Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DHF (Dengue

Haemorraghic Fever)

Disusun Oleh:

NAMA : M. SHAFRUDIN ARSYI

NIM : P07134117025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENKES RI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRDI D-IVTEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering


disebut sebagai demam berdarah.

Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit


(terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever


(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.

Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang


berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968
di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik,
tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari
hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan
tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue
telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan
sub tropis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan DHF?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit DHF?
3. Jelaskan patofisiologi dari DHF?
4. Sebutkan manifestasi dari penyakit DHF tersebut?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan
DHF?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan DHF
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari DHF
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala DHF
4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang DHF
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip
dengan malaria. Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah
dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama
pada anak. Anak-anak dengan DHF umumnya menunjukkan peningkatan suhu
tubuh yang tiba-tiba, disertai dengan kemerahan wajah dan gejala
konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF. Seperti anoreksia, muntah,
sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi (WHO, 1999).
Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Soe soegijanto, 2002).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Etiologi atau penyebab utama DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus )
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-
hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar
rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang
Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit
berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

C. Klasifikasi DHF
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara epidemik. (Sir,Patrick manson,2001).Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
Derajat penyakit DBD berdasar kriteria WHO 1997, dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif.
2. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak terukur.

D. Patogenesis
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi
system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine zat anafilaktosin dan
serotonin serta aktivitas system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler, dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena.Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 , yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF,
ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit,
paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada DHF sendiri bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya
mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil.
Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF
seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan
pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat
keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam
dan pendarahan yang merupakan ciri khas DHF.
Gambaran klinis lain yang tidak khas namun biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia)diare, konstipasi.
c. Keluhan pada sistem tubuh lain :
1. Nyeri atau sakit kepala.
2. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
3. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
4. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
5. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
6. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
7. Trombosit < 500.000 / mm3

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien


tersangka demam dengue adalah melalui kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, jumlah trombosit, leukosit dan limfosit plasma biru. Parameter
laboratorium yang dapat diperiksa, antara lain:

a. Pemeriksaan Hemoglobin

Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan


kebocoran atau perembesan pembuluh darah sehingga cairan
plasmanya akan keluar dan menyebabkan hemokonsentrasi. Kenaikan
kadar hemoglobin >14 gr/100ml. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat
dilakukan dengan cara metode sahli maupun fotoelektrik (sianmeth
hemoglobin) (Gandasoebrata, 2004).

b. Pemeriksaan Hematokrit

Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya


hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perbesaran
plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar
hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro dan mikro
(Gandasoebrata, 2004).

c. Pemeriksaan Trombosit

Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali saat pesien


didiagnosa sebagai pasien DHF. Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut tetap
normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit <100.000/µl.
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi
sumsum tulang (Gandasoebrata, 2004).

d. Pemeriksaan Leukosit

Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari lekositosis ringan


sampai lekopenia ringan. Mulai hari ke-3 ditemui limfositosis relatif
(>45% dari total lekosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%
dari jumlah total lekosit yang pada fase syok akan meningkat.

e. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru

Limfosit Plasma Biru dijumpai >10 % setelah hari ketiga panas, buffy
coat di pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik atau limfosit
plasma biru > 4% dengan berbagai bentuk: monositoid, plasmositoid
dan blastoid limfosit. Terdapat limfosit Monositoid (Sel Downey I)
mempunyai hubungan dengan DHF derajat-II dan IgG positif dan limfosit
non monositoid (plasmositoid dan blastoid atau sel Downey II dan sel
Downey III) dengan derajat I dan IgM positif (Imam Budiwiyono, 2012).
2. Uji Serologi
a. Tes IgG IgM Dengue
Dalam kasus yang meragukan sangat ideal bila tersedia tes yang dapat
memberikan hasil yang akurat dan cepat. Dewasa ini telah dipasarkan
pemeriksaan yang dikatakan sederhana, cepat dan sensitif yaitu tes Dengue
baik untuk IgM ataupun untuk IgG. Hasil positif IgG menandakan adanya
infeksi sekunder dengue dan IgM positif menandakan infeksi primer. Namun
demikian dalam penilaiannya harus hati-hati karena adanya negatif palsu
dan positif palsu untuk IgM maupun IgG terlebih di daerah endemis DBD,
karena kadar IgM terutama IgG masih tetap tinggi berbulan-bulan setelah
infeksi Dengue. Kelemahan lain pada test ini adalah sensitifitas pada infeksi
sekunder lebih tinggi, tetapi pada infeksi primer lebih rendah, serta
harganya yang relatif mahal (Suroso & Torry C, 2004).
b. NS1 (Non Struktural Antigen 1)
Antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitifitas antigen NS1 berkisar 63-93,4% dengan spesifisitas
100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standar kultur virus

G. Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan DHF


Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia
mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya.
Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan
terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang mengatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah
sebagian dari perilaku manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi dua, yakni faktor-faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar. Sedangkan
2. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-
fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan
sebagainya. Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)
dari luar objek tersebut.
Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan. Perilaku mencakup pengetahuan,
sikap, dan tindakan dari individu itu sendiri. Penyebaran penyakit DHF terkait
dengan perilaku masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan kebiasaan
hidup bersih dan kesadaran terhadap bahaya DHF.Tingginya angka kesakitan
penyakit ini sebenarnya karena perilaku kita sendiri.
Faktor yang menyebabkan masih banyaknya jentik/nyamuk sebab
kurangnya perhatian dari sebagian masyarakat terhadap pemeliharaan
kebersihan tempat penampungan air bersih dan kebersihan lingkungan pada
umumnya. Kadang Masyarakat tidak memperhatikan tempat penampungan air,
sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan biologi yang
Mempengaruhi penularan penyakit DHF terutama adalah banyaknya tanaman
hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban dan
pencahayaan di dalam rumah dan halaman, yang akan menambah tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan juga menambah umur nyamuk.
Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah Tempat
Penampungan Air yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi, bak WC,
gentong, ember.
Beberapa penelitian menunjukkan kejadian DHF erat kaitannya dengan
keberadaan vector DHF. Berupa kebiasaan menggantung pakaian, serta tidak
menjaga kebersihan lingkungan. Dimana, nyamuk mempunyai kebiasaan
istirahat di dalam rumah di tempat yang gelap, lembab dan benda-benda yang
tergantung. Begitupun, kebiasaan tidur siang, dimana waktu menggigitnya
nyamuk Aedes aegypti pada siang hari dan menjelang sore hari. Puncak waktu
gigitan sekitar pukul 09.00–10.00 dan pukul 16.00–17.00.
Selain itu masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan untuk
menjaga kebersihan lingkungan yang dimiliki masyarakat. Mengatasi penyakit
DHF tidak cukup hanya bergantung pada para tenaga kesehatan akan tetapi
partisipasi masyarakat sangat mendukung dalam tindakan pencegahan. Tingkat
pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi cara berpikir dalam
penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan. Tingkat
pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan, Pengetahuan kesehatan
akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari
pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh
pada meningkatnya indicator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari
pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan cara- cara pencegahan agar
penyakit ini tidak menyebar.
Pencegahan penyakit DHF sangat tergantung vektornya. Pencegahan
penyakit DHF yang paling utama adalah dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui kegiatan yang dikenal sebagai 3M Plus. Kegiatan ini
bertujuan untuk memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara
membasmi telur dan jentik-jentik nyamuk, sehingga diharapkan tidak sampai
menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3M Plus ini harus dilaksanakan oleh
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.(Depkes RI, 2011).
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberantasan nyamuk.
Faktor-faktor lain yang terkait dalam penularan DHF pada manusia
adalah:
1. Kepadatan penduduk
Penduduk yang padat lebih mudah untuk terjadi penularan DHF, oleh
karena jarak

terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.


2. Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk dapat memudahkan penularan dari satu tempat ke
tempat lain.
3. Kualitas pemukiman,
Jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, akan mempengaruhi
Penularan DHF. Kualitas pemukiman Yang jelek akan mempengaruhi
lingkungan terutama bila banyak benda-benda yang menjadi tempat
perindukan nyamuk seperti kaleng, botol, ban bekas, dan semua yang
dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Tata guna tanah,
menentukan jarak dari rumah ke rumah. Rumah yang sempit,
pencahayaan kurang lebih Disenangi nyamuk. Antar rumah yang
jaraknya berdekatan memungkinkan penularan.
4. Penghasilan
Penghasilan akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke
Puskesmas Atau Rumah Sakit. Masyarakat yang tidak memiliki uang
atau berpenghasilan minim akan berpikir dua kali untuk berobat.
Mereka akan menunggu sampai penyakit tersebut sembuh sendiri.
Padahal sebenarnya akan membuat semakin parah.
5. Kerentanan terhadap penyakit
Setiap individu mempunyai kerentanan tertentu terhadap penyakit,
kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu
penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang tahan terhadap
penyakit.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip
dengan malaria. Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah
dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama
pada anak.

Anda mungkin juga menyukai