Disusun oleh :
P1337420418005/2A
B. Etiologi Febris
1. Penyebab demam selain infeksi virus juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat,
juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral, misalnya : perdarahan
otak, koma. Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain :
- Ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien
- Pelaksanaan pemeriksaan fisik
- Observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium
- Serta penunjang lain secara tepat dan holistik
2. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tingii demam serta keluhan dan gejala
lain yang menyertai demam.
3. Demam belum dapat terdiagnosa adalah suatu keadaan ketika seorang
pasien mengalami demam terus – menerus selama tiga minggu dan
suhu badan di atas 38,3C dan tetap belum didapat penyebabnya
walaupun telah diteliti selama satu minggu secar intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
(Nurarif, 2015)
C. Manifestasi Klinis Febris
Menurut Nurarif (2015) manifestasi klinis demam meliputi :
1. Anak rewel akibat suhu tubuh lebih dari 37,8C – 40C
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
D. Patofisiologi Febris
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen
terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar
tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme
seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen
klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang
merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari
pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari
pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit
walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6,
TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &
Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus.
Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu
patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan
fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh
darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi
panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua
yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase
ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal &
Zhukovsky, 2006).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji coba darah
Contoh pada DBD terdapat leukopenia pada hari ke – 2 atau hari
ke – 3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya
memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan
XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat
(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali
menurun.
b. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar
tembus rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan
albuminuria ringan.
c. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat – tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, atau
limfanografi.
d. USG, endoskopi, atau scanning, masih dapat diperiksa
G. Penatalaksanaan Febris
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat –
obatan maunpun kombinasi keduanya. Berikut beberapa penatalaksanaan
demam :
1. Secara fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat
d. Memberikan kompres
2. Obat – obatan
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan
pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan
antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam
waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian.
Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4 – 6 jam
dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2C
– 1,4C, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol
bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan
karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum
memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping
paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain
itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar 16
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut,
reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan
dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap paracetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6 – 8 jam
dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai
dengan dosis 5 mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1 jam dan
berlangsung 3 – 4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
paracetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
II. Konsep Tumbuh Kembang Anak
A. Pengertian Tumbang Anak
Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Dalam pengertian lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan
bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik
sebagian maupun seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah
banyak) sel – sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel .
(IDAI, 2002).
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan
sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa
sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal
ini perkembangan juga termasuk perkembangan emosi, intelektual
dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
(Soetjiningsih, 2012).
B. Faktor – Faktor Tumbang Anak
1. Faktor Genetik
Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
Jenis kelarnin
Suku bangsa
2. Gizi dan Penyakit
Pertumbuhan dapat terganggu bila jumlah salah satu jenis zat
yang mencapai tubuhberkurang. Misalnya : Gangguan
pertumbuhan terlihat pada kwashiorkor dan infeksi cacing bulat.
Pertumbuhan yang baik juga bergantung pada kesehatan organ –
organ tubuh. Misalnya : Penyakit hati, jantung, ginjal, paru-paru
yang berat dapat mengganggu pertumbuhan normal.
3. Faktor Lingkungan
Faktor Pre Natal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi,
infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio.
Faktor Post Natal
a. Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap
penyakit (perawatan kesehatan penyakit kronis dan
hormon)
b. Faktor Lingkungan Fisik
Cuàca, musim, sanitasi dan keadaan rumah.
c. Faktor Lingkungan Sosial
Stimulasi, motivasi belajar stress, kelompok sebaya,
ganjaran, atau hukuman yang wajar, cinta dan kasih
sayang.
d. Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara,
stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama,
adat istiadat dan norma – norma.
C. Ciri Tumbang Anak
Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa
mmpunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi
sampai maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta
laju tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda
antara anak satu dengan yang lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.
Intervensi Rasional
1. Monitor suhu minimal tiap 1. Untuk memastikan suhu pasien
2 jam tidak terjadi perubuhan yang
2. Monitor nadi dan RR ekstrem.
3. Monitor tanda – tanda 2. Untuk memastikan tidak ada
hipertermi dan hipotermi perubahan nadi dan RR yang cukup
4. Tingkatkan intake cairan signifikan.
dan nutrisi 3. Perubahan suhu yang ekstrem
5. Selimuti klien untuk merupakan salah satu tanda
mencegah hilangnya terjadinya hipertermi atau hipotermi.
kehangatan tubuh 4. Untuk mencegah terjadinya
6. Berikan antipiretik jika dehidrasi akibat penguapan tubuh
perlu berlebihan.
5. Mencegah terjadinya hipotermi
6. Membantu menurunkan panas
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi 1. Untuk menentukan makanan yang
makanan cocok untuk pasien.
2. Kolaborasi dengan ahli 2. Untuk memastikan jumlah kalori
gizi untuk menentukan dan nutrisi sesuai dengan kebutuhan
jumlah kalori dan nutrisi pasien.
yang dibutuhkan 3. Banyak minum pada klien demam
3. Anjurkan pasien untuk membantu keseimbangan panas dan
banyak minum air dan cairan tubuh agar tidak terjadi
konsumsi buah – buahan dehidrasi, buah yang banyak
4. Berikan informasi tentang mengandung air seperti semangka
kebutuhan nutrisi selama juga membantu mengedalikan
sakit panas.
4. Menambah pengetahuan klien dan
keluarga dalam pemilihan nutrisi
selama klien sakit.
Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan yang 1. Memastikan klien aman dari segala
aman untuk klien resiko cidera.
2. Identifikasi kebutuhan 2. Membantu dalam memberikan
keamanan klien sesuai penjelasan terhadap klien dan
dengan kondisi fisik dan keluarga.
fungsi kognitif klien 3. Menambah pengetahuan klien dan
3. Beri penjelasan pada klien keluarga tentang perubahan status
dan keluarga adanya kesehatan dan penyebab dari
perubagan status penyakit klien saat ini yaitu demam
kesehatan dan penyebab
penyakit
Intevensi Rasional
1. Ajarkan kepada orang tua 1. Menambah pengetahuan kepada
tentang tindakan yang orang tua dalam menghadapi anak
dilakukan saat anak dengan demam tinggi, dan
demam pertolongan pertama agar tidak
2. Beri arahan kepada orang terjadi kejang demam.
tua tentang tumbuh 2. Menambah pengetahuan kepada
kembang anak, faktor orang tua tentang tumbuh kembang
yang memengaruhi anak dan faktor yang memengaruhi
termasuk faktor tumbang anak, juga faktor
penghambat tumbang penghambat seperti kejang demam
anak.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan rencana keperawatan yang telah ditentukan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan yang
berfungsi menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
DARTAR PUSTAKA