Disusun Oleh :
Aniisa Salsabila
(0432950119002)
BEKASI
2021
A. Definisi DHF
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama
menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang
ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian.
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada
musim hujan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah
kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas
Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan,
terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaan darah (circulatory failure}. Fenomena
patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dan DD ialah peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diatesis
hemoragik.
B. Etiologi DHF
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan
arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama
hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus tersebut yang
paling bertindak menjadi vector adalah berturut-turut nyamuk
Virus dengue, termasuk genus Falvivirus, keluarga falviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype
terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru, dkk 2009).
D. Patofisiologi DHF
1. Hipertermi
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes aegypti).
Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang mengaktifkan
system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus akan diproduksi
PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung menyebabkan
peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam.
2. Resiko Perdarahan
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes aegypti).
Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang mengaktifkan
system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus akan diproduksi
PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung menyebabkan
peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka terjadi peningkatan
reabsorbsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat menyebabkan resiko syok
hipovolemik, kerusakan endotel pembuluh darah, dan agregasi trombosit, dari agregasi trombosit akan
terjadi trombositopeni yang diperkirakan karena penurunan sintesis trombosit di sumsum tulang, selain itu
diperkirakan mekanisme imun juga berperan dalam trombositopeni tersebut yang bisa mengakibatkan
resiko perdarahan ataupun perdarahan.
3. Risiko Syok
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes aegypti).
Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang mengaktifkan
system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus akan diproduksi
PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung menyebabkan
peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka terjadi peningkatan
reabsorbsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat menyebabkan resiko syok
hipovolemik, kerusakan endotel pembuluh darah, dan agregasi trombosit dari agregasi trombosit akan
terjadi trombositopeni yang diperkirakan karena diperkirakan karena penurunan sintesis trombosit di
sumsum tulang, selain itu diperkirakan mekanisme imun juga berperan dalam trombositopeni tersebut
yang bisa mengakibatkan resiko perdarahan ataupun terjadi perdarahan. Selain itu akan mengakibatkan
resiko perfusi jaringan tidak efektif sehingga menyebabkan hipoksia jaringan dan terjadi asidosis
metabolic dan dapat menyebabkan resiko syok (hipovolemik)
5. Kekurangan Volume Cairan
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes aegypti).
Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang mengaktifkan
system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus akan diproduksi
PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung menyebabkan
peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka terjadi peningkatan
reabsorbsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat menyebabkan resiko syok
hipovolemik, kerusakan endotel pembuluh darah, dan agregasi trombosit. Dari resiko syok hipovolemik
dapat terjadi renjatan hipovolemik dan hipotensi sehingga menimbulkan kebocoran plasma ke
ekstravaskuler atau dapat teijadinya kekurangan volume cairan.
6. Ketidakefektifan Pola Nafas
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes aegypti).
Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang mengaktifkan
system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus akan diproduksi
PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung menyebabkan
peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka terjadi peningkatan
reabsorbsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat menyebabkan resiko syok
hipovolemik, kerusakan endotel pembuluh darah, dan agregasi trombosit. Dari resiko syok
hipovolemik dapat terjadi renjatan hipovolemik dan hipotensi sehingga menimbulkan kebocoran
plasma ke ekstravaskuler yaitu paru-paru dan di paru-paru terjadi efusi pleura yaitu penumpukan
cairan pada rongga pleura sehingga menyebabkan ketidakefektifan pola nafas.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes
aegypti). Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang
mengaktifkan system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus
akan diproduksi PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung
menyebabkan peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka
terjadi peningkatan reabsorbsi Na + dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat
menyebabkan resiko syok hipovolemik. Dari resiko syok hipovolemik dapat terjadi renjatan
hipovolemik dan hipotensi sehingga menimbulkan kebocoran plasma ke ekstravaskuler yaitu
abdomen dan menyebabkan ascites yaitu pengumpulan cairan di dalam rongga perut, yang
menimbulkan mual muntah sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang.
8. Nyeri akut
Pada DHF terdapat arbovirus yaitu virus yang ditularkan oleh arthopoda (melalui nyamuk aedes
aegypti). Kemudian beredar dalam aliran darah lalu menjadi infeksi virus dengue (viremia) yang
mengaktifkan system komplemen lalu membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a dan di hipotalamus
akan diproduksi PGE2 (prostaglandin E2) yang akan mengaktifkan cyclic AMP yang secara langsung
menyebabkan peningkatan set point di hipotalamus sehingga terjadi demam. Karena hipertermi maka
terjadi peningkatan reabsorbsi Na + dan H2O sehingga permeabilitas meningkat dan dapat
menyebabkan resiko syok hipovolemik. Dari resiko syok hipovolemik dapat terjadi renjatan
hipovolemik dan hipotensi sehingga menimbulkan kebocoran plasma ke ekstravaskuler yaitu
abdomen dan menyebabkan ascites yaitu pengumpulan cairan di dalam rongga
perut, yang menimbulkan mual muntah sehingga terjadi penekanan intraabdomen dan menimbulkan nyeri.
F. Komplikasi DHF
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan menimbulkan kompikisi
adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) <100.000 /mm 3 dan koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 - 7, disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura
dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah
jantung,
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan integritas system
kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis karena
perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan
limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila
terjadi efusi pleura akan teijadi dispnea, sesak napas.
b. Masalah / diagnosis
Masalah yang dapat ditemukan pada anak dengan DHF anatara lain :
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia )
2) Nyeri
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan.
4) Potensial terjadi perdarahan intra abdominal
5) Gangguam keseimbangan cairan dan elektrolit
6) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien DHF
7) Gangguan aktivitas sehari - hari
8) Potensial terjadi reaksi transfuse
RENCANA KE PERAWATAN
No DX Tujuan Perencanaan
Intervensi Rasional
1 Peningkatan suhu Setelah 1. Kaji 1. Untuk mengidentifikasi pola
keperawatan
7. Dapat menurunkan demam
Hasan, Rusepno dan Altas, Husein. (2007). Buku kuliah: ilmu kesehatan anak. Jakarta : Infomedika
Jakarta.
Rekawati Susilaningrum, Nursalam, Sri Utami. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak: untuk
Sudarmo, S Sumarmo. (2015). Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta: Badan penerbit ikatan