OLEH
I KOMANG TRIHADI WIRADARMA
2019.04.031
LAPORAN PENDAHULUAN
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA KLIEN AMPUTASI DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH
ASUHAN KEPERAWATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA AKNE VULGARIS DENGAN GANGGUAN
CITRA TUBUH
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan
terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau
keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk
penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai
dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi Bawah
Lutut (BL), dan Syme.
Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang
dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan luka dibiarkan
terbuka untuk mengalir.
Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
3. Anatomi Fisiologi
Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
Tulang pipih pada tengkorak dan iga
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah, dan
rahang.
Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
Tulang didahului oleh model kartilago.
Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam
korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-
ruang.
Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel pembentuk
tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast).
Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang
menghasilkan tiga pusat osifikasi.
Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat
dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong
sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk
membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan
korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.
b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,
tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis
pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi
sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma
mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu
(berkontraksi).
Ciri-ciri otot yaitu :
Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter
sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks.
Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.
4. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
Deformitas organ.
5. Patofisiologi
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan
metode :
Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di
mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di
pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi.
Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau
di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di
amputansi.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain :
Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom snydrom e
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung
berdiam diri
7. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit. Karena
adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi
merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi
luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan amputasi yaitu
Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran
darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis), status
peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi
otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan
darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat
berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas
konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah
pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan
dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa
tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi yaitu :
Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis
harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya
iskemik.
Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab
dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan,
angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring
atau duduk lama dengan fleksi lutut.
Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur
lutut dan paha.
9. WOC
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :
Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah
amputansi
Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses
infeksi
BAB 2
KONSEP GANGGUAN CITRA TUBUH
2.1 Definisi
Gangguan citra tubuh adalah perunahan presepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi individu (SDKI, 2016)
2.2 Etiologi
a.Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati
serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan
dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit
c. Penyebab Gangguan citra tubuh menurut SDKI (2016) :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, alamat, pekerjaan, tanggal pengkajian , pendidikan terakhir.
b. Kelompok Resiko
Dalah hal ini termasuk dalam kelompok resiko kehilangan anggota tubuh, atau
mengarah ke body image dimana seseorang belum dapat menerima kondisi
tubuhnya yang sekarang misal seperti penampilan hingga merubah fungsi tubuh
itu sendiri.
c. Riwayat Trauma Yang Menyertai
1) Aniaya Fisik
2) Aniaya Seksual
3) Penolakan
4) Kekerasan dalam keluarga
5) Tindakan Kriminal
Dalam hal ini yang perlu di kaji adalah kapan pasien mengalami trauma ini,
apakah pasien sebagai pelaku, korban, atau bahkan menjadi saksi, hal ini dapat
menjadi sebagai sumber stressor tambahan apabila hal ini sering di alami oleh
pasien
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
e. Pengkajian Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh..
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
3) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti/terdekat
Hal yang perlu di kaji bagaimana pasien memiliki orang terdekat untuk
berkeluh kesah dan mencari solusi di setiap masalah yang ada, dan
membantu untuk memecahkan masalah yang di alami oleh si pasien
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Dalam hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien aktif dalam kegiatan
kelompok maupun masyarakat sebagai bentuk bersosialisasi
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien mampu berkomunikasi
dengan orang lain, apakah pasien cenderung menutup diri dan tidak
terbuka terhadap orang lain
4) Masalah Psikososial pada lingkungan
Dalam hal ini beroientasi pada lingkungan seperti adanya masalah dengan
dukungan kelompok, dengan lingkungan, dengan pendidikan, dengan
pekerjaan, dengan perumahan atau keluarga, dengan ekonimi, dan dengan
pelayanan kesehatan.
5) Spiritual
a) Keyakinan
Keyakinan dalam hal ini dimaksud bagaimana pasien memandang suatu
penyakit tersebut apakah pandanganya sebagai malapetaka, kutukan atau
bahkan hukuman dari tuhan
b) Nilai
Nilai – nilai yang di pahami oleh pasien mengenai keyakinan nya dalam
hal ini bagaimana pasien memandang kejadian yang di alaminya
c) Kegiatan ibadah
Dalam hal ini bagaimana pasien melakukan ibadah sesuai dengan
agamanya.
f. Pohon Masalah
Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan hingga menjadi suatu pohon
masalah meliputi :
Penyebab (Causa)
Masalah utama (Core Problem)
Akibat (Effect)
g. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra tubuh Berhububungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh di
buktikan dengan mengungkapkan kecacatan, fungsi/struktur tubuh berubah
Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA