Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH PSIKOSOSIAL PADA KLIEN AMPUTASI DENGAN GANGGUAN


CITRA TUBUH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners


Keperawatan Jiwa Psikososial

OLEH
I KOMANG TRIHADI WIRADARMA
2019.04.031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA KLIEN AMPUTASI DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH

Yang di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Intitusi Mahasiswa

( ) ( I Komang Trihadi W, S.Kep )


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA AKNE VULGARIS DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH

Yang di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Intitusi Mahasiswa,

( ) ( I Komang Trihadi W, S.Kep)


BAB 1
KONSEP AKNE VULGARIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi  pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis  bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
 Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
 Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
 Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
 Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana  pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
 Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
 Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi Bawah
Lutut (BL), dan Syme.
 Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
 Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang
dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan
terbuka untuk mengalir.
 Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
3. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab


terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem
ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
a. Tulang
 Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup
yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik
(terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari
bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.
1. Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang) Frontal 1
Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari
5 tl) 1
Korkigis (penyatuan dr
3-5 tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum                           
      1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa  2 (setiap os 2 tulang
coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
 Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
 Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat padanya.
 Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
 Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.

 Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
 Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
 Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
 Tulang pipih pada tengkorak dan iga
 Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan
rahang.
 Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
 Tulang didahului oleh model kartilago.
 Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam
korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.
 Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).
Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
 Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.
 Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong
sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk
membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
 Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
 Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.

b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,
tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
 Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
 Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
 Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi
sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.

c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma
mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu
(berkontraksi).
Ciri-ciri otot yaitu :
 Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter
sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
 Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
 Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
 Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.

4. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
 Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
 Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
 Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
 Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
 Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
 Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
 Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
 Deformitas organ.
5. Patofisiologi
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan
metode :  
 Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di
mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi.
 Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau
di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di
amputansi.

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain :
 Nyeri akut
 Keterbatasan fisik
 Pantom snydrom e
 Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
 Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung
berdiam diri

7. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit. Karena
adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi
luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan amputasi yaitu
 Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran
darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis), status
peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi
otot dan kulit sangat  penting untuk penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan
darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat
berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas
konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah
pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan
dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
 Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa
tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan  penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi yaitu : 
 Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis
harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya
iskemik.
 Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab
dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
 Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan,
angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
 Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau  berbaring
atau duduk lama dengan fleksi lutut.
 Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur
lutut dan paha.
9. WOC
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi : 
 Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang  
 CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
 Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /  perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan  jaringan setelah
amputansi
 Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
 Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
 Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
 Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga  proses
infeksi
BAB 2
KONSEP GANGGUAN CITRA TUBUH

2.1 Definisi
Gangguan citra tubuh adalah perunahan presepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi individu (SDKI, 2016)

Gambaran  diri  atau  citra  tubuh  merupakan  komponen  konsep diri yang paling


utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individu terhadap dirinya
seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi: persepsi atau perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat
dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan
pengalaman dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005)

Citra  tubuh  merupakan  sikap  individu  terhadap  tubuhnya  baik disadari maupun


tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005)

2.2 Etiologi
a.Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati
serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan
dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit
c. Penyebab Gangguan citra tubuh menurut SDKI (2016) :

1) perubahan struktur/ bentuk tubuh (misalnya. Amputasi, trauma, luka bakar,


obesitas, jerawat)
2) perubahan fungsi tubuh (misalnya proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3) perubahan fungsi kognitif
4) ketidak sesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) transisi perkembangan
6) gangguan psikososial
7) efek tindakan/pengobatan (misalnya pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)

2.3 Rentang Respon


a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

2.4 Manifestasi klinis


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti:
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan
proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

2.5 Tanda dan gejala menurut SDKI (2016) :

1. Tanda dan gejala mayor


a. Subjektif
Mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
b. Objektif
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Fungsi/ struktur tubuh berubah/ hilang
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan tubuh
2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3) Mengungkapkan kekawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b. Objektif
1) Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan
2) Menghindari melihat dan/menyentuh bagian tubuh
3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4) Respon non verbal pada perubahan dan presepsi tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masalalu
6) Hubungan sosial berubah
2.6 Pohon Masalah

Penyakit Fisik Causa

Gangguan Citra Tubuh Core Problem

Harga Diri Rendah Effect

2.7 Data Yang Perlu Dikaji

Diagnosa Keperawatan Data yang Perlu di Kaji


Gangguan Citra tubuh 1. Tanda dan gejala mayor
Berhububungan dengan a. Subjektif
perubahan struktur/bentuk Mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian
tubuh di buktikan dengan tubuh
mengungkapkan kecacatan, b. Objektif
fungsi/struktur tubuh 1) Kehilangan bagian tubuh
berubah 2) Fungsi/ struktur tubuh berubah/ hilang
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
1) Mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh
2) Mengungkapkan kekawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain
3) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
c. Objektif
1) Menyembunyikan/menunjukan bagian
tubuh secara berlebihan
2) Menghindari melihat dan/menyentuh
bagian tubuh
3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4) Respon non verbal pada perubahan dan
presepsi tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan
masalalu
6) Hubungan sosial berubah

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Psikosoial

1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:

a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, alamat, pekerjaan, tanggal pengkajian , pendidikan terakhir.
b. Kelompok Resiko
Dalah hal ini termasuk dalam kelompok resiko kehilangan anggota tubuh, atau
mengarah ke body image dimana seseorang belum dapat menerima kondisi
tubuhnya yang sekarang misal seperti penampilan hingga merubah fungsi tubuh
itu sendiri.
c. Riwayat Trauma Yang Menyertai
1) Aniaya Fisik
2) Aniaya Seksual
3) Penolakan
4) Kekerasan dalam keluarga
5) Tindakan Kriminal
Dalam hal ini yang perlu di kaji adalah kapan pasien mengalami trauma ini,
apakah pasien sebagai pelaku, korban, atau bahkan menjadi saksi, hal ini dapat
menjadi sebagai sumber stressor tambahan apabila hal ini sering di alami oleh
pasien

d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
e. Pengkajian Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh..

b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

3) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti/terdekat
Hal yang perlu di kaji bagaimana pasien memiliki orang terdekat untuk
berkeluh kesah dan mencari solusi di setiap masalah yang ada, dan
membantu untuk memecahkan masalah yang di alami oleh si pasien
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Dalam hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien aktif dalam kegiatan
kelompok maupun masyarakat sebagai bentuk bersosialisasi
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien mampu berkomunikasi
dengan orang lain, apakah pasien cenderung menutup diri dan tidak
terbuka terhadap orang lain
4) Masalah Psikososial pada lingkungan
Dalam hal ini beroientasi pada lingkungan seperti adanya masalah dengan
dukungan kelompok, dengan lingkungan, dengan pendidikan, dengan
pekerjaan, dengan perumahan atau keluarga, dengan ekonimi, dan dengan
pelayanan kesehatan.
5) Spiritual
a) Keyakinan
Keyakinan dalam hal ini dimaksud bagaimana pasien memandang suatu
penyakit tersebut apakah pandanganya sebagai malapetaka, kutukan atau
bahkan hukuman dari tuhan
b) Nilai
Nilai – nilai yang di pahami oleh pasien mengenai keyakinan nya dalam
hal ini bagaimana pasien memandang kejadian yang di alaminya
c) Kegiatan ibadah
Dalam hal ini bagaimana pasien melakukan ibadah sesuai dengan
agamanya.

f. Pohon Masalah
Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan hingga menjadi suatu pohon
masalah meliputi :
Penyebab (Causa)
Masalah utama (Core Problem)
Akibat (Effect)
g. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra tubuh Berhububungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh di
buktikan dengan mengungkapkan kecacatan, fungsi/struktur tubuh berubah

2. Rencana Tindakan Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang di kerjakan oleh perawat
yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas. Beberapa
diantaranya di uraikan dalam pasal 30 UU No.38 Th. 2014 tentang keperawatan bahwa
dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang
merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan. Melakukan rujukan,
memberikan tindakan gawat darurat, memberikan konsultasi, berkolaborasi,melakukan
penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai resep dokter atau obat bebas terbatas,
pengelola kasus dan melakukan penatalaksanaan intervensi komplementer dan alternatif
(SIKI, 2016)
TGL/ DIAGNOSA KEP. INTERVENSI (SIKI) KRITERIA HASIL
JAM
Gangguan citra Promosi Citra Tubuh (I.09305) Setelah diberikan askep selama ... menit
tubuh (D.0083) dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan
Observasi TUK dapat tercapai dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap Citra tubuh (L.09067)
perkembangan 1. Melihat bagian tubuh membaik
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur 2. Menyentuh bagian tubuh membaik
terkait citra tubuh 3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan membaik
isolasi sosial 4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh
4. Monitor frekwensi pernyataan kritik terhadap diri membaik
sendiri 5. Verbalisasi perasaan negatif tentang
5. Monitor apakah pasien bisamelihat bagian tubuh yang perubahan tubuh menurun
berubah 6. Verbalisasi khekawatiran pada
Terapiutik penolakan/reaksi orang lain menurun
6. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya 7. Verbalisasi perubahan gaya hidup
7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga menurun
diri 8. Menyembunyikan bagian tubuh
8. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra berlebihan menurun
tubuh (misalnya luka, penyakit, pembedahan ). 9. Menunjukan bagian tubuh
9. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh berlebihan menurun
secara realistis 10. Fokus pada bagian tubuh menurun
10. Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang 11. Fokus pada penampilan masalalu
perubahan citra tubuh menurun
Edukasi 12. Fokus pada kekuatan masalalu
11. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan menurun
citra tubuh 13. Respon non verbal pada perubahan
12. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh membaik
tubuh 14. Hubungan sosial membaik
13. Anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya pakaian,
wig, kosmetik)
14. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (misalnya,
kelompok sebaya)
15. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
16. Latih peningkatan penampilan diri ( misalnya
berdandan)
17. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok
Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan
yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2006,).

Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta :
Mediaction.

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis


Keperawatan : Definis & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8


vol.3. EGC. Jakarta

DPP PPNI, Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. 2017. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.

Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and


intervention, Sudbury, Jones and Bartlett Publishers.

Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


EGC.

Wikipedia. 2012. Jerawat. Tersedia dalam http://id.wikipedia

William and Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam


Penyakit. Jakarta. Penerbit Indek

Anda mungkin juga menyukai