Anda di halaman 1dari 12

Tugas Assesment

Laporan Ilmiah Dengue Hemaragic Fever (DHF)

Nur Allifia Riqsani Mediyanti


P1337424419110

PRODI DIV KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
Jl. TirtoAgung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Website: www.poltekkes-smg.ac.id telp: 024-74602
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan
spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah
disertai muntah atau BAB berdarah. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae,d engan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-
negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya
penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini
ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
2. Apa etiologi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
3. Bagaimana manisfestasi klinik Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
4. Bagaimana patofisiologi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
5. Bagaimana komplikasi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
6. Apa saja klasifikasi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?
8. Bagaimana penatalaksanaan Dengue Haemorraghic Fever (DHF)?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
2. Mengetahui etiologi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
3. Memahami manisfestasi klinik Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
4. Memahami bagaimana patofisiologi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
5. Mengetahui komplikasi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
6. Mengetahui klasifikasi dari Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
8. Mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorraghic Fever (DHF)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi penyakit DHF.


Demam dengue /DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik
(Sudoyo,2010)
Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat.
Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF),Dengue
Fever(DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom (DSS) (Widoyono,2008)
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes
aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.

B. Etiologi penyakit DHF.


Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus keluarga
floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang
semuanya dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue dapat beraplikasi pada
nyamuk genius Aedes (stegomya) dan toxorhynchites (Sudoyo, 2010).

C. Manifestasi klinik penyakit DHF.


1. demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak
jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretik.
2. Manifestasi Perdarahan
a. Dengan manipulasi, yaitu uji torniquet positif
Kriteria : (+) bila jumlah petekie ≥ 20
(±) bila jumlah petekie 10 – 20
(-) bila jumlah petekie < 10
b. Spontan, yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis
atau melena.
3. Malaise, mual, muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang-kadang batuk.
4. Nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi.
5. Pembesaran hati
6. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba, TD menurun,
disertai kulit yang lembab dan dingin terutama pada ujung jari tangan, kaki dan
hidung, lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran. (Rampengan, 2007 ; 127)
D. Patofisiologi penyakit DHF.
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia.Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke
intersisial yang menyebabkan hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi akibat
dari,penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani,2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti ptekie atau perdarahan mukosa di mulut.Hal ini mekanisme hemostatis secara
normal.Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok.Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari(Soegijanto,2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty.Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam,sakit kepala,mual,nyeri otot pegal pegal di seluruh
tubuh,ruam atau bintik-bintik merah pada kulit,hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler.Pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma,terjadi hipotensi, hemokonsentrasi (peningkatkan hemotokrit > 20 %)
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga yaitu rongga peritonium,pleura, dan
pericardium yang ada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung,sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup,penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkaan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan,metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik.(Murwani.2011)
E. Komplikasi penyakit DHF.
1. Asidosis metabolik
Asidosis metabolic merupakan gangguan kesimbangan asam basa dengan
karakteristik adanya penurunan pH darah disertai penurunan konsentrasi biokarbonat.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat. ini adalah usaha tubuh untuk menuurnkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Keadaan ini merupakan keadaan yang
dapat mengancam jiwa sebab dapat menyebabkan aritmian, depresi miokardium serta
gangguan syaraf pusat.
2. Kematian

F. Klasifikasi penyakit DHF.


Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4
tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120/menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun
(120/80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung >- 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

G. Pemeriksaan Penunjang DHF.


1. Laboratorium
a. Leukosit : Lekosit menurun
b. Trombosit : Trombositopenia (< 100.000/mm3)
c. Hematokrit : Meningkat > 20 %
d. Hemostasis : Dilakukan DT, APTT, Fibrinogen,.dicurigai adanya
perdarahan/kelainan pembekuan darah
e. Protein/albumin : Hipoprotemia
f. GGOT/SGPT : Meningkat
g. Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
h. Elektrolit : sebagai parometer pemantauan pemberian cairan
i. Imunoserologi
IgM : Terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat pada minggu ke3 menghilang
setelah 60-90 hari
IgG : Pada infeksi primer IgG mula terdeteksi pada hari ke 14, infeksi sekunder
pada hari ke 2
2. Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura ( Sudoyo, 2010)

H. Penatalaksanaan penyakit DHF.


1. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula/sirup),air tawar ditambah garam
3. Medikomentosa yang bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat diberi
kompres, anti piretik golongan asitaminofen.
2. Klien dengan tanda renjatan
1. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi
2. Observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht 4-
6 jam pada hari pertama, selanjutnya tiap 24jam
3. Klien DSS (Dengue Shock Syndrome)
1. Diberi cairan intra vena yang diguyur, seperti : Nacl, RL yang dipertahankan
selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak hasilnya dapat
diberikan plasma/ plasma ekspander/ dekstran/ prepat hemasel sejumlah 15-29
ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi.
2. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastro intertinal yang
hebat dan pada pemeriksaan Hb dan Ht menurun (Ratna Dewi.Pudiastuti.2011).
Asuhan Pada An.D dengan DBD
Di Ruang Mawar

A. Subjektif
1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 5 thn
Alamat : Jln. Makio Baji BD 5/1
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan : Sarjana
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD
Pengkajian tanggal : 30 Desember 2017
2. Keluhan Utama
Panas selama ± 2 minggu terus menerus, nyeri badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kamis pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Sabtu
malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau.
Minggu jam 03 pagi keluar darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing,
susah BAB, dibawa ke UGD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita
sakit DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali
kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang
belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu
yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan
lingkungan wilayah belum pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 2,4 kg, ibu tidak
tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak
mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI s/d 2 tahun.
8. Riwayat aktifitas sehari-hari
a. Nutrisi dan hidrasi :
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak
suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi.
b. BAB dan BAK : BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh
ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.

B. Objektif
1. Pengkajian persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas
simetris, kekuatan otot baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur,
BAB dari malam belum ada.
d. Sistem Respirasi
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat
pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit.
Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat
tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan,
tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple
leed.
f. Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan.
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan.
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat
perdarahan spontan pada kulit.
2. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 5,4 L g/
PLT : 32 L 〖10〗^3/mm^3
RBC: 2,31 L 〖10〗^6/mm^3
WBC: 1,5 L 〖10〗^3/mm^3

C. Analisa
Anak usia 6 tahun dengan Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
 Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
 Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
 Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.

C. Penatalaksanaan
1. Beri komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
2. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat
dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
4. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali
atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
5. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnya untuk menurunkan suhu tubuh pasien.
6. Melakukan pemantauan suhu pasien.dan melakukan lanjutan intervensi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut
(Ginanjar, 2008).
Penyakit ini ditujukan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit
kepala berat, sakit pada sendi otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam Demam
Berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada
bagian bawah, badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir
seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan kombinasi sakit perut,
rasa mual, muntah-muntah/ diare.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan tingkat pertama ini
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
konsep penyakit demam berdarah dengue dan dapat menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Pembaca sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut,
sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009 ; 2773-2779
Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.
2008; 39,40,45, 63,119
WHO. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2008
Sutedjo A Y. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books. 2009 ; 25,27, 28,30
Guyton A C, Hall J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 2007
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tata Laksana DBD. Available from:
http://www.scribd.com/doc/8620713/Tata-Laksana-DBD-Departemen- Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai