Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS KASUS

Diferensial Diagnosis Demam


Sifat Demam Gejala Penyerta Gejala Lainnya
Demam 7 hari pusing Mimisan dan nyeri menelan
Awal tinggi mendadak dan terus sakit kepala disangkal
menerus sampai 3 hari, kemudian nyeri sekitar mata Ruam merah disangkal
esok hari mulai turun selama 2 mata silau keluhan sesak nafas a disangkal
hari, setelah itu timbul kembali gusi berdarah keluhan BAK disangkal
mendadak tinggi hingga sekarang Riwayat bepergian dalam 2 minggu
badan pegal
badan lemas terakhir disangkal
Tidak ada riwayat kejang

Jenis dan pola demam:


Demam septik suhu demam berangsur naik ke tingkat tinggi pada malam hari, dankembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari

Demam kontinu ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yang menetap denganfluktuasi maksimal 0,4 C selama periode 24 jam. Pola ini dapat ditemukan padatyphoid (minggu kedua),
endokarditis, tuberkuloid

Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normaldengan fluktuasi melebihi 0,5 C selama periode 24 jam. Pola ini merupakan tipedemam yang paling sering
ditemukan pada praktek pediatric dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu.

Demam intermiten ditandai dengan suhu kembali normal setiap hari, umumnya padapagi hari, dan puncak demam pada siang hari. Pola ini merupakan pola keduaterbanyak yang ditemukan dalam
praktek pediatric, dan dapat ditemukan padamalaria

Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam. Dapatditemukan pada penderita demam dengue

Berdasarkan kriteria diatas didapatkan jenis dan pola demam pada kasus adalah demam bifasik.
KATEGORI DEMAM

Demam Lebih Dari Tujuh Hari Tanpa


Tanda Lokal
Untuk penegakan diagnosis demam
lebih dari tujuh hari, dapat dipikirkan
dari klasifikasi pada anak menurut
WHO:
Demam Kurang Dari Tujuh Hari
Untuk penegakan diagnosis demam kurang dari tujuh hari, dapat dipikirkan dariklasifikasi demam
kurang dari 7 hari pada anak menurut WHO:

Demam kurang dari tujuh hari tanpa tanda lokal Demam kurang dari tujuh hari dengan
tanda lokal
a. Infeksi virus dengue (demam dengue, a. Infeksi pada saluran nafas bagian atas:
demam berdarah dengue, sindrom i. VURTI (viral upper respiratory tract)
syok dengue) ii. Tonsilofaringitis
b. Malaria b. Sinusitis
c. Demam pasca vaksinasi c. OMA (otitis media akut)
d. Sepsis d. Infeksi pada saluran nafas bagian bawah:
e. Demam yang berhubungan dengan HIV i. Bronkiolitis
ii. Pneumoniae
e. Infeksi saluran kemih
f. Meningitis
g. Infeksi jaringan lemak dan kulith.
h. Gastroenteritis
Menegakkan diagnosis Demam Dengue:
Confirmed /
Probable Reportable
diagnosis pasti
Demam akut disertai dua atau lebih
Dan: Atau:
manifestasi klinis berikut:
Sakit kepala Didukung hasil pemeriksaan Pasien berasal dari
Nyeri belakang mata lab serologis (ELISA) atau tes daerah yang pada saat
Mialgia antibodi IgM positif yang sama ditemukan
Artralgia kasus confirmed DD
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
Menurut kasus:

Gejala Penyerta 3 dari 7 tanda klinis demam


pusing / sakit kepala dengue disertai laporan
nyeri sekitar mata epidemiologi:
mata silau - sakit kepala Probable Dengue
gusi berdarah Fever/ Demam
- nyeri belakang mata
badan pegal Dengue
badan lemas - artralgia
riwayat lingkungan - pada daerah dengan kasus
sekitar memiliki gejala DD/DBD
yang sama
Differential diagnosis demam
dengan tanda fokal batuk pilek:
Pneumonia Demam Berdarah
Gejala Klinis Gejala non spesifik: Gejala yang timbul pada penderita DB adalah:
dan peme- 1. Demam, menggigil Panas tinggi, umumnya > 38 derajat Celcius.
riksaan fisik 2. Batuk pilek Badan pegal-pegal atau nyeri otot, sakit kepala,
3. Sefalgia menggigil, buang-buang air atau muntah.
4. Gelisah Muncul bintik-bintik merah.
5. Mungkin mengalami Setelah hari ketiga, biasanya demam akan turun
gangguan GEH: muntah, dan penderita mungkin merasa sudah sembuh
kembung, diare atau sakit tetapi setelah itu demam dapat menyerang
perut kembali.
6. Sampai gejala berat: sesak,
sianosis
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
DEMAM DENGUE

DEFINISI
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.

Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, family


Flaviviridae. Terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4x106.

Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.


Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering
dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
PERJALANAN PENYAKIT
ANAMNESIS
Onset demam/penyakit,

Jumlah intake oral

Warning signs,

Diare,

Perubahan status mental/kejang/ketidaksadaran,

Urin output (frekuensi, volume, dan waktu terakhir kencing),

Riwayat keluarga atau tetangga yang mengalami DBD, riwayat bepergian ke daerah endemis, kondisi penyerta (bayi,
kehamilan, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi),
PEMFIS
Status mental

Status hidrasi

Status hemodinamik

Takipnoe/pernapasan asidosis/efusi pleura

Nyeri abdomen/ hepatomegali/asites

Ruam dan manifestasi perdarahan

Uji torniquet.
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit Dapat normal atau menurun
Dapat ditemukan limfositosi relatif >45% dari total leukosit
Limfositosis plasma biru (LPB) >15% dari jumlah leukosit
Trombosit
Trombositopenia, umumnya pada hari ke 3-8
Hematokrit
Peningkatan Ht>20% kebocoran plasma, umumnya pada hari ke 3
demam
Hemostasis
pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Diner, atau FDP pada keadaan
yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
SGOT / SGPT (Serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat
Ureum - kreatinin
Bila didapatkan kelainan fungsi ginjal
Golongan darah atau cross match
Bila akan dilakukan transfusi darah atau komponen darah
Imunoserologi
IgM dan IgG terhadap dengue
Foto thorax
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan antigen dan antibodi virus
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu
dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru adalah pemeriksaan antigen spesifik virus
dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Dengan metode ELISA
Diagnosis
Berdasarkan WHO
Demam tinggi selama 2 7 hari.
Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis atau melena
Trombositopenia ( PLT< 100.000/ul)
Terdapat minimal 1 dari tanda plasma leakage:
Hematokrit meningkat > 20% dibanding standar umur dan jenis kelamin
Hematokrit turun >20% setelah mendapat cairan
Efusi pleura, asites
Klasifikasi DHF
Penatalaksanaan
Menurut WHO 2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya,
pasien dapat dibagi tiga kategori :
Rawat jalan (kelompok A).
Membutuhkan penanganan di rumah sakit/rawat inap (kelompok B).
Membutuhkan penanganan emergensi atau urgensi (kelompok C).
Kelompok A
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi untuk
minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam,
dan tidak mempunyai warning signs, khususnya saat demam mereda.

Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS),

Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat demam.


Interval 6 jam

Petugas kesehatan harus setiap hari memantau temperatur, asupan dan keluaran
cairan, urin output (volume dan frekuensi), warning signs, tanda perembesan
plasma atau perdarahan, hematokrit, jumlah leukosit, dan trombosit
Kelompok B
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase kritis. Kriteria rawat pasien
DBD adalah:

Adanya warning signs


Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum, hipotensi postural, berkeringat
sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.

Perdarahan

Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak syok), neurologis, kardiak
(nyeri dada, gangguan napas, sianosis).

Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites

Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia hemolitik, overweight/ obese, bayi,
dan usia tua

Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa transpor memadai.
Dengan warning sign

Periksa Ht sebelum pemberian cairan. Berikan larutan isotonik seperti normosalin 0,9%, RL.

Mulai dari 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, lalu kurangi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan
kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai respon klinis.

Nilai kembali status klinis, ulangi Ht. Bila Ht sama atau meningkat sedikit, lanjutkan dengan jumlah
sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2-4 jam.

Bila tanda vital memburuk dan Ht meningkat drastis, tingkatkan pemberian cairan 510 ml/kg/jam
selama 1-2 jam.

Nilai kembali status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus berkala
Berikan volume intravena minimum untuk menjaga perfusi dan urin output 0,5
ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus berkala saat kebocoran
plasma berkurang
Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis lewat,
tanda vital dan perfusi perifer (tiap 1-4 jam hingga lewat fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht
(sebelum dan setelah pemberian cairan, selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah, dan fungsi
organ sesuai indikasi.
TANPA WARNING SIGN
Pada pasien tanpa warning signs, hal berikut harus dilakukan:
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9% atau RL dengan atau
tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk pasien obese atau overweight
digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk memelihara perfusi
dan urine output selama 24-48 jam.
Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan, urin output (volume dan
frekuensi), warning signs, hematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan laboratorium
lain dapat dilakukan sesuai indikasi
Kelompok C
Pasien memerlukan perawatan darurat dan rujukan mendesak ketika mereka berada di
fase kritis penyakit, yaitu ketika mereka memiliki:
Kebocoran plasma yang parah menyebabkan syok dengue dan / atau akumulasi cairan
dengan gangguan pernapasan
Perdarahan parah
Gangguan organ parah (kerusakan hati, gangguan ginjal, kardiomiopati, encephalopathy
atau ensefalitis).
PNEUMONIA
REFERENSI
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai