Anda di halaman 1dari 8

Prima Wiyata Health

Volume I Nomor 1 Januari 2020

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. ”M” USIA 1 HARI DENGAN BBLR SERTA
GANGGUAN PERNAPASAN DI RUANG NICU RSUD SUMBAWA

1. Ella Putriansyah, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang
2. Siti Mudrikatin, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang
3. Gempi Tri Sumini, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Husada Jombang
Korespondensi : ella.putriansyah13@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Gangguan pernafasan pada bayi BBLR
adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan pada paru-paru. Metode Penelitian: Deskriptif Longitudinal. Hasil
Penelitian : Hasil pengkajian data subjektif: klien merupakan pasien rujukan dari
Puskesmas Alas dengan BBLR serta Ganggaun Pernafasan, BBL 2000 gram dan tidak
menangis. Data objektif: keadaan umum bayi kurang baik, A-S (7-9), hasil TTV
meliputi RR: 22 x/menit, Nadi, 170 x/menit, Suhu : 37ºC, dan SPO 2 98%. Hasil
antropometri: BB sekarang 1950 gram, PBL 49 cm, LK 30 cm, LD, 28 cm dan Lila 9
cm. Hasil pemeriksaan fisik: terpasang O2 Epap dengan mode PC CMV, terpasang
OGT.Asuhan yang diberikan yaitu, menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI,
memberikan ASI perah melalui OGT setiap 3 jam, menimbang BB, mempertahankan
suhu tubuh bayi dengan perawatan inkubator, observasi TTV, dan pemberian antibiotik
Ampicillin 2 x 100 mg dan Gentamicin 1 x10 mg melalui IV. Kesimpulan : Keadaan
umum kurang baik, pola pernafasan selalu berubah-ubah. Refleks menghisap kuat akan
tetapi refleks menelan lemah. Berat badan bayi mengalami penurunan.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, BBLR, Gangguan Pernapasan

Halaman | 1
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

PENDAHULUAN
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010). Gangguan pernafasan pada
bayi BBLR adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan pada paru-paru. (Proverawati, 2010)
Angka kematian bayi menurut UNICEF (United Nations Children’s Fund) setiap
tahunnya 2,6 juta bayi di seluruh dunia tak mampu bertahan hidup selama lebih dari
satu bulan, satu juta di antaranya meninggal saat lahir. Perempuan yang melahirkan
kesulitan mendapat pertolongan, karena kemiskinan, konflik dan lemahnya institusi,
dengan 29 kematian per 1.000 kelahiran. Menurut UNICEF, 80 persen kematian
disebabkan oleh asfiksia, komplikasi saat lahir, atau infeksi seperti penumonia dan
sepsis (UNICEF, 2018). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
menunjukkan adanya penurunan angka kematian neonatal dari 19 per 1.000 kelahiran
hidup menajdi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Serta keamtian bayi turun dari 32 per 1.000
kelahiran hidup menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. Data KEMENKES RI 2018
mencatat presentasi BBLR 6,2% dari kelahiran bayi tiap tahunnya). Berdasarkan
laporan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017 jumlah kasus
kematian bayi adalah 953 kasusdari 103.926 kelahiran hidup, turun dibandingkan tahun
2016dengan jumlah kasuskematian bayi adalah 1.006 kasus dari 103.132 kelahiran
hidup. Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Lombok Timur dengan
jumlah 346 kasus di tahun 2017 dan terendah ada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan
17 kasus di 2017. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Sumbawapada Tahun
2017 sebanyak 54 kasus,jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2016 dengan 66
kasus kematian bayi. Jumlah kasus BBLR di NTB tahun 2016 adalah 4.072 kasus. Dan
jumlah kasus BBLR 2016 di Sumbawa adalah 470 kasus (BPS Kabupaten Sumbawa,
2017). Sedangkan jumlah kasus BBLR di RSUD Sumbawa selama bulan Maret tahun
2019 adalah sebanyak 20 atau 37,03% kasus BBLR dan 2 kasus atau 3,70% kasus
BBLR dengan Gangguan Pernafasan dari 54 jumlah bayi keseluruhan di dalam ruang
NICU (Data Remak Medik RSUD Sumbawa bulan Maret tahun 2019).
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi
(Proverawati, 2010). Masalah-masalah jangka pendek yang dapat terjadi ganggu pada
bayi BBLR adalah gangguan metabolik, gangguan imunitas, gangguan pernafasan,
gangguan sistem peredaran darah dan gangguan cairan dan elektrolit. Sedangkan
masalah-masalah jangka panjang pada bayi dengan BBLR adalah masalah psikis dan
masalah fisik (Proverawati, 2010). Gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi
BBLR kurang bulan (masa gestasi yang pendek) adalah penyakit membran hialin,
dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan. Sedangkan
gangguan nafas yang sering terjadi pada bayi BBLR lebih bulan adalah aspirasi
mekonium. Selain itu, pada bayi BBLR dapat mengalami gangguan pernafasan oleh
karena bayi menelan air ketuban sehingga masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
menggangu pernafasannya (Proverawati, 2010).
Ada beberapa usaha untuk menurunkan prevelensi bayi BBLR di masyarakat,
yaitu dengan melakukan beberapa upaya seperti mendorong perawatan kesehatan
remaja putri, mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang
komprehensif, memperbaiki status gizi ibu hamil, menghentikan kebiasaan merokok
pada ibu, mengkonsumsi tablet Fe secara teratur, penyuluhan kesehatan tentang
pertumbuhan dan perkembangan janin (Proverawati, 2010)

Halaman | 2
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan BBLR serta Gangguan Pernafasan di ruang NICU
RSUD Sumbawa. Tujuan study kasus ini secara keseluruhan penulis dapatmelaksanakan
Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan BBLR serta Gangguan Pernafasan di ruang NICU
RSUD Sumbawa dengan pendekatan metode SOAP.

METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menjelaskan atau menjabaran setiap temuan
selama melakukan penelitian. Penelitian ini pun dilakukan selama 8 hari, jadi
peneliti dapat mengetahui secara langsung perkembang pasien dari waktu ke waktu.
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat Laporan Tugas Akhir ini
adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut 4 langkah manajemen
SOAP dari pengkajian data subjektif, obyektif, analisa, dan penatalaksanaan pada
Asuhan Kebidanan pada By. “M” Usia 1 Hari dengan BBLR serta Gangguan
Pernapasan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Sumbawa yang beralamatakan di Jl.
Garuda No. 5, Kelurahan Brang Biji Kecamatan Sumbawa Kabupaten Sumbawa
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 Maret
2019 sampai dengan 2 April 2019.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian : By.”M” Usia 1 Hari dengan BBLR serta Gangguan
Pernapasan
4. Jenis Data
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data
Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan,
jurnal, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu wawancara secara langsung oleh peneliti kepada
keluarga klien serta pengkajian secara langsung terhadap klien sedangkan data
sekunder berupa hasil AKB dan BBLR serta beberapa materi dari UNICEF, Profil
Kesehatan Republik Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten
Sumbawa serta beberapa jurnal kesehatan.
5. Alat dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara wawancara, observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Selama wawancara
penulis menggunakan instrumen berupa daftar periksa atau checklist serta jenis
wawancara yang terarah. Pemgumpulan data secara observasi (pengamatan),
penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap klien yang menjadi
subjek penelitian., instrumen yang digunakan antara lain lembar observasi dan
lembar checklist. Pengumpulan data secara dokumentasi, penulis mengumpulkan
data penunjang klien berupa hasil pemeriksaan Laboratorium dari dokumen asli.
Alat yang digunakan penulis dalam metode pengumpulan data dengan cara
wawancara yaitu :
a. Daftar periksa atau checklist
b. Bolpoint

Halaman | 3
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

Alat yang digunakan penulis dalam metode pengumpulan data dengan cara
observasi (pengamatan) yaitu :
a. Timbangan berat badan untuk menimbang bayi
b. Metline untuk mengukur lingkar kepala bayi, lingkar dada bayi, lingkar lengan
atas (lila) bayi, panjang badan bayi.
c. Thermomether untuk mengukur suhu tubuh bayi
d. Stetoskop unutk mendengar pola nafas bayi
e. Penlight unutk melihat reaksi pupil mata bayi
f. Jam tangan untuk menghitung denyut nadi bayi
g. Lembar checklist untuk mengisi APGAR SCORE
h. Lembar observasi untuk mengisi perkembangan kondisi bayi
i. Bolpoint
Alat yang digunakan penulis dalam metode pengumpulan data dengan
dokumentasi yaitu :
a. Lembar hasil laboratorium
b. Bolpoint
6. Analisis Data
Triangulasi teknik yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu
wawacara, observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Sumber data pada penelitian
ini yaitu orang tua bayi yang di wawancarai, bayi yang di observasi, serta hasil
pemeriksaan penunjang berupa cek Laboratorium aatau rontgen yang dilakukan.
Dari wawancara penulis mendapat data kasar tentang klien yang akan lebih pasti
bila telah melaksanakan observasi (pengamatan) pada klien serta diagnosa yang
ditegakkan akan semakin jelas bila terdapat hasil pemeriksaan penunjangnya
berupa cek laboratorium ataupun rontgen.
7. Rencana Jalannya Penelitian
Langkah awal penelitian ini yaitu pengajuan judul yang akan dijadikan bahan
penelitian. Disini penulis mengajukan judul tentang Asuhan Kebidanan pada Bayi
dengan BBLR serta Gangguan Pernafasan. Saat penelitian, penulis melakukan
pengumpulan data pasien di RSUD Sumbawa. Hasil dari penelitian berupa laporan
tugas akhir yang meliputi tinjauan kasus dan pembahasan hasil penelitian
berdasarkan data yang ada dihubungkan dengan teori-teori yang terkait.
8. Etika Penelitian
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia maka mereka harus menandatangani lembar peretujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langka pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan
kebidanan yang bertujuan unutk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Rosmalinda, 2014). Pada saat
penulis melakukan pengumpulan data tidak mengalami kesulitan karena orangtua
klien kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan pada tinjauan kasus.

Halaman | 4
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

a. Data Subyektif
Dari tinjauan pustaka Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati,
2010) hal ini memang dialami oleh klien yang dikaji sehingga terdapat
kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada. Adapun faktor penyebab
BBLR yaitu faktor ibu (gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, jarak keahmilan dengan persalinan sebelumnya, penyakit
menahun ibu seperti hipertensi, jantung serta kebiasaan merokok), faktor janin
(adanya kelainan kromosom, kehamilan kembar ataupun adanya infeksi), faktor
plasenta (berat plasenta yang kurang dari 500 gram, plasenta yang berongga,
serta plasenta yang lepas) dan faktor lingkungan (bertempat tinggal di dataran
tinggi, sering terpapar radiasi serta terpapar zat beracun).
Pada tinjauan kasus dan data subyektif didapatkan By. “M” mengalami
BBLR Dismatur masuk dalam kategori penyebabnya yaitu asupan gizi ibu
selama hamil kurang serta ibu mempunyai riwayat hipertensi di keluarganya.
Jadi pada pengkajian data subyektif tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara tinjauan pustakan dan tinjauan kasus.
b. Data Obyektif
Pada tinjauan pustaka tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan
(KMK) :
1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebuh bulan tetapi beratnya kurang
dari 2.500 gram
2) Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
3) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
4) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan,
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
5) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
6) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
8) Menghisap cukup kuat (Proverawati, 2010)
Tanda tanda BBLR, bayi yang lahir dengan berat badan rendah
mempunyai ciri-ciri :
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm
4) Rambut lanugo masih banyak
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutu labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
9) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
10) Fungsi syarat yang belum atau tidak efektif dan tanisannya lemah.
11) Jaringan kelenjar mamae mesih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
12) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati, 2010)

Halaman | 5
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

Pada tinjauan kasus Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik


berupa inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pada tinjauan kasus data
obyektif didapatkan hasil Keadaan Umum : kurang baik, Kesadaran :
composmentis, Apgar Score : 7 – 9, Respirasi: 22 x/menit, Nadi : 170 x/menit,
SPO2 : 98%, S: 37ºC, BBL : 2000 gram dan BB sekarang 1950 gram, PBL : 49
cm, LK: 30 cm, LD : 28 cm, Lila : 9 cm. Pada ekstremitas atas kanan terpasang
infus D10%, kulit kering, jaringan lemak sedikit, vena sedikit trasparan, tonus
otot kuat.
Jadi pada pengkajian data obyektif terdapat kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena pada tinjauan pustaka
menjelaskan bahwa pada bayi BBLR tangisannya kuat akan tetapi hasil tinjauan
kasus data obyektif didapatkan tangisan bayi lemah.
2. Analisis Data
Pada tinjauan pustaka terdapat diagnosa. Diagnosa By. “....” Usia ..... dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) serta gangguan pernapasan.
Pada tinjauan kasus berdasarkan data subyektif dan data obyektif ditemukan
diagnosa yaitu By. “M” Usia 1 Hari dengan BBLR serta Gangguan Pernapasan.
Jadi pada analisa data tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan tindakan nyata yang dilakukan pada klien secara
komprehensif dengan melihat kondisi klien dan fasilitas yang ada. Pada tinjauan
pustaka, menurut Surandi dan Yuliani dalam Marmi dan Raharjo (2014) tindakan
untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat
b. Mempertahankan keseimbangan asam basa
c. Mempertahankan suhu lingkungan netral
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
e. Mencegah hipotermia
f. Mempertahankan cairan dan elektorlit edekuat
Pada kasus By. “M” dengan BBLR serta Gangguan Pernafasan asuhan
kebidanan yang diberikan meliputi :
a. Menimbang bayi untuk mengetahui perubahan pada bayi apakah naik atau turun.
b. Membersihkan incubator 34-36 ºC tempat bayi dan mempertahankan suhu bayi
di dalam incubator.
c. Memberikan ASI 15 cc dengan menggunakan gaya gravitasi, tidak muntah)
d. Kolaborasi dengan dokter Sp.A, bayi diperiksa oleh dokter.
Advis dokter :
1) Menjaga kehangatan bayi
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Observasi TTV
4) Observasi eliminasi intake dan output
5) Pemberian antibiotik
6) Perawatan dilanjutkan
e. Memeriksa kondisi tali pusat bayi, jika terdapat tanda-tanda infeksi segera lapor
ke dokter Sp.A
f. Membersihkan dan mengganti popok / diaper bayi saat basah atau penuh (bayi
BAB atau BAK) lalu menimbangnya.
g. Melakukan observasi TTV pada bayi.

Halaman | 6
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

RR : 22 x/menit
Suhu : 37ºC
N : 170 x/menit
SPO2 : 98%
h. Meminta ibu untuk memerah air susunya karena sudah waktunya untuk memberi
ASI pada pasien. Sebelum ibu memerah air susunya ibu di KIE untuk selalu
menjaga kebersihannya, yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memerah air susu. Membersihkan daerah payudara menggunakan handuk dan air
hangat serta membersihkan alat pompa ASI dan botol susu yang akan
digunakan.
i. Memberikan ASI kepada pasien melalui OGT sebanyak 15 cc menggunakan
gaya gravitasi (bayi tidak muntah)
j. Memberikan KIE kepada ibu untuk selalu membersihkan daerah payudaranya
sebelum memerah air susunya. KIE ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang. Anjurkan pada ibu untuk mengkomsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
Berdasarkan data di atas terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka penatalaksaan BBLR dengan BBLR disertai
gangguan pernafasan berdeda, perbedaannya ialah pada tindakan pencegahan
infeksi. Sedangkan dalam tinjauan kasus penatalaksanaan yang diberikan yaitu
gabungan dari penatalaksanaan BBLR dan penatalaksanaan BBLR disertai
gangguan pernafasan.

KESIMPULAN
Dalam pengkajian data subyektif pada kasus By.”M” lahir pada tanggal 25 Maret
2019 di ruang bersalin Puskesmas Alas secara spontan dan normal dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) serta Gangguan Pernafasan yaitu 2000 gram, panjang badan 49
cm, jenis kelamin laki-laki. Sedangkan pada data obyektif didapatkan hasil pemeriksaan
: Keadaan Umum : kurang baik, Kesadaran : composmentis, Apgar Score : 7 – 9,
Respirasi: 22 x/menit, Nadi : 170 x/menit, SPO2 : 98%, S: 37ºC, BBL : 2000 gram,
PBL : 49 cm, LK: 30 cm, LD : 28 cm, Lila: 9 cm. Pada pemeriksaan fisik inspeksi :
kepala tidak tampak caput succedaneum dan tidak tampak hematoma, muka tampak
kemerahan, mata tidak terlihat anemis, hidung tampak adanya pernafasan cuping hidung
(PCH), mulut tidak tampak kelainan, abdomen tidak tampak perdarahan tali pusat dan
tidak tampak tanda-tanda infeksi, punggung terdapat lanugo halus, lubang anus 1
positif, ekstremitas atas dan bawah tidak tampak kelainan bentuk serta jumlah jari. Pada
pemeriksaan fisik palpasi : kepala tidak ada molase, abdomen lembek dan turgor kulit
baik, genetalia 2 testis sudah turun ke skrotum tidak add kelainan letak lubang uretra,
anus berlubang satu.
Pada pemeriksaan fisik auskultasi : bunyi nafas tidak normal, terdapat bunyi
ronchi, bising usus 6x/menit. Pada pemeriksaan refleks : reflek morro (+) kuat,
reflek babinski (+)/(+) kuat, reflek roothing (+) kuat, reflek sucking (+) kuat, reflek
swallowin (+) lemah, graps reflek (+)/(+) kuat, tonik neck (+) lemah. Selain itu penulis
tidak mengalami hambatan selama pengkajian, karena klien, keluarga, dan petugas
kesehatan bersifat kooperatif.
Pada analisa didapatkan diagnosa Asuhan Kebidanan pada By. “M” Usia 1 Hari
dengan BBLR serta Gangguan Pernapasan.Pada penatalaksanaan telah dilakukan
Asuhan kebidanan pada By. “M” Usia 1 Hari dengan BBLR serta Gangguan Pernapasan
: menjelaskan keadaan klien kepada orantuanya, mempertahankan suhu tubuh bayi

Halaman | 7
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

dalam incubator, memberikan nutrisi 8 x 15 cc atau 15 cc setiap 3 jam, melakukan


penimbangan dengan ketat, melakukan pemeriksaan TTV pada bayi setiap 8 jam sekali,
menjaga kebersihan bayi dengan cara selalu membersihkan incubator dan mengganti
popok jika sudah penuh serta melakukan kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba Medika
Fadlun & Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Palembang : Salemba
Medika
Ketut Swarjana. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET
Marmi. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR
Maternity Dainty, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, & Anak
Prasekolah. Yogyakarta : ANDI
Mutmainnah Annisa Ul. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Bayi Baru Lahir.
Samarinda : ANDI
Pantiawati Ika. 2010. Bayi dengan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta :
Nuha Medika
Prawirohardjo Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO
Proverawati Atikah. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
Medika
Rukiyah. 2016. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Media
Kanti Ratnaningrum dan Erwin Santosa. 2012. Risiko Gangguan Pernapasan Pada Bayi
DenganRiwayat KelahiranPrematur. Jurnal Kesehatan. (Online).
Risti Dyah Kurniasari. (2015). Studi Kasus Pada “ By.Ny.S”Umur 0 Hari Yang
MengalamiMasalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola NafasDengan Diagnosa
Medis Berat Badan Lahir RendahDiruang Teratai RSUD GambiranKota Kediri.
(Online).
Satya Adi Nugraha. 2014. Low Birth Weight Infant With Respiratory Distress
Syndrome. Jurnal Kesehatan. (Online).

Halaman | 8

Anda mungkin juga menyukai