Demam kontinu ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang menetap denganfluktuasi maksimal 0,4 C selama periode 24 jam. Pola ini dapat ditemukan padatyphoid (minggu kedua),
endokarditis, tuberkuloid
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normaldengan fluktuasi melebihi 0,5 C selama periode 24 jam. Pola ini merupakan tipedemam yang paling sering
ditemukan pada praktek pediatric dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu.
Demam intermiten ditandai dengan suhu kembali normal setiap hari, umumnya padapagi hari, dan puncak demam pada siang hari. Pola ini merupakan pola keduaterbanyak yang ditemukan dalam
praktek pediatric, dan dapat ditemukan padamalaria
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam. Dapatditemukan pada penderita demam dengue
Berdasarkan kriteria diatas didapatkan jenis dan pola demam pada kasus adalah demam bifasik.
KATEGORI DEMAM
Demam kurang dari tujuh hari tanpa tanda lokal Demam kurang dari tujuh hari dengan
tanda lokal
a. Infeksi virus dengue (demam dengue, a. Infeksi pada saluran nafas bagian atas:
demam berdarah dengue, sindrom i. VURTI (viral upper respiratory tract)
syok dengue) ii. Tonsilofaringitis
b. Malaria b. Sinusitis
c. Demam pasca vaksinasi c. OMA (otitis media akut)
d. Sepsis d. Infeksi pada saluran nafas bagian bawah:
e. Demam yang berhubungan dengan HIV i. Bronkiolitis
ii. Pneumoniae
e. Infeksi saluran kemih
f. Meningitis
g. Infeksi jaringan lemak dan kulith.
h. Gastroenteritis
Menegakkan diagnosis Demam Dengue:
Confirmed /
Probable Reportable
diagnosis pasti
Demam akut disertai dua atau lebih
Dan: Atau:
manifestasi klinis berikut:
Sakit kepala Didukung hasil pemeriksaan Pasien berasal dari
Nyeri belakang mata lab serologis (ELISA) atau tes daerah yang pada saat
Mialgia antibodi IgM positif yang sama ditemukan
Artralgia kasus confirmed DD
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
Menurut kasus:
DEFINISI
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.
Warning signs,
Diare,
Riwayat keluarga atau tetangga yang mengalami DBD, riwayat bepergian ke daerah endemis, kondisi penyerta (bayi,
kehamilan, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi),
PEMFIS
Status mental
Status hidrasi
Status hemodinamik
Uji torniquet.
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit Dapat normal atau menurun
Dapat ditemukan limfositosi relatif >45% dari total leukosit
Limfositosis plasma biru (LPB) >15% dari jumlah leukosit
Trombosit
Trombositopenia, umumnya pada hari ke 3-8
Hematokrit
Peningkatan Ht>20% kebocoran plasma, umumnya pada hari ke 3
demam
Hemostasis
pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Diner, atau FDP pada keadaan
yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
SGOT / SGPT (Serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat
Ureum - kreatinin
Bila didapatkan kelainan fungsi ginjal
Golongan darah atau cross match
Bila akan dilakukan transfusi darah atau komponen darah
Imunoserologi
IgM dan IgG terhadap dengue
Foto thorax
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan antigen dan antibodi virus
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu
dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan antigen spesifik virus
dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Dengan metode ELISA
Diagnosis
Berdasarkan WHO
Demam tinggi selama 2 7 hari.
Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis atau melena
Trombositopenia ( PLT< 100.000/ul)
Terdapat minimal 1 dari tanda plasma leakage:
Hematokrit meningkat > 20% dibanding standar umur dan jenis kelamin
Hematokrit turun >20% setelah mendapat cairan
Efusi pleura, asites
Klasifikasi DHF
Penatalaksanaan
Menurut WHO 2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya,
pasien dapat dibagi tiga kategori :
Rawat jalan (kelompok A).
Membutuhkan penanganan di rumah sakit/rawat inap (kelompok B).
Membutuhkan penanganan emergensi atau urgensi (kelompok C).
Kelompok A
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi untuk
minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam,
dan tidak mempunyai warning signs, khususnya saat demam mereda.
Petugas kesehatan harus setiap hari memantau temperatur, asupan dan keluaran
cairan, urin output (volume dan frekuensi), warning signs, tanda perembesan
plasma atau perdarahan, hematokrit, jumlah leukosit, dan trombosit
Kelompok B
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase kritis. Kriteria rawat pasien
DBD adalah:
Perdarahan
Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak syok), neurologis, kardiak
(nyeri dada, gangguan napas, sianosis).
Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia hemolitik, overweight/ obese, bayi,
dan usia tua
Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa transpor memadai.
Dengan warning sign
Periksa Ht sebelum pemberian cairan. Berikan larutan isotonik seperti normosalin 0,9%, RL.
Mulai dari 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, lalu kurangi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan
kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai respon klinis.
Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat sedikit, lanjutkan dengan jumlah
sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4 jam.
Bila tanda vital memburuk dan Ht meningkat drastis, tingkatkan pemberian cairan 510 ml/kg/jam
selama 1-2 jam.
Nilai kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus berkala
Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin output 0,5
ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus berkala saat kebocoran
plasma berkurang
Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis lewat,
tanda vital dan perfusi perifer (tiap 1-4 jam hingga lewat fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht
(sebelum dan setelah pemberian cairan, selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi
organ sesuai indikasi.
TANPA WARNING SIGN
Pada pasien tanpa warning signs, hal berikut harus dilakukan:
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9% atau RL dengan atau
tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk pasien obese atau overweight
digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk memelihara perfusi
dan urine output selama 24-48 jam.
Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan, urin output (volume dan
frekuensi), warning signs, hematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan laboratorium
lain dapat dilakukan sesuai indikasi
Kelompok C
Pasien memerlukan perawatan darurat dan rujukan mendesak ketika mereka berada di
fase kritis penyakit, yaitu ketika mereka memiliki:
Kebocoran plasma yang parah menyebabkan syok dengue dan / atau akumulasi cairan
dengan gangguan pernapasan
Perdarahan parah
Gangguan organ parah (kerusakan hati, gangguan ginjal, kardiomiopati, encephalopathy
atau ensefalitis).
PNEUMONIA
REFERENSI
THANK YOU