Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG

PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

PENYAKIT DALAM

Disusun oleh :

Mala Nurmalasari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) UMMI BOGOR

TAHUN 2023

1
Askep DHF atau Demam Berdarah

SDKI SLKI dan SIKI

Definisi

Demam berdarah atau DHF adalah penyakit virus (arboviral) yang ditularkan melalui nyamuk

genus Aedes, yang tersebar luas di daerah subtropis dan tropis di dunia.

Presentasi klinis infeksi virus dengue berkisar dari asimtomatik hingga penyakit parah yang

dapat menyebabkan kematian jika tidak dikelola dengan baik.

Secara garis besar, pengelompokan pengelompokan penyakit ini berdasarkan kondisi klinis

yaitu:

Demam Dengue (Dengue Fever)

Gambaran klinis Demam dengue sering tergantung pada usia pasien. Pada Anak-anak dan

orang dewasa mungkin mengalami sindrom demam ringan atau penyakit klasik dengan demam

tinggi yang kadang-kadang bersiklus seperti pelana (saddle-backed), sakit kepala parah, nyeri

di belakang mata, nyeri otot, sendi dan tulang, mual muntah, ruam dan bisa muncul perdarahan

kulit (petechiae). Leukopenia biasanya terlihat dan trombositopenia dapat diamati. Pemulihan

mungkin berhubungan dengan kelelahan dan depresi yang berkepanjangan, terutama pada

orang dewasa.

Penting untuk membedakan kasus demam dengue dengan perdarahan yang tidak biasa dari

kasus Demam berdarah Dengue atau DHF dengan peningkatan permeabilitas vaskular, yang

ditandai dengan adanya hemokonsentrasi.

Di beberapa daerah endemik, Demam dengue juga harus dibedakan dari demam chikungunya,

penyakit virus lain yang ditularkan melalui vektor dengan epidemiologi serupa dan distribusi

yang tumpang tindih di sebagian besar Asia Pasifik.

2
Dengue Shock Syndrom (DSS)

Kondisi pasien yang berkembang menjadi syok tiba-tiba memburuk setelah demam selama 2-

7 hari. Kemunduran ini terjadi pada saat atau segera setelah penurunan suhu antara hari ketiga

dan ketujuh penyakit.

Terdapat tanda-tanda khas kegagalan peredaran darah yaitu: kulit menjadi dingin, bercak,

sesak, sianosis sirkumoral, dan takikardi. Pasien awalnya mungkin lesu, kemudian menjadi

gelisah dan dengan cepat memasuki tahap syok kritis. Nyeri perut akut adalah keluhan yang

sering terjadi sesaat sebelum timbulnya syok.

Dengue Shock Syndrom (DSS) biasanya ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah

dengan penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg / 2,7 kPa), terlepas dari tingkat tekanan,

misalnya 100/90 mmHg (13,3/12,0 kPa) atau hipotensi dengan kulit yang dingin dan lembap

dan kegelisahan.

Etiologi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue (DENV), yang merupakan virus RNA beruntai

tunggal yang panjangnya sekitar 11 kilobase dengan nukleokapsid ikosahedral dan ditutupi

oleh amplop lipid.

Penelitian genetik galur sylvatic menunjukkan bahwa 4 serotipe berevolusi pada populasi

primata sekitar 1000 tahun yang lalu dan bahwa keempatnya secara terpisah muncul ke dalam

siklus transmisi manusia 500 tahun yang lalu di Asia atau Afrika.

Albert Sabin menspesialisasikan virus ini pada tahun 1944. Genotipe dan serotipe virus, dan

urutan infeksi dengan serotipe yang berbeda, tampaknya mempengaruhi tingkat keparahan

penyakit.

Tinggal di daerah endemik daerah tropis di mana nyamuk vektor berkembang biak merupakan

faktor risiko penting terkjadinya infeksi. Urbanisasi yang tidak terencana dengan baik

3
dikombinasikan dengan pertumbuhan populasi global yang eksplosif dan peningkatan

perjalanan udara dengan mudah mengangkut penyakit menular antar populasi.

Manusia terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor

utama. Nyamuk aedes aegypti biasa ditemukan di dalam dan sekitar rumah, misalnya pda vas

bunga, ban mobil bekas, ember yang bisa menampung air hujan, dan sampah pada umumnya.

Nyamuk dewasa lebih suka beristirahat di dalam ruangan, tidak mengganggu, dan lebih suka

menyerang manusia pada siang hari. Nyamuk ini palingaktif pada pagi hari selama 2 hingga 3

jam setelah fajar dan pada sore hari selama beberapa jam sebelum gelap.

Selama periode demam akut ini, virus dengue dapat bersirkulasi dalam darah tepi. Jika nyamuk

Aedes aegypti lain menggigit orang yang sakit selama tahap demam viremia ini, nyamuk

tersebut dapat terinfeksi dan selanjutnya menularkan virus ke orang lain.

Tanda dan Gejala Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Beberapa tanda gejala yang bisa muncul pada DHF antara lain:

• Demam

• Sakit kepala

• Nyeri retro-orbital

• Mialgia parah Terutama punggung bagian bawah, lengan, dan kaki

• Artralgia Biasanya pada lutut dan bahu

• Mual muntah

• Ruam makulopapular atau makula yang menyatu pada wajah, toraks, dan permukaan

fleksor, dengan pulau-pulau kecil kulit.

• Kelemahan, malaise, dan kelesuan

• Sensasi rasa yang berubah

• Anoreksia

4
• Sakit tenggorokan

• Manifestasi hemoragik ringan seperti petechiae, gusi berdarah, epistaksis, menoragia,

dan hematuria

• Limfadenopati

Patofisiologi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Menurut Harsono (2020) dalam Safitri (2021) Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah terinfeksi

virus dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu

yang rentan pada saat menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,

virus Dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus

limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Berbagai proses tersebut akan memicu sel monosit

dan makrofag untuk merangsang pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke

dalam peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang Bernama

prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat pengatur suhu di otak. Set point di

pusat pengatur suhu (hipotalamus) di otak tiba-tiba naik tersebut akan membuat tubuh merasa

bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh darah akan menyempit

untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan mulai menggigil untuk menaikkan

suhu tubuh. Arbovirus yang menyebar melalui gigitan nyamuk kemudian racun masuk melalui

aliran darah, badan menjadi panas akibat toksin yang dikelola oleh nyamuk, akibat toksin

tersebut hipotalamus tidak bisa mengontrol yang akhirnya menjadi panas tinggi atau demam.

Efek dari demam dengue tersebut yaitu demam akut disertai nyeri kepala, nyeri belakang mata,

perdarahan, leucopenia. Demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan

bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah,

kebocoran plasma, efusis pleura, hematemesis, melena, kematian.

5
Pemeriksaan Diagnostik

Trombositopenia dan hemokonsentrasi adalah temuan laboratorium yang biasanya terjadi pada

DHF. Penurunan jumlah trombosit hingga di bawah 100.000 per mm3 biasanya ditemukan

antara hari ketiga dan kedelapan penyakit, sering sebelum atau bersamaan dengan perubahan

hematokrit.

Biasanya di dapatkan juga peningkatan kadar hematokrit yang menunjukkan kebocoran

plasma, bahkan bisa terjadi pada kasus non-shock, walaupun lebih menonjol pada kasus shock.

“Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dianggap sebagai bukti

definitif peningkatan permeabilitas vaskular dan kebocoran plasma.”

Perlu dicatat bahwa tingkat hematokrit dapat dipengaruhi baik oleh penggantian volume awal

atau oleh perdarahan.

Hubungan perjalanan waktu antara penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit

tampaknya unik untuk DHF, karena kedua perubahan ini terjadi sebelum demam dan sebelum

timbulnya syok.

Pada DHF, jumlah sel darah putih dapat bervariasi pada awal penyakit, mulai dari leukopenia

hingga leukositosis ringan, tetapi penurunan jumlah sel darah putih karena penurunan jumlah

neutrofil hampir selalu terjadi, dan biasanya bisa diamati menjelang akhir fase demam

penyakit.

Limfositosis relatif dengan adanya limfosit atipikal, adalah temuan umum sebelum demam atau

syok. Albuminuria ringan sementara kadang-kadang muncul, dan darah samar sering

ditemukan dalam tinja.

Pada sebagian kasus, uji faktor koagulasi atau fibrinolitik menunjukkan penurunan fibrinogen,

protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. Penurunan antiplasmin (plasmin

inhibitor) telah dicatat dalam beberapa kasus.

6
Pada kasus yang parah dengan disfungsi hati yang nyata, penurunan tingkat faktor protrombin

yang bergantung pada vitamin K bisa terjadi, seperti faktor V, VII, IX dan X. Waktu

tromboplastin parsial dan waktu protrombin memanjang sekitar setengah dan sepertiga dari

pasien DHF. Fungsi trombosit juga telah ditemukan terganggu. Tingkat komplemen serum,

terutama C3 berkurang.

Temuan umum lainnya adalah hipoproteinemia karena hilangnya albumin, hiponatremia, dan

peningkatan kadar serum aspartat aminotransferase. Asidosis metabolik sering ditemukan pada

syok yang berkepanjangan, BUN meningkat pada tahap akhir syok.

Pemeriksaan rontgen dada mengungkapkan efusi pleura, sebagian besar di sisi kanan, dan

luasnya efusi pleura berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Pada syok, efusi pleura

bilateral adalah temuan yang umum.

Berikut ini pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien dengan kemungkinan

DHF:

• Hitung sel darah lengkap (CBC)

• Pemeriksaan metabolisme

• Protein serum dan kadar albumin

• Pemeriksaan fungsi hati

• Pemeriksaan koagulasi

Karakteristik temuan laboratorium pada DHF adalah sebagai berikut:

• Trombositopenia (jumlah trombosit < 100 x 109/L)

• Leukopenia

• Peningkatan ringan hingga sedang dari nilai aspartat aminotransferase dan alanine

aminotransferase

Pada pasien dengan DHF yang parah, hasil pemeriksaan yang sering ditemukan antara lain:

• Peningkatan kadar hematokrit akibat ekstravasasi plasma dan/atau kehilangan cairan

7
• Hipoproteinemia

• Waktu protrombin memanjang

• Waktu tromboplastin parsial teraktivasi yang berkepanjangan

• Fibrinogen berkurang

• Peningkatan jumlah produk pemecahan fibrin

• Pengujian guaiac untuk darah samar dalam tinja harus dilakukan pada semua pasien

yang dicurigai terinfeksi virus dengue.

• Urinalisis mengidentifikasi hematuria.

Pemeriksaan pencitraan meliputi:

• Radiografi dada

• Pemindaian tomografi komputer (CT) kepala tanpa kontras untuk mendeteksi

perdarahan intrakranial atau edema serebral karena demam berdarah yang parah

• Ultrasonografi untuk mendeteksi adanya cairan di dada dan rongga perut, efusi

perikardial, dan penebalan dinding kandung empedu pada pasien DHF berat.

Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan Medik untuk DHF meliputi:

• Terapi rehidrasi oral dianjurkan untuk pasien dengan dehidrasi sedang yang disebabkan

oleh demam tinggi dan muntah.

• Pemberian cairan intravena diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi.

• Transfusi darah dan produk darah untuk pasien dengan perdarahan internal atau

gastrointestinal. Sedangkan pasien dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma

beku segar.

• Peningkatan asupan cairan oral juga membantu.

8
• Hindari penggunaan aspirin karena dapat mengencerkan darah. Peringatkan pasien

untuk menghindari aspirin dan NSAID lainnya karena meningkatkan risiko perdarahan.

Asuhan Keperawatan (Askep) Pada DHF pendekatan SDKI SLKI dan SIKI

Pengkajian Keperawatan

• Pengkajian keperawatan pada askep DHF harus mencakup:

• Evaluasi detak jantung, suhu, dan tekanan darah pasien.

• Evaluasi pengisian kapiler, warna kulit dan tekanan nadi.

• Penilaian bukti perdarahan di kulit dan tempat lain.

• Penilaian permeabilitas kapiler meningkat.

• Pengukuran dan penilaian haluaran urin.

PATHWAY DHF

9
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan

NO SDKI KODE DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1 Risiko Perdarahan D.0012 Luaran: Tingkat perdarahan Intervensi keperawatan: Pencegahan
b/d Gangguan
menurun (L.02017) perdarahan (I.02067)
koagulasi (D.0012)
• Kelembaban membran • Monitor tanda dan gejala perdarahan
mukosa meningkat • Monitor nilai hematokrit/homoglobin
• Kelembaban kulit sebelum dan setelah kehilangan darah
meningkat • Monitor tanda-tanda vital ortostatik
• Kognitif meningkat • Monitor koagulasi (mis. Prothombin time
• Hemoglobin membaik (TM), partial thromboplastin time (PTT),
• Hematokrit membaik fibrinogen, degradsi fibrin dan atau
• Tekanan darah membaik platelet)
• Denyut nadi apikal • Pertahankan bed rest selama perdarahan
membaik • Batasi tindakan invasif, jika perlu
• Suhu tubuh membaik • Gunakan kasur pencegah dikubitus
• Hindari pengukuran suhu rektal
• Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
• Anjurkan mengunakan kaus kaki saat
ambulasi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
• Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
• Anjurkan meningkatkan asupan makan
dan vitamin K
• Anjrkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
• Kolaborasi pemberian obat dan
mengontrol perdarhan, jika perlu.
• Kolaborasi pemberian produk darah, jika
perlu
• Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika
perlu

10
2 Hipovolemia b/d D.0023 Luaran: Status Cairan Intervensi Keperawatan : Manajemen
Peningkatan
Membaik (L.03028) Hipovolemia (I.03116)
Permeabilitas
kapiler (D.0023) • Kekuatan nadi meningkat • Periksa tanda-tanda hipovolemia
• Turgor kulit meningkat • Monitor intake dan output cairan
• Output Urin meningkat • Hitung kebutuhan cairan
• Perasaan lemah menurun • Berikan posisi modified trendelenburg
• Keluhan Haus menurun • Berikan asupan cairan oral
• Konsentrasi urin menurun • Anjurkan menghindari perubahan posisi
• Intake cairan membaik mendadak
• Frekwensi nadi, tekanan • Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
darah, dan tekanan nadi • Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
membaik • Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
• Kolaborasi pemberian produk darah

3 Risiko Syok b/d D.0039 Luaran: Tingkat Syok menurun Intervensi Keperawatan: Pencegahan Syok
kekurangan
(L.03032) (I.02068)
volume cairan
(D.0039) • Kekuatan nadi meningkat • Monitor status kardiopulmonal seperti
• Output urin meningkat frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi
• Akral dingin, pucat, dan nafas, Tekanan darah, dan MAP
haus menurun • Monitor Status Oksigenasi seperti
• Tekanan darah, tekanan oksimetri dan AGD
nadi, pengisisan kapiler, • Monitor Status cairan seperti masukan
dan frekwensi nadi dan haluaran, turgor kulit, dan CRT
membaik • Monitor tingkat kesadaran dan respon
pupil
• Pasang jalur IV jika perlu
• Pasang kateter urin untuk menilai
produksi urin jika perlu
• Jelaskan penyebab dan faktor resiko syok
• Jelaskan tanda dan gejala awal syok
• Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
• Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu

11
• Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika
perlu

4 Hipertermia b/d D.0130 Luaran: Termoregulasi Intervensi keperawatan: Manajemen


Proses Penyakit
membaik (L.14134) hipertermia (I.15506)
(D.0130)
• Menggigil, kulit merah, atau • Identifkasi penyebab hipertermi
menurun • Monitor suhu tubuh
• Vasokonstriksi perifer • Monitor kadar elektrolit
menurun • Monitor haluaran urine
• Takikarid dan Takipnea • Sediakan lingkungan yang dingin
menurun • Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Hipoksia menurun • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Suhu tubuh membaik • Berikan cairan oral
• Pengisian kapiler membaik • Ganti linen setiap hari atau lebih sering
• Tekanan darah membaik jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
• Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
• Batasi oksigen, jika perlu
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

12
Referensi:

Kalayanarooj S. 2021. Clinical Manifestations and Management of Dengue/DHF/DSS.

Tropical medicine and health, 39(4 Suppl), 83–87. https://doi.org/10.2149/tmh.2011-S10

Darvin Scott S. 2020. Dengue. Med Scape Emedicine.

https://emedicine.medscape.com/article/215840-overview

Thomas M. Yuill. 2021. Dengue. University of Wisconsin-Madison. MSD Manual

Professional Version.

Ramalingam Kothai. 2020. Dengue Fever: An Overview. Intechopen. DOI:

10.5772/intechopen.92315

PPNI, 2021. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP

PPNI. Jakarta

PPNI, 2020. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP

PPNI. Jakarta

PPNI, 2021. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP

PPNI. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai