Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH DEMAM BERDARAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam berdarah adalah penyakit disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit demam berdarah DHF ini yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Ini terlihat pada banyak
penderita demam berdarah yang kulitnya timbul bercak-bercak merah sebagai ciri khas
penyakit demam berdarah ini. Itu adalah pengertian demam berdarah yang ditinjau dari segi
medisnya.

B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari demam berdarah
2. Mengetahui karakteristik penyakit demam berdarah
3. Mengetahui etiologi demam berdarah
4. Mengetahui pathogenesis demam berdarah
5. Mengenal manifestasi klinik pada penyakit demam berdarah
6. Mengetahui komplikasi dan cacat pada demam berdarah
7. Mengetahui prognosis pada demam berdarah
8. Mengetahui epidemiologi pada demam berdarah

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan
ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau
orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai
leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia
ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &
Yuliani, 2001).

B. KARAKTERISTIK PENYAKIT
memahami ciri ciri atau karakteristik dari penyakit menyeramkan ini tidak hanya
dibutuhkan oleh pihak kesehatan saja, tapi semua masyarakat termasuk anak anak.
Tujuannya tentu saja mengarahkan pada bagaimana upaya maksimal melakukan pencegahan
agar penyakit demam dapat dihindari dari lingkungan. Berikut ini beberapa ciri dari penyakit
demam berdarah yang dapat dicek di lingkungan sekitar kita, yaitu:
1. Demam tinggi terus menerus selama 2 7 hari dengan suhi di atas 38 derajat Celsius.
Demam seperti ini umumnya tidak bias diturunkan dengan obat penurun panas atau
dikompres. Oleh karena itu, jangan menganggap remeh cirri pertama ini. Silakan segera
mengkonsultasikan dengan dokter jika dibutuhkan segera
2. Seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu. Jika anak anak yang
mengalami, biasanya mereka hanya tampak semakin rewel dengan tangisannya karena belum
dapat menyampaikan dengan pasti apa yang mereka rasakan di tubuhnya
3. Perut terasa nyeri dan mual. Cirri inipun sama dengan sebelumnya jika terjadi pada anak
anak. Karena itu, para orang tua hendaknya mewaspadai sejak dini
4. Kepala terasa sangat pusing. Jangan sembarangan memilih serta meminum obat pusing jika
cirri ini anda alami selain cirri lainnya. Segera periksakan ke dokter agar tidak terjadi hal di
luar dugaan
5. Wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Hal ini dapat diamati secara
langsung oleh orang di sekitar anda juga. Hendaknya cirri ini menjadikan anda tidak mudah
menggunakan obat luar untuk mengobatinya
6. Sulit BAB atau malah diare
7. Muncul bintik-bintik merah dipermukaan kulit. Salah satu siri bintiknya adalah tidak akan
hilang walaupun ditekan oleh jari
8. Mimisan, perdarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit DBD yang sudah
cukup terlambat untuk ditangani
Ciri cirri atau karakteristk demam berdarah menurut medis
1. Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3 (normal : 150 450/mm3)
2. Adanya pembesaran organ hati dan limfa
3. Terjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Hct meningkat 20 %
Itulah beberapa ciri DBD yang hampir tidak ada bedanya dengan demam biasa. Bila
anda atau orang terdekat anda mengalami cirri-ciri penyakit DBD seperti diatas , sebaiknya
jangan ragu untuk segera ke dokter dan melakukan periksa darah. Alasannya tentu saja karena
penyakit DBD hanya bias diketahui lewat pemeriksaan kadar trombosit dalam darah.
C. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4.
Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang
lainnya secara serologis.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes
aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana
yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya
pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan
imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi
virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic
Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe
tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi
pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

D. PATOGENESIS
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak
bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.
Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential
infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang
setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re
infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik
tinggi antibodi Ig G antidengue.
Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi
dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya virus kompleks antigen antibody (virus antibody complex) yang selanjutnya
akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya
plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi anatara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak
berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk
ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 12 jam
sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama
beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat
suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang
terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-
4 dan ke-5.
Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala
perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis,
epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun
antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga,
hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum
variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam
Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome
(DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat,
yaitu:

Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan
spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi
perdarahan yang lebih berat.
Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit
(< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV :
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

F. KOMPLIKASI DAN CACAT


Komplikasi akibat DBD
Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu. Namun,
untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama beberapa minggu hinga berbulan-
bulan. Gejala klinis yang semakin berat pada penderita DBD dan dengue shock syndromes
dapat berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Hal ini tentu dapat
mengancam jiwa.
1. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan sirkulasi dengan
manifestasi:
- Nadi yang cepat dan lemah
- Tekanan darah turun ( 20 mmHg)
- Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
- Kulit dingin dan lembab
- Gelisah
Sindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada penderita DBD yang disertai syok,
setelah demam berlangsung selama beberapa hari, keadaan umum penderita tiba-tiba
memburuk. Pada sebagian besar penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu
kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah, kecil
sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, dan
tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Penderita kelihatan lesu,
gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase kritis syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri
di daerah perut sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali mendahului
perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab yang dapat
dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya perdarahan gastrointestinal yang hebat. Syok
yang terjadi selama periode demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD, yaitu pemberian cairan ganti
secara adekuat. Pada sebagian besar penderita, penggantian dini plasma secara efektif dengan
memberikan cairan yang mengandung elektrolit, ekspander plasma, atau plasma, memberikan
hasil yang baik. Nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap hari mulai hari ke-3
sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah yang menentukan
perlu tidaknya penderita dirawat dan atau mendapatkan pemberian cairan intravena.
Komplikasi menurut sumber lain:
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan
metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan
dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari
koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus
sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan
kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi
cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera
dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa
(5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8
jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.
Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari,
kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi
produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-
obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas
indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat
diberikan asam amino rantai pendek.

2. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular,
penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan
parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi
dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
keadaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah
urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

3. Udem paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang
berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang
diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila
cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan
hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto
rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius
walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:
- Dehidrasi
- Pendarahan
- Jumlah platelet yang rendah
- Hipotensi
- Bradikardi
- Kerusakan hati
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari
hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan,
derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan
pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali
ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati
tampak jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)

G. PROGNASIS
Prognosis DBD berdasarkan kesuksesan dalam tetapi dan penetalaksanaan yang
dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal. Penatalaksanaan
yang terlambat akan menyebabkan komplikasi dan penatalaksanaan yang tidak tapat dan
adekuat akan memperburuk keadaan.
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD mortalitasnya
cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan
bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak.
DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik, penatalaksanaan yang
cepat, tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan
komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.
DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana pasien jatuh
kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai
penetalaksanaan yang diberikan Dubia at bonam.

H. EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya
pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam
berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang
kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah
Dengue sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi (2) Urbanisasi yang
tidak terencana dan tidak terkendali (3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di
daerah endemis dan (4) Peningkatan sarana transportasi.
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka
pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi
virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat
pada sekitar bulan April Mei setiap tahun.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk pada hari kedua.
Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3,
merupakan serotie yang paling banyak.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti. Gejala utama demam
berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok. Kriteria
diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua criteria klinis ditambah
trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk menegakkan diagnosis demam
berdarah dengue.
B. SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang demam
berdarah, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku buku yang berhubungan dengan
demam berdarah.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh daari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan
penulisan makalah makalah selanjutnya sangat diharapkan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/dbd1.pdf
http://www.berbagimanfaat.com/2011/04/komplikasi-dan-pencegahan-demam.html
http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/definisi-dan-etiologi-penyebab-demam.html
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/demam-berdarah-dengue-dbd.html
http://www.nurseid.web.id/2010/04/askep-demam-berdarah-dengeu-dhf.html
http://onlineallarticles.blogspot.com/2011/01/makalah-demam-berdarah-dbd.html

Diposkan oleh Rahayu Wijayanti di 06.19

Anda mungkin juga menyukai