Nama Kelompok :
KELAS XI KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Surabaya, 2020
Mengetahui
CI Klinik CI Pendidikan
Thyfoid fever merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan,
ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothella atau endokardial dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dan hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan payer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. (Nanda Nic Noc.2015)
Tipes alias demam thyfoid adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi atau salmonella paratyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau
makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan oleh orang yang
terinfeksi. (Dr.Damar Upahita.2019)
Demam thyfoid adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella enterica.
Khususnya turunannya yaitu salmonella typhosa. Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh
dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja.
(Cahyono.2018)
2. Etiologi penyakit
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri gram-negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (D) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang
terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid factor-R
yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
(Nanda Nic Noc.2015)
Masa inkubasi gejala tipes atau demam thyfoid ini biasanya 1-2 minggu dengan
durasi penyakit adalah sekitar 3-4 minggu. Dua gejala tipes ringan yang utama adalah
demam dan ruam. Ruam yang mempengaruhi penderita teridiri dari bintik-bintik
berwarna merah, terutama dileher dah diperut. Gejala tipes yang lain adalah:
1. Nafsu makan yang buruk
2. Sakit dan nyeri diseluruh tubuh
3. Demam hingga 40°C
(Dr.Jati Satriyo.2019)
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi penyakit
Kuman salmonella masuk bersama makanan /minuman. Setelah berada dalam
usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak
player) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose
setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer)
menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan
berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri
pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (terjadi
bakteremi sekunder) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar kelenjar
limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong diatas plak peyer. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini,
kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan
local dimana kuman ini berkembang.
Demam thyfoid disebabkan karena salmonella thyposa dan endotoksinnya
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogenn oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
(PPNI Klaten.2015)
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapar pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelahsembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerluka penanganan khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella thypi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita demam thyfoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella thypi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin)
4. Kultur
Kultur darah : bisa positif di minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella thyphi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
thypi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
(Nanda Nic Noc.2015)
8. Penatalaksanaan
Farmakologi :
a. Kloramfenikol,dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian obat oral
atau IV selama 14 hari.
b. Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/ha. Pemerian, intravena, atau amoksilin dengan dosis 100mg/kgBB/hari
Pemberian oral /intravena selama 23 kotrimoksasol dengan dosis (tmp)
8mg/kgBB/Hari pemberianobat oral selama 14 hari.
c. Pada kasus berat, diberi seftriakson dengan dosis 50mg/kgBB/kali dan diberikan 2
kali sehari atau 80mg/kgBB/hari, sekali sehari,intravena selama 5-7 hari
d. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotik adalah
meropenem,azlthromisin dan fluoroquinolon.
Non Farmakologi :
Bed rest
Diet diberikan bubur saring kemudian bubur kasardan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
(Nanda Nic Noc.2015)
9. Teori Asuhan Keperawatan
9.1 Data pengkajian secara teori
1. Identitas
A. Nama
B. Usia
C. Jenis kelamin
D. Jenis pekerjaan
E. Alamat
F. Suku/bangsa
G. Agama
H. Tingkat pendidikan
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
- pola napas : dinilai kecepatan, irama, dan kualitas
- bunyi napas normal : vesikuler, bronchovesikuler
- penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukkan adanya
atelektasis, pnemotorak, atau fibrosis pada pleura
- bentuk dada : perubahan diameter anterior – posterior (AP)
menunjukkan adanya COPD
- Ekspansi dada : dinilai penuh / tidak penuh, dan kesimetrisannya
- Sputum : sputum yang keluar harus dinilai warnanya, jumlah dan
konsistensinya
- Selang oksigen : Endotrakeal tube, Nasopharingeal tube, diperhatikan
panjangnyatube yang berada di luar.
2. B2 (Blood)
- Irama jantung : frekuensi …x/m, reguler atau irregular
- Distensi vena jugularis
- Bunyi jantung : dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
- Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya
terdengar pada pasien gangguan katup atau CHF
- Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
- Nadi perifer : ada / tidak ada dan kualitasnya harus diperiksa. Artimia
dapat terjadi akibat adanya hipoksia miokardial
- Edema : dikaji lokasi dan derajatnya
3. B3 (Brain) :
- Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, sopor, somnolen, koma.
- Penurunan tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala pngukuran
yang disebut Glasgow Coma Scale (GCS)
- Refleks pupil reaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri)
- Ukuran pupil : (kanan dan kiri : 2-6 mm)
4. B4 (Bladder) :
- Kateter urin
- Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis
urine.
- Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi pada ginjal
- Distensi kandung kemih
5. B5 (Bowel) :
- Rongga mulut : ada atau tidaknya lesi pada mulut atau perubahan
pada lidah dapat menujukkan adanya dehidras
- Bising usus : ada tau tidaknya bising usus dan kualitas bising usus
harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen
- Distensi abdomen : dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites
dapat diketahui dengan memeriksa adanya gelombang air pada
abdomen.
- Nyeri dapat menunjukkan adanya perdarahan gastrointestinal
- Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
- Mual dan muntah
6. B6 (Bone) :
- Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgo kulit
- Integritas kulit
- Perlu dikaji adanya lesi dan decubitus