Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TYPHOID FEVER

DI RUANG ANAK

RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

Disusun oleh :

RUDY ANANG KRISTIONO

NIM : 201904068

PRODI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN TYPHOID FEVER

Di Ruang Anak

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pada tanggal ................................................

MAHASISWA

RUDY ANANG KRISTIONO

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

( ) ( )

KEPALA RUANGAN

A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri( tersebut (Inawati, 2014). Definisi
) lain dari demam tifoid atau
Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasaya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2013).
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusia
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam tifoid dan
karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus
membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah, 2014)

B. Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yaitu
Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri tersebut
memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan (Inawati, 2014). Sumber utama
yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit tersebut, baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Pada
masa penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella spp di dalam kandung
empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5 persen penderita demam tifoid kelak akan
menjadi karier sementara, sedangkan 2 persen yang lain akan menjadi karier yang
menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type)
sedang yang lain termasuk urinary type.

C. Manifestasi klinis
a) Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12
hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
- anoreksia
- rasa malas
- sakit kepala bagian depan
- nyeri otot
- lidah kotor
- gangguan perut (perut kembung dan sakit)
2. Gejala Khas
2.1 Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi
yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran
bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering
terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta bergetar atau tremor.
2.2 Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore
atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus
menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan
penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif
nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan
peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan
pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi
semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi
lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.
2.3 Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.
Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika
keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin.
2.4 Minggu Keempat
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam tifoid.

D. Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi A,
Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus
halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium menggandakan/multiplikasi (bacterium).
Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti mual, muntah,
tidak enak badan, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endosetual. Tetapi
kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran
darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel piogon
akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat
termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi
tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah
dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh (hati, limfa, empedu) sehingga
timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan,
terutama pada folikel limfosid berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak
dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ sehingga timbul komplikasi dan dapat
memperburuk kondisi pasien (Ngastiyah 2013) .
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),
dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita demam tifoid dapat
menularkan salmonella thypi kepada orang lain. Bakteri yang masuk ke dalam lambung,
sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-
sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.

E. Pathway
Bakteri Salmonella thypii

Sebagian dimusnahkan di Masuk ke saluran cerna melalui


lambung makann dan minuman

Peningkatan produksi asam Peradangan pada saluran cerna


lambung

Merangsang pelepasan zat pirogen


Mual, muntah
oleh leukosit

Penurunan nafsu makan


Zat pirogen beredar dalam
darah
Peradangan pada usus
BB turun halus
hipotalamus

MK : Nutrisi kurang dari


Merespon dengan meningkatkan suhu
Reaksi inflamasi
kebutuhan

MK : Nyeri
Thypoid Fever

Peningkatan suhu tubuh Infasi kuman pada usus halus

Sebagian
Tubuh menetap
banyak dan hidup
kehilangan cairandi(darah)
illeum
MK :Kurang
Kuranginformasi
pengetahuan MK : MK
Hpertermi
: Kekurangan
Perdarahan dan
volume
perforasi
cairan Masuk
Sebagian
Illeum
Pembesaran
dan
Masuk
terminalis
menembus
bersarang
ke aliran
hatidilamina
danhati
darah
limfe
dan
propia
limfa
terminalis
E. Penatalaksanaan (Inawati, 2014)
1 Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam
2 Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan
keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan
kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
3 Obat
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Ko-trimoksazol
Ampisilin dan Amoksisilin
Sefalosporin
Fluorokinolon
Furazolidon

F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat dengan
demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes Widal adalah melihat
adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna dalam darah terhadap antigen O (somatik)
dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica serotype typhi pada 2 kali pengambilan
spesimen serum dengan interval waktu 10-14 hari.
Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi menandakan tes Widal positif
dan jika reaksi positif diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini mengindikasikan adanya
level klinis yang signifikan dari respon antibodi pada serum pasien. Tidak terjadinya
aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan mengindikasikan tidak adanya level
klinis yang signifikan dari respon antibody (Wardana, 2014)
Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1 Identitas pasien
Meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,pekerjaan, suku/bangsa,agama, status
perkawinan,tanggal masuk rumah sakit, no RM dan diagnose masuk.

2 Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun –
turun, nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.

3 Riwayat penyakit sekarang


Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam
tubuh.

4 Riwayat penyakit dahulu


apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.

5 Riwayat penyakit keluarga


Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti DM,hipertensi,
dll.

6 Pola-pola fungsi kesehatan


a) Pola nutrisi dan metabolism
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.

b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urin tidak mengalami gangguan,hanya warna kuning kecoklatan.
Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dn merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.

c) pola aktivitas dan latihan


aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.

d) Pola tidur dan istirahat


Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.

e) Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit pada
anaknya.

f) Pola sensori dan kognitif


Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham pada
klien.

g) Pola hubungan dan peran


Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.

h) Pola penanggulangan stress


Biasanya orang tua akan nampak cemas.

7 Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-400C, muka
kemerahan.

b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran.

c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan,nafas cepat dan dalam gambaran
seperti bronchitis.

d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin rendah.

e) Sistem intugumen
kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.

f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor(khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik meningkat.

g) Sistem muskuluskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan konsistensi lunak
serti nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya

nafsu makan, mual, dan kembung.

4. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan dan

peningkatan suhu tubuh.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

C. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Anak dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas

normal.

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal


b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi.

Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang hipertermi.

b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.

Rasional : mengetahui keadaan umum klien.


c. Beri minum yang cukup.

Rasional : mencegah dehidrasi.

d. Berikan kompres air biasa.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

e. Lakukan tepid sponge (seka).

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

f. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

g. Pemberian obat antipireksia.

Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.

h. Pemberian cairan parenteral (iv) yang adekuat.

Rasional : mencegah kekurangan volume cairan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Tujuan : Masalah nyeri akut teratasi seluruhnya

Kriteria Hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri


b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan

karakteristik nyeri

Rasional : mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien

b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh : ubah posisi)

Rasional : mencegah penekanan pada jaringan yang luka

c. Berikan lingkungan yang tenang

Rasional : agar pasien dapat beristirahat


d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analetik, kaji efektifitas dari

tindakan penurunan rasa nyeri

Rasional : untuk mengurangi rasa sakit/nyeri

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya

nafsu makan, mual, dan kembung.

Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

a. Menilai status nutrisi anak.

Rasional : untuk mengetahui dan memantau nutrisi anak.

b. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.

Rasional : untuk menambah status nutrisi.

c. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan

kualitas intake nutrisi.

Rasional : meningkatkan kualitas intake nutrisi.

d. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik

porsi kecil tapi sering.

Rasional: untuk meningkatkan intake.

e. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

yang sama.

Rasional: untuk mengetahui peningkatan berat badan.

f. Mempertahankan kebersihan mulut anak.

Rasional : meningkatkan nafsu makan pada anak.


g. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit.

Rasional : membantu proses peningkatan intake nutrisi yang adekuat.

4. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan dan

peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhi kebutuhan

cairanya.

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,

HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membranmukosa

lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit 4 jam.

Rasional : mengetahui tanda-tanda vital.

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya cairan, turgor tidak elastis, ubun-ubun

cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah.

Rasional : untuk mengetahui perkembangan keadaan umum klien.

c. Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan mempertahankan intake

dan output yang adekuat.

Rasional : untuk mengetahui dan memantau cairan yang keluar masuk.

d. Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan skala yang

sama.

Rasional : mengetahui peningkatan berat badan.

e. Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.

Rasional : memonitor cairan yang masuk.


f. Memberikan antibiotik sesuai program.

Rasional : membantu dan mempercepat proses penyembuhan.

5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


Tujuan : Mengatakan pemahaman poses belajar
Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang yang dijelaskan
secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
a. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan pada pasien dan supaya pasien
mampu menganalisa tanda dan gejala yang dialaminya sesuai penjelasan
perawat/tim kesehatan lainnya.
c. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Rasional : agar pasien mampu mengidentifikasi kemungkinan penyebab
penyakit yang terjadi pada dirinya
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Rasional : membantu pasien untuk dapat menentukan perilaku yang harus
dirubah supaya terhindar dari kambuhnya penyakit dan mampu mengontrol
kesehatan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Inawati. (2014). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi Khusus. Hal
31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit demam tifoid
di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa 2013. Jurnal
Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2013). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan widal. Bali:
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah

Anda mungkin juga menyukai