. Nilai pemahaman keluarga
yaitu hipertensi Manajemen masalah dengan kriteria tentang penyakit hipertensi
- Ny.W mengatakan tidak tahu kesehatan hasil : 2. Jelaskan proses terjadinya
akibat dari hipertensi Diagnosis: 1. Mengetahui faktor penyakit hipertensi dan
- Ny.W mengatakan jarang Ketidakefektifan hipertensi bagaimana hubungannya
memeriksakan diri ke faskes pemeliharaan 2. Mengetahui penyebab dengan kemampuan sehari-
- Ny.W mengatakan jika kesehatan pada hipertensi sehari
sakitnya tidak sembuh- Ny.W 3. Mengetahui dampak dari 3. Jelaskan faktor risiko tentang
sembuh baru akan pergi ke hipertensi penyakit hipertensi
faskes 4. Mengetahui cara 4. Berikan informasi yang
- Ny.W mengatakan minum melakukan pencegahan akurat tentang penyakit
obat hipertensi tidak rutin dan penanganan hipertensi
Obyektif : hipertensi 5. Diskusikan perawatan
- Ny.W tidak menunjukkan maupun terapi hipertensi
minat untuk kontrol ke faskes TUK 2 Keluarga Mampu
- Ny.W hanya minum obat jika Setelah dilakukan intervensi Memustuskan Tindakan
timbul pusing keluarga mampu 1. Menjelaskan akibat yang
memustuskan tindakan terjadi bila hipertensi tidak
dengan kriteria hasil : diatasi
1. Manfaat pencegahan 2. Gali pendapat keluarga
hipertensi bagaimana cara mengatasi
2. Menjelaskan rasional penyakit hipertensi.
pencegahan hipertensi 3. Manfaatkan dukungan
3. Melakukan skrining keluarga atau kelompok lain
kesehatan seperti kontrol untuk pengambilan
kolesterol yang bisa saja keputusan
menjadi penyebab dari 4. Fasilitasi keluarga terkait
hipertensi tujuan pencegahan
4. Keputusan keluarga untuk hipertensi
mengatasi hipertensi agar 5. Berikan informasi yang
tidak bertambah berat. dibutukan dan ditanyakan
oleh keluarga
TUK 3 Keluarga Mampu Melakukan
Setelah dilakukan intervensi Perawatan
keluarga mampu melakukan 1. Gali hambatan pada NY.W
perawatan dengan kriteria tidak minum obat
hasil : 2. Anjurkan individu untuk
1. Identifikasi faktor periksa ke pelayanan
penghambat tidak rutin kesehatan secara rutin
minum obat 3. Libatkan keluarga dalam
2. Pantau jadwal kontrol ke melakukan perawatan
pelayanan kesehatan kesehatan (kontrol rutin)
3. Cara merawat anggota 4. Mengingatkan minum obat
keluarga yang sakit pada anggota keluarga yang
sakit
5. Anjurkan keluarga untuk
mengkonsumsi makanan
sesuai dengan yang
dianjurkan
TUK 4 Keluarga Mampu Memodifikasi
Setelah dilakukan intervensi Lingkungan
keluarga mampu 1. Diskusikan dengan keluarga
memodifikasi lingkungan tentang lingkungan dan
dengan kriteria hasil : komunikasi yang efektif
1. Menciptakan suasana untuk mengurangi hipertensi
rumah yang tenanag 2. Diskusikan dengan keluarga
2. kembangkan komunikasi menyediakan waktu luang
yang terbuka dan mendengarkan keluhan
3. menyediakan waktu dan anggota keluarga yang sakit.
menjadi pendengar yang
baik bagi keluarga.

TUK 5 Keluarga Mampu


Setelah dilakukan intervensi Memanfaatkan Fasilitas
keluarga mampu Pelayanan Kesehatan
memanfaatkan fasilitas 1. Bantu keluarga untuk
pelayanan kesehatan dengan memilih pelayanan kesehatan
kriteria hasil : yang sesuai
1. Upaya mencari tenaga 2. Informasikan kepada
kesehatan/ pelayanan keluarga tentang perbedaan
kesehatan jika diperlukan pelayanan kesehatan beserta
2. Menjelaskan manfaat fasilitasnya.
fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan untuk
mengatasi hipertensi
2. Subyektif : 00132 Domain 12: Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji nyeri secara
- Ny.W mengatakan kepala Rasa nyaman diharapkan nyeri pada Ny.P komprehensif.
pusing nggliyeng dapat diatasi dengan KH : 2. Observasi tanda-tanda vital
- P: Ny.W mengatakan Kelas 3: 1. Klien mampu mengontrol 3. Beri jus mentimun
timbulnya keluhan karena Kenyamanan sosial nyeri (tahu penyebab 4. Anjurkan/demonstrasikan
tekanan darahnya yang nyeri, mampu pada klien dan keluarga
kembali naik. Diagnosis: menggunakan teknik kompres hangat pada kepala
- Q: Ny.W mengatakan Nyeri akut pada nonfarmakologi untuk bagian belakang.
keluhan yang dirasakan Ny.W mengurangi nyeri, 5. Anjurkan klien untuk
seperti tertekan benda berat mencari bantuan) meningkatkan istrahat.
- R: Ny.W mengatakan 2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Beri informasi pada klien dan
keluhan dirasakan pada berkurang dengan keluarga tentang nyeri dan
daerah kepala dan leher manajemen nyeri. perawatan yang diberikan.
- S: Skala nyeri 4 (sedang) 3. Menyatakan rasa nyaman 7. Beri pendidikan kesehatan
- T: Ny.W mengatakan keluhan setelah nyeri berkurang tentang hipertensi
timbul secara tiba-tiba, sakit 8. Beri konsultasi aktivitas yang
kepala yang dirasakan hilang dianjurkan.
timbul
Obyektif :
- Tekanan darah Ny.W
150/110 mmHg.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari Tanggal
N Diagnosa Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP) Paraf
Waktu
o Keperawatan
1 1,2 Kamis, 13 TUK 1 £ Dx1 £
Desember 2018 Subyektif
Keluarga Mampu Mengenal Masalah
17.00 WIB - Ny.W menjelaskan
1. Menilai pemahaman keluarga tentang
ulang tentang pengertian
penyakit hipertensi hipertensi dan
2. Menjelaskan proses terjadinya penyakit menerapkan hidup sehat
hipertensi dan bagaimana hubungannya mulai sekarang.
- Ny.W dan keluarga
dengan kemampuan sehari-sehari
menjelaskan kembali
3. Menjelaskan faktor risiko tentang tentang faktor resiko
penyakit hipertensi hipertensi adalah
makanan asin – asin
4. Memberikan informasi yang akurat
Obyektif
tentang penyakit hipertensi - Ny W kooperatif saat
5. Mendiskusikan perawatan maupun terapi diskusi berlangsung
- Terdapat kontak mata
hipertensi
selama proses diskusi
6. Mengobservasi tanda-tanda vital Analisis
7. Memberi jus mentimun TUK 1 tercapai dengan
8. Menganjurkan/demonstrasikan pada klien dengan indikator keluarga
mampu mengenal masalah
dan keluarga kompres hangat pada kepala terkait pengetahuan
bagian belakang. hipertensi
9. Menganjurkan klien untuk meningkatkan Perencanaan
Lanjutkan intervensi TUK 2
istrahat.
Dx 2
Subyektif
- Ny.W mengatakan nyeri
masih dirasakan (skala
nyeri 4).
- Ny.W mengatakan
merasa lebih nyaman
dan nyeri berkurang
setelah melakukan
kompres hangat pada
kepala bagian belakang.
Objektif:
- Tanda-tanda vital : TD :
155/100. N : 90 x/m RR
: 18 x/m S : 36,8 ̊ C
- Ny.W terlihat meminum
jus mentimun sampai
habis
- Ny.W terlihat bisa
mempraktikkan
kompres hangat
Analisis
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan intervensi
2. 1,2 Sabtu, 15 TUK 2 : Keluarga Mampu Memustuskan £ Dx 1 £
Sesember 2018 Tindakan Subyektif :
19.00 WIB 1. Menjelaskan akibat yang terjadi bila - Kelurga dan Ny.W
hipertensi tidak diatasi menjelaskan akibat
2. Menggali pendapat keluarga bagaimana hipertensi
cara mengatasi penyakit hipertensi. - Keluarga dan Ny.W
3. Memanfaatkan dukungan keluarga atau menjelaskan cara
kelompok lain untuk pengambilan mengatasi penyakit
keputusan hipertensi
4. Memfasilitasi keluarga terkait tujuan - Keluarga dan Ny.W
pencegahan hipertensi mengatan saling
5. Memberikan informasi yang dibutukan dan mendukung jika ada
ditanyakan oleh keluarga anggota keluarga yang
6. Mengobservasi tanda-tanda vital sakit.
7. Memberi jus mentimun Obyektif :
8. Menganjurkan/demonstrasikan pada klien 1. Keluarga antusias dan
dan keluarga kompres hangat pada kepala memperhatikan dalam
bagian belakang. menerima penjelasan
9. Menganjurkan klien untuk meningkatkan 2. Keluarga aktif bertanya
istrahat. 3. Keluarga dapat
menjelaskan dan
menjawab pertanyaan
evaluasi
4. Keluarga dan perawat
menjaga kontak mata saat
kegiatan berlangsung
Analisis :
TUK 2 tercapai dengan
indikator keluarga mampu
memustukan tindakan terkait
hipertensi
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi TUK 3
: keluarga mampu merawat
anggota keluarga

Dx 2
Subyektif
- Ny.W mengatakan nyeri
masih dirasakan (skala
nyeri 4).
- Ny.W mengatakan
merasa lebih nyaman
dan nyeri berkurang
setelah melakukan
kompres hangat pada
kepala bagian belakang.
Objektif:
- Tanda-tanda vital : TD :
140/100. N : 87 x/m RR
: 18 x/m S : 36 ̊ C
- Ny.W terlihat meminum
jus mentimun sampai
habis
- Ny.W terlihat bisa
mempraktikkan
kompres hangat
Analisis
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan intervensi
3. 1,2 Senin, 17 TUK 3 £ Dx 1 £
Desember 2018 Keluarga Mampu Melakukan Perawatan Subyektif :
16.00 WIB 1. Menggali hambatan pada NY.W tidak minum 1. Ny.W mengatakan
obat merasa sudah sehat
2. Menganjurkan individu untuk periksa ke dengan tidak meminum
pelayanan kesehatan secara rutin obat
3. Melibatkan keluarga dalam melakukan 2. Keluarga dan Ny.W
perawatan kesehatan (kontrol rutin) mengerti tentang
4. Mengingatkan minum obat pada anggota penjelasan yang
keluarga yang sakit diberikan
5. Menganjurkan keluarga untuk mengingatkan 3. Keluarga mengatakan
Ny.W mengkonsumsi makanan sesuai dengan selalu mengingatkan
yang dianjurkan Ny.W untuk minum
6. Mengobservasi tanda-tanda vital obat dan menjaga pola
7. Memberi jus mentimun makan
8. Menganjurkan/demonstrasikan pada klien dan Obyektif :
keluarga kompres hangat pada kepala bagian 1. Ny. W antusias dan
belakang. memperhatikan dalam
9. Menganjurkan klien untuk meningkatkan menerima penjelasan
istrahat. 2. Keluarga dapat
menjelaskan dan
menjawab pertanyaan
evaluasi
3. Keluarga dan perawat
menjaga kontak mata saat
kegiatan berlangsung
Analisis :
TUK 3 tercapai dengan
indikator keluarga mampu
merawat anggota keluarga
yang sakit
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi TUK 4
: keluarga mampu
memodifikasi lingkungan

Dx 2
Subyektif
- Ny.W mengatakan nyeri
masih dirasakan tetapi
sedikit berkurang (skala
nyeri 3).
- Ny.W mengatakan
sudah mempraktikkan
sendiri kompres hangat
saat di rumah
Obyektif
- Tanda-tanda vital : TD :
140/100. N : 87 x/m RR
: 18 x/m S : 36 ̊ C
- Ny.W terlihat meminum
jus mentimun sampai
habis
- Ny.W terlihat bisa
mempraktikkan
kompres hangat
Analisis
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan intervensi
4. 1,2 Rabu, 19 TUK 4 £ Dx 1 £
Desember 2018 Keluarga Mampu Memodifikasi Lingkungan Subyektif
16.00 WIB 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang - Keluarga mengatakan
lingkungan dan komunikasi yang efektif memiliki waktu luang
untuk mengurangi hipertensi saat pulang kerja yaitu
2. Mendiskusikan dengan keluarga sore sampai malam hari
menyediakan waktu luang dan - Kelurga mengatakan
mendengarkan keluhan anggota keluarga mengerti tentang apa
yang sakit. yang dijelaskan
3. Mengobservasi tanda tanda vital perawat
4. Memberi jus mentimun Obyektif
5. Memberi informasi pada klien dan keluarga - Ny. W antusias dan
tentang nyeri dan perawatan yang diberikan. memperhatikan dalam
6. Memberi pendidikan kesehatan tentang menerima penjelasan
hipertensi - Keluarga dapat
7. Memberi konsultasi aktivitas yang menjelaskan dan
dianjurkan menjawab pertanyaan
evaluasi
- Keluarga dan perawat
menjaga kontak mata
saat kegiatan
berlangsung
Analisis :
TUK 4 tercapai dengan
indikator keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dengan anggota keluarga
hipertensi
Perencanaan :
Lanjutkan intervensi TUK
5 : keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan
kesehatan

Dx 2
Subyektif
- Ny.W mengatakan
pusing berkurang
dengan skala 2
- Keluarga dan Ny.W
menjelaskan kembali
penkes yang diberikan
oleh perawat.
- Keluarga menjelaskan
tentang perawatan saat
nyeri
- Keluarga menjelaskan
aktivitas yanng
diperbolehkan untuk
sakit hipertensi
Obyektif
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/100. N :
94x/m RR : 18 x/m S :
36 ̊ C
- Ny.W terlihat
meminum habis jus
timun yang diberikan
Analisis
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan intervensi

5. 1,2 Jumat, 21 TUK 5 £ Dx 1


Desember 2018 Keluarga Mampu Memanfaatkan Fasilitas Subyektif
19.00 WIB Pelayanan Kesehatan - Keluarga dan Ny.W
1. Bantu keluarga untuk memilih pelayanan mengatakan akan
kesehatan yang sesuai berobat ke pelayanan
2. Informasikan kepada keluarga tentang kesehatan jika timbul
perbedaan pelayanan kesehatan beserta keluhan lagi
fasilitasnya. - Keluarga dan dan
3. Mengobservasi tanda tanda vital Ny.W menjelaskan
4. Memberi informasi pada klien dan perbedaan pelayanan
keluarga tentang nyeri dan perawatan kesehatan dari faskes
yang diberikan. tingkat 1 sampai
5. Memberi pendidikan kesehatan tentang tingkat 3
hipertensi Obyektif
6. Memberi konsultasi aktivitas yang - Ny. W antusias dan
dianjurkan memperhatikan dalam
menerima penjelasan
- Keluarga dapat
menjelaskan dan
menjawab pertanyaan
evaluasi
Analisis :
TUK 5 tercapai dengan
indikator keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Perencanaan :
Intervensi dihentikan

Dx 2
Subyektif
- Ny.W mengatakan
sudah tidak merasa
pusing
- Ny.W mengatakan tau
bagaimana cara
mengatasii pusing jika
timbul kembali
Obyektif
- Tanda-tanda vital :
TD : 120/90. N : 95
x/m RR : 18 x/m S :
36 ̊ C
- Ny.W meminum jus
timun yang diberikan
oleh perawat
Analisis
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan intervensi
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.


Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai