Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN FEBRIS DAN DENGUE FEVER

Tugas Mandiri

Stase Praktek Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
Nama : Purnaning Sintya Krisna Utami
NIM : P2005046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Febris atau demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Febris atau demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari
empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4). Infeksi
dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan terhadap
serotipe tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan jangka
panjang untuk serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi
sebanyak empat kali, sekali dengan masing-masing serotipe. Virus dengue
ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes
aegypti) (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).

B. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam
Thabarani, 2015).
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun
di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).

C. Manisfestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu
berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang
menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C /
104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar
atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa
inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan
karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan
parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah
gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C /
100 ° F) dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat,
gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam
berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat
diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian.
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan
kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang
mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang
terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan:
muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch lebih besar dari
darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok dapat
menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai
setelah masa krisis 1-hari.
I. Gejala awal termasuk:
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah
II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:
a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat
D. Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma
yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya
hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit
darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan
baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian
biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.
E. PATHWAYS
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2009), Pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang disangka
menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap
2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan
pengawasan selama perjalanan penyakit. Beberapa test diagnostik yang dilakukan
antara lain :
1. Uji tourniquet
2. Hemoglobin
3. Hematokrit
4. Trombosit
5. Diagnosis serologis
6. Reverse transcriptase PCR (RT-PCR)

G. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu
mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama
fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat
anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
dan berlangsung 24-48 jam.
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non 15 farmakologis
maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
memberikan antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan
jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi
hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada
bayibaru lahir yang bugar 16 (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping
parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa
urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus
seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas
dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal
dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam
lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit
kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan
kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016). Kompres
hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18 temperature air 30-
32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar
lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres
hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut
lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat
kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit
hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

H. Pengkajian Fokus Keperawatan


1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif
& Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3
dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe
virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV
bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV
sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat.
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam
Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun,
dan muncul keringat dingin, dan lembab:
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura),
rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen : mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa keperawatan
yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh
I. Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana


Kolaborasi keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Hipertermia NOC: NIC :
Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering 1. memantau adanya infeksi
normal diurnal karena kegagalan mungkin 2. menjaga suhu dan
termoregulasi Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor warna dan suhu menghindari panas yang
kulit berkaitan dengan penyakit.
keperawatan selama
Berhubungan dengan : 3. peningkatan denyut nadi,
3 x 24 Jam diharapkan 3. Monitor tekanan darah,
 Penyakit penurunan tekanan vena,
suhu tubuh klien kembali nadi dan RR
dan penurunan tekanan
 Trauma 4. Monitor penurunan tingkat
normal dengan kriteria darah dapat mengindikasi
 Peningkatan laju metabolisme kesadaran
hasil : Hipovolemi, yang
 aktivitas yang berlebih 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct mengarah pada penurunan
a. Suhu tubuh dalam
 dehidrasi 6. Monitor intake dan output perfusi jaringan
batas normal dengan
7. Berikan anti piretik: 4. perubahan tingkat
kreiteria hasil:
DO/DS: 8. Kelola kesadaran dapat
b. Suhu 36 – 37C mengakibatkan hipoksia
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang c. Nadi dan RR dalam
Antibiotik:…...
jaringan
normal rentang normal 9. Selimuti pasien
5. peningkatan suhu tubuh
 serangan atau konvulsi (kejang) d. Tidak ada perubahan 10. Berikan cairan intravena bisa juga karena adanya
 kulit kemerahan warna kulit dan tidak 11. Kompres pasien pada lipat infeksi
 pertambahan RR ada pusing, merasa paha dan aksila 6. asupan cairan yang
 takikardi 12. Tingkatkan sirkulasi udara berlebihan dapat
nyaman
13. Tingkatkan intake cairan mengakibatkan kelebihan
 Kulit teraba panas/ hangat cairan yang dapat
dan nutrisi
memperburuk kondisi
14. Monitor TD, nadi, suhu,
pasien
dan RR
7. digunakan untuk
15. Monitor hidrasi mengurangi demam
seperti turgor dengan aksi sentralnya
kulit, kelembaban pada hipotalamus
membran mukosa) 8. membantu mengurangi
infeksi yang menyebabkan
demam.
9. digunakan untuk
mengurangi demam
umumnya lebih besar dari
, - 0 C pada waktu terjadi
kerusakan/gangguan pada
otak
10. menghindari kehilangan
air natrium klorida dan
kalium yang berlebihan.
11. dapat membantu
mengurangi demam.
12. suhu ruangan/jumlah
selimut harus diubah
untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
13. untuk mengganti
kehilangan cairan melalui
keringat
14. peningkatan denyut nadi
34 penurunan tekanan
vena, dan penurunan
tekanan darah dapat
mengindikasi
Hipovolemia, yang
mengarah pada penurunan
perfusi jaringan.
15. Untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya
kekurangan cariran akibat
kenaikan suhu.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi: Pengalaman sensori dan a. Pain Level, 1.Lakukan pengkajian 1. Mengetahui
emosional yang tidak menyenangkan b. pain control, nyeri secara lokasi dan skala
yang muncul akibat kerusakan jaringan nyeri
c. comfort level komprehensif
yang aktual atau potensial atau 2. Meringankan atau
digambarkan dalam hal kerusakan Setelah dilakukan tinfakan termasuk lokasi, mengurangi rasa
sedemikian rupa (International keperawatan selama karakteristik, durasi, nyeri sampai pada
Association for the study of Pain): awitan 3 x 24 pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas tingkat
yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas nyeri, dengan kriteria hasil: dan faktor presipitasi kenyamanan yang
ringan hingga berat dengan akhir yang a. Mampu mengontrol nyeri 2.Observasi reaksi dapat diterima
dapat diantisipasi atau diprediksi dan (tahu penyebab nyeri, oleh pasien
berlangsung <6 bulan nonverbal dari
mampu menggunakan 3. Memotivasi untuk
ketidaknyamanan
meningkatkan
berhubungan dengan: tehnik nonfarmakologi 3.Bantu pasien dan kesembuhan.
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, untuk mengurangi nyeri, keluarga untuk 4. Untuk
psikologis), kerusakan jaringan mencari bantuan) mencari dan menciptakan
b. Melaporkan bahwa nyeri menemukan suasana aman dan
berkurang dengan dukungan nyaman
DS:
menggunakan 5. Untuk
 Laporan secara verbal 4.Kontrol lingkungan
meningkatkan
DO: manajemen nyeri yang dapat
kenyamanan dan
c. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
 Posisi untuk menahan nyeri keamanan pasien
(skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
 Tingkah laku berhati-hati 6. Mengetahui lebih
frekuensi dan tanda pencahayaan dan detail tentang
 Gangguan tidur (mata sayu,
nyeri) kebisingan sumber dan cara
tampak capek, sulit atau gerakan penanganan
d. Menyatakan rasa nyaman 5.Kurangi faktor
kacau, menyeringai) 7. Strategi
setelah nyeri berkurang presipitasi nyeri
 Terfokus pada diri sendiri pengurangan
e. Tanda vital dalam rentang 6.Kaji tipe dan sumber
 Fokus menyempit (penurunan normal
nyeri dengan
nyeri untuk terapi pengalihan
persepsi waktu, kerusakan proses f. Tidak mengalami menentukan atau terapi lain
berpikir, penurunan interaksi gangguan tidur intervensi tanpa
dengan orang dan lingkungan) menimbulkan
7. Ajarkan tentang
 Tingkah laku distraksi, contoh : teknik non efek samping dan
jalan-jalan, menemui orang lain farmakologi: napas penggunaan obat.
dan/atau aktivitas, aktivitas dala, relaksasi, (misalnya
relaksasi detraksi,
berulang-ulang) distraksi, kompres
detraksi, terapi
 Respon autonom (seperti hangat/ dingin bermain, terapi
diaphoresis, perubahan tekanan 8. Berikan analgetik musik, kompres
darah, perubahan nafas, nadi dan untuk mengurangi dingin, dll)
dilatasi pupil) nyeri: 8. Menggunakan
 Perubahan autonomic dalam 9. Monitor vital sign agen-agen
sebelum dan sesudah farmakologi
tonus otot (mungkin dalam
pemberian analgesik untuk mengurangi
rentang dari lemah ke kaku) atau
pertama kali
 Tingkah laku ekspresif (contoh : menghilangkan
gelisah, merintih, menangis, nyeri
waspada, iritabel, nafas 9. Tanda vital akan
panjang/berkeluh kesah) berubah baik
sebelum atau
 Perubahan dalam nafsu makan sesudah aktivitas
dan minum perlu dilakukan
pemantaun untuk
mencegah
terjadinya resiko
tingkat lanjut
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC
dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy 1. Kaji adanya alergi
of nutrient 1. Mengurangi faktor
b. Nutritional Status : food and makanan resiko gangguan
2. Kolaborasi dengan ahli nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup Fluid Intake
2. Membantu dalam
untuk memenuhi kebutuhan metabolik. c. Weight Control gizi untuk menentukan
proses penyembuhan.
Setelah dilakukan asuhan jumlah kalori dan nutrisi 3. Untuk mencegah
Berhubungan dengan : keperawatan selama 3 x 24 yang dibutuhkan pasien terjadinya komplikasi
Ketidakmampuan untuk memasukkan jam diharapkan nutrisi kurang 3. Yakinkan diet yang 4. Untuk meningkatkan
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor teratasi dengan indikator: dimakan mengandung napsu makan sesuai
biologis, psikologis atau ekonomi. a. Albumin serum tinggi serat untuk menu yang
b. Pre albumin serum mencegah konstipasi diinginkan dan dapat
DS:
c. Hematokrit teratur.
a. Nyeri abdomen 4. Ajarkan pasien
5. Kebersihan nutrisi
b. Muntah d. Hemoglobin bagaimana membuat dapat diketahui
c. Kejang perut e. Total iron binding catatan makanan harian. melalui peningkatan
d. Rasa penuh tiba-tiba setelah capacity 5. Monitor adanya berat badan 500
makan f. Jumlah limfosit penurunan BB dan gula gr/minggu.
DO: darah 6. Lingkungan yang
a. Diare 6. Monitor lingkungan nyaman dapat
selama makan menambah selera
b. Rontok rambut yang berlebih
7. Monitor turgor kulit makan
c. Kurang nafsu makan 7. Untuk mengetahui
d. Bising usus berlebih 8. Monitor kekeringan,
adanya tanda-tanda
e. Konjungtiva pucat rambut kusam, total dehidrasi dan
c. Denyut nadi lemah protein, Hb dan kadar mencegah syok
Ht hipovolemik
9. Monitor mual dan 8. Mengatahui hasil Lab
muntah pasien
10. Monitor pucat, 9. agar dapat
kemerahan, dan mengetahui intake
dan output nutrisi dari
kekeringan jaringan tubuh anak
konjungtiva 10. Agar mengetahui
11. Monitor intake nuntrisi kekurangan
12. Informasikan pada klien kebutuhan nutrisi
dan keluarga tentang pasien
11. Untuk
manfaat nutrisi
mengumpulkan dan
13. Kolaborasi dengan menganalisis data
dokter tentang pasien untuk
kebutuhan suplemen mengatur
makanan seperti NGT/ keseimbangan nutrisi.
TPN sehingga intake 12. Memberi informasi
cairan yang adekuat manfaat nutrisi untuk
meningkatkan
dapat dipertahankan.
pengertahuan klien
14. Atur posisi semi fowler dan keluarga.
atau fowler tinggi 13. Strategi kesehatan
selama makan untuk memantau
15. Anjurkan banyak dan melaporkan
minum kondisi, kelanjutan
16. Pertahankan terapi IV terapi dan
line pengobatan terkait
dengan ahli.
14. Menghidari pasien
tersedak
15. Untuk
mempertahankan
cairan
16. Untuk memberikan
hidrasi cairan tubuh
secara parenteral
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Defisit Volume Cairan NOC: NIC : 1. Mengidentifikasi adanya
Definisi : penurunan cairan intravaskular, a. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake gangguan keseimbangan
interstisial, dan atau interaselular. Ini b. Hydration dan output yang akurat cairan
mengacu pada dehidrasi, kehilangan c. Nutritional Status : Food and 2. Monitor status hidrasi ( 2. Mengenal adanya tanda
cairan saja tanpa perubahan kadar Fluid Intake kelembaban membran dan gejala gangguan
natrium. Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat, keseimbangan cairan
keperawatan selama 3 x 24 tekanan darah ortostatik ), 3. Mengenal adanya tanda
Berhubungan dengan: Jam diharapkan defisit jika diperlukan dan gejala gangguan
 Kehilangan volume cairan secara volume cairan teratasi dengan 3. Monitor hasil lab yang keseimbangan cairan
aktif kriteria hasil: sesuai dengan retensi 4. Memantau ada tidaknya
 Kegagalan mekanisme pengaturan cairan (BUN , Hmt , reaksi penyakit dan reaksi
a. Mempertahankan urine
 Asupan cairan kurang osmolalitas urin, albumin, terhadap terapi
output sesuai dengan usia dan total protein ) 5. Menambah intake cairan
 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan
BB, BJ urine normal, 4. Monitor vital sign setiap yang masuk dalam tubuh.
cairan
b. Tekanan darah, nadi, suhu 15menit – 1 jam 6. Mencapai kebutuhan
DS : tubuh dalam batas normal 5. Kolaborasi pemberian nutrisi tubuh yang sesuai
 Haus c. Tidak ada tanda tanda cairan IV 7. Menambah intake cairan
6. Monitor status nutrisi yang masuk dalam tubuh.
DO: dehidrasi, Elastisitas turgor
7. Berikan cairan oral 8. Mempermudah intake
 Penurunan turgor kulit/lidah kulit baik, membran mukosa
8. Berikan penggantian cairan yang masuk dalam
 Membran mukosa/kulit kering lembab, tidak ada rasa haus nasogatrik sesuai output tubuh.
 Peningkatan denyut nadi, penurunan yang berlebihan (50 – 100cc/jam) 9. Memotivasi untuk makan
tekanan darah, penurunan d. Orientasi terhadap waktu dan 9. Dorong keluarga untuk atau minum untuk
volume/tekanan nadi tempat baik membantu pasien makan menambah energi
 Pengisian vena menurun e. Jumlah dan irama pernapasan 10. Kolaborasi dokter jika 10. tanda
Strategi
cairan
kesehatan untuk
 Perubahan status mental dalam batas normal berlebih muncul meburuk memantau dan
 Konsentrasi urine meningkat f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam 11. Atur kemungkinan tranfusi melaporkan kondisi terkait
 Temperatur tubuh meningkat batas normal dan persiapan untuk tranfusi dengan ahli.
 Kehilangan berat badan secara tiba- g. pH urin dalam batas normal 12. Pasang kateter jika perlu 11. Waspada terhadap
tiba h. Intake oral dan intravena Monitor intake dan urin komplikasi lanjutan yang
 Penurunan urine output adekuat output setiap 8 jam memermukan tidakan
 HMT meningkat lebih lanjut
 Kelemahan 12. Memudahkan perhitungan
cairan output yang keluar
bila diperlukan.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Definisi : Ketidakcukupan energi a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
secara fisiologis maupun psikologis b. Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam 1. Aktifitas lebih
untuk meneruskan atau bermanfaat dalam
c. Konservasi energi melakukan aktivitas
menyelesaikan aktifitas kehidupan memberikan latihan
sehari – hari yang harus atau yang Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji adanya faktor yang
gerak dengan tidak
ingin dilakukan. keperawatan selama 3 x 24 jam menyebabkan kelelahan terlalu hiperaktif.
diharapkan pasien bertoleransi 3. Monitor nutrisi dan 2. Kelelahan akan
Berhubungan dengan : terhadap aktivitas dengan sumber energi yang semakin dirasakan
 Tirah Baring atau imobilisasi Kriteria Hasil : adekuat menonjol seiring
 Kelemahan menyeluruh a. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan bertambahnya umur.
 Ketidakseimbangan antara suplei aktivitas fisik adanya kelelahan fisik dan Hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan
oksigen dengan kebutuhan tanpa disertai peningkatan emosi secara berlebihan
dan ketahanan otot,
Gaya hidup yang tekanan darah, nadi dan RR 5. Monitor respon sehingga kelelahan ak
dipertahankan. DS: b. Mampu melakukan aktivitas kardivaskuler terhadap an semakin meningkat
 Melaporkan secara verbal adanya sehari hari (ADLs) secara aktivitas (takikardi, 3. Nutrisi yang adekuat
kelelahan atau kelemahan. mandiri disritmia, sesak nafas, meningkatkan energi
 Adanya dyspneu atau c. Keseimbangan aktivitas dan diaporesis, pucat, dan menanggulangi
istirahat perubahan hemodinamik) kelelahan fisik.
ketidaknyamanan saat beraktivitas.
4. Secara psikologis dapat
6. Monitor pola tidur dan meningkatkan semangat
DO : lamanya tidur/istirahat hidup dengan emosi
 Respon abnormal dari tekanan darah pasien yang tidak berlebihan.
atau nadi terhadap aktifitas 7. Kolaborasikan dengan 5. Semakin banyak
 Perubahan ECG : aritmia, iskemia Tenaga Rehabilitasi aktivitas jantung akan
Medik dalam lebih cepat memompa
darah yang
merencanakan progran
mengakibatkan tekanan
terapi yang tepat. darah akan naik.
8. Bantu klien untuk 6. Memantau pola tidur
mengidentifikasi aktivitas pasien untuk
yang mampu dilakukan mengidenfikasi awal
dan diinginkan penyebab keterbatasan
9. Bantu untuk mendpatkan aktifitas.
alat bantuan aktivitas 7. Untuk mendapatkan
seperti kursi roda, krek terapi yang tepat
untuk kebutuhan
10. Bantu klien untuk
klien.
membuat jadwal latihan
8. Meningkatkan
diwaktu luang
semangat dengan
11. Bantu
melakukan aktifitas
pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam be
yang menjadi
12. Bantu pasien untuk
kesukaan dari klien
mengembangkan motivasi
dan menghilangkan
diri dan penguatan
stresor yang berlebih
13. Monitor respon fisik,
9. Meningkatkan motivasi
emosi, sosial dan spiritual klien untuk bergerak
dan berpindah.
10. Kebutuhan aktivitas
lebih teratur dan
terorganisir.
11. Motivasi dapat
meningkatkan semangat
untuk hidup dengan
sehat.
12. Sehat secara psiko,
bio, sosial dan spiritual
dapat meningkatkan
semangat hidup dan
mengurangi resiko
kelelahan aktifitas.
J. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia
(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan
sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan
klien.

K. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14. Diakses dari
www.researchgate.net pada 01 Desember 2020
Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari Selasa, 01 Desember 2020 dari
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information
%20for %20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf
Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat
Dengan Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan
Muhammadiyah, 1 (1). 63-71. Diaksesdari http://journal.um-
surabaya.ac.id pada 01 Desember 2020
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012- 2014. Jakarta: EGC
NANDA International Nursing Diagnose: Definitions and Classification 2018-
2020. Jakarta: EGC
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction
Nurarif, A. H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing
Nursing Interventions Classification Edisi Keenam. United Kingdom State:
Elsevier Global Right diterjemahkan oleh Intansari Nurjannah &
Roxsana Devi Tumanggor
Moorhead. S. dkk. Nursing Outcomes Classification Edisi Kelima. United
Kingdom State: Elsevier Global Right diterjemahkan oleh Intansari
Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor Bulechek. G. M. dkk.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses
dari jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94 pada 01
Desember 2020
WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue. Diakses pada hari Selasa, 01
Desember 2020 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
Vyas, Jatin M, et al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari
Selasa, 01 Desember 2020 dari
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm

Anda mungkin juga menyukai