Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ibu Nursyamsiyah, M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Fina Marfiani


NIM : P17320119057
Tingkat : 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN BANDUNG
2021
A. Konsep Dasar penyakit
1. Pengertian
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes
aegypti) (Ngastiyah, 2014). DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh
dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di
bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini.
Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk
Aedes (Soedarto, 2009)
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yng ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, pendarahan, hepatomegali, dan
tanda kegagalan sirkulasi sampai tmbul rejatan (sindrom rejatan dangue) sebagai akibat
dari kbocoran plasma yang dapat mnyebabkan kematian(Padila, 2013).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Demam berdarah
dengue/ DBD adalah penyakit infeksi yang sering menyerang pada anak berusia di
bawah 15 tahun, yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti , ditandai dengan manifestasi klinis demam, malaise, nyeri kepala, mual,
nyeri otot atau nyeri sendi disertai leukopenia, ruam,limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik.

2. Etiologi
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh :
a) Virus dengue
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).
b) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jeniis yang lainnya.

3. Klasifikasi
WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat, yaitu sebagai
berikut:
 Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
 Derajat II
Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan perdarhan lain.
 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, gelisah
 Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur

4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody,
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala
viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti
pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis.
Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya &
Putri, 2016).
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau
terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak
dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 2014).
Virmia jga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan
trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah. Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal DHF.
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat
dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah
pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran
plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan
apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian.
Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna
menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.

5. WOC

6. Manifetasii Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain
seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-
2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang
paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi,
epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014).
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah
menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak menjadi makin lemah,
ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi terasa
cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang
(Ngastiyah, 2014).
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
 Demam
Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah.
Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya.
 Perdarahan
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif. Perdarahan
biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat perdarahan intradermak / submukosa )
purpura ( perdarahan di kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam karena adanya
perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat.
 Anoreksia
 Mual muntah
 Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
 Nyeri kepala
 Nyeri otot dan sendi
 Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
 Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
 Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, Syok
ditandai dengan nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun ( menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue adalah :
a) Uji Rumple leed / tourniquet Positif
b) Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan darah lengkap
1) Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak
dan hebat Hb biasanya menurun. (Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL)
2) Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran
plasma (Nilai normal: 33- 38%)
3) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia kurang dari
100.000/ml. (Nilai normal: 200.000-400.000/ml)
4) Leukosit mengalami penurunan dibawah norma. (Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3)
 Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
 Pemeriksaan gas darah, biasanya diperiksa :
1) pH darah biasanya meningkat (Nilai normal: 7.35-7.45)
2) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2
menurun dari nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3 rendah.
c) Pemeriksaan sample urine
Pada pemeriksaan urin biasanya ditemukan albuminuria
d) Pemeriksaan Rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya cairan di rongga pleura yang
meyebabkan terjadinya effusi pleura. (Wijayaningsih, 2013).
8. Penataklaksanaan
Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas
nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai
dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.
 Derajat I
Terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit karena adanya
muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium, dan
perputaran bola mata. Tindakan keperawatan: istirahat baring, makanan lunak (bila
belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi
kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan,
diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik
bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
 Derajat II
Peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis. Tindakan
keperwatan: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara,
bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai
dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan
memburuk segera lapor dokter.
 Derajat III
Terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun, penderita
mengalami pre shock/ shock. Tindakan Perawatan: mengatur posisi tidur penderita,
tidurkan dengan posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan
cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut dan
hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau
pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila
penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian
bersih dan kering
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari);
Menutup tempat penampungan air rapat-rapat; Membersihkan halaman rumah
dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah. Kadang –
kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia,
diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju kamar).
d. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD grade IV sering
terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan
sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan
pada sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak
adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan
menebar bubuk abate.
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade IV
karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke
otak berkurang.
2) Keadaan umum Lemah
3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan
darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi
(diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan
nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
A : Adanya penurunan bising usus
Per : Terdengar redup
Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
12) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniket. Turgor
kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji
tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak.
Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang
dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak
f. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan ditemukan :
 Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
 Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
 Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
 Ig. D. dengue positif.
 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
 Urium dan pH darah mungkin meningkat.
 Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
 SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi.
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen ke jaringan
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (mual, muntah dan anoreksia)
h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga pleura.
(Nanda, 2015)
3. Perencanaaan Keperawatan
a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme.
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi normal
dengan kriteria hasil:
1) Tidak ada peningkatan suhu tubuh
2) Tidak ada hipertermia
3) Tidak ada sakit kepala
4) Tidak ada sakit otot
5) Tidak ada perubahan warna kulit
6) Tidak ada dehidrasi
7) Suhu dalam batas normal ( 360 C – 37OC)
8) Nadi dan RR dalam batas normal
9) Pasien merasa tidak pusing
10) Kulit tidak teraba panas
 Intervensi dan Rasional
a) Monitor tanda- tanda vital.
R/ Dengan memonitor tanda- tanda vital dapat mengetahui perkembangan
atau perubahan tanda- tanda vital pasien.
b) Monitor suhu tubuh pasien dan warna kulit
R/ Digunakan untuk memantau terjadinya kenaikan atau penurunan suhu
secara tiba- tiba
c) Monitor penurunan tingkat kesadaran
d) Monitor intake dan output.
R/ Monitor intake dan output dapat mengetahui balance cairan dan
mencegah terjadinya kehilangan banyak cairan dan energi akubat
peningkatan metabolisme
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
R/ Minum yang banyak dapat mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
f) Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian tipis.
R/ Pakaian yang tipis dapat mempermudah penguapan panas.
g) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
R/ Istirahat yang cukup dapat meminimalisir produksi panas yang
diproduksi oleh tubuh.
h) Anjurkan melakukan hygiene oral.
R/ Hygiene oral dapat membuat membran mukosa tampak lebih lembab
pada mukosa yang kering akibat dehidrasi
i) Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh (lipatan leher, lipatan
paha, aksila)
R/ Kompres hangat dapat mempercepat dalam penurunan produksi panas.
j) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
R/ Pemberian obat antipiretik dapat membantu dalam penurunan panas.
k) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik sesuai indikasi
R/ Pemberian obat antibiotic digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme.
l) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
R/ Cairan infus diberikan untuk membantu menjaga keseimbangan cairan
tubuh dan mencegah terjadinya dehidrasi akibat demam serta sangat penting
bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan kehilangan darah
tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada kehilangan darah yang terlihat
2) Tidak ada hematuria
3) Tidak ada keluar darah dari anus
4) Tidak ada hematemesis
5) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik
6) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik
 Intervensi dan Rasional
1) Monitor ketat tandatanda perdarahan
2) Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
3) Monitor nilai labor
4) Monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput
5) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
6) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
7) Instruksikan keluarga untuk memonitor tandatanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor
kepada perawat)
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi.
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebtuhan cairan dapat
terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1) Tekanan darah tidak terganggu
2) Keseimbangan intake dan output tidak terganggu
3) Berat badan stabil tidak terganggu
4) Turgor kulit baik
5) Hematokrit tidak terganggu
6) Membran mukosa lembab tidak terganngu
7) Intake cairan terpenuhi
8) Output urin tidak terganggu
9) Perfusi jaringan baik
10) Tidak ada haus
11) Tidak ada peningkatan hematokrit
12) Tidak ada nadi cepat dan lemah
 Intervensi dan Rasional
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah)
c. Monitor vital sign
d. Monitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian
e. Monitor status nutrisi
f. Dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan
sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)
g. Berikan makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus
buah)
h. Kolaborasi pemberian cairan IV
i. Monitor hasil laboratorium
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
 Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 × 24 jam diharapkan nyeri yang
dirasakan pasien berkurang dengan Kriteria hasil:
1) Pasien tidak mengeluh nyeri
2) Skala nyeri berkurang dari 4 menjadi 0 (0-10)
3) Pasien tidak meringis dan gelisah
4) Pasien tampak lebih segar dan nyaman
5) TTV dalam batas normal
 Intervensi dan Rasional
a) Kaji skala nyeri, durasi, lokasi, kualitas dan karakteristik.
R/ Identifikasi karakteristik / kualitas nyeri untuk mengetahui
perkembangan tingkat nyeri yang dirasakan.
b) Monitor Tanda – tanda vital.
R/ Dengan memonitor tanda tanda vital dapat mengetahui perkembangan
dan keadaan umum pasien
c) Atur posisi pasien fowler / semi fowler.
R/ Pengaturan posisi yang tepat untuk menurunkan kebutuhan oksigen dan
meningkatkan ekspansi paru secara maksimal sehingga otot- otot tubuh
akan berileksasi dan menurunkan intensitas nyeri.
d) Ajarkan teknik relaksasi nonfarmakologis nafas dalam / guided imagery /
distraksi.
R/ Bentuk aktifitas yang membantu meningkatkan asupan oksigen dengan
optimal sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri
e) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
R/ Suatu bentuk peningkatan istirahat membantu menurunkan kebutuhan
oksigen.
f) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik sesuai indikasi
R/ Pemberian analgesik dapat mengurangi nyeri dan spasme otot
e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keparahan syok:
hipovolemik tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1) Tidak ada penurunan tekanan nadi perifer
2) Tidak ada penurunan tekanan darah sistolik
3) Tidak ada penurunan tekanan darah diastolik
4) Tidak ada melambatnya waktu pengisian kapiler
5) Tidak ada nadi lemah dan halus
6) Tidak ada akral dingin, kulit lembab/ basah
7) Tidak ada penurunan tingkat kesadaran
 Intervensi dan Rasional
a) Monitor status hemidinamik, meliputi nadi, tekanan darah.
b) Monitor adanya tandatanda dehidrasi (misalnya: turgor kulit buruk, capillary
refill terlambat, nadi lemah, membrane mukosa kering, dan penurunan urin
output
c) Monitor adanya sumbersumber perdarahan (misalnya: perdarahan, muntah,
keringat yang berlebihan)
d) Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah
(misalnya: hemoglonin, hematoktrit, trombombosit)
e) Dukung asupan cairan oral (misalnya: berikan cairan lebih dari 24 jam dan
berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada kontraindikasi
f) Berikan cairan IV isotonic (misalnya cairan normal saline atau Ringer
Laktat) untuk rehidrasi ekstraseluler dengan tetesan aliran yang tepat
g) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga untuk mencatat intake dan output,
dengan tepat
h) Instruksikan pada pasien dan/atau keluarga tindakn-tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi hopivolemi
i) Minitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
j) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara
terusmenerus dengan tepat
k) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
l) Monitor sianosis sentral dan perifer
m) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen ke jaringan
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan: perifer
tidak terganggu dengan kriteria hasil:
a) Tidak ada deviasi dari kisaran normal pengisian kapiler jari dan jari kaki
b) Tidak ada deviasi dari kisaran normal Suhu kulit ujung kaki dan tangan
c) Kekuatan denyut nadi karotis, brakialis, radial, femoralis, pedal bagian kiri
dan kanan dalam kisaran normal
d) Tekanan darah sistolik dan diastolik tidak ada deviasi dari kisaran normal
tekanan darah sistolik dan diastolik dalam kisaran normal
e) Tidak ada muka pucat
f) Tidak ada kelemahan otot
 Intervensi dan Rasional
a) Monitor status hemodinamik, meliputi nadi, tekanan drah, MAP, CVP, PAP,
CO.
b) Monitor adanya tandatanda dehidrasi (misalnya., turgor kulit buruk, capillary
refill terlambat, nadi lemah, sangat haus, membrane mukosa kering, dan
penurunan urin output
c) Monitor adanya sumbersumber kehilangan cairan (misalnya., perdarahan,
muntah, diare, keringat yang berlebihan, dan takpnea)
d) Posisikan untuk perfusi perifer
e) Minitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
f) Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara
terusmenerus dengan tepat
g) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
h) Monitor sianosis sentral dan perifer
i) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda vital
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (mual, muntah dan anoreksia)
 Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi, dengan kriteria hasil : -
1) Pasien tidak lemas
2) Pasien tidak merasa mual
3) Nafsu makan pasien meningkat
4) Mukosa bibir lembab
5) Bising usus normal
6) Makan habis 1 porsi
 Intervensi dan Rasional
a) Monitor berat badan pasien.
R/ Dengan memonitor berat badan dapat memantau perubahan berat badan
pasien
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan optimal pada saat sebelum
memberikan makan.
R/ Lingkungan yang nyaman dan optimal dapat meningkatkan nafsu makan
pasien.
c) Berikan perawatan mulut (oral hygiene) sebelum makan
R/ Perawatan mulut dapat menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan,
sisa sputum atau obat pada pengobatan
d) Anjurkan posisi semi fowler atau duduk tinggi selama makan (jika mampu)
R/ Posisi semi fowler atau posisi duduk tinggi dapat memudahkan proses
menelan dan menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis makanan, jumlah kalori
dan nutrisi sesuai kebutuhan pasien.
R/ Kolaborasi dengan ahli gizi dapat membantu proses pemenuhan nutrisi
dan proses penyembuhan pasien.
h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya cairan di rongga pleura
 Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas efektif dengan
kriteria hasil:
1) Frekuensi pernapasan tidak ada deviasi dari normal
2) Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran normal
3) Kapasitas vital tidak ada deviasi dari kisaran normal
 Intervensi dan Rasional
a) Pertahankan kepatenan jalan napas
b) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
c) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan (Sambungan)
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas terapi oksigen
f) Atur posisi untuk meringankan sesak napas
g) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
DAFTAR PUSTAKA

Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome


Classification (NIC) (2013)

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.(Dalam


http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Hikmatul_Fauziah_KTI_DIII_Keperawatan_2017.pdf Diakses
pada tanggal 22 Juni 2021, Pukul 08.30 )

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak
Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta: Sagung


Set. (Dalam
http://repo.stikesperintis.ac.id/846/1/26%20TIKA%20GENESHA%20PUTRI.pdf
Diakses tanggal 22 Juni 2021, Pukul 08.30)

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan Bidan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media
(dalam http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/625/1/KTI%20PUTRI%20ANINGSI.pdf
Diakses pada tanggal 22 Juni 2021, Pukul 08.30)

Anda mungkin juga menyukai