Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM HEMATOLOGI

DENGUE FEVER

Diajukan Untuk Memenuh Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :

Ajeng Rizqia Rahmawati

2350311105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Demam dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai,
dan dengan/tanpa ruam. Demam dengue atau dengue fever adalah penyakit yang
banyak terjadi pada anak, tetapi dapat juga terjadi pada remaja, atau orang dewasa,
dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia,
dengan/tanpa ruam dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri
pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan,
dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.
Menurut Andhini, (2017) demam dengue adalah suatu penyakit infeksi akut, yang
disebabkan oleh virus Dengue yang mempunyai 4 macam serotipe (DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4). Menurut Darmawan, (2019) demam dengue adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. Sedangkan menurut Soedarto, (2012) demam dengue adalah
infeksi virus dengue yang disertai dengan demam di ikuti dengan gejala lain.

2. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk.
Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-
3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat (Helinayati, 2015).
Infeksi dari salah satu serotipe virus pada kebanyakan kasus terkadang tidak
menimbulkan gejala. Namun bisa juga menimbulkan gejala klinis seperti flue yang
biasa disebut demam dengue (DD), dengan gejala klinis yang lebih berat , biasa
disebut demam berdarah dengue (DBD). Dengan karakteristik terjadi koagulopati dan
peningkatan kekakuan dan permeabilitas pembuluh darah dan bisa berkembang
menjadi syok hipovolemik yang biasa disebut dengue syok sindrom (Manuaba et al.,
2013).

3. Patofisiologi
Patofisiologi demam dengue (Demam Dengue/ DD) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk
Aedes aegypti akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang
mengalami viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus dengue
akan bereplikasi yang berlangsung selama 8 - 12 hari. Namun, proses replikasi ini
tidak memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian, serangga ini akan
mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue,
akan berstatus infeksius selama 6-7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam
peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan
menginvasi leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4-7 hari, dengan kisaran 3 - 14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sumsum tulang. Sel-
sel stroma pada sumsum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran hati dan
nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini berlanjut, terjadi
pelepasan zat anafilatoksin, histamin, dan serotonin, serta aktivasi sistem kalikrein
yang meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Kemudian akan diikuti terjadinya
ekstravasasi cairan intravaskular ke kedalam jaringan ekstravaskular. Akibatnya,
volume darah akan turun, disertai penurunan tekanan darah, dan penurunan suplai
oksigen ke organ dan jaringan. Pada keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin
disebabkan peredaran darah dan oksigen yang berkurang, karena peredaran darah ke
organ-organ vital tubuh lebih diutamakan. Ektravasasi yang berlanjut akan
menyebabkan hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan
ini, penderita memasuki fase DSS.
4. Tanda dan gejala (manifestasi klinis)
Setelah masa inkubasi selama 4-6 hari (berkisar antara 3-14 hari) berbagai gejala
prodromal yang tidak khas akan timbul seperti : nyeri kepala, nyeri punggung, dan
malaise (kelelahan umum).
Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam
hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit
parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan
dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan;
perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko
kematian (Darmawan, 2019). Gejala klinis pada demam dengue terjadi mendadak
yaitu sebagai berikut : suhu meningkat tinggi, kadang-kadang disertai menggigil di
ikuti nyeri kepala, muka kemerahan, dalam waktu 24 jam mungkin muncul rasa nyeri
di bagian belakang mata terutama pada pergerakan otot mata atau tekanan bola mata,
fotofobia nyeri punggung, nyeri otot dan persendian. Gejala lainnya adalah: tidak ada
nafsu makan, berubahnya indra perasa, konstipasi, nyeri perut, nyeri pada lipatan
paha, radang tenggorokan, berat ringannya gejala tersebut bervariasi dan biasanya
berlangsung selama beberapa hari, antara lain:
a. Demam
Suhu tubuh umumnya berkisar antara 39-40℃, bersifat bifasik, berlangsung
selama 5-7 hari.
b. Ruam
Kemerahan pada muka atau timbulnya ruam menyerupai urtikaria pada wajah,
leher, dan dada yang timbul pada fase demam. Ruam makulopapular atau ruam
skalatina mulai tampak kira-kira di hari ke tiga atau ke empat. Menjelang masa
akhir demam atau segera setelah demam redah, tampak petekia menyeluruh di
punggung kaki, lengan, maupun tangan. Petekia yang mengelempokkan di tandai
dengan daerah bulat, pucat di antaranya yang merupakan titik normal. Petekia
sering kali di sertai rasa gatal.
c. Perdarahan kulit
Uji tourniquet positif atau terapat petakie.
5. Klasifikasi
a. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif.
b. Derajat II : Seperti derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit dan
perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai kulit
dingin, lembab dan gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat (syok berat), nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue
syok sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur. Menurut Aningsi,
(2018), mengklasifikasikan DBD dalam empat derajat.

Derajat 1, demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif. Derajat II (sedang), derajat I disertai manifestasi
perdarahan lain. Derajat III, ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan
sirkulasi, nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi,
disertai kulit dingin, lembab dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak teraba,
terdapat DSS (dengue syok sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
50%; wanita 35-47%
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu
saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-jaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.
e. Trombositopeni (100.000/mm3)
f. Hb dan PCV meningkat (20% )
g. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
h. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder.

7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah perdarahan
masif dan dengue shock syndrome(DSS) atau sindrome syok dengue (SSD). Syok
sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi
yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg
atau sampai nol, tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi
penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung, telinga,
dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguri atau anuria.

8. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas nyamuk
(berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai dengan
masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit
karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri
epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawatan: istirahat baring, makanan
lunak (bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-
2000cc/hari), diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi
dan perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat
antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder.
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawatan: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara,
bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai
dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan
memburuk segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun,
penderita mengalami pre shock/ shock. Perawatan: mengatur posisi tidur
penderita, tidurkan dengan posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan
nafas dengan cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan
dari mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus- meneris dan jangan ditinggal
pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin
dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit
juga pakaian bersih dan kering.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, bahasa yang digunakan,
status pendidikan, pekerjaan, nomer registrasi, MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
3) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma.
2) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.
3) Tanda-tanda vital :
a) Suhu : di atas (37,5°C)
b) Tekanan Darah : dapat meningkat pada DF dan DHF 3
c) Nadi : ( ≥ 60x/menit) takikardia
d) Frekuensi Pernafasan : ( ≥ 20x/menit) takipnea
4) Wajah : tampak kemerahan, teraba hangat.
5) Mata : konjutiva anemis, sklera merah.
6) Integumen : ruam, petekie, ekimosis, pupura, hematom, hiperemi, sianosis.
7) Mukuloskeletal : nyeri sendi dan otot.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Analisa data

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS : Virus dengue (arbovirus) Hipertermia
a. Demam naik turun
DO : Melalui gigitan nyamuk
a. Suhu tubuh diatas
nilai normal Re infection oleh virus dengue
b. Kulit merah dengan serotip berbeda
c. Kejang
d. Takipnea Bereaksi dengan antibody
e. Kulit terasa hangat
Menimbulkan respon
peradangan

Hipertermia
DS : Virus dengue (arbovirus) Hypovolemia
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus Melalui gigitan nyamuk
DO :
a. Frekuensi Re infection oleh virus dengue
nadi dengan serotip berbeda
meningkat
b. Nadi teraba lemah Bereaksi dengan antibody
c. Membrane
mukosa kering Terbentuk kompleks antibody
d. Hematocrit dalam sirkulasi darah
meningkat
e. Suhu tubuh Pengaktifan sistem
meningkat complement dan
f. Konsentrasi urin dilepaskannya anvillaktoksin
meningkat
Melepaskan histamine yang
bersifat vasoaktif

Permeabilitas dinding
pembuluh darah

Hipovolemia
DS : Virus dengue (arbovirus) Intoleransi
a. Mengeluh lelah aktivitas
b. Dyspnea Melalui gigitan nyamuk
saat/setelah
melakukan aktivitas Re infection oleh virus dengue
c. Merasa tidak dengan serotip berbeda
nyaman
setelah Terbentuk kompleks antibody
beraktivitas dalam sirkulasi darah
d. Merasa lemah
DO : Permeabilitas dinding
a. Tekanan darah pembuluh darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat Kebocoran plasma intertisium
b. Sianosis
Aliran darah terhambat

Suplai O2 ke jaringan tidak


adekuat

Energi berkurang

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

b. Diagnosa keperawatan
1) Hipertermia b.d proses penyakit
2) Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Perencanaan/ Nursing Planning
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen
keperawatan selama 1 x Hipertermia(1.15506)
24 jam, diharapkan Observasi
termoregulasi dapat a. Identifikasi penyebab
diatasi dengan hipertermia (mis:
kriteria hasil : dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
Termoregulasi penggunaan inkubator)
(L.14134) b. Monitor suhu tubuh
a. Menggigil c. Monitor kadar elektrolit
menurun d. Monitor haluaran urin
b. Kulit merah e. Monitor komplikasi
menurun akibat hipertermia
c. Pucat menurun Terapeutik
d. Takikardi a. Sediakan lingkungan
menurun yang dingin
e. Takipneamenurun b. Longgarkan atau
f. Suhu tubuh lepaskan pakaian
membaik c. Basahi dan kipasi
g. Suhu kulit permukaan tubuh
membaik d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
f. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
2 Hypovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 1 x (1.03116)
24 jam, diharapkan status Observasi
cairam membaik dengan a. Periksa tanda dan gejala
kriteria hasil : hipovolemia (mis:
frekuensi nadi
Status Cairan (L.03028) meningkat, nadi teraba
a. Kekuatan nadi lemah, tekanan darah
meningkat menurun, tekanan nadi
b. Turgor kulit menyempit, turgor kulit
meningkat menurun, membran
c. Tekanan mukosa kering, volume
darah urin menurun,
membaik hematokrit meningkat,
d. Perasaan lemah haus, lemah)
menurun b. Monitor intake dan
e. Perasaan haus output cairan
menurun Terapeutik
f. Membrane a. Hitung kebutuhan cairan
mukosa membaik
g. Kadar Hb dan Ht b. Berikan posisi modified
membaik Trendelenburg
h. Intake c. Berikan asupan cairan
cairan oral
membaik Edukasi
i. Suhu tubuh a. Anjurkan memperbanyak
membaik asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
b. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
c. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (albumin,
plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian
produk darah
3 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama 1 x (1.05178)
24 jam, diharapkan Observasi
toleransi aktivita dapat a. Identifikasi gangguan
diatasi dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik
dan emosional
Toleransi Aktivitas c. Monitor pola dan jam
(L.05047) tidur
a. Frekuensi d. Monitor lokasi dan
nadi ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
b. Saturasi Terapeutik
oksigen a. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
c. Kemudahan dalam stimulus
melakukan aktivitas b. Lakukan latihan rentang
sehari-hari meningkat gerak pasif dan/atau aktif
d. Kekuatan tubuh c. Berikan aktivitas
bagian atas distraksi yang
bawah meningkat menenangkan
e. Keluhan lelah d. Berikan aktivitas
menurun distraksi yang
f. Dyspnea saat menenangkan
aktivitas menurun e. Fasilitasi duduk di sisi
g. Perasaan lemah tempat tidur, jika tidak
menurun dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan,
serta menilai data yang baru (PPNI, 2019).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Setelah dilakukan tindakan selama sehari, lihat respon klien sesuaikan dengan
diagnosa dan perencanaan yang ada, digunakan teknik SOAPIER, apabila klien
keadaannya membaik atau sudah hilang masalah keperawatan yang ada hentikan
intervensi.

C. DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Penerbit EGC.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Penerbit
EGC. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Penerbit
EGC.
Aningsi, P. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9)
Darmawan, D. (2019). Patofisiologi DHF. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Manuaba, I. D., Sutirtayasa, I. W. P., & Dewi, D. R. (2013). Immunopatogenesis Infeksi
Virus Dengue. E-Jurnal Medika Udayana, 2(10), 1684–1696.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/6696
Helinayati, N. P. nova. (2015). Gambaran Penyakit DBD di Semarang. NPN Henilayati -
2015, 9–23.
Andhini, N. F. (2017). Infeksi Virus Dengue. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue

Anda mungkin juga menyukai