Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Disusun Oleh:
Nurul Laily Masruroh
NIM. 205070209111012
SAP Semester 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

1. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever
merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem
kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia
terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik
maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di
daerahendemik dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan.

2. Epidemiologi
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan pen-
ingkatan ekspansi geografis ke negaranegara baru dan, dalam dekade ini, dari
kota ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar
wila-yah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah,
Amerika dan Karibia. Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa
daerah tropik dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak
menimbulkan kematian pada anak, 90% di antaranya menyerang anak di
bawah 15 tahun.
Menurut WHO (2015) memperkirakan jumlah penyakit 2,5 milliar atau
40% populasi di dunia beresiko terhadap penyakit Dengue Hemorrhagic Fever
terutama yang tinggal di daerah kota di negara tropis dan subtropis.  Di seluruh
dunia diperkirakan jumlah kasus 390juta informasi DHF tertinggi di Asia
Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Dhamayanti,
2019) Depkes RI (2019) jumlah penderita DHF di Indonesia pada tanggal 29
Januari 2019 13.683 orang penderita DHF di Indonesia terdapat dengan jumlah
133 orang.  Penderita ini semakin meningkat sampai tanggal 3 Februari 2019,
banyaknya penderita DHF mencapai16.692 kasus dengan 169 jiwa yang
meninggal dunia. Direkrut pengendalian penyakit menular vektor dan zoonosis
Kemenkes, Siti Nadia menyebutkan untuk jumlah kasus daerah terbanyak
berada di Jawa Timur dengan jumlah 2.657 kasus. Penderita terbanyak yang
mana mengalami DHF di Indonesia terdapat pada golongan anak-anak usia 5-
14 tahun mencapai 42,72% dan yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun
mencapai 34 ,40% (Rokmana, Indrawati, & Hariyono, 2020)

3. Etiologi
Demam dengue di sebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk
genus falviviruz. Virus yang di tularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA
positive-strand viruz dari keluarga Falviviride. Terdapat empat serotipe virus
DEN yang sifat antigennya berbeda yaitu virus dengue-4 (DEN 1), virus
dengue (DEN 2), virus dengue (DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4)
(Soedarto, 2012 dalam Aisy, 2019).
Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF, virus dengue
merupakan virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue
menular melalui nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus yang
terinfeksi oleh virus saat menghisap darah seseorang yang sehat. Penularan
DHF bisa terjadi pada manusia ke manusia. Seseorang yang sedang sakit DHF
kemungkinan bisa menularkan ke manusia lainnya yang sehat, tergantung dari
sistem imunitas dari masing-masing individu. Dalam waktu 3-14 hari setelah
virus masuk ke dalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan gejala sebagai
perlawanan alami dari dalam.(Handayani, 2019)
4. Klasifikasi
Berdasarkan patokan dari WHO, DHF dibagi menjadi 4 derajat :
1) Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan.
Uji toniket positif
2) Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit disertai perdarahan
lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (hypotensi), gelisah, cianosis sekitar mulut dan
ujung-ujung jari (tanda renjatan) disertai kulit yang dingin dan lembab.
4) Derajat IV
Renjatan Berat (DDS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.

5. Faktor Resiko
Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya pengendalian
populasi sehingga memungkin terjadinya KLB. Faktor risiko lainnya adalah
kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum dan
pembuangan sampah yang benar (Candra, 2010)
Menurut hasil penelitian aktivitas merupakan faktor risiko DBD pada anak
usia <15 tahun. Anak dengan aktivitas tinggi di luar rumah pada jam 08.00-
13.00 WIB dan jam 15.00-17.00 WIB memiliki risiko sebesar 3,643 kali lebih
besar untuk sakit DBD daripada anak dengan aktivitas rendah di luar rumah
pada jam tersebut, selain itu anak dengan aktivitas sedang di luar rumah pada
jam 08.00-13.00 WIB dan jam 15.00-17.00 memiliki risiko 8,500 kali lebih
besr untuk sakit DBD daripada anak dengan aktivitas rendah di luar rumah
pada jam tersebut (Istiqomah & Syahrul, 2016).
Faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam
berdarah diantaranya: lingkungan biologi, dan lingkungan sosial. faktor
lingkungan biologi yang dapat menyebabkan DHF adalah banyaknya tanaman
hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban yang tinggi
dan kurangnya pencahayaan dalam rumah sehingga kondisi seperti ini yang
disukai nyamuk. Pada faktor lingkungan yaitu jarak rumah antar warga yang
dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain,
semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah
sebelah (Desniawati, 2014).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari;
pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trom-bositopenia dengan
jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat pen-ingkatan
permeabilitas pembuluh (WHO & Departemen Kesehatan RI, 2003)
Gejala pada penyakit demam berdarah dengue diawali oleh: (Monica, 2012)
1) Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38ºC-40ºC)
2) Manifestasi perdarahan, dengan bentuk uji tourniquet positif, purpura,
pendarahan konjungtiva, epitaksis, melena
3) Hepatomegali
4) Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
sistolik mencapai 80 mmHg atau kurang
5) Trombositopenia, dari hari 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai
100.000/mm3
6) Hemokonsentarasi, meningkatnya nilai hematokrit
7) Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai, anoreksia, mual,
muntah, lemah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala
8) Rasa sakit pada otot dan persendian.
7. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalah virernia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekia), hipertermi dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran limfe (spleromegali), peningkatan permiabilitas dinding kafiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan syok.
Haemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit lebih dari 20 %
menunjukkan atau mengakibatkan adanya kebocoran plasma (perembesan)
plasma (plasma kakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma.
Tingginya nilai hematokrit penderita DHF disebabkan karena :
1) Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstraselular melalui kafiler yang
rusak dengan mengakibatkan menurunnya plasma dan meningkatnya nilai
hemotokrit bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotekal
dinding pembuluh darah.
2) Adanya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu dalam rongga
peritoneum pleura pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
Terdapat dua perubahan patofisiologis utama pada DBD. Pertama adalah
peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan plasma
dari kompartemen vaskular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi,
tekanan nadi rendah, dan tanda syok lain, bila kehilangan plasma sangat
membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang
mencakup perubahan vaskular, trombositopenia, dan koagulopati. (Sitio,
2008)

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan Laboratorium didapat :
1) Haemokonsentrasi (Hematokrit meningkat 20 % atau lebih)
2) Trombositoperia (100.000 / mm3 atau kurang)
3) HB meningkat > 20 %
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hypoproteinemia dan
hipokloremia
5) Lekosit
6) Serologi : uji HI (Hemaglurination inhibita Test)
7) Pada pemeriksaan USG didapat Hepatomegali dan splenomegali
8) Rongent Thorax terdapat Effusi pleura
9) Uji Torniquet (+)

9. Penatalaksanaan
 Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam
24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi
kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak
umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih
dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien
terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya
RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi,
nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan
infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Laktat (D5/RL).Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam
larutan Ringer Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
Faali (d5/GF).
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
 Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam
dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka
tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah
dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah
dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika
kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair.
10. Prognosis
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat tidaknya
diberikan penanganan, umur, dan keadaan nutrisi pasien. Prognosis pada
DHF I dan II umumnya baik. Tetapi, derajat III dan IV bila dapat di deteksi
secara cepat maka juga akan dalam kondisi baik. Angka kematian syok tidak
terkontrol sekitar 40-50% tetapi dengan terapi penggantian cairan yang baik
bisa menjadi 1-2 % (Hadinegoro, 2004)

11. Komplikasi
Komplikasi demam berdarah dengue Menurut Tanto, 2014 adalah:
1. Ensefalopati dengue yaitu edema otak dan alkalosis. Hal ini terjadi
baik pada syok maupun tanpa syok
2. Kelainan ginjel yaitu akibat syok berkepanjangan
3. Edema paru yaitu akibat pemberian cairan berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

Aisy, R. (2019). Asuhan Keperawatan pada Anak R dengan Diagnosa Dengue


Hemerragic Fever (DHF) di RSUD Bangil Pasuruan.
https://doi.org/10.31227/osf.io/gskvz
Candra, A. (2010). Dengue Hemorrhagic Fever Epidemiology, Pathogenesis, and
Its Transmission Risk Factors. Aspirator: Journal of Vector Borne Diseases
Studies, 2(2), 110–119. https://doi.org/10.22435/aspirator.v2i2.2951.
Desniawati, F. (2014). Pelaksanaan 3M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Bulan Mei-Juni 2014. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Hal 8-38.

Hadinegoro, S. (2004). Diagnosis dan Tatalaksana Demam Berdarah Dengue


dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal 63-72

Kementerian Kesehatan RI. (2018). InfoDatin Situas Demam Berdarah Dengue.


Journal of Vector Ecology. https://doi.org/10.3376/1081-
1710(2006)31[71:aomtva]2.0.co;2
Kurniawati, A. (2016). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Anak yang
Mengalami Demam Berdarah Dengue Grade 2 dengan Masalah Hipertermi
di Ruang Seruni RSUD Jombang. Jombang.

Lestari, K. (2007). Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue


(DBD) di Indonesia. Farmaka 5(3) 12:29

Novriani, H. (2002). Respon Imun dan Derajat Kesakitan Demam Berdarah


Dengue dan Dengue Syndrome Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran
134(2) 46:9.

Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.

WHO.(2009). Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and


Control. New Edition. Geneva: World Health Organiza- tion.
KASUS PEMICU

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Anak K
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk RS : 08 September 2020, pukul 20:00 Wib.

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Anamnesis :
Pasien masuk dengan keluhan utama demam yang dialami ± 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, terus-menerus, menggigil, batuk (+), lendir
(+) kental, warna kekuningan, darah (-), perdarahan (-). Sakit kepala (+),
lidah kotor (+). Nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+), nafsu makan
berkurang, lemas (+), BAK lancar, BAB belum hari ini.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat sakit dengan gejala yang
sama disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga: Riwayat sakit dengan gejala yang


sama disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 120x/i
 Frekuensi Pernapasan : 32x/i
 Suhu : 40oC
Pemeriksaan kepala dan leher
 Mata : anemis ( -/- ) ikterus ( - /- )
: pupil bulat isokor diameter 2,5 cm / 2,5 cm
 Bibir : sianosis ( - )
 Tonsil : dalam batas normal
 Faring : dalam batas normal
Pemeriksaan thoraks
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan
 Palpasi : masa tumor ( - ), nyeri tekan ( - )
vocal premitus simetris kesan normal
 Perkusi : paru kiri : sonor
: paru kanan : sonor
: batas paru hepar : ICS IV dekstra
: batas paru belakang kanan : CV Th VIII dekstra
: batas paru belakang kiri : CV Th IX sinistra
 Auskultasi : Ronkhi ( -/- ), wheezing ( -/- )
Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : apeks jantung tidak tampak
 Palpasi : apeks jantung tidak teraba
 Perkusi :Batas jantung :
- batas kanan atas : ICS II linea parastrenalis dextra
- batas kiri atas : ICS II linea parastrenalis sinistra
- batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra
- batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicula
 Auskultasi : bunyi jantung S I/II regular, murmur ( - )
Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
 Auskultasi : peristaltic (+) kesan normal
 Palpasi : nyeri tekan (+) regio hipokondrium kanan, defance
musculer (-), tidak teraba massa tumor. Hepar dan lien
tidak teraba.
 Perkusi : timpani (-), ascites (-)
Pemeriksaan ekstremitas
 Akral dingin : -/- -/-
 Edema : -/- -/-
 Tampak bintik-bintik kemerahan pada lengan dan tungkai.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 2.57x103/uL ↓ 3,8 - 10,6 x 103/uL
RBC 5.38x106/uL 4,4 - 5,9 x 106/uL
HGB 15.4 g/dL 13,2 - 17,3 g/dL
HCT 42.8 % 40 - 50 %
MCV 79,6 fL ↓ 80 - 100 fL
MCH 28.7 pg 26 - 34 pg
MCHC 36.1 g/dL 32 - 36 g/dL
PLT 24.5x103/uL ↓ 140 - 392 x 103/uL
DARAH LYM 17,6 % ↓ 25 - 40 %
RUTIN MONO 23.0 % ↑ 2-8%
EOS .043 % ↓ 2-4%
BASO 1.13 % ↑ 0–1%

Tes Widal Hasil Nilai Rujukan


Titer O 1/80 Negatif

Titer H 1/80 Negatif

Titer AH 1/160 Negatif

Titer BH 1/80 Negatif

E. DIAGNOSA
Dengue Hemoragic Fever
ANALISA DATA

Nama Pasien : An.K


Umur : 15 tahun
No register :-
KEMUNGKINAN
N
DATA MASALAH PENYEBAB/ETIOLOGI
O
DS : Hipertermi Nyamuk aedes aegepty
1. An.K mengeluh demam sejak 5 (D.0130)  
hari yang lalu sebelum masuk Respon antigen antibody
rumah sakit, menggigil, sakit
kepala Merangsang sel-sel monosit,
DO : eosinofel neotrofil dan
- Keadaan umum lemah makrofag untuk
- Akral hangat mengeluarkan zat-zat pirogen
- Tampak bitnik-bintik endogen
kemerahan pada lengan dan
tungkai Impuls disampaikan ke
- TD :120/80 mmhg hypotalamus bagian
N : 120x/menit thermoregulator melalui
RR : 32x/menit ductus thoraticus
S : 400C  
Sel point suhu meningkat

Suhu tubuh meningkat

hipertermi

2 DS : Bersihan jalan nafas Virus dengue masuk melalui


An.K mengeluh batuk dan tidak efektif gigitan nyamuk
berlendir (D.0149)
DO : Bereaksi dengan antibodi
- Lendir kental berwarna
kuning Masuknya mikroorganisme
- RR : 32x/menit diproduksi sekret yang
- Keadaan umum lemah banyak
- MCV : 79,6 fL
Penumpukan sekret

Ketidakmampuan
pengeluaran sekret

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
3 DS : Resiko defisit Virus masuk dan bereaksi
- An.K mengeluh mual, nutrisi dengan antibodi
muntah (D.0032)
DO : Viremia
Keadaan umum lemas
Nafsu makan berkurang Peningkatan HCL

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Resiko defisit nutrisi


4 DS : Nyeri Akut infeksi virus virus dengue
An.K mengeluh nyeri pada ulu (D.0077) peradangan pada sistem tubuh
hati,mual muntah, nafsu makan
menurun kebocoran plasma
DO :
- peristaltic (+) penekaan intrabdomen
- nyeri tekan (+) regio
hipokondrium kanan nyeri
- TD :120/80 mmhg
N : 120x/menit malaise
RR : 32x/menit
S : 400C
5 DS : - Resiko perdarahan Arbovirus (melalui nyamuk
DO : (D.0012) aides aegypti)
- Tampak bintik-bintik
Beredar dalam darah
kemerahan pada lengan dan
tungkai. Mengeluarkan zat mediator
- Keadaan umum pasien
peningkatan permebialitas
lemas
kebocoran plasma
- PLT :24.5x103/uL ↓
- MCV : 79,6 fL ↓
- S : 400C
trombositopenia

resiko pendarahan

Diagnosa keperawatan berdasarkan Prioritas


1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi virus dengue)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
pengeluaran sekret
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (proses penyakit)
4. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. K
NO. Reg :-

Tanggal No. DX Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervrensi

1 Hipertermi Setelah dilakukan intervrensi keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)


(D.0130) diharapkan : Observasi :
Termoregulasi (L.14134) - Identifikasi penyebab
- Suhu tubuh membaik dengan skala (5) hipertermi
- Mengigil menurun dengan skala (5) - Monitor suhu tubuh
- Takipnea menurun dengan skala (5) Terapeutik:
- Takikardi menurun dengan skala (5) - Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal (kompres dingin
pada dahi,leher, dada,
abdomen dan aksila)
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervrensi keperawatan Latihan batuk efektif (1.01006)
efektif diharapkan : Observasi:
(D.0149) Bersihan Jalan Nafas (L.01.001) - Identifikasi kemampuan
- Batuk efektif membaik dengan skala (5) batuk
- Produksi sputum menurun dengan skala - Monitor adanya retensi
(5) sputum
- Frekuensi nafas membaik dengan skala (5) Terapeutik:
- Atur posisi semi-fowler
- Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 dtik,
ditahan 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir dibulatkan/mencucu
selama 8 detik
- Anjurkan mengurangi Tarik
nafas dalam hingga tiga kali
-  Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik nafas
dalam yang ketiga
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran
jika perlu
3 Nyeri akut Setelah dilakukan intervrensi keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
(D.0077) diharapkan : Observasi:
Tingkat nyeri (L.08066) - Identifikasi lokasi,
- Keluhan nyeri menurun dengan skala (5) karakteristik durasi frekuensi
- Muntah menurun dengan skala (5) kualitas intensitas dan skala
- Mual menurun dengan skala (5) nyeri
- Frekuensi nafas membaik dengan skala (5)
Terapeutik:
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
misalnya terapi musik,
biofeedback, aroma terapi

Edukasi:
- Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
menggunakan analgesik
secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika belum
4 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervrensi keperawatan Manajemen Nutrisi (1.03119)
(D.0032) diharapkan : Observasi :
Fungsi Gastrointestinal (L.03019) - Identifikasi status nutrisi
- Nafsu makan meningkat dengan skala (5) - Identifikasi perlunya
- Mual menurun dengan skala (5) penggunaan selang
- Muntah menurun dengan skla (5) nasogastric
- Nyeri abdomen menurun dengan skala - Minitor berat badan
(5) - Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik :
- Lakukan oral hygine sebelum
makan jika perlu
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan suplemen makanan
jika perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misal Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menetukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
5 Resiko perdarahan Setelah dilakukan intervrensi keperawatan Pencegahan Perdarahan (1.0207)
(D.0012) diharapkan : Observasi:
Tingkat Perdarahan (L. 02017) - Monitor tanda dan gejala
- Hematokrit membaik dengan skala (5) perdarahan
- Suhu tubuh membaik dengan skala (5) - Monitor nilai hematokrit atau
hemoglobin sebelum dan
setelah kehilangan darah
Terapeutik:
- Pertahankan baterai selama
perdarahan
Edukasi:
- Meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
produk jika perlu

Anda mungkin juga menyukai